• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kemampuan Bekerja Dengan Tim Dalam Perusahaan Multikultural (Studi Kasus Di Kantor Permata Hijau Group (Phg) Medan)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun itu, orang selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang berasal dari kelompok, ras, etnik atau budaya lain.

Berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kebudayaan, merupakan pengalaman baru, dengan kata lain berkomunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat populer dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia (Liliweri, 2011).

Esensi komunikasi terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang ‘melayani’ hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Sebuah komunikasi yang melibatkan manusia pada waktu kemarin, kini dan mungkin pada masa yang akan datang (Liliweri, 2011).

Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang terampil dari manusia. Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain (Liliweri, 2011).

2.2 Komunikasi Lintas Budaya

(2)

1. Komunikasi lintas budaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.

2. Komunikasi lintas budaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.

3. Komunikasi lintas budaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

4. Komunikasi lintas budaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.

5. Komunikasi lintas budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

6. Komunikasi lintas budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.

7. Komunikasi lintas budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.

2.2.1 Asumsi-asumsi Komunikasi Lintas Budaya

(3)

budaya itu dapat diterapkan. Dalam rangka memahami kajian komunikasi lintas budaya maka dikenal beberapa asumsi (Liliweri, 2011), yaitu:

a) Komunikasi lintas budaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.

b) Dalam komunikasi lintas budaya terkandung isi dan relasi antarpribadi. c) Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.

d) Komunikasi lintas budaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian. e) Komunikasi berpusat pada kebudayaan.

f) Efektivitas antar budaya merupakan tujuan komunikasi lintas budaya

2.2.2 Elemen-elemen Proses Komunikasi Lintas Budaya

Elemen-elemen komunikasi lintas budaya (Liliweri, 2011) terdiri dari:

a) Manusia (people): pengirim (sender) dan penerima (receiver atau audience) b) Pesan/simbol (messages)

c) Saluran (Channels) atau media meliputi formal dan informal d) Gangguan (Noise atau Barriers)

e) Konteks (context) atau setting f) Umpan balik (Feedback) g) Efek (Effect) atau Pengaruh

2.2.3 Prinsip Komunikasi Lintas Budaya

(4)

a) Komunikasi adalah sebuah proses yang dinamis, artinya: pertama semua elemennya secara konstan berinteraksi dan mempengaruhi sesamanya, kedua pengiriman dan penerimaan pesan melibatkan sejumlah variabel penting yang bekerja dalam satu waktu yang bersamaan, ketiga proses yang dinamis komunikasi.

b) Komunikasi merupakan simbol karena berupa ekspresi yang mewakili atau menandakan sesuatu hal yang lain. Salah satu karakteristik simbol adalah bahwa simbol itu tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa yang diwakilinya, sehingga dapat berubah-ubah. Simbol dapat dalam bentuk suara, tanda pada kertas, gerakan dan lain-lain. Suatu simbol menjadi simbol ketika sejumlah orang sepakat menjadikannya suatu simbol.

c) Komunikasi merupakan kontekstual karena komunikasi terjadi secara terisolasi atau kosong, tetapi merupakan bagian dari sistem yang besar yang terdiri atas berbagai macam unsur yang perlu untuk dipertimbangkan. Elemen-elemen komunikasi kontekstual adalah 1) konteks budaya, komunikasi dipengaruhi lingkup budaya dimana komunikasi itu terjadi, 2) konteks lingkungan dimana orang tidak bertindak dengan cara yang sama di setiap lingkungan, 3) kesempatan mengatur tingkah laku seseorang, 4) waktu dimana setiap tindakan terjadi dalam rangkain ruang dan waktu dan jumlah waktu yang diberikan, 5) jumlah orang berkomunikasi juga mempengaruhi alur komunikasi.

d) Komunikasi merupakan refleksi diri karena manusia memiliki kemampuan untuk memikirkan diri sendiri, teman mereka berkomunikasi, pesan-pesan mereka dan akibat potensial dari pesan itu, semua dalam waktu yang sama.

