• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Badan Usaha Berbentuk CV (Commanditaire Vennootschap) Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Badan Usaha Berbentuk CV (Commanditaire Vennootschap) Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

COMMANDITER VENOOTSCHAP (CV) SEBAGAI BADAN USAHA

A. Tinjauan Umum Tentang CommanditerVenootschap (CV)

Pada dasarnya, sebahagian besar negara mengenal tiga bentuk organisasi

perusahaan, yaitu perusahaan perseorangan (sole proprietorship or sole trader),

perusahaan persekutuan (parnertship) dan perusahaan perseroan (company or

corporation).63 Perkembangan struktur perusahaan dalam persekutuan melahirkan

persekutuan dengan bentuk khusus yaitu Perusahaan Komanditer (CV) atau Limited

Partnership.64

Bentuk-bentuk badan usaha (bussiness organization) yang dapat dijumpai di

Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya. Sebahagian besar dari

bentuk-bentuk badan usaha tersebut merupakan peninggalan masa lalu (pemerintah Belanda),

diantaranya ada yang telah diganti dengan sebutan dalam bahasa Indonesia, tetapi

masih ada juga yang sebahagian masih mempergunakan nama aslinya, misalnya

Burgerlijk Maatschap/Maatschap, Venootschap onder Firma atau Firma (Fa), dan

Commanditaire Venootschap (CV). Kata Venootschap diartikan menjadi kata

“perseroan”, sehingga dapat dijumpai sebutan Perseroan Firma, Perseroan

Komantider dan Perseroan Terbatas. Bersamaan dengan itu, ada juga yang

63

Robert W

.

Emerson, Business Law, 4th Ed, (New York, USA: Barron’s Educational Series,

Inc, 2004), P

.

296, bandingkan dengan J

.

M

.

M Maejier, A Modern European Company Law System Commentary on the 1976 Dutch Legislation, (Netherlands: Sitjthoff & Noordhof International Publisher BV, 1978), Hal

.

1-3

.

64

Yetty Komalasari Dewi, Loc

.

,Cit

.

, Hal

.

53

.

Lihat juga Salvo Randazzo, The Nature of Partnership in Roman Law, Australian Jourbal of Legal History, 2005 Vol

.

9, Hal

.

127

.

(2)

menggunakan kata perseroan dalam arti luas, yaitu sebagai sebutan perusahaan pada

umumnya.65

Namun untuk badan usaha seperti Maatschap (demikian juga Firma dan CV),

sebaiknya tetap diterjemahkan dengan menggunakan kata “persekutuan” daripada

memakai kata perseroan. Hal ini sesuai dengan arti kata perseroan itu sendiri dan pula

Maatschap, Firma dan CV tidak menerbitkan saham. Apabila diperhatikan kata

”perseroan”, berasal dari kata “sero” yang artinya saham atau andil, sehingga

perusahaan yang mengeluarkan saham atau sero disebut perseroan, sedangkan yang

memiliki sero dinamakan “pesero” atau yang lebih dikenal dengan sebutan pemegang

saham. Jadi kata “persekutuan” tetap dipakai untuk padanan Maatschap, Firma dan

CV ini sesuai pula dengan terjemahan yang dipakai dalam KUHPerdata. Tetapi perlu

diingat bahwa CV juga mengenal sekutu pelepas uang, sehingga ada salah satu jenis

CV yang disebut “CV atas saham” yang modalnya dibentuk dari kumpulan

saham-saham. Barangkali untuk jenis “CV atas saham” tidak ada salahnya untuk disebut

sebagai “perseroan”.

66

Menurut para sejarawan, asal mula persekutuan bersamaan dengan asal mula

usaha swasta dimana pada masa Babilonia kuno, aset yang diakui adalah aset yang

dimiliki oleh kaum agamawan (temple property), sedangkan aset pribadi tidak dikenal

atau tidak ada. Selain itu masyarakat pada masa Babilonia kuno telah mengenal

65

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), Hal

.

22

.

(3)

persekutuan (partnership) dalam bidang pertanian dan perdagangan. Pada masa itu

menggunakan dua jenis persekutuan, yakni rent partnership dan trade partnership.67

Rent Partnership lahir apabila dua orang atau lebih orang bergabung menjadi sekutu

untuk mengolah suatu tanah. Pemilik tanah akan mengurangi harga sewa tanahnya

pada tahun pertama masa sewa untuk membersihkan tanah dan kemudian menaikan

harga sewa setelah tahun pertama masa sewa berlalu. Persekutuan mencatat biaya

sewa tanah dan membagi keuntungan secara sama rata. Pemilik tanah dapat

mengadakan rent partnership dengan orang lain lagi. Pengaturan ini sama dengan

sistem bagi hasil pertanian di masa modern. Sedangkan Trade Partnership atau

tapputum, mewajibkan para sekutu memberikan modal dalam bentuk uang yang sama

besar dalam suatu bidang usaha.68 Para sekutu akan menggunakan modal uang

tersebut untuk membeli barang dan menjualnya kembali untuk mendapatkan

keuntungan. Tapputum masa Babilonia inilah yang memiliki karakteristik seperti

commenda dan compagnia pada abad pertengahan.69

Menurut Roman Civil Law, suatu perjanjian societas (partnership,

persekutuan) adalah suatu perjanjian dimana dua atau lebih orang bersepakat untuk

memasukan, baik uang, barang atau tenaga ke dalam suatu usaha bersama, biasanya

67

Bradley T

.

