BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, modal intelektual telah berkembang dengan adanya
PSAK No.19 (revisi 2009) tentang aset tidak berwujud (Intangible Asset).
Menurut Oxford English Reference Dictionary, intangible adalah “ something
that cannot be precisely measured or assessed”. Namun banyak orang
memiliki pemahaman yang salah mengenai makna kata intangible.
Kebanyakan orang menganggap intangible dalam dunia bisnis hanyalah sebatas
intellectual property saja, padahal sebenarnya intangible juga terdiri dari
keunggulan kompetitif, jasa, kepuasan, tingkat pengetahuan dan masih
banyak faktor lainnya yang mampu menciptakan dan memunculkan
keunggulan kompetitif (Standfield, 2005).
Meskipun telah ditetapkan dalam PSAK No. 19 pengungkapan modal
intelektual di Indonesia masih belum memadai, hal ini disebabkan oleh
rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia terhadap pentingnya modal
intelektual dalam menciptakan dan mempertahankan keuntungan kompetitif, dan
nilai saham (Suhardjanto dan Wardhani, 2010). Dengan adanya PSAK No. 19 (Revisi 2009), tentunya harus membuat perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia melaporkan aset tak berwujud yang mereka miliki, namun IAI
sebagai regulator belum mewajibkan perusahaan, terutama yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melaporkan modal intelektual tersebut, jadi
pengungkapannya masih bersifat sukarela. Banyak sedikitnya jumlah informasi
biaya untuk mengungkapkan informasi cenderung mahal (Foster dalam Meek,
Roberts dan Gray, 1995). Perusahaan akan mengungkapkan informasi secara
sukarela apabila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi
tersebut lebih besar dari biayanya (Choi dan Levich dalam Meek, Roberts dan
Gray, 1995). Biaya yang dikeluarkan tergantung juga dari banyak sedikitnya
informasi yang diungkapkan.
Hal menarik yang menyebabkan penelitian ini dilakukan dalam konteks
Indonesia dikarenakan belum adanya standar di Indonesia yang menetapkan
item-item apa saja yang termasuk dalam aset tak berwujud yang merupakan
bagian dari modal intelektual yang harus dilaporkan. Berdasarkan survei global
yang dilakukan William (dalam Purnomosidhi, 2005), pengungkapan modal
intelektual merupakan salah satu dari jenis informasi yang dibutuhkan pemakai
untuk mengetahui kondisi perusahaan dari segi penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
White et al. (2007) mengemukakan bahwa suatu kunci riset pada
pengungkapan modal intelektual adalah pengungkapan pada nilai tak berwujud
seperti pengetahuan karyawan, hubungan pelanggan dan visi strategis . Sveiby
(1997) merupakan peneliti pertama yang meneliti tentang isu modal manusia
(human capital) dalam organisasi. Pekerja yang memiliki pengetahuan yang
didapat dari pelatihan atau pendidikan formal dan informal lainnya akan
memberikan kontribusi yang lebih baik bagi perusahaan (Sveiby, 1997).
Konsep modal intelektual dipopulerkan oleh Stewart (1994) ketika dia
menjadi penulis pada majalah Fortune yang berisikan ide baru dalam bisnis
meningkatkan nilai perusahaan. Stewart (1998) kemudian menulisnya dalam
sebuah buku berjudul "Intellectual Capital : The New Wealth of Organization".
Menurut Organisation for Economic Cooperation and
Development/OECD (1999) kebangkitan ekonomi baru ditandai dengan
perubahan dan perkembangan yang sangat cepat dari teknologi informasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Secara khusus OECD juga menjelaskan bahwa
modal intelektual sangat penting karena merupakan revolusi dibidang teknologi
informasi dan lingkungan informasi menunjukkan semakin pentingnya
pengetahuan dan ekonomi berbasis pengetahuan, adanya perubahan pola dalam
kegiatan antar personal dan jaringan di masyarakat yang mengutamakan inovasi
dan kreativitas sebagai hal yang paling pokok dalam memenangkan persaingan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa modal intelektual merupakan bagian integral
dari proses penciptaan nilai perusahaan dan sangat penting juga dalam
menciptakan dan memelihara nilai lebih atau keunggulan bersaing (OECD, 2000).