(5)

f) Komunikasi memiliki konsekwensi, kegiatan mengirim dan menerima simbol mempengaruhi semua orang yang terlibat di dalamnya, dengan kata lain semua pesan kita, dalam batasan tertentu, berakibat pada orang lain (demikian juga pada kita).

2.2.4 Fungsi Komunikasi Lintas Budaya

Ada beberapa fungsi komunikasi (Samovar, et.al., 2010), yaitu:

a) Komunikasi memungkinkan untuk mengumpulkan informasi tentang orang lain.

Pengalaman pribadi akan memberitahu bahwa ketika bertemu seseorang untuk pertama kalinya, maka akan langsung mulai untuk mengumpulkan informasi tentang orang tersebut. Ada dua tujuan dari hal ini, pertama informasi yang didapatkan memungkinkan untuk belajar tentang orang lain, kedua informasi yang diperoleh membantu untuk menentukan cara memperkenalkan diri kepada orang lain. Penilaian ini akan mempengaruhi dalam pemilihan topik pembicaraan serta dalam memutuskan apakah akan melanjutkan atau mengakhiri pembicaraan.

b) Komunikasi menolong seseorang memenuhi kebutuhan interpersonal.

Melalui suatu percakapan akan diperoleh suatu kenyamanan, kehangatan, persahabatan dan bahkan pelarian. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan sosial. Hubungan dengan orang lain akan mengalami perasaan diterima, disayang dan bahkan diatur. Walaupun cara menyatakan perasaan dan emosi berbeda dalam setiap budaya, semua orang, secara alamiah atau melalui ajaran, memiliki kebutuhan akan komunikasi dan interaksi dengan orang lain.

(6)

Komunikasi lebih dari sekedar menolong untuk mengumpulkan informasi atau untuk memenuhi kebutuhan interpersonal. Komunikasi juga berperan dalam menentukan dan menjelaskan identitas anda baik secara pribadi, kelompok maupun suatu identitas budaya, interaksi dengan yang lain menentukan siapa anda, dimana tempat anda dan dimana anda harus setia. Identitas merupakan hal yang penting dalam komunikasi lintas budaya.

d) Komunikasi mempengaruhi orang lain

Fungsi yang terakhir ini menandakan bahwa suatu komunikasi untuk mengirim pesan verbal maupun non-verbal dapat membentuk tingkah laku orang lain.

2.2.5 Faktor –faktor Personal yang Mempengaruhi Komunikasi Lintas Budaya

Beberapa faktor-faktor personal yang mempengaruhi komunikasi lintas budaya (Liliweri, 2011) antara lain:

1. Faktor-faktor Psikologis.

Pembicaraan tentang faktor-faktor personal selalu dikaitkan dengan faktor-faktor psikologis, seperti persepsi, memori dan motivasi. Faktor-faktor psikologis itu bisa muncul dari dalam diri (disposisi) atau ditampilkan sebagai respon terhadap stimulus yang datang dari luar diri. Pada saat anda berbicara dengan orang lain maka bisa muncul pertanyaan, mangapa ada orang berhasil berkomunikasi namun orang lain gagal berkomunikasi. Perbedaan keberhasilan itu ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat personal.

1.1Konsep diri dan persepsi diri.

(7)

sebenarnya, reaksi anda pada diri sendiri seperti pada waktu anda melihat wajah anda di cermin. Persepsi adalah bagaimana anda menilai diri sendiri sebagai orang berharga (self esteem) lalu bagaimana anda melihat orang lain dan dunia sekeliling. Dimensi-dimensi psikologis dari persepsi antara lain:

a) Attention

Attention atau perhatian merupakan kemampuan untuk berkonsentrasi,

kemampuan ini merupakan salah satu variabel psikologis yang penting yang mempengaruhi komunikasi. Ketika ada stimulus atau pesan sebagai masukan dari luar maka syaraf-syaraf sensories akan mengarahkan kita untuk secara sadar memperhatikan stimulus itu.

b) Selective Processes

Secara umum setiap individu melewati sebuah proses untuk menentukan perhatiannya pada pesan yang familiar dengan dia, namun patut diingat bahwa kemampuan setiap individu tidaklah sama, hanya orang-orang dengan tingkat perhatian yang tinggi saja yang mungkin akan tertarik terhadap begitu banyak masukan dari luar. Setip individu mempunyai mekanisme untuk memproses secara selektif berbagai pesan yang datang dari luar, proses itu disebut selective processes.

Ada beberapa proses selektif yaitu: 1) Selective Perception

(8)

individu-individu yang berbeda pada kesempatan yang berbeda-beda pula. Individu hanya akan memilih sesuatu yang menarik untuk dipersepsi.

2) Selective Attention

Perhatian atau atensi selektif terjadi ketika berlangsungnya proses persepsi. Ditemukan bahwa ada perbedaan kemampuan dari setiap individu untuk berkonsentrasi terhadap pesan yang dia terima. Hal ini dipengaruhi oleh variabel-variabel psikologis yang mempengaruhi persepsi.

3) Selective Exposure

Selective exposure merupakan kecendrungan setiap individu untuk

menyatakan dirinya (menerima atau menolak) pesan yang kongruens dengan variabel psikologis yang mendorongnya untuk mendekati atau menjauhi pesan itu.

4) Selective Retention

Seperti pada persepsi selektif, perhatian selektif dan pernyataan reaksi selektif maka selective retention merefleksikan dampak dari pengalaman individu pada masa yang lalu yang mendorongnya membuat preferensi terhadap informasi yang menerpanya.

1.2Memori jangka panjang dan pendek.

(9)

mengolah serta mungkin mampu mendeskripsi begitu banyak hal dengan cepat, baik dan benar dan sebaliknya ada orang yang daya ingatnya sangat terbatas sehingga memiliki kemapuan yang sangat rendah untuk mengingat kembali informasi yang pernah diterima (Liliweri, 2011).

1.3Motivasi berkomunikasi.

Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri yang diarahkan menuju ke suatu sasaran yang mempunyai daya tarik karena sesuatu itu harus dicari atau dituju untuk memenuhi kebutuhannya. Komunikasi merupakan sebuah tujuan yang bersifat purposive atau tertentu bagi pemenuhan sebuah kebutuhan (Liliweri, 2011).

a) Kebutuhan fisiologis dan fisik b) Kebutuhan sosiologis

c) Kebutuhan psikologis d) Kebutuhan kognitif e) Kebutuhan afektif

f) Kebutuhan akan integrasi personal g) Kebutuhan akan integrasi sosial h) Kebutuhan meredakan ketegangan 2. Faktor personal sebagai identitas diri (Liliweri, 2011)

2.1Identitas merujuk pada asal usul

(10)

Pengertian identitas pada tatanan hubungan antar manusia akan mengantar kita memahami sesuatu yang lebih konseptual, bagaimana meletakkan seorang ke dalam tempat orang lain (komunikasi yang empati), membagi (to share) pikiran, perasaan, masalah, rasa simpatik dan lain-lain dalam sebuah proses komunikasi lintas budaya. 2.2Memahami Identitas Budaya Keseharian

Tatkala kita berkomunikasi dengan orang yang berasal dari kebudayaan lain, kita sangat membutuhkan pengetahuan yang jelas tentang identitas mereka.

Identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui batas-batasnya ketika dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri kebudayaan orang lain.

Tiga bentuk identitas (Liliweri, 2011):

a) Identitas budaya, merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu.

b) Identitas sosial, terbentuk sebagai akibat dari keanggotaan dalam suatu kelompok kebudayaan. Identitas yang diperoleh melalui proses pencarian dan pendidikan dalam jangka waktu yang lama.

c) Identitas pribadi, didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang

2.2.6 Efektifitas Komunikasi Lintas Budaya

Ada dua faktor yang paling berpengaruh terhadap keefektifan komunikasi lintas budaya, yaitu (1) variabel kognitif dan (2) variabel gaya pribadi (Liliweri, 2011).

(11)

Efektivitas komunikasi lintas budaya umumnya dan perilaku antar budaya khususnya ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan pikiran yang membentuk konsep antar budaya.

b) Variabel Gaya Pribadi

Perilaku yang berdasarkan gaya pribadi sering disebut orientasi diri (self-oriented). Studi self-oriented itu mengacu pada komunikasi lintas budaya yang berdasarkan orientasi diri

dapat mengubah efektivitas komunikasi menjadi komunikasi yang disfungsional. Komunikasi lintas budaya yang disfungsional itu disebabkan orang terlalu menampilkan self-orinted yang berlebihan sehingga orang itu menjadi congkak dan menunjukkan

gagasan yang tidak menarik atau membosankan, diantaranya adalah:

1. Etnosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu kelompok orang yang menganggap kelompok lain lebih inferior dan kurang unggul. Apabila perasaan ini muncul maka dia sangat berpengaruh terhadap komunikasi lintas budaya.

2. Toleransi, sikap mendua dan keluwesan, dalam proses komunikasi lintas budaya sering sekali orang kurang mampu bereaksi terhadap sebuah situasi baru atau situasi yang mendua. Hal ini sekaligus merupakan hambatan efektivitas komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya mengandung sifat mendua, karena kita menghadapi dua ketidakpastian kebudayaan, yakni kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.

(12)

komunikasi lintas budaya dapat dilakukan melalui kegiatan mendengar secara aktif dan akurat.

4. Keterbukaan

Keterbukaan pribadi (self disclosure) dan keluwesan pribadi (self flexibility) merupakan faktor penting untuk menciptakan relasi antarpribadi yang maksimum. Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang harus membuka diri seluas-luasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama mengetahui informasi tentang diri maupun tentang lawan bicara

5. Kompleksitas kognitif, mengacu kepada kemapuan pribadi untuk mengetahui, dan memahami orang lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa kompleksitas kognitif individu membuat seorang semakin akurat menentukan dan mengembangkan kesan terhadap orang lain.

6. Kenyamanan antarpribadi

Apabila anda merasa tidak nyaman, tidak tenang dan tidak percaya dengan relasi antarpribadi dalam kebudayaan anda, maka anda pun merasa tidak lebih nyaman, tidak tenang dan tidak percaya dalam kebudayaan yang berbeda dengan anda. 7. Kontrol Pribadi

Efektivitas komunikasi lintas budaya sangat tergantung pada sejauh mana anda mengontrol pribadi terhadap lingkungan sekitar.

8. Kemampuan Inovasi

(13)

10.Keprihatinan dan kecemasan komunikasi

c) Variabel-variabel lain yang turut mempengaruhi efektivitas komunikasi lintas budaya adalah komunikasi antarpribadi, keramahtamahan, motivasi akulturasi, umur, pekerjaan, keanggotaan dalam suatu organisasi, kemampuan berbahasa.

2.3 Strategi Pemulihan Komunikasi Lintas Budaya

Paling tidak ada 3 sasaran komunikasi antarbudaya yang harus diketahui dalam proses komunikasi lintas budaya (Liliweri, 2011), yakni agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, agar kita dapat meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana lintas budaya, dan terakhir agar tercapai penyesuaian antar pribadi.

Bagaimana anda bisa tampil secara baik dalam konteks lintas budaya (Liliweri, 2011) adalah:

a) Anggaplah beban komunikasi yang sedang anda lakukan itu adalah milik anda. Banyak orang seringkali merasa bahwa komunikasi yang mereka lakukan merupakan beban yang harus dipikul bersama-sama, itulah yang membuat kita seolah-olah merasa sukar berkomunikasi dengan sesama. Oleh karena itu maka upayakan agar kita dapat menemukan dan menikmati kreativitas sehingga dapat memecahkan masalah bersama.

b) Cobalah untuk melihat kondisi tampilan luar, misalnya pakaian karena banyak di antara kita cenderung memulai proses hubungan antarpribadi karena melihat aspek luar.

(14)

d) Temukan langkah atau cara-cara berkomunikasi yang mempengaruhi isi yang kemudian mempengaruhi hubungan.

e) Batasilah pandangan, perasaan dan bahkan kebudayaan anda dari perasaan asing ke dalam perasaan kolektif atau kebersamaan.

f) Jadilah orang yang bersikap tegas, sesuai dengan kebiasaan anda, atau jika diperlukan turutilah kehendak maupun empati pada lawan bicara.

g) Hindari dominasi anda dalam percakapan, dengarkan sewaktu anda berkomunikasi dengan kelompok.

h) Ungkapkan pesan-pesan verbal dan non verbal anda secara konsisten. Kerapkali komunikasi lintas budaya mengalami kegagalan hanya karena dua pihak kurang atau sama sekali tidak memahami pesan-pesan verbal (terutama non verbal) lintas budaya.

2.4 Kemampuan Bekerja dalam Tim

2.4.1 Pengertian Kemampuan Bekerja dalam Tim

Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan munculnya sinergi pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang disebut tim. Kerja tim merupakan kegiatan yang dikelola dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Kerja tim dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-bagian perusahaan. Biasanya kerja tim beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian dan latar belakang sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan (Tracy, 2006).

(15)

bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan kerja tim diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan.

Proses kerja dalam tim perlu dikelola dengan baik, oleh karena itu dibutuhkan kepemimpinan. Kepemimpinan sangat mendukung keberhasilan dalam kerja tim, sebab peranannya dapat menyatukan misi dan mendorong interaksi antar anggota agar lebih berkontribusi dengan maksimal. Pimpinan tim yang efektif mendorong timnya agar lebih berkinerja. Pimpinan harus mampu mengelola perbedaan kemampuan, bakat dan keahlian anggotanya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Durbin, 2005).

Keberhasilan pimpinan dalam tim akan lebih meningkat produktivitas anggotanya, dengan menetapkan kondisi orang bersedia memberikan yang terbaik dari diri mereka. Oleh karena itu pimpinan dan anggota tim harus bekerja secara sinergis agar terwujud kerjasama tim (West, 2002).

2.4.2 Elemen-elemen Membangun Kerjasama Tim

West (2002) merinci ada 4 (empat) elemen dalam membangun kerjasama tim, yaitu:

1. Tim hendaknya mempunyai tugas-tugas yang menarik secara intrinsik agar berhasil. Anggota tim akan bekerja lebih keras jika tugas-tugas yang harus dikerjakannya secara intrinsik menarik minat, memotivasi, menantang, dan menyenangkan.

(16)

3. Kontribusi individual seharusnya sangat diperlukan, unik, dan teruji. Dampak keengganan sosial sangat berkurang pada anggota tim yang merasa kerja mereka bermanfaat bagi keberhasilan tim secara menyeluruh.

4. Seharusnya ada tujuan tim yang jelas dengan umpan balik kinerja yang tetap. Penting bagi para individu mempunyai tujuan yang jelas dan umpan balik kinerja (performance feedback) yang sama pentingnya bagi tim secara keseluruhan. Tujuan dapat berfungsi sebagai motivator keberhasilan tim jika umpan balik kinerja tercapai secara akurat.

2.4.3 Indikator-indikator Kerjasama Tim

Berdasarkan perspektif individu, dengan masuknya individu tersebut ke dalam suatu kelompok, maka hal tersebut akan menambah semangat juang/motivasi untuk mencapai suatu prestasi yang mungkin tidak akan pernah dapat dicapai seorang diri oleh individu tersebut. Hal ini dapat terjadi karena tim mendorong setiap anggotanya untuk memiliki wewenang dan tanggung jawab sehingga meningkatkan harga diri setiap orang. Keberadaan seseorang akan lebih bernilai apabila ia dapat memberi kontribusi pada tim, dan anggota tim juga menghargai kontribusinya berupa tenaga dan pikirannya (West, 2002).

