• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran PHBS Rumah Tangga Warga Dusun Deres yang Bekerja sebagai Pemulung di TPA Blondo dengan Kejadian ISPA T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran PHBS Rumah Tangga Warga Dusun Deres yang Bekerja sebagai Pemulung di TPA Blondo dengan Kejadian ISPA T1 BAB IV"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

71

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Deres, Desa

Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Desa

Kandangan merupakan wilayah kerja Puskesmas Bawen.

Batas-batas wilayah dari Desa Kandangan sebelah utara

adalah Desa Jatirunggo dan Desa Lemahireng, sebelah timur

adalah Desa Polosiri, sebelah selatan adalah Desa Delik atau

Sungai Tuntang, dan sebelah barat adalah Kelurahan Bawen. Luas

wilayah Desa Kandangan sekitar 945,487 hektar. Desa Kandangan

terbagi menjadi 11 Dusun meliputi Krajan, Pancuran, Balekambang,

Geneng, Sajen, Bendo, dan Tugusari. Dusun Kandangan memiliki

11 RW dan 49 RT.

(2)

4.1.2 Kondisi Demografi Desa Kandangan

Berikut adalah kondisi demografi Desa Kandangan menurut jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan sarana kesehatan yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Grafik 4.1 Proporsi Penduduk Desa Kandangan Menurut Jenis Kelamin

(3)

Grafik 4.2 Proporsi Penduduk Desa Kandangan Menurut Jenis Pekerjaan

Grafik 4.2 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk paling banyak adalah di bidang jasa/buruh lainnya, sedangkan pekerjaan penduduk paling sedikit adalah PNS/TNI/POLRI.

Tabel 4.1 Sarana Kesehatan yang Ada di Desa Kandangan Sarana Kesehatan Frekuensi

Puskesmas pembantu 1

Bidan Desa 1

Dukun Bayi 5

Perpipaan Air Bersih 9

Sumur Gali 661

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sumur gali merupakan sarana kesehatan yang paling banyak dimiliki oleh Desa Kandangan sedangkan sarana kesehatan yang paling sedikit adalah bidan desa.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun Deres, Desa Kandangan,

Kecamatan Bawen. Pelaksanaan penelitian dimulai pada 10 – 17

September 2016. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan

pengurusan surat di fakultas guna mendapatkan ijin untuk

melakukan penelitian, kemudian bertemu dan menjelaskan tujuan

penelitian kepada Kepala Desa Kandangan. Setelah itu peneliti

bertemu dengan Kepala Dusun Deres untuk meminta ijin

melakukan penelitian di Dusun Deres. Setelah mendapatkan ijin

(4)

penelitian dengan membagikan lembaran kuesioner kepada warga

Dusun Deres yang bekerja sebagai pemulung dari rumah ke rumah.

Selain membagikan kuesioner peneliti juga melakukan dokumentasi

dengan mengambil gambar. Dari jumlah kuesioner yang disebar

semuanya terkumpul kembali dan bisa digunakan untuk dianalisis.

4.3 Gambaran Responden

Gambaran umum responden terlihat dari tabel distribusi

frekuensi. Responden penelitian seluruhnya berjumlah 49

responden. Gambaran umum responden penelitian berisi tentang

karakteristik jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan

penghasilan per bulan menurut UMR Kabupaten Semarang. Berikut

gambaran umum dari responden penelitian.

4.3.1 Karakteristik Responden

Berikut adalah karakteristik responden menurut jenis

kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan penghasilan perbulan

menurut UMR Kabupaten Semarang yang disajikan dengan

distribusi frekuensi dalam bentuk tabel.

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA

Blondo

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Perempuan 21 42,86

Laki-laki 28 57,14

(5)

Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan.

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Usia Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA Blondo Usia (Tahun) Frekuensi Presentase (%)

< 20 tahun 1 2,04

Tabel 4.3 di atas menjelaskan bahwa mayoritas responden memiliki usia 36 – 50 tahun sedangkan minoritas responden memiliki usia < 20 tahun.

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai

Pemulung di TPA Blondo

Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase (%)

Tidak sekolah/tidak

(6)

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Penghasilan Per Bulan responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA Blondo Menurut UMR Kabupaten Semarang

Penghasilan Per Bulan Frekuensi Presentase (%)

< Rp. 1.610.000,- 43 87,76

≥ Rp. 1.610.000,- 6 12,24

Total 49 100%

Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa responden yang memiliki penghasilan kurang dari UMR Kabupaten Semarang berjumlah lebih banyak daripada responden yang memiliki penghasilan lebih dari atau sama dengan UMR Kabupaten Semarang.