Investasi dalam modal intelektual sangat unik untuk beberapa
perusahaan tertentu dan tidak bisa disajikan dengan melihat atau
membandingkannya dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan lain. Hal
inilah yang kemudian menimbulkan debat karena laporan keuangan tradisional
dianggap tidak dapat menyajikan nilai yang sebenarnya dari laporan keuangan
(Lev, 2001), terutama ketidakmampuan laporan keuangan tradisional untuk
menangkap pemicu nilai perusahaan di ekonomi baru seperti aset pengetahuan
(knowledge asset), sumber daya manusia dan kepuasan konsumen (Bontis, 1998).
kepada perusahaan untuk mengungkapkan informasi tentang modal intelektual
pada laporan tahunan.
Menurut Edvinsson dan Malone (1997) serta Sveiby (2001), modal
intelektual merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menentukan
nilai perusahaan sehingga harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Boedi
(2008) menyatakan bahwa apabila modal intelektual tidak disajikan, maka secara
eksternal akan membuat investor kekurangan informasi tentang pengembangan
sumber daya tidak berwujud perusahaan sehingga akan menyebabkan persepsi
investor akan resiko menjadi lebih besar.
White et al. (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa item untuk
mengungkapkan modal intelektual yaitu dengan index pengungkapan sejumlah 78
item yang dikembangkan oleh Bukh et al. (2005). Index pengungkapan
merupakan suatu metoda untuk membuat angka pengungkapan informasi tertentu
yang menggunakan 1 untuk yang melakukan pengungkapan atau 0 untuk yang
tidak mengungkapkan pada masing masing item. Sistem pemberian kode dengan
menggunakan angka 0 dan 1 diharapkan dapat membantu peneliti tentang sejauh
mana perusahaan melakukan pengungkapan modal intelektual.
Ukuran yang digunakan oleh Bukh et al. (2005) untuk mengukur
pengungkapan modal intelektual yaitu dengan memisahkan pengungkapan modal
intelektual oleh perusahaan kedalam enam bagian seperti karyawan, pelanggan,
teknologi informasi, pemrosesan, riset dan pengembangan serta statemen strategis.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh market to
book ratio, leverage dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan informasi
di BEI. Perusahaan non keuangan yang dijadikan obyek penelitian meliputi
perusahaan jasa (hotel, transportasi, telekomunikasi, properti), pertambangan,
konstruksi dan manufaktur. Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah laporan
tahunan perusahaan non keuangan pada tahun 2011-2012.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1.Apakah market to book ratio, leverage dan ukuran perusahaan secara parsial
berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada laporan tahunan
perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun
2011-2012 ?
2.Apakah market to book ratio, leverage dan ukuran perusahaan secara simultan
berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual pada laporan tahunan
perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun
2011-2012 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh market to book ratio,
leverage, ukuran perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual pada
laporan tahunan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2012.
2.Untuk menguji dan mengetahui pengaruh market to book ratio, leverage dan
tahunan perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2012.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.Sebagai tambahan pengetahuan bagi literatur akuntansi mengenai pengaruh
modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2.Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian dan sebagai sarana untuk
mengembangkan wawasan dan pengetahuan intelektual bagi peneliti.
3.Sebagai bahan referensi bagi manajemen perusahaan dalam menyusun
kebijakan, terutama kebijakan yang berkaitan dengan pengungkapan informasi
modal intelektual pada laporan tahunan sehingga laporan tahunan perusahaan
memiliki nilai lebih.
4.Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Meizaroh dan
Lucyanda (2012), dengan judul " Pengaruh corporate governance, kinerja
perusahaan, dan umur perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual.
Hasil analisis penelitiannya menunjukkan bahwa corporate governance
berpengaruh signifikan positip terhadap pengungkapan modal intelektual dan
kinerja perusahaan menunjukkan signifikansi negatif terhadap pengungkapan
modal intelektual sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan
penelitian Meizaroh dan Lucyanda (2012) adalah pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan modal intelektual, tahun penelitian dan obyek
yang diteliti. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Meizaroh dan Lucyanda
(2012).
Tabel 1.1. Origininalitas Penelitian
No Keterangan Peneliti Terdahulu Peneliti Sekarang
1 Variabel Penelitian Variabel Independen :
-Corporate governance -Kinerja perusahaan -Umur perusahaan
Variabel Dependen:
-Pengungkapan Modal Intelektual
Variabel Independen :
-Market to book ratio -Leverage
-Ukuran perusahaan
Variabel Dependen:
-Pengungkapan Modal Intelektual
2 Objek Penelitian Perusahaan yang terdaftar di BEI
Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI