• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 – 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009 – 2013"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Okta Ryan Pranata Yudha (2013), dalam skripsi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2009-2011. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, upah minimum, tingkat pengangguran, inflasi dan tingkat kemiskinan. Tulisan ini menjadi acuan tesis ini karena penulis meneliti tentang kemiskinan dengan variabel dependent yang sama dengan skripsi tersebut. Skripsi Okta Ryan Pranata Yuhda meneliti seluruh provinsi di Indonesia sedangkan tesis ini cakupan wilayah penelitiannya hanya di seluruh Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara.

(2)

23

miskin. Jurnal tersebut menjadi salah satu bahan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan di suatu wilayah dan membandingkannya dengan wilayah yang diteliti oleh tulisan ini.

Chairul Nizar, Abubakar Hamzah, Sofyan Syahnur (2013), dalam jurnal Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Hubungannya terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series, 1980-2010. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDB) terhadap tingkat kemiskinan secara langsung sangat kecil namun hubungannya negatif dan signifikan. Investasi pemerintah dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Perbedaan dengan tulisan ini adalah hasil dari penelitian berbeda, di penelitian ini pengangguran terbuka dan upah minimum tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan. Keunggulan tulisan ini secara keseluruhan adalah penelitian tentang kondisi perekonomian di Sumatera Utara pada tahun 2009-2013. Penelitian kemiskinan ini yang berkaitan dengan variablel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan pengangguran.

(3)

24

variabel independent ini sangat berpengaruh penting pada tingkat kemiskinan di Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara, dilihat dari tabel dan gambar upah minimum rata-rata kabupaten/ kota tiap tahun meningkat, pertumbuhan ekonomi tiap tahun tahun terbilang stabil, tingkat pengangguran tiap tahun menurun. Faktor inilah yang menarik penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya (Kuncoro, 2003). Sedangkan menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.

Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya.

Menurut pandangan teori Neo-Klasik yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi yang dinyatakan dalam persamaan :

(4)

25 Dimana :

∆Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi ∆K adalah tingkat pertumbuhan modal ∆L adalah tingkat pertumbuhan penduduk ∆T adalah tingkat perkembangan teknologi

Analisis Solow menyimpulkan bahwa faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah perkembangan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.

Sejalan dengan teori pertumbuhan neoklasik, Todaro (2003) mengemukakan tiga faktor utama pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang ditabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka produksi.

(5)

26

pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.

3. Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yakni :

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama.

b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama

c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif.

Case dan Fair (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi bila : 1. Masyarakat bisa mendapatkan lebih banyak sumber daya, atau

2. Masyarakat menemukan cara menggunakan sumber dara yang tersedia secara efisien.

(6)

27

Sukirno (2010) menyimpulkan bahwa hambatan-hambatan Negara berkembang dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi antara lain :

1. Kegiatan sektor pertanian masih tetap tradisional dan produktivitasnya sangat rendah;

2. Kebanyakan Negara menghadapi masalah kekurangan dana modal dan barang modal (peralatan produksi) yang modern;

3. Tenaga terampil, terdidik dan keahlian keusahawanan penawarannya masih jauh dibawah jumlah yang diperlukan;

4. Perkembangan penduduk yang sangat pesat;

5. Berbagai masalah institusi, sosial, kebudayaan dan politik yang sering dihadapi.

2.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara

(7)

28

Tabel 2.1 Indikator Ekonomi Terpilih Sumatera Utara

Pertumbuhan Ekonomi 2011 2012 2013 2014

I II

Sumber : diolah dari Data BPS Provinsi Sumatera Utara

(8)

29

Meningkatnya aktivitas perdagangan dan mulai meningkatnya pertumbuhan sub sektor hotel dan restaurant mendorong optimisme sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant. Sektor PHR ini akan menahan perlambatan pertumbuhan karena berkembang positif dari tiga tahun belakangan.

2.4 Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya (Sukirno, 2010). Faktor-faktor yang menimbulkan pengangguran adalah :

1. Menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik.

2. Pengusaha menggunakan peralatan produksi modern yang mengurangi penggunaan tenaga kerja.

3. Ketidaksesuaian di antara keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan di industri-industri.

Sukirno (2010) menggolongkan pengangguran berdasarkan (i) sumber/ penyebab yang mewujudkan pengangguran dan (ii) ciri pengangguran yang wujud. Jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya yaitu :

1. Pengangguran normal atau friksional

Penganggur yang tidak bekerja bukan karena tidak mendapat pekerjaan tetapi sedang mencari kerja lain yang lebih baik.