West (2002) menetapkan indikator-indikator kerja tim yang efektif dengan alat ukurnya sebagai berikut:

1. Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik.

(17)

3. Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan kemampuan masing-masing anggota tim secara maksimal, kerja sama akan lebih kuat dan berkualitas.

2.5 Kinerja Perusahaan

2.5.1 Pengertian Kinerja

Mulyadi (2007) menyatakan bahwa kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.

2.5.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan

Sebuah sistem pengukuran kinerja memungkinkan keputusan yang diinformasikan untuk dibuat dan tindakan untuk diambil karena ini mengkuantifikasikan efisiensi dan efektivitas dari tindakan melalui akuisisi, pembandingan, penyortasian, analisis, dan interpretasi dari data yang layak (Neely, at.al,. 2002).

a) Akuisisi data, merupakan proses mengumpulkan fakta-fakta yang masih mentah.

b) Pembandingan data, merupakan proses mengkompilasikan fakta-fakta mentah ke dalam satu set data tunggal yang terintegrasi.

c) Penyortasian data, merupakan proses menentukan fakta individual di satu set data ke dalam kategori yang bermakna sehingga data dapat dianalisis.

d) Analisis data, merupakan proses mencari pola yang ada dalam satu set data yang telah disortasi.

(18)

2.5.3 Syarat-syarat Pengukuran Kinerja

Veithzal Rivai, et. al., (2008) mengungkapkan beberapa syarat sebuah pengukuran kinerja perusahaan dikatakan berkualitas, yaitu:

1) Input (potensi)

Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan,

program, dan aktivitas (Mardiasmo, 2009). Input yang dimaksud sebagai syarat pengukuran kinerja yang berkualitas tersebut diperoleh dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

a) Who?

Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui siapa sajakah pihak yang harus dinilai dan siapakah pula pihak yang akan melakukan pengukuran terhadap kinerja perusahaan tersebut.

b) What?

Pertanyaan ini mencakup hal-hal yang berhubungan dengan objek atau materi yang dinilai, antar lain meliputi hasil kerja, kemampuan sikap, motivasi kerja. Selain itu, pertanyaan ini juga mencakup dimensi waktu yang menunjukkan kinerja yang dicapai pada saat ini (current performance), dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang.

c) Why?

Pertanyaan ini untuk menjelaskan mengenai tujuan dari pengukuran kinerja itu sendiri, yang meliputi empat hal berikut.

(19)

d) When?

Pertanyaan ini merujuk pada waktu pelaksanaan pengukuran kinerja itu sendiri. Waktu pengukuran kinerja ini bisa dilakukan secara periodik seperti setiap bulan, triwulan, atau setiap tahun, bisa juga dilakukan secara terus menerus pada setiap hari kerja.

e) Where?

Pertanyaan ini merujuk pada di manakah akan dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja pada dasarnya dapat dilakukan di tempat kerja atau perusahaan itu sendiri, bisa pula di luar perusahaan, yaitu melalui konsultan.

f) How?

Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui metode apa yang dipilih perusahaan untuk melakukan pengukuran kinerja.

2) Process (pelaksanaan)

Dalam fase pelaksanaan ini perlu dilakukan konsultasi dengan sebanyak mungkin individu dan kelompok untuk menjamin seluruh aspek dari pengukuran telah terhubung sehingga dapat berjalan dengan baik. Proses ini dapat dilakukan dengan melakukan briefing (penjelasan singkat) ataupun dengan pelatihan.

3) Output (hasil)

Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan

(20)

2.5.4 Unsur-unsur dalam Pengukuran Kinerja

Veithzal Rivai, et. al., (2008) mendeskripsikan beberapa unsur kunci dalam pengukuran kinerja perusahaan sebagai berikut:

1) Pendefinisian misi, penetapan tujuan dan sasaran-sasaran perusahaan.