Borden, Aggregate-Plus Theory of Partnership Taxation, (Georgia Law Review, Vol 43, 2009), Hal

.

727

.

Rent Partnership semaca persekutuan bagi hasil, sedangkan Trade

Partnership merupakan persekutuan dagang

.

68

Ibid,

.

69

(4)

untuk tujuan menjalankan perusahaan.70 Persekutuan adalah cabang ilmu hukum

yang terkait dengan kepemilikian bersama atas suatu barang (co-ownership) yang

lahir karena perjanjian konsensual dimana hak para pihak terhadap barang-milik

bersama tersebut diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum sebagaimana tercantum

dalam perjanjian dan mengikat diantara dua pihak dengan suatu tindakan bersama

(action pro socio). 71 Roman Societas yang merupakan bagian dari Roman

Partnership (Persekutuan pada masa Romawi) adalah suatu perjanjian (contract)

yang didasarkan pada persetujuan (agreement) antara dua pihak atau lebih yang

berkejasama untuk mencapai tujuan bersama (common aim).72

Kontribusi hukum Romawi ditunjukan dengan konsepsi dasar persekutuan

sebagai sesuatu perjanjian konsensual yang didasarkan pada iktikad baik dan

hubungan hukum yang lahir mengakibatkan perjanjian tersebut mengikat kepada para

sekutunya.73

70

Yetti Kumalasari Dewi, Op, Cit

.

, Hal

.

61

.

Lihat juga The jersey Law Commision, The

Jersey Law of Partnership, Consultation Paper No

.

2/2008/CP, Hal

.

10-11

.

Law Merchans atau Lex Mercatoria kemudian mengembangkan konsep

persekutuan dengan memperkenalkan doktrin mutual prapositio, dimana tanggung

jawab bersama (in solidum) para sekutu terhadap pihak ketiga atas kewajiban

persekutuan dan teori entitas untuk status hukum persekutuan. Ketika membahas

status hukum persekutuan, hal penting yang harus diingat adalah bahwa persekutuan

71 Ibid

.

72

Ibid, Hal

.

57

.

Lihat juga: Max Webber, The History of Commercial Partnership in The Middle Ages, (UK: Rowmand & Littlefield Publisher Inc, 2003), Hal

.

54-55

.

73

(5)

pada masa Romawi tidak didasarkan kepada pengelolaan (manajemen) tetapi pada

pemasukan (inbreng). Dengan melakukan analisis dari hubungan kebendaan inilah

kita akan dapat memahami sifat hubungan societas (persekutuan) Romawi dan hal ini

yang menyulitkan para ahli hukum menentukan status hukum persekutuan.74

Commenda adalah suatu pengaturan dimana seorang pemodal (commendator)

mempercayakan uangnya kepada sorang pedagang (commendatarius) sebagai modal

usaha dengan kesepakatan bahwa commendator tidak digunakan namanya dalam

menjalankan usaha tersebut dan walaupun ia berhak atas keuntungan usaha tersebut,

dia tidak akan bertanggungjawab atas kerugian usaha melebihi uang atau modal yang

diberikannya.75 Konsep ini menjadi awal dari apa yang saat ini dikenal di

negara-negara Eropa Kontinental dengan “partnership en commanditte” atau di

negara-negara Anglo-America dikenal dengan “limited partnership”.76

Penggunaan commenda untuk perdagangan jangka panjang berkembang

secara ektensif untuk pertama kalinya oleh bangsa Arab untuk memenuhi kebutuhan

kafilah dagang (perdagangan dengan menggunakan caravan) disepanjang Incense

Route dan jalur kuno lainnya yang menghubungkan Arab Selatan dengan

Mediterania. Menurut Udocitch, teks kenabian dan hukum pada masa sebelum dan

74

Ibid

.

75

J

.

Henning, Op

.

,Cit

.

, Hal

.

33

.

76

(6)

awal lahirnya Islam menggambarkan praktek kafilah dagang jangka panjang di dan

sekitar semenanjung Arab.77

Commenda sesungguhnya berasal dari lembaga Islam sebagaimana

dinyatakan dalam Al Quran, namun demikian banyak kalangan muslim mengaitkan

penggunaan commenda kepada Nabi Muhammad SAW yang sebelum diangkat

menjadi Rasul, melakukan perjalanan ke Syria untuk berdagang barang-barang yang

dimiliki oleh istrinya, Khadijah. Menurut tradisi, Nabi Muhammad SAW adalah

sekutu pedagang (traveling partner) dan Khadijah adalah sekutu pemodal dalam

commenda (persekutuan) ini. Dari semenanjung Arab, commenda berkembang ke

timur dan barat, dan berkembang dengan pesat dengan semakin berkembangnya

Islam ke Irak dan Syria, ke Palestina dan Mesir, serta ke Magribi.78

Perjanjian commenda pertama sekali di Eropa ditemukan di Venice dan

Genoa pada akhir abad 11 dan 12. Commenda kemudian berkembang ke barat

(Spanyol) dan ke utara (Jerman), namun terjadi perdebatan diantara ahli sejarah

apakah commenda masuk ke Inggris, sebab salah satu ahli sejarah, Postan,

menyatakan bahwa konsep commenda bertentangan dengan konsep common law dan

hukum yang berlaku di Inggris saat itu, serta bahwa common law telah

mengembangkan pengganti untuk lembaga ini. Namun demikian para ahli sejarah

Inggris menyatakan pula bahwa meskipun Inggris tidak menggunakan nama yang

77

Yetti, Op

.