2. Pengangguran siklikal

(9)

30 3. Pengangguran struktural

Pengangguran struktural terjadi karena industri dan perusahan yang mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor wujudnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi yang mengurangi permintaah terhadap barang yang diproduksi, biaya penyeluaran yang tinggi dan tidak mampu bersaing. Kemerosotan tersebut menyebabkan kegiatan produksi menurun dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan dan menjadi penganggur.

4. Pengangguran teknologi

Pengangguran yang terjadi akibat penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia.

Jenis pengangguran berdasarkan cirinya yaitu : 1. Pengangguran terbuka

Pengangguran yang tercipta akibat lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Pengangguran terbuka secara nyata dan sepenuh waktu.

2. Pengangguran tersembunyi

(10)

31 3. Pengangguran bermusim

Terjadi di sektor pertanian dan perikanan, misalnya petani yang tidak mengerjakan sawahnya pada musim kemarau atau nelayan yang tidal melakukan pekerjaannya pada musim hujan.

4. Setengah menganggur

Pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal, misalnya hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu atau satu hingga 4 jam sehari.

Dumiary (1997) menyatakan bahwa pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan. Masalah yang dihadapi adalah masalah setengah menganggur atau pengangguran tidak kentara.

a. Setengah Menganggur

Keadaan setengah menganggur (underemployment) terletak antara full employment dan sama sekali menganggur. Pengertian yang digunakan ILO, Underemployment yaitu perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.

- Setengah menganggur yang kentara adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.

(11)

32

karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya

b. Pengangguran Tidak Kentara

Pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja, tetapi sebetulnya mereka menganggur jika dilihat dari segi produktivitasnya. Jadi disini mereka sebenarnya tidak mempunyai produktivitas dalam pekerjaannya. Misalnya mereka terdiri dari 4 orang yang bersama-sama bekerja dalam jenis pekerjaaan yang sesungguhnya dapat dikerjakan oleh 3 orang sehingga 1 orang merupakan ‘disguised unemployment’.

c. Penganguran Friksional

Pengangguran friksional yaitu pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai waktu tenggang dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.

Menurut Elfindri dan Nasri (2004), pemicu pengangguran di Indonesia mengikuti trend globalisasi, kuatnya magnetic Negara Cina dalam menawarkan investasi dari Indonesia, munculnya pemicu sebagai akibat dari kejadian terorisme, lambannya masa pulih resesi tahun 1997, salah alokasi dalam anggaran pemerintah, ekonomi biaya yang tinggi dan stagnannya konsumsi masyarakat.

(12)

33

perekonomian. Adanya pengangguran tampaknya mengimplikasi bahwa pasar tenaga agregat tidak berada dalam keseimbangan, bahwa ada sesuatu yang menghalangi jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta menjadi sama.

Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa pengangguran merupakan masalah besar perekonomian makro dengan mengemukakan beberapa alasan keberadaannya, salah satunya adalah alasan upah. Tingkat pengangguran yang diukur bias kelihatan tinggi walaupun pasar tenaga kerja berfungsi dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh adanya orang yang berkeinginan untuk bekerja dengan upah lebih tinggi dibanding dengan upah riil.

Tabel 2.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013

No. Tahun Pebruari Agustus

1 2009 6.32 8.45

2 2010 6.4 7.43

3 2011 6.41 6.37

4 2012 6.55 6.2

5 2013 6.45 6.53

Sumber : diolah dari Data BPS Provinsi Sumatera Utara

2.5 Upah

(13)

34

dari suatu kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja.

Menghitung upah riil disuatu Negara bergantung pada indeks harga yaitu gambaran tentang tingkat rata-rata dari perubahan harga-harga dari waktu ke waktu. Salah satu dari indeks harga adalah indeks harga barang konsumen yang akan digunakan untuk menaksir upah riil para pekerja dari tahun ke tahun. Tentu saja upah riil yang diberikan oleh perusahaan bergantung pada produktivitas tenaga kerja tersebut.