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1 Analisis Univariat Variabel Penelitian

4.4.1.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Kesehatan (Becker)

Hasil penelitian pada responden di warga Dusun Deres

yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo didapatkan

gambaran mengenai perilaku kesehatan (Becker), yang dapat

dilihat pada tabel 4.5 dan grafik 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Perilaku Kesehatan (Becker) Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA

Blondo Perilaku

Kesehatan

Frekuensi Persentase (%)

Baik 43 80,17

Kurang Baik 6 19,83

(7)

Grafik 4.3 Distribusi Perilaku Kesehatan (Becker) Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA

Blondo

Data tabel 4.6 dan grafik 4.4 di menggambarkan bahwa dari 49 responden, persentase responden yang memiliki perilaku kesehatan baik sebesar 80,71% dan responden yang memiliki perilaku kesehatan kurang baik sebesar 19,83%.

4.4.1.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

Hasil penelitian pada responden di warga Dusun Deres

yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo didapatkan

gambaran mengenai PHBS tatanan rumah tangga, yang dapat

dilihat pada tabel 4.7 dan grafik 4.5 sebagai berikut : 80.17%

19.83%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%

(8)

Tabel 4.7 Distribusi PHBS Tatanan Rumah Tangga Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA

Blondo

Grafik 4.4 Distribusi PHBS Tatanan Rumah Tangga Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA

Blondo

Dari tabel 4.7 dan grafik 4.5 menggambarkan bahwa dari 49 responden, persentase responden yang memiliki PHBS tatanan rumah tangga baik sebesar 97,96% dan responden yang memiliki PHBS tatanan rumah tangga yang kurang baik sebesar 2,04%.

4.4.1.3 Distribusi Kejadian ISPA Dalam Keluarga

Hasil penelitian pada responden di warga Dusun Deres

yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo didapatkan

gambaran mengenai kejadian ISPA dalam keluarga, yang dapat

(9)

Tabel 4.8 Distribusi Responden atau Keluarga Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA

Blondo yang Sedang Menderita ISPA dan Tidak Sedang Menderita ISPA

Kejadian ISPA dalam Keluarga

Frekuensi Persentase (%)

Sedang ISPA 8 16,33

Tidak Sedang ISPA

41 83,67

Total 49 100%

Tabel 4.9 Distribusi Responden atau Keluarga Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA

Blondo yang Pernah Menderita ISPA dan Tidak Pernah Menderita ISPA

Kejadian ISPA Dalam Keluarga

Frekuensi Persentase (%)

Pernah ISPA 7 14,29

Tidak Pernah ISPA

42 85,71

Total 49 100%

Data tabel 4.8 menggambarkan bahwa dari 49 responden, persentase responden yang sedang menderita ISPA sebesar 15,33% dan responden yang tidak sedang menderita ISPA sebesar 83,67%. Sedangkan data tabel 4.9 menggambarkan bahwa dari 49 responden, persentase responden yang pernah menderita ISPA

16.33%

(10)

sebesar 14,29% dan responden yang tidak pernah menderita ISPA sebesar 85,71%.

4.5 Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 dan grafik 4.4

menunjukkan dari 49 responden warga Dusun Deres yang bekerja

sebagai pemulung di TPA Blondo didapatkan hasil bahwa sebagian

besar warga memiliki pengetahuan dan melakukan perilaku

kesehatan (Becker) dengan baik. Responden dengan perilaku

kesehatan yang baik sebanyak 43 orang atau 87,76%, sedangkan

responden dengan perilaku kesehatan yang kurang baik sebanyak

6 orang atau 12,24%. Responden warga Dusun Deres yang bekerja

sebagai pemulung di TPA Blondo yang memiliki perilaku kesehatan

kurang baik, tidak memiliki istirahat yang cukup, tidak mengerti hak

sebagai pasien, dan tidak mengerti kewajiban sebagai pasien.

Namun perilaku kesehatan yang kurang baik didominasi oleh warga

yang tidak memiliki istirahat yang cukup. Dari 49 responden warga,

36 reponden memiliki istirahat yang cukup dan 13 responden tidak

memiliki istirahat yang cukup. Jumlah tersebut paling rendah

dibandingkan dengan pernyataan lain dari variabel perilaku

kesehatan. Berdasarkan wawancara kepada responden, kurangnya

istirahat disebabkan karena responden bekerja di TPA atau di

kebun. Responden mengatakan mulai bekerja ketika subuh dan

(11)

dilanjutkan sampai sore. Beberapa responden juga memilah-milah

sampah plastik (gelas air mineral) yang didapatkan dari memulung

dari TPA di sekitar rumah. Bagi responden perempuan, kegiatan

setelah bekerja dilanjutkan dengan mengurus rumah tangga.