, Cit

.

, Hal

.

65

.

78

(7)

berbeda untuk commenda, mereka menggunakan dan mengakui perjanjian yang

serupa dengan commenda pada akhir Abad 13.79

Awal mulanya commenda merupakan suatu perjanjian pinjaman yang

kemudian berkembang menjadi suatu bentuk perusahaan persekutuan yang kemudian

berkembang menjadi suatu bentuk perusahaan persekutuan, bertujuan mencari modal

untuk usaha pelayaran jangka pendek. Bentuk usaha persekutuan ini memberikan

sekutu pemodal atau investor (pelepas uang) bertanggung jawab terbatas (limited

liability) dan anomitas, sehingga memungkinkan pihak-pihak tertentu untuk

menyalurkan uang kedalam usaha yang menjanjikan tanpa mendapat resiko dihujat

karena bunga atau melanggar ketentuan tidak boleh terlibat dalam perdagangan.

Resiko investor hanyalah kehilangan investasi awalnya.80

Pemodal atau investor dalam commenda tidak saja membatasi resiko

tanggung jawab pribadinya atas utang perusahaan tetapi juga memikul resiko

kerugian yang terbatas yaitu hanya uang yang diberikannya dalam pesekutuan dan

bukan uang pribadinya. Resiko hilangnya uang harus dihadapi oleh commendator

(pelepas uang atau pemodal), dan resiko ini yang menentukan bagiannya dalam

keuntungan. Perbedaan antara pinjaman (loan) dengan persekutan (partnerhip)

terletak pada resikonya. Dalam hal pinjaman, resiko dipikul oleh kreditur, sedangkan

dalam hal persekutuan resiko dipikul oleh sekutu yang memasukan modal.81

79

Ibid

.

80

Ibid

.

, Lihat juga J

.

Henning, Op

.

, Cit

.

, Hal

.

41

.

81

(8)

Commenda adalah awal dari Persekutuan Komanditer (Limited Partnership),

yaitu suatu perjanjian multilateral yang tidak berimbang. Commenda mencakup

perjanjian investasi uang, jenis investasi dan cara pembayarannya. Disatu sisi, pihak

pemodal, yang disebut commendator, yang menyediakan modal dalam bentuk barang

dan uang untuk membeli barang-barang dagangan dan biaya untuk melakukan

perjalanan dagang. Disisi lain, terdapat traveling party, yakni pedagang yang

melakukan pelayaran, dan biasanya tidak memberikan investasi dalam bentuk uang.82

Dengan kata lain, commenda terbentuk jika terdapat investor menyerahkan

aset tertentu berupa uang tunai atau barang kepada pedagang yang membawa aset

tersebut untuk diusahakan, dan mempunyai kewenangan penuh terkait aset

berdasarkan pejanjian para pihak. Biasanya, investor menyediakan modal kepada

traveling party untuk setiap perjalanan, dan memberikan pembagian keuntungan

sekitar 75% untuk traveling party dan 25% untuk commendator.

83

Perjanjian

commenda juga merupakan suatu pengendalian dari tanggung jawab terbatas atas aset

dan usaha dari usaha tersebut. 84

Societe encommandite simple atau CV di Prancis, pertama kali diakui dalam

UU Tahun 1673, dan diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang

82

Stefano Paolo Catelani, Corporation and Their Governance Between History and Practice,

2007, Hal

.

4

.

.

83 Ibid

.

84

(9)

(Commercial Code) pada tahun 1807.85 Dalam hukum dagang Napoleon Prancis 1807

(French Napoleonic Code de Commerce of 1807) hanya mengatur tiga bentuk

perusahaan, yaitu:86

1. Societe en nom collective, yaitu dimana dua orang atau lebih bergabung untuk menjalankan suatu usaha atau dagang dengan nama mereka atau dengan suatu gabungan nama. Tiap anggota persekutuan dagang bertanggung jawab tidak terbatas (unlimited) secara tanggung menanggung atau tanggung renteng, atas semua utang persekutuan selama utang tersebut terjadi atas nama persekutuan atau dilakukan oleh anggota yang mempunyai kewenangan untuk mengikat semua sekutu.

2. Societe en commandite, yaitu dimana seorang pedagang atau pengusaha

mengadakan perjanjian persekutuan dengan seorang atau perusahaan yang mau menyediakan uang untuk perdagangan atau perusahaan dengan imbalan tertentu dari keuntungan yang didapat dan bersedia menanggung kerugian hanya sebatas atau sebesar uang yang diberikannya kedalam perdagangan atau perusahaan itu. Bentuk seperti ini dikenal dengan nama Limited Partnership

atau Persekutuan Komanditer (CV).

3. Societe anonyme et inconnue, yaitu dimana seua sekutu sepakat mengambil

bagian saham dalam suatu usaha yang akan dijalankan oleh satu atau beberapa orang. Sekutu tanpa nama ini tidak bertanggungjawab langsung terhadap kreditur persekutuan. Bentuk semacam ini sekarang dikenal dengan Limited Liability Partnership.

Belanda yang merupakan suatu negara jajahan Prancis memberlakukan juga

Code de napoleon yang memuat code de civil dan code de commerce pada tahun

1809, dan setelah merdeka selama 29 tahun, pada tahun 1838 Belanda melakukan

85

Yetti, Loc

.