Sukirno (2011) menjelaskan beberapa faktor-faktor penting yang menjadi sumber dari perbedaan upah adalah :

1. Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis pekerjaan. Jika dalam suatu pekerjaan terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaan, upah cenderung rendah. Sebaliknya jika terdapat penawaran tenaga kerja yang terbatas tetapi permintaannya sangat besar, upah cenderung tinggi.

2. Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan.

(14)

35

3. Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan.

Kemajuan perekonomian membuat kegiatan-kegiatan ekonomi yang memerlukan tenaga kerja terdidik. Semakin rumit pekerjaan yang diperlukan, makin lama pendidikan dari tenaga ahli yang diperlukan. Upah yang diperoleh oleh tenaga terdidik lebih tinggi daripada para pekerja yang lebih rendah pendidikannya. Tenaga kerja yang lebih tinggi pendidikannya memperoleh pendapatan yang lebih tinggi karena pendidikannya mempertinggi kemampuan kerja menaikkan produktivitas.

4. Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan.

Faktor bukan keuangan misalnya ada tidaknya perumahan yang tersedia, jauh dekatnya kepada rumah pekerja, apakah ada di kota besar atau daerah terpencil atau pekerjaannya terpisah dari keluarga atau tidak. Faktor-faktor bukan keuangan diatas mempunyai peranan cukup penting dalam memilih pekerjaan. Seseorang dapat menerima upah yang lebih rendah dari upah yang ditawarkan jika terdapat faktor pertimbangan bukan keuangan yang sesuai dengan keinginannya.

5. Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja.

Jika dalam pasar tenaga kerja terjadi perbedaan upah, maka tenaga kerja akan mengalir ke pasar tenaga kerja yang upahnya lebih tinggi. Upah dari suatu pekerjaan di berbagai wilayah tidak selalu sama yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja.

(15)

36

lebih kecil dari kebutuhan hidup minimum (Sumarsono, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia menetapkan penerapan upah minimum.

Upah minimum yang diatur dalam PP No. 8 Tahun 1981 yang disadur kembali oleh Sumarsono (2003) merupakan upah yang ditetapkan secara Minimum Regional, Sektoral Regional maupun Sub Sektoral.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memuat tentang Upah Minimum pada pasal 88 ayat 3 sebagai berikut :

a. Upah Minimum berdasarkan wilayah berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/ kota;

b. Upah Minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/ kota. Berdasarkan undang-undang tersebut berarti pemerintah harus menyusun peraturan pemerintah tentang upah minimum, agar apa yang dimaksud oleh undang-undang menjadi lebih jelas. Upah minimum yang berlaku di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota (Bachrun, 2012).

2.6 Keterkaitan Keberadaan Pengangguran dengan Upah

(16)

37

Gambar 2.1 Grafik Kekakuan Upah

Kekakuan upah diilustrasikan pada Gambar 2.1 , dimana upah keseimbangan terjadi pada W0 (upah semula) dan tidak turun ke W* ketika permintaan menurun dari

D0 ke D1. Pengangguran sejumlah L0 - L1 , dimana L0 adalah jumlah tenaga kerja

yang ingin ditawarkan oleh rumah tangga pada tingkat upah W0 dan L1 adalah jumlah

tenaga kerja yang ingin dipekerjakan oleh perusahaan pada tingkat upah W0 . L0 - L1

adalah jumlah pekerja yang ingin bekerja pada W0 tetapi tidak menemukan pekerjaan.

Ketika terjadi penurunan permintaan agregat maka akan menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja akan turun bergeser ke kiri bawah, dari D0 ke D1 . Jika

tingkat upah cukup kaku pada tingkat W0 , maka tingkat kesempatan kerja akan turun

lebih besar bukan pada L* tapi sampai pada L1. Dengan demikian terjadi

pengangguran yang lebih besar yaitu sebesar L0L1 (Santoso, 2012).

(17)

38

Sukirno (2010) memaparkan pandangan ahli-ahli ekonom klasik bahwa apabila terjadi pengangguran, mekanisme pasar akan menciptakan penyesuaian-penyesuaian di dalam pasar tenaga kerja sehingga akhirnya pengangguran dapat dihapuskan. Penganggur akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang lebih rendah dari yang berlaku di pasar. Keadaan ini akan menimbulkan kekuatan-kekuatan yang akan menurunkan tingkat upah dan penurunan dalam tingkat upah ini akan memperluas kegiatan ekonomi. Namun pandangan ekonom klasik tersebut memiliki kelemahan karena tidak dapat memberikan penjelasan mengenai terjadinya pengangguran yang disebabkan oleh kekurangan permintaan agregat yang dapat terjadi. Ahli-ahli ekonomi klasik memusatkan perhatian kepada permintaan yang cukup besar terkait hasil produksi yang terbatas dan efisien tanpa menghiraukan permintaan kebutuhan masyarakat yang menurun.

Case dan Fair (2004) juga menjelaskan bahwa pengangguran berpusat pada teori upah efisiensi, yang mengatakan bahwa produktivitas pekerja akan naik mengikuti kenaikan tarif upah. Jika demikian, perusahaan terdorong untuk membayar upah diatas tingkat yang mampu menormalkan kelebihan penawaran di pasar. Manfaatnya adalah perputaran tenaga kerja (turn over) yang lebih rendah, semangat kerja yang meningkat dan kelalaian kerja yang berkurang.

2.7 Kemiskinan

(18)

39

multidimensional yang mencakup dimensi rendah tingkat pendidikan dan kesehatan, tidak adanya jaminan masa depan, kerentanan (vulnerability), ketidakberdayaan, ketidakmampuan menyalurkan aspirasi dan ketersisihan dalam peranan sosial.

Todaro (2006) berpendapat bahwa besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu pada garis kemiskinan (poverty line). Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif.

a. Kemiskinan absolut adalah tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Angka KFM ini berbeda-beda dari satu Negara ke Negara lainnya, bahkan dari satu daerah ke daerah lainnya serta bias berubah-ubah dari waktu ke waktu. PBB pernah menetapkan “Garis Kemiskinan Internasional” sebesar US$ 125.- per tahun

dapat digolongkan berada di bawah Garis Kemiskinan atau berada dalam Kemiskinan Absolut

b. Kemiskinan relatif dapat dilihat dengan memperbandingkan proporsi atau persentase penduduk yang berada pada dan di bawah garis kemiskinan absolut dengan jumlah penduduk keseluruhan. Untuk lebih memperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang tingkat kemiskinan relatif atau pemerataan kesejahteraan ekonomi perlu diketahui distribusi pendapatan. Ukuran disribusi pendapatan dapat diukur dengan “Rasio Konsentrasi Gini” (Gini Consentration Ratio) atau

(19)

40

nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Koefisien Gini pada Negara-negara yang dikenal begitu tajam ketimpangan kesejahteraan di kalangan penduduknya berkisar 0,50 hingga 0.70. sedangkan untuk Negara-negara yang distribusi pendapatannya dikenal paling merata, Koefisien Gini berkisar antara 0,20 sampai 0,35.

Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan sebagai “poverty is lack of shelter. Poverty is beinh sick and not being able to see a doctor. Poverty is not being able to go to school and not knowing how to read. Poverty is not having a job, is fear of the future, living one day at time. Poverty is losing a child to illness brought about by

clean water. Poverty is powerlessness. Lack of representation ang freedom”.

Kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan sumber air bersih. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan, kurangnya representasi dan kebebasan (Maipita, 2014).

Menurut Sajogyo (1977) garis kemiskinan berdasarkan kebutuhan minimum rumah tangga adalah senilai 2.140 kg beras setiap orang per tahun di pedesaan dan 360 kg beras setiap orang per tahun di daerah kota. Penetapan garis kemiskinan ini yang setara dengan nilai beras dimaksudkan untuk dapat membandingkan tingkat hidup antar waktu dan perbedaan harga kebutuhan pokok antar wilayah.

(20)

41

1. Penghasilan rendah, atau berada dibawah garis sangat miskin yang dapat diukur dari tingkat pengeluaran per orang per bulan berdasarkan standar BPS per wilayah provinsi dan kabupaten/ kota.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/ beras untuk orang miskin/ santunan social).

3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per tahun (hanya mampu memiliki satu stel pakaian lengkap per orang per tahun). 4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga

yang sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya. 6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual

untuk membiayai kebutuhan hidup selama 3 bulan atau 2 kali batas garis sangat miskin.

7. Tinggal dirumah yang tidak layak huni. 8. Sulit memperoleh air bersih.

Sedangkan indikator miskin menurut BPS (2007) yaitu :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu/ kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

(21)

42

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/ Poliklinik.

12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000.- per bulan. 13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga; tidak bersekolah/ tidak tamat SD/

hanya SD.

14.Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000.- seperti : sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Suharto (2009) berpendapat bahwa secara konseptual kemiskinan diakibatkan oleh 4 (empat) faktor yaitu :

(22)

43

2. Faktor sosial. Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, jender, etnis yang menyebabkan seseorang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini adalah kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi.

3. Faktor kultural. Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjukkan pada konsep “kemiskinan kultural” atau “budaya kemiskinan” atau mentalitas. Penelitian Oscar Lewis di Amerika

Latin menemukan bahwa orang miskin memiliki sub-kultur atau kebiasaan tersendiri, yang berbeda dengan masyarakat kebanyakan. Sikap-sikap negatif seperti malas, fatalism atau menyerah pada nasib, tidak memiliki jiwa wirausaha, dan kurang menghormati etos kerja, misalnya, sering ditemukan pada orang-orang miskin.

4. Faktor struktural. Menunjuk pada struktur atau system yang tidak adil, tidak sensitive dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Sebagai contoh, system ekonomi neoliberalisme yang diterapkan di Indonesia telah menyebabkan para petani, nelayan, dan pekerja sektor informal terjerat oleh, dan sulit keluar dari, kemiskinan. Sebaliknya stimulus ekonomi, pajak dan iklim investasi lebih menguntungkan orang kaya dan pemodal asing untuk terus menumpuk kekayaan.

(23)

44

mempertahankan standar hidupnya yang sudah rendah. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa kemiskinan menjadi penyebab berlanjutnya kemiskinan karena Negara-negara miskin tidak mampu menghemat dan berinvestasi secara memadai untuk menghimpun stok modal yang akan membantu mereka bertumbuh. Kelangkaan modal tersebut mungkin disebabkan oleh kekurangan dorongan bagi warga Negara untuk menabung dan melakukan investasi secara produktif dibandingkan oleh kelangkaan mutlak pendapatan apapun yang tersedia bagi akumulasi modal. Kebijakan pemerintah Negara-negara berkembang termasuk plafon harga, kontrol impor dan kecocokan seketika dari property swasta cenderung menghambat investasi yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkembang tersebut.

Ciri-ciri umum dari setiap Negara berkembang dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori utama sebagai berikut :

1. Standar hidup yang relatif rendah, ditunjukkan oleh tingkat pendapatan yang rendah ketimpangan pendapatan yang parah, kondisi kesehatan yang buruk dan kurang memadainya sistem pendidikan.

2. Tingkat produktivitas yang rendah. Rendahnya tingkat produktivitas dapat dinaikkan dengan cara memobilitasi tabungan domestik dan penarikan ketentuan modal serta investasi di bidang pendidikan dan pelatihan untuk menambah keterampilan pengelolaan setiap orang (tenaga kerja) guna memaksimumkan potensi investasi manusia dan fisik tersebut.

(24)

45

banyak penduduk di Negara-negara berkembang yang masih berjuang melawan kekurangan gizi, penyakit dan kesehatan yang buruk. Secara umum dapat dikatakan bahwa masalah kekurangan gizi (malnutrition) dan buruknya kondisi kesehatan di Negara-negara berkembang kebih disebabkan oleh kemiskinan dan bukannya oleh kelangkaan produksi makanan, walaupun kedua faktor tersebut secara tidak langsung saling berkaitan.

4. Ketergantungan pendapatan yang sangat besar kepada produksi sektor pertanian serta produk-produk primer (bahan-bahan mentah).

Dudley Seers (1969) menyatakan bahwa makna pembangunan ekonomi bukan semata peningkatan pendapatan per kapita, akan tetapi penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan pendapatan. Pengurangan pengangguran merupakan cara untuk menghilangkan masalah utama kemiskinan dan ketimpangan pendapatan penduduk (antar wilayah). Pembangunan yang dilakukan belum sepenuhnya berjalan karena pertumbuhan ekonomi tidak mengurangi pengangguran dan kemiskinan dalam persentase signifikan ditengah investasi yang jauh dibawah target pembangunan jangka menengah.