Berikut adalah dokumentasi responden yang melakukan aktivitas

sehari-hari :

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 dan grafik 4.5

menunjukkan dari 49 responden warga Dusun Deres yang bekerja

sebagai pemulung di TPA Blondo didapatkan hasil bahwa sebagian

besar warga melakukan PHBS tatanan rumah tangga dengan baik

yaitu sebanyak 48 orang atau 97,96%. Sedangkan warga yang

kurang melakukan PHBS dengan baik sebanyak 1 orang atau

2,04%. Responden warga Dusun Deres yang bekerja sebagai

pemulung di TPA Blondo kurang baik dalam PHBS tatanan rumah

tangga, tidak mengurangi jumlah sampah dengan melakukan 3R

(mengurangi, memanfaatkan kembali, mendaur ulang), merokok, Gambar 4.2 Responden yang

Memanggul Rumput Untuk Pakan Ternak

(12)

dan tidak memiliki jaminan kesehatan. Namun PHBS tatanan rumah

tangga yang kurang baik didominasi oleh warga yang merokok. Dari

49 responden, terdapat 5 responden yang dirinya atau keluarganya

tidak merokok dan 44 responden yang dirinya atau keluarganya

merokok. Jumlah tersebut paling kecil dibandingkan dengan

pernyataan lain dari variabel PHBS rumah tangga. Berdasarkan

wawancara kepada responden, kebiasaan merokok disebabkan

karena merokok dapat menghilangkan bau sampah ketika bekerja

di TPA, selain itu merokok dilakukan untuk menghilangkan

kebosanan. Berikut adalah dokumentasi kebiasaan merokok

responden :

Gambar 4.4 Rokok Milik Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8, tabel 4.9, dan

(13)

warga Dusun Deres yang bekerja sebagai pemulung di TPA Blondo

didapatkan hasil bahwa yang sedang menderita ISPA yaitu

sebanyak 8 orang atau 16,33% dan yang tidak sedang menderita

ISPA yaitu 41 orang atau 83,67%. Sedangkan responden atau

keluarga responden warga Dusun Deres yang bekerja sebagai

pemulung di TPA Blondo yang pernah menderita ISPA sebanyak 7

orang atau 14,29% dan yang tidak pernah menderita ISPA yaitu 42

orang atau 85,71%. Menurut teori Notoatmodjo, Soekidjo, 2003

dalam Aldila 2015, faktor intrinsik penyebab penyakit ISPA adalah

status imunisasi, riwayat BBLR, dan status gizi. Sedangkan faktor

ekstrinsik penyebab penyakit ISPA adalah status ekonomi,

pendidikan, pengetahuan, dan perilaku. Hasil tersebut kurang baik

mengingat masih terdapat responden atau keluarga responden

yang menderita ISPA.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PHBS

tatanan rumah tangga dan perilaku kesehatan sudah baik namun

masih terdapat kejadian ISPA dalam keluarga. Hasil penelitian yang

menunjukkan PHBS tatanan rumah tangga dan perilaku kesehatan

sudah baik namun masih terdapat kejadian ISPA dalam keluarga,

tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Khasanah dan

Putri (2013) yang menyatakan bahwa PHBS dapat mencegah

individu, kelompok, dan masyarakat dari penyakit infeksi dan non

(14)

akanmenimbulkan berbagai penyakit seperti diare, gizi buruk, gizi

kurang, demam berdarah, dan ISPA. Selain itu menurut Sumarmi

dkk (2008), PHBS yang rendah pada keluarga menyebabkan

mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Begitu juga

menurut Notoadmodjo (2007) kondisi sehat dapat dicapai dengan

mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat

dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Dengan

menerapkan perilaku hidup sehat dapat menurunkan angka

kesakitan dan meningkatkan kesehatan bagi individu. Perilaku

sehat juga dapat bermanfaat bagi individu maupun orang lain dan

mengarah pada tercapainya derajat kesehatan optimal. Menurut

hasil penelitian dari Khasanah dan Putri (2013), ada hubungan

yang signifikan antara PHBS pada tatanan rumah tangga dengan

kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto

Selatan. Begitu juga menurut Amalia (2009), sebagian besar

masalah kesehatan, dalam hal penyakit yang timbul pada manusia,

disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Hasil penelitian yang

didapatkan oleh peneliti menyatakan bahwa PHBS tatanan rumah

tangga dan perilaku kesehatan sudah baik namun masih terdapat

kejadian ISPA dalam keluarga yang tidak sesuai dengan penelitian

sebelumnya, maka dari itu hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa terjadinya ISPA bukan hanya diakibatkan oleh rendahnya

(15)

menurut Aldila (2015), secara intrinsik adalah status gizi, status

imunisasi, riwayat BBLR, dan umur. Sedangkan faktor secara

ekstrinsik adalah kondisi fisik lingkungan rumah, praktek PHBS,

status ekonomi, pendidikan, pengetahuan, dan perilaku. Menurut

teori Blum, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor

yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

Menurut Sharma et al 1998 dalam Utami 2013, host, lingkungan

dan sosiokultur merupakan variabel yang dapat mempengaruhi

insiden dan keparahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut.

Sedangkan menurut Mukono dalam Utami (2013) di dalam program

kesehatan lingkungan, suatu pemukiman atau perumahan sangat

berhubungan dengan kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi

kebiasaan, suku, geografi, dan kondisi lokal. Selain itu lingkungan

perumahan atau pemukiman dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dapat menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut antara

lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang menunjang

kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu

dan keluarga.

Berdasarkan peradigma sehat ditetapkan visi Indonesia

2010, dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus,

yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan

yang bermutu, adil, dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk

(16)

kesehatan, mencegah risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman

penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.

Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup

besar (30 – 35% terhadap derajat kesehatan), maka diperlukan

berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi

sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) (Tim Field Lab UNS, 2013). PHBS rumah tangga

yang tinggi dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

PHBS yang tinggi menyebabkan angka kejadian penyakit

berkurang. Sebaliknya jika PHBS rumah tangga rendah maka dapat

mengakibatkan turunnya derajat kesehatan masyarakat. PHBS

rendah menyebabkan angka kejadian penyakit meningkat. Begitu

juga dengan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan bertujuan

untuk meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Pada penelitian

ini perilaku kesehatan Becker terdiri dari 3 aspek yaitu perilaku

sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behaviour), dan

perilaku peran sakit (the sick role behaviour). Dimana ketiga-tiganya

merupakan aspek yang berkaitan dengan respon seseorang

terhadap sakit penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman, serta lingkungan. Dalam penelitian ini peneliti

mendapatkan hasil bahwa walaupun PHBS dan perilaku

kesehatannya mayoritas baik, namun beberapa responden yang

(17)

Sedangkan responden yang memiliki perilaku kesehatan yang

kurang baik didominasi oleh responden yang tidak memiliki istirahat

cukup.

Hasil penelitian dari Arum (2014), di Dusun Patukan,

Sleman menyatakan bahwa paparan rokok mempunyai hubungan

terhadap terjadinya ISPA pada balita. Selain itu hasil penelitian

Ahyanti dan Duarsa (2013) pada mahasiswa Politeknik

Tanjungkarang, menyatakan bahwa ada hubungan bermakna

antara merokok dengan kejadian ISPA setelah mengontrol jenis

kelamin, status gizi, pencemaran dalam rumah, lingkungan fisik

rumah. Mahasiswa yang merokok berisiko 4,278 kali menderita

ISPA dibanding dengan mahasiswa yang tidak merokok. Hasil

penelitian Milo dkk (2015), menyatakan bahwa ada hubungan

antara kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA

pada anak. Selain itu teori dari Allangkary (2015), menyatakan

bahwa paparan asap rokok pada ibu hamil, bayi, balita, dan

anak-anak dapat meningkatkan risiko mengalami kondisi kesehatan yang

buruk seperti terjadinya panyakit ISPA.

Istirahat atau tidur diperlukan untuk memperbaiki proses

biologis secara rutin. Selama tidur tubuh melepaskan hormon

pertumbuhan dan memperbaharui sel epitel khusus seperti sel otak.

(18)

olahraga yang cukup bagi kesehatan. Menurut Hogson (1991)

dalam Potter & Perry (2005), kegunaan tidur masih belum jelas

namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan

mental, emosional, dan kesehatan. Akibat buruk yang dapat jika

kurang istirahat atau tidur diantaranya adalah stress, gangguan

memori, obesitas, mempercepat penuaan, dan menurunkan

imunitas (Harian Sehat, 2014). Keadaan stress baik mayor maupun

minor dapat memberikan efek pada berbagai mekanisme imunologi.

Penelitian pada binatang dan manusia memberikan keyakinan akan

bukti bahwa kesehatan sangat dipengaruhi oleh perubahan sistem

kekebalan. Stress dapat menyebabkan rendahnya antibodi yang

dapat menyebabkan mudahnya terserang infeksi dan penyakit berat

(Kesimpulan, 2009). Penelitian dari Padgett & Glaser (2003),

menyatakan bahwa stres dapat mempengaruhi kesehatan individu,

termasuk kesehatan imunologi.

Berdasarkan hasil penelitian pada karakteristik responden

warga Dusun Deres yang bekerja sebagai pemulung di TPA

Blondo, responden masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

Dari 49 responden responden, didapatkan hasil bahwa 25 orang

atau 51,02 % tidak sekolah/tidak tamat SD dan 18 orang atau 36,73

% tamat SD. Mayoritas responden memiliki penghasilan per bulan

di bawah UMR Kabupaten Semarang yaitu dari 49 responden

(19)

didapatkan hasil bahwa 43 orang atau 87,76% memiliki penghasilan

per bulan di bawah Rp.1.610.000,- dan 6 orang atau 12,24%

memiliki penghasilan per bulan di atas Rp.1.610.000,-. Kedua

karakteristik tersebut termasuk ke dalam faktor ekstrinsik terjadinya

ISPA, namun penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan

mendokumentasikan PHBS tatanan rumah tangga berhubungan

dengan kejadian ISPA. Sehingga kedua faktor ekstrinsik terjadinya

ISPA tersebut tidak dibahas lebih lanjut.

4.6 Hambatan dan Kelemahan Penelitian 4.6.1 Hambatan Penelitian

Hambatan dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti mengalami kesulitan dalam mencari alamat

responden yang tersebar di 5 RT Dusun Deres. Jarak antara

rumah 1 dengan rumah lainnya berjauhan walaupun berada

dalam 1 RT. Sehingga proses penelitian berlangsung dalam

waktu yang lebih lama.

2. Peneliti mengalami kesulitan untuk bertemu responden

karena responden memiliki waktu istirahat setelah bekerja

yang berbeda-beda. Sehingga peneliti harus mengulang

untuk mengunjungi ke rumah responden sebelumnya,

(20)

selesai beristirahat dari TPA atau kebun untuk pengambilan

data.

4.6.2 Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti hanya fokus menggambarkan/mendeskripsikan

kejadian ISPA dalam keluarga, perilaku kesehatan (Becker),

dan PHBS tanpa mencari hubungan/korelasi antar variabel.

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya bisa mengembangkan

dengan mencari hubungan antar variabel tersebut.

2. Peneliti hanya fokus menggunakan kuesioner sebagai

instrumen penelitian sehingga hal ini mungkin dipengaruhi

Gambar

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian
Grafik 4.1 Proporsi Penduduk Desa Kandangan Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Sarana Kesehatan yang Ada di Desa Kandangan
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara pengaturan layout terdapat dua cara,yaitu:1.Atas dasar proses,2.Atas dasar produk.Pemilihan rencana dasar yang akan digunakan dipengaruhi bayak factor,tetapi jenis

From the 1899 articles processed until now, 188 entries have been collected, which contain only experimental topology data, 346 entries have been derived from PDBTM database and

dimana GBA diterapkan dalam menulis teks Discussion, tulisan/teks yang ditulis oleh siswa, dan wawancara dengan tiga orang siswa. Data dari observasi dianalisis berdasarkan

The purpose of this paper is thus to review, based on a rough prototype database and two illustrative and provi- sional examples of data use, the contours of such a project

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. PAGE

HUBUNGAN PERBANDINGAN TOTAL NITROGEN DAN TOTAL FOSFOR DENGAN KELIMPAHAN CHRYSOPHYTA DI PERAIRAN WADUK PANGLIMA BESAR

Pertanggungjawaban pidana dari seorang pendidik (guru) yang melakukan kekerasan terhadap peserta didik (siswa/murid) adalah sesuai dengan yang diatur di dalam

Tujuan penelitian ini adalah mengem- bangkan produk berupa minuman fungsional untuk penderita prahipertensi menggunakan ba- han pisang Raja Bulu dan Kedelai varietas Wilis,