, Cit

.

, Hal

.

78

.

Lihat juga Eric Hilt dan Kathrine E

.

O’Banion, Partnerhip without Kinship, (Cambridge: National Bureau of Economic Research, 2008), Hal

.

7

.

86

(10)

beberapa kodifikasi Burgelijk Wetboek (BW) dan Wetboek van Koophandel (WvK)

yang meniru kedua code diatas.87

Ketika masa penjajahan Belanda di Indonesia, BW dan WvK diberlakukan

oleh pemerintahan Belanda dengan “Asas Konkordasi”, yakni suatu asas yang

termuat didalam Pasal 131 Indinesich Straatregeling (IS), yang dimuat dalam

Staatblad No.23 tanggal 30 April 1847 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848.

Selanjutnya Burgelijke Wetboek diterjemahkan menjadi Kitab undang-undang Hukum

Perdata (KUHPerdata), sedangkan Wetboek van Koophandle menjadi Kitab

Undang-undang Hukum Dagang (KUHD).88

Mengingat CV adalah bentuk khusus dari persekutuan perdata (maatschap)

yang tunduk kepada KUHPerdata, maka berdasarkan pasal 1 dan pasal 15 KUHD

tersebut diatas, pada prinsipnya KUHPerdata berlaku pula bagi CV apabila

ketentuan-ketentuan dalam KUHD tentang CV tidak mengatur lain atau menyimpang. Adagium

hukum “lex specialis derogate lex generalis baru diberlakukan apabila suatu hal yang

sama terdapat dua ketentuan hukum yang bertentangan sehingga menimbulkan

ketidakpastian hukum. Namun jika kedua ktentuan hukum tersebut selaras dan saling

mendukung, maka keduanya tetp berlaku. Dengan demikian terhadap CV berlaku 2

87

Hans Warendorf, The Civil Code of The Netherlands, (The Netherlands: Kluwer Land International, 2009), Hal

.

xxi

.

88

(11)

(dua) ketentuan hukum, yakni KUHD dan untuk hal-hal tertentu berlaku

KUHPerdata.89

B. Commanditer Venootschap (CV) sebagai suatu Badan Usaha

Terdapat tiga jenis persekutuan komanditer (CV) yang dikenal,

yakni90

a. CV diam-diam, yaitu CV yang belum menyatakan dirinya terang-terangan

kepada pihak ketiga sebagai CV. Keluar (terhadap pihak-pihak diluar CV), persekutuan ini masih menyatakan dirinya sebagai Firma, tetapi persekutuan ini sudah menjadi CV karena salah seorang atau beberapa orang sekutu sudah menjadi anggota sekutu komanditer.

:

b. CV terang-terangan (terbuka), yaitu CV yang terang-terangan menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai CV. Hal itu terlihat dari tindakannya dalam bentuk publikasi berupa papan nama yang bertuliskan “CV” (misalnya CV Sejahterah). Bisa juga dalam penulisan di kepala surat yang menerangkan nama CV tersebut dalam berhubungan dengan pihak ketiga.

c. CV dalam saham, yaitu CV terang-terangan, yang modalnya terdiri dari

kumpulan saham-saham. Jenis terakhir ini sama sekali tidak diatur didalam KUHD, ia hanya muncul dari praktik dikalangan pengusaha atau dunia peniagaan. Pada hakikatnya CV dengan saham sama saja dengan jenis CV terang-terangan, bedanya hanya pada pembentukan modalnya saja yang terdiri dari saham-saham. Pembentukan modal CV dengan saham ini

dimungkinkan oleh Pasal 1337 ayat (1), 1338 ayat (1) KUHPerdata jo.

Pasal 1 KUHD. Karenanya, CV jenis terakhir ini juga semacam CV terang-terangan (CV biasa).

Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan sebagai persamaan dan perbedaan

antara CV dengan saham PT, yakni sebagai berikut:91

1. Persamaanya:

a. Modalnya sama-sama terdiri dari saham-saham, CV dengan saham

berbentuk saham atas nama (op naam); sementara pada PT bisa

89

Ibid

.

, Hal

.

87

.

90

H

.

M

.

N Purwosutjipto, Pengertian Hukum Dagang Indonesia (Bentuk-bentuk Perusahaan), Jilid 2 (Jakarta: Djambatan, 1991), Hal

.

75

.

91

(12)

berbentuk saham atas nama (op naam) atau saham atas pembawa (aan toonder).

b. Ada pengawasan dari komisaris. Pada CV dengan saham dapat

ditetapkan salah seorang dari sekutunya sebagai komisaris, yang bertugas mengawasai pekerjaan sekutu kerja. Meskipun dia komisaris, tetapi karena dia adalah sekutu komanditer, tetap saja dia tidak diperbolehkan mencampuri pengurusan. Dalam PT, komisaris merupakan satu organ perseroan yang harus ada disampinag RUPS dan direksi.

2. Perbedaannya:

a. Dalam CV dengan saham, dikenal adanya sekutu kerja (sekutu

komplementer) yang bertanggungjawab penuh secara pribadi untuk keseluruhan (tidak terbatas). Pertanggungjawaban seperti ini, pada PT mirip dengan direksi (pengurus), tetapi direksi tidak bertanggungjawab secara pribadi untuk keseluruhan (terbatas).

b. Sekutu kerja pada CV dengan saham, direksi boleh diangkat untuk

selamanya, sedangkan direksi pada PT tidak dapat diangkat untuk selamanya, ia bisa diberhentikan sewaktu-waktu.

Bentuk perseroan komanditer atau CV ini tidak diatur secara tersendiri dalam

KUHD melainkan digabungkan bersama dengan peraturan-peraturan mengenai

Perseroan Firma. Adapun dasar dari pembentukan perseroan ini adalah seorang atau

lebih mempercayakan uang atau barang untuk digunakan didalam perniagaan atau

lain perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang menjalankan perusahaan itu

sajalah yang pada umumnya berhubungan dengan pihak-pihak ketiga. Karena itu pula

si pengusaha bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga dan tidak semua

anggotanya yang bertindak ke luar.92

Rancangan BW Netherland Pasal 7.13.3.1 ayat (1) menetapkan bahwa CV

adalah persekutuan terbuka terang-terangan yang menjalankan suatu perusahaan,

92

(13)

dimana disamping satu orang atau lebih sekutu biasa (gewnovotten), juga mempunyai

satu orang atau lebih sekutu diam (commanditaire vennoten).93 Sedangkan dalam

Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perusahaan Komanditer adalah suatu perseroan

untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa

orang pesero yang secara tangggung-menanggung bertanggung jawab atas seluruhnya

(tanggung jawab solider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas

uang (geldshieter) pada pihak yang lain.94

Dalam KUHD, sekutu komanditer disebut juga dengan sekutu pelepas uang

(geldschieter). Menurut Purwosutjipto, pada “pelepas uang” (gledschieter), uang atau

benda yang telah diserahkan kepada orang lain dapat dituntut kembali apabila debitur

jatuh pailit. Tetapi uang atau modal yang diserahkan oleh sekutu komanditer kepada

sebuah persekutuan, tidak dapat dituntut kembali apabila persekutuan tersebut jatuh

pailit.95

Pengaturan mengenai persekutuan Firma terdapat dalam Pasal 16 s/d 35

KUHD, dan pengaturan mengenai CV diatur dalam tiga pasal, yakni terdapat didalam

Pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Dalam Pasal 19 KUHD disebutkan bahwa Persekutuan

komanditer (persekutuan pelepas uang) sebagai bentuk lain dari Firma, yakni Firma

yang lebih sempurna dan memiliki atau terdiri dari beberapa orang pelepas uang atau

komanditer. Dalam Firma biasa, sekutu komanditer tidak dikenal, tetapi

93

M

.

Nastzir Said, Hukum Perusahaan di IndonesiaI (perorangan), (Bandung: Almuni, 1987), Hal

.

188

.

94

C

.

S

.

T Kansil, Op,

.

Cit

.

, Hal

.

15

.

95

(14)

masing sekutu wajib memberikan pemasukan (inbreng) dalam jumlah yang sama,

sehingga kedudukan mereka dari segi modal dan tanggung jawab juga sama. Dalam

CV ada pembedaan antara sekutu komanditer (sekutu diam; mitra pasif; sleeping

partners) dan sekutu komplementer (sekutu kerja; mitra aktif; mitra biasa; pengurus;

working partners). Adapun pembedaan sekutu-sekutu itu membawa konsekuensi

pada pembedaan tanggung jawab yang diimiliki oleh masing-masing sekutu.96

Sekutu komanditer adalah sekutu yang tidak bertanggungjawab atas

pengurusan persektuan, sekutu ini hanya menempatkan modal (uang atau barang)

pada persekutuan dan mempunyai hak mengambil dalam aset persekutuan bila ada

untung sebesar nilai kontribusinya. Demikian juga, dia akan menanggung kerugian

sebesar nilai kontribusinya. Sedangkan sekutu komplementer adalah sekutu pengurus

yang bertanggungjawab atas jalannya persekutuan, bahkan pertanggungjawabannya

sampai kepada harta pribadinya.97

Pendirian suatu CV dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Apabila dibuat

dengan surat, maka dapat berupa akta otentik atau dibawah tangan. Dalam

praktiknya, sekarang pendirian sebuah CV dibuat dalam bentuk akta Notaris. Selain

tidak ada keharusan mengenai penggunaan akta Notaris dan pendaftaran CV, KUHD

juga tidak mengharuskan untuk melakukan pengumuman didalam Berita Negara

96

Mulhadi, Loc

.

, Cit

.

, Hal

.

58

.

97

(15)

Republik Indonesia.98 Sebagai perbandingan dalam pendirian suatu PT, diperlukan

suatu pendirian didepan Notaris yang menjadi keharusan dalam mendirikan PT dan

selanjutnya dimintakan pengesahan pada Menteri Hukum dan HAM guna suatu PT

memperoleh status badan hukum.99 Meskipun didalam KUHD tidak diatur mengenai

pendirian CV, namun mengingat CV diatur didalam satu title dengan Firma (bagian

Pertama Buku ke II KUHD) dan karena CV adalah bentuk khusus dari Firma, maka

cara pendirian Firma juga berlaku untuk CV.100

Commanditer Venootchap (CV) yang merupakan bentuk khusus dari Firma,

maka pendirian CV harus memperhatikan Pasal 22 KUHD.101 Sedangkan mengenai

pendaftaran CV harus mengacu kepada ketentuan Pasal 23 KUHD.102 Dengan

demikian, terhadap CV harus diberlakukan pendaftaran dan pengumuman dalam

Berita Negara Republik Indonesia, dan CV juga dianggap sebagai badan hukum

terpisah yang boleh memiliki kekayaan sendiri (separate property) yang terpisah dari

asset pribadi pada persero.103

98

Kurniawan, Hukum Perusahaan Karakteristik Badan Usaha Berbadan Hukum dan tidak Berbadan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Genta Publishinng, 2014), Hal

.

54

.

99

Lihat Pasal 9 ayat (1) UUPT No

.

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

.

100

Rudhi Prasetya, Maatscha, Firma dan Persekutuan Komanditer, (Bandung: PT

.

Citra Aditya, 2004), Hal

.

26

.

101

Pasal 22 KUHD berbunyi: “Tiap-tiap perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta yang demikian tidak dapat dikemukakan untuk merugikan pihak ketiga

.

.

102

Pasal 23 KUHD berbunyi: “Para perseroan firma diharuskan mendaftarkan akta tersebut dalm register yang disediakan untuk kepaniteraan Pengadilan Negeri yang dalam daerah hukumnya perseroan mereka bertempat kedudukan

.

.

103

(16)

Pendirian CV, yang merupakan bentuk khusus dari Firma, maka juga

mengikuti tata cara pendirian Firma. Pasal 22 KUHD menjelaskan bahwa firma harus

didirikan dengan akta otentik, namun dalam baris selanjutnya tidak harus dengan akta

otentik.104 Sehingga kesimpulannya adalah Perseroan Firma dapat didirikan secara

bebas, baik secara lisan maupun dengan akta. Adapun maksud dari diperlukannya

akta otentik adalah untuk membuktikan kedudukan para anggota firma, apabila

kedudukan mereka itu dibantah atau diingkari oleh pihak ketiga. Hal ini disebabkan

akta otentik yang disahkan oleh Notaris berisi Anggaran Dasar (AD) dari Perseroan

Firma tersebut. Sedangkan maksud dari Firma tidak harus didirikan dengan akta

otentik adalah bahwa tanpa adanya akta otentik tetap ada firma, yang

dipertanggungjawabkan sepenuhnya dari/oleh para anggotanya.105

Menurut pasal 16 KUHD jo Pasal 1619 KUHPerdata, pendirian Firma tidak

diisyaratkan adanya akta, tetapi Pasal 22 KUHD mengharuskan pendirian Firma itu

dengan akta otentik. Namun demikian, ketentuan Pasal 22 KUHD ini tidak diikuti

dengan sanksi apabila pendirian Firma itu dibuat tanpa akta otentik. Bahkan menurut

pasal ini, diperbolehkan juga Firma didirikan tanpa akta otentik. Ketiadaan akta

otentik tidak dapat dijadikan argumen untuk merugikan pihak ketiga. Ini menunjukan

bahwa akta otentik tidak menjadi syarat mutlak bagi pendirian Firma, sehingga

104

Menurut Pasal 1868 KUHPerdata, Akta Otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum (biasanya notaris) yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya

.

Lebih lanjut Pasal 1870 KUHPerdata menyatakan, suatu akta otentik memberikan kepada pihak beserta ahli-ahli warisnya atau orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya

.

105

(17)

menurut hukum suatu Firma tanpa akta otentik juga dapat berdiri. Akta hanya

diperlukan apabila terjadi suatu proses. Disini kedudukan akta itu lain daripada akta

pendirian suatu PT. Pada PT, akta otentik merupakan salah satu syarat pengesahan

berdirinya PT, karena tanpa akta otentik, PT dianggap tidak pernah ada.106

Menurut Pasal 13 Undang-Undang No.3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar

Perusahaan, mewajibkan didaftarkannya perusahaan. Dalam Pasal 13 ayat (1) UU

Nomor 3 Tahun 1982 menyebutkan bahwa:107

1) Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer, hal-hal yang

wajib didaftarkan adalah:

a. Tanggal pendirian dan jangka waktu berdirinya persektuan;

b. 1. Nama persekutuan dan atau nama perusahaan; 2. Merek perusahaan; c. 1. Kegiatan pokok dan lain-lain kegiatan usaha persekutuan;

2. izin-izin usaha yang dimiliki;

d. 1. Alamat kedudukan persekutuan dan atau alamat perusahaan;

2. alamat setiap kantor cabang. Kantor pembantu, dan agen serta perwakilan persekutuan;

e. Jumlah sekutu yang diperinci dalam jumlah sekutu aktif dan jumlah

sekutu pasif;

f. Berkenaan dengan setiap sekutu aktif dan pasif; 1. Nama lengkap dan setiap alias-aliasnya;

2. Setiap namanya dahulu apabila berlainan dengan f angka 1; 3. Nomor dan Tanggal tanda bukti diri;

4. Alamat tempat tinggal yang tetap;

5. Alamat dan negara tempat tinggal yang tetap apabila tidak bertempat tinggal di Negara Republik Indonesia;

6. Tempat dan tanggal lahir;

7. Negara tempat lahir apabila dilahirkan diluar wilayah Negara Republik Indonesia;

8. Kewarganegaraan pada saat pendaftaran;

106

Mulhadi, Op

.

,Cit

.

, Hal

.

48

.

Bandingkan dengan Achmad Ichsan, Hukum Dagang: Lembaga Perserikatan, Surat-surat Berharga, Aturan-aturan Pengangkutan, (Jakarta: P

.

T

.

Pradnya Paramita, 1993), Hal

.

124

.

107

(18)

9. Setiap kewarganegaraan dahulu apabila berlainana dengan huruf f angka 8;

g. Lain-lain kegiatan usaha dari setiap sekutu aktif dan pasif;

h. Besar modal dan atau nilai barang yang disetorkan oleh setiap sekutu aktif dan pasif;

i. 1. Tanggal dimulainya kegiatan persekutuan;

2. Tanggal dimasukannya setiap sekutu aktif dan pasif yang baru bila terjadi setelah pendirian persekutuan;

3. Tanggal pengajuan permintaan pendaftaran;

j. Tanda tangan dari setiap sekutu aktif yang berwenang menandatangani untuk keperluan persekutuan;

2) Apabila perusahaan berbentuk Persekutuan Komanditer atas saham, selain

hal-hal sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) Pasal ini, juga wajib didaftarkan hal-hal mengenai:

a. Desarnya modal komanditer;

b. Banyakanya saham dan besarnya masing-msaing saham;

c. Besarnya modal yang ditempatkan;

d. Besarnya modal yang disetor;

3) Pada waktu mendaftarkan wajib diserahkan salinan resmi akta pendirian yang disahkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.

Seperti halnya firma yang dianggap sebagai badan hukum terpisah, yang

boleh mempunyai aset sendiri, terpisah dari aset pribadi dan mitra, maka apabila

modal CV besar, terdapat kemungkinan dibagi menjadi saham atas nama dan atas

tunjuk (aan tonder). Saham-saham dapat dialihkan atau diwariskan. Demikian juga

pengalihan hak atas piutang dengan cara cessie.108

Cessie adalah perbuatan hukum mengalihkan piutang oleh kreditor pemegang

hak tanggungan kepada pihak lain, yang menurut rumusan Pasal 613 ayat (1)

KUHPerdata, merupakan suatu bentuk penyerahan yuridis piutang-piutang atas nama.

108

(19)

Cessie ini harus dilakukan dalam bentuk tertulis dan dengan persetujuan pengetahuan

debitor untuk memperoleh akibat hukum bagi debitor.109

Persekutuan Komanditer (CV) tidak diatur secara khusus oleh

undang-undang, baik didalam KUHPerdata maupun KUHD, akan tetapi pengaturannya

mengacu pada ketentuan-ketentuan Maatschap dalam KUHPerdata dan Persekutuan

Firma, antara lain Pasal 19,20, 21, 30 ayat (2) dan 32 KUHD. Ketentuan-ketentuan

Maatschap diberlakukan tentu saja sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan

dalam KUHD seperti disebutkan diatas.110

Kedudukan hukum CV dikenal dalam keadaan statis—tunduk sepenuhnya

pada Hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD). Demikian juga dalam keadaan

bergerak—tunduk sepenuhnya kepada Hukum Perdata (KUHPerdata dan KUHD).

Kedudukan hukum CV dalam keadaaan statis dimaksudkan semua perbuatan dan

perhubungan hukum intern CV, seperti perbutan hukum pendirian yang dilakukan

dihadapan Notaris (Pasal 22 ayat (1) KUHD). Demikian juga dengan perhubungan

hukum intern CV dengan para pengurus sekutu komanditer dan sebagainya.

Kedudukan hukum CV dalam keadaan bergeraknya dimaksudkan setiap perbuatan

dan berhubungan hukum keluar (extern) dengan pihak ketiga.

111

Khusus terhadap CV Atas Saham, maka ketentuan tentang pengaturan

kedudukan saham-saham dan pemegang saham mirip dengan ketentuan yang

109

Ibid

.

110

Mulhadi, Loc

.

,Cit

.

111

(20)

mengatur saham pada Perseroan Terbatas (PT). Sedangkan perbedaannya terletak

antara lain dalam hal-hal sebagai berikut.112

a. Anggota persero dalam CV atas saham yang melakukan tindak

pengurusan pengelolaan (daden can beheer) adalah para komplementaris yang mempunyai tanggung jawab yang tidak terbatas sampai dengan semua harta milik pribadinya. Sebaliknya, anggota pengurus PT hanya bertanggungjawab terbatas terhadap tugas yang dibebankan kepadanya; mereka tidak terikat pada pihak ketiga dengan adanya perjanjian yang diadakan untuk kepentingan PT.

b. Para komplementaris tersebut mempunyai kedudukan yang berbeda

dengan para pengurus PT.

Sistem BW baru Belanda memberlakukan CV terang-terangan (terbuka) dan

CV atas saham sebagai badan hukum, akan tetapi CV diam-diam tidak dianggap

sebagai badan hukum. Dalam ketentuan hukum lama Belanda, sudah lama diketahui

bahwa harta kekayaan CV terpisah dari kekayaan para sekutu pengurusnya. Dalam

sebuah undang-undang di Belgia, terhadap CV diam-diam maupun CV atas saham

secara tegas dinyatakan sebagai badan hukum. Sedangkan di Prancis, baik Firma

maupun CV dipandang sebagai badan hukum. Para ahli hukum dan yurisprudensi

cenderung menganggap Firma dan CV sebagai badan hukum dan hal ini diberlakukan

agar pihak ketiga lebih terjamin kepentingannya.113

Namun perdebatan apakah persekutuan dianggap sebagai entitas atau badan

yang terpisah tetapi memiliki suatu perjanjian (contract) sampai saat ini terkadang

masih menimbulkan pertanyaan. Hukum Persekutuan Belanda yang berlaku saat ini

112

Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1986), Hal

.