2.8 Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara

(25)

46

0,1604. Sedangkan wilayah timur memiliki indeks Williamson terbesar berkisar 0,1598 hingga 0,1720. Ketimpangan terjadi pada Kabupaten Asahan, Kota Medan, Kabupaten Labuhan Batu dan Deli Serdang. Dijelaskan bahwa ketimpangan relatif lebih besar terjadi di wilayah timur dibandingkan dengan wilayah barat. Ketimpangan yang terjadi diantara wilayah barat dan wilayah timur akibat adanya perbedaan potensi sumber daya wilayah, infrastruktur transportasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, sumber daya manusia, kepadatan penduduk, investasi, sumber daya alam dan heterogenitas suku (open region).

(26)

47

Jumlah penduduk miskin di wilayah Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.3 Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara Tahun 2009-2012

Sumber : diolah dari Data BPS Provinsi Sumatera Utara

(27)

48

Dalam menghitung angka kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, sehingga melalui pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan (Rofiq, 2014). Pada Maret 2014 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp 318.398,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp 338.234,- per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp 299.145,- per kapita per bulan. Dibanding September 2013, garis kemiskinan Sumatera Utara pada Maret 2014 naik 2,36 persen. Garis kemiskinan di perkotaan naik 2,33 persen dan garis kemiskinan di perdesaan naik 2,38 persen.

(28)

49

Tabel 2.4 Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2004 – 2014

Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa

Maret 2004 142 966 114 214 122 414

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

2.9 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu skema dalam penelitian yang menggambarkan hubungan antar konsep/variabel yang diteliti yang diturunkan dari kerangka teori (Polit & Hungler, 1999). Hubungan antar konsep (relational statement) yang digambarkan pada kerangka konsep akan menentukan independen dan dependen variabel, hipotesis yang akan dirumuskan, disain yang dipilih, metode statistik yg akan digunakan, serta hasil penelitian yang diharapkan.

(29)

50

dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat Kemiskinan. Berdasarkan pertimbangan diatas maka dibuat kerangka konsep, hubungan antara pertumbuhan ekonomi, tingkat pengaangguran dan upah minimum terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Data yang diamati adalah data 5 (lima) tahun belakangan di setiap wilayah Kabupaten Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

2.10 Skema Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka Konsep dari penelitian ini dapat dilihat dari bagan berikut :

2.11 Hipotesis

Sesuai dengan judul yang diambil yaitu “Analisis pengaruh pertumbuhan

ekonomi, tingkat pengangguran dan upah minimum terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara” maka hipotesa dalam penelitian ini adalah :

1. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.

PERTUMBUHAN EKONOMI

(X1)

TINGKAT PENGANGGURAN

(X2)

UPAH MINIMUM (X3)

(30)

51

2. Tingkat pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara.

3. Upah minimum berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. 4. Pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka dan upah minimum

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Ekonomi Terpilih Sumatera Utara
Tabel 2.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013
Gambar 2.1 Grafik Kekakuan Upah
Tabel 2.3 Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara Tahun 2009-2012
+2

Referensi

Dokumen terkait

CD Elektronik tanaman hias berbasiskan komputer ini dibuat dengan menggunakan Macromedia Flash MX, sehingga dalam pembelajaran akan lebih baik karena tampilan sajiannya yang menarik.

Pemeriksa Pidsus (inspektur ll) Pemeriksa Pegasum (inspektur lll) Pemeriksa Kepbang (inspektur lll) Pemeriksa Pidum (inspektur lll) Pemeriksa Datun (insPektur

Pada penulisan ilmiah ini, penulis mencoba menerangkan suatu informasi dengan fasilitas website tentang sebuah promosi yang dilakukan oleh group band baru yang bernama dkaiza

Penulisan ilmiah ini menjelaskan cara membuat website Fashion's Boutique dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP (PHP Hypertext Preprocessor), HTML (Hypertext Markup Language),

Artinya, kenaikan kesulitan dalam game melatih pemain secara mental memanipulasi kesulitan mengatur balok-balok Tetris menjadi terasa lebih mudah. Akibatnya, kerja otak menjadi

INDONESIA 3.5 Mengenal teks permintaan maaf tentang sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah banjir adalah: (1) mematuhi ketentuan tentang Koefisien Bangunan Dasar (KBD) bangunan sehingga kemampuan peresapan air ke dalam

Mata kuliah memberi pemahaman bagaimana dibahas perubahan social sebagai gejala umum, keterkaitan antara perubahan social dan perubahan kebudayaa,