311

.

113

(21)

tidak memberikan status badan hukum kepada persekutuan dan tidak mengatur

kemungkinan mengubah persekutuan menjadi suatu PT Tertutup yang memiliki

status badan hukum. Jika para sekutu, karena hukum atau peraturan yang berlaku,

harus meneruskan perusahaan mereka dalam perusahaan berbadan hukum, maka

mereka harus mendirikan suatu PT dan meneruskan perusahaan mereka dalam PT

tersebut. Oleh karena itu, dimungkinkan untuk menyerahkan aset atau kekayaan

persekutuan sebagai suatu penyertaan saham dalam PT sepanjang

persyaratan-persyaratan formal telah dilakukan.114

Saat ini status hukum persekutuan di Belanda tidak berbadan hukum115,

walaupun faktanya para sekutu memiliki suatu perjanjian yang mengikat, seperti

halnya dalam Hukum Persekuruan Inggris116, dan bahwa beberapa hal persekutuan

dianggap entitas yang terpisah (separate entity) yang bukan berbadan hukum. Di

Belanda muncul pertanyaan bagaimana dan bila eksistensi atau keberadaan entitas

yang terpisah penting dan relavan. Pembahasan tentang hal seperti ini mengemukakan

ketika, misalnya, masalah-masalah yang terkait dengan hukum acara dan persoalan

apakah kreditur persekutuan mendapatkan posisi yang lebih baik daripada kreditur

pribadi para sekutu atas kekayaan persekutuan.117

114

Yetti, Op

.

, Cit

.

, Hal

.

94

.

Lihat juga Monique Koopert-Van beek, The New Dutch

Partenership Law, European Company Law , Vol

.

4 December 2007, Hal

.

266

.

115

Mads Adenas & Frank Wooldridge, European Comparative Companu Law, United Kingdom: Cambridge University Press, 2009, Hal

.

159

.

116

G

.

Morse, Partnership Law, Oxford University press, 2006, Hal

.

4

.

117

(22)

HMN. Purwosutjipto mendefinisikan CV sebagai persekutuan firma yang

mempunyai sekutu komanditer, sedangkan persekutuan firma sebagai suatu

persekutuan perdata sehingga ketentuan diatas berlaku pula untuk bentuk persekutuan

perdata khusus yaitu Firma dan CV, dan tetap dianggap sebagai bukan badan

hukum.118

Dengan demikian, maka jelas bahwa CV adalah juga Firma, dan Firma adalah

juga persekutuan perdata. Pertanyaan apakah pendirian persekutuan atau perusahaan

itu adalah suatu perjanjian atau bukan di Indonesia juga berbeda-beda walaupun Pasal

1618 KUHPerdata telah menyatakan bahwa persekutuan adalah perjanjian. Perbedaan

pendapat terkait dengan pertanyaan apakah perjanjian tersebut (pendirian

perkumpulan atau perusahaan) adalah sesuatu perjanjian dimana satu orang atau lebih

mengikat diri terhadap satu orang atau lebih.119

Persekutun Perdata atau Firma termasuk CV tidak berbadan hukum dapat pula

disimpulkan dari pengaturan bahwa dalam perikatan yang dilakukan oleh sekutu

hanya mengikat sekutu yang bersangkutan saja atau sekutu lain jika sekutu lain ini

telah memberikan kuasa.

120

118

HMN

.

Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Pengetahuan Dasar Hukum Dagang, (Jakarta: Djambatan, 1987), Hal

.

8

.

Lihat Juga Achmad Ichsan, Hukum Dagang: Lembaga Perserikatan, Surat-surat Berharga, Aturan-aturan Angkatan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1993), Hal

.

100

.

Hal ini disebabkan jika persekutuan atau Firma termasuk

CV sesuatu badan hukum maka persekutuan-lah yang terikat dengan pihak ketiga,

119

Lihat Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih

.

120

(23)

bukan sekutu yang bersangkutan. 121 Maka, berdasarkan penjelasan di atas

menunjukan bahwa bentuk badan usaha CV merupakan bentuk khusus dari bentuk

persekutuan yang baik di Belanda, berdasarkan WvK yang masih berlaku, maupun di

Indonesia berdasarkan KUHD, tidak memiliki status badan hukum.

121

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejadian gempa bumi Tarakan tanggal 21 Desember 2015 dengan magnitude 6.1 disebabkan oleh patahan mikro (micro

Melimpahnya limbah kelapa dari desa-desa di sekitar yang memliki perkebunan kelapa dapat diangkat sebagai potensi desa dalam meningkatkan perekonomian desa dengan memanfaatkan

 Setelah mengamati gambar dan diskusi kelas, siswa mampu menjelaskan keberagaman yang ada di Indonesia dalam bentuk tulisan dengan benar..  Setelah membaca teks “Mengenal

yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY pada tanggal 3 Desember 2o1i. Yogyakarta, 3

Sehubungan dengan telah dilaksanakan Evaluasi Penawaran dari perusahaan yang saudara pimpin, maka dengan ini kami mengundang saudara dalam kegiatan Pembuktian

[r]

Diberitahukan bahwa untuk memenuhi kebutuhan Pengadaan Sarana Prasarana Laboratorium Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim

Menurut Badria, (2007) laju pertumbuhan daun Enhalus acoroides pada substrat berlumpur lebih baik dari pada substrat berpasir maupun substrat berpasir bercampur pecahan