Ketiga hal tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, karena penetapan tujuan merupakan pengembangan dari pernyataan misi yang berisi kebijakan jangka panjang dan jangka pendek yang akan dilakukan dalam upaya mencapai suatu sasaran tertentu.

2) Penetapan rencana strategis dan kebijakan operasional perusahaan.

Perencanaan strategis membantu pengambilan keputusan untuk memilih secara rasional di antara berbagai kemungkinan, sumber daya yang harus dialokasikan, sejalan dengan tujuan dan sasaran, serta hasil yang diharapkan dari perusahaan bersangkutan. Di sisi lain, penetapan kebijakan operasional merupakan bagian dari penetapan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.

3) Penetapan dan pengembangan indikator-indikator kinerja.

Indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur. Indikator kinerja ini disusun sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan dan harus dapat menggambarkan tingkat keberhasilan pencapaiannya.

4) Pengukuran kinerja dan penilaian hasil pengukuran.

Indikator-indikator yang telah ditetapkan kemudian diterapkan untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan data aktual perusahaan.

(21)

dicapai dan juga sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.

6) Penggunaan informasi kinerja.

Informasi kinerja ini dapat digunakan untuk mengetahui capaian kinerja pada periode tertentu dan juga sebagai bahan acuan perbaikan untuk periode berikutnya.

2.5.5 Langkah-langkah Pengukuran Kinerja

Moeheriono (2012) menjelaskan mengenai beberapa tahap dalam pengukuran kinerja perusahaan, yaitu:

1. Mendesain

Proses mendesain meliputi beberapa aktivitas, antara lain seperti menentukan model apa yang dipilih termasuk kerangka kinerjanya hingga penentuan indikator kinerja utama. Indikator tersebut harus dalam bentuk matrik yang dapat diukur dan dapat merepresentasikan tujuan strategis dari organisasi.

2. Mengukur

Indikator-indikator yang telah ditentukan dalam tahap desain kemudian diterapkan untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan data aktual perusahaan.

3. Mengevaluasi

Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan. 4. Menindaklanjuti

(22)

Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi kembali apakah sistem pengukuran kinerja yang telah disusun dan diterapkan tersebut telah sesuai atau belum dengan kebutuhan perusahaan. Sistem tersebut juga dievaluasi kembali apakah sudah dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya atau belum.

2.5.6 Indikator Pengukuran Kinerja

Dalam setiap proses pengukuran kinerja dibutuhkan suatu ukuran untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau capaian dari kinerja perusahaan tersebut.

Indikator pengukuran kinerja memiliki peran lain selain sebagai ukuran keberhasilan dalam suatu perusahaan (Moeheriono, 2012), antara lain yaitu:

1) Sebagai indikator bagi karyawan untuk mengetahui di mana area karyawan tersebut harus bekerja dan menghasilkan output sesuai dengan target yang telah ditentukan. 2) Sebagai alat komunikasi atasan dengan bawahan ataupun perusahaan ke seluruh lini

organisasi.

3) Sebagai media yang secara eksplisit menyatakan kemampuan proses yang harus dicapai, sehingga target perusahaan juga tercapai.

2.5.7 Manfaat Pengukuran Kinerja

Veithzal Rivai, et. al., (2008) menjabarkan manfaat pengukuran kinerja untuk beberapa pihak yang terlibat dalam pengukuran kinerja secara umum, antara lain yaitu:

1) Manfaat bagi karyawan a) Meningkatkan motivasi b) Meningkatkan kepuasan kerja

(23)

2) Manfaat bagi penilai (supervisor/ manajer/ direksi)

a) Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasi kecenderungan kinerja karyawan untuk perbaikan manajemen selanjutnya

b) Kesempatan untuk mengembangkan suatu pandangan umum tentang pekerjaan individu dan departemen yang lengkap

c) Memberikan peluang untuk mengembangkan sistem pengawasan baik untuk pekerjaan manajer sendiri, maupun pekerjaan dari bawahannya.

3) Manfaat bagi perusahaan

a) Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan, karena:

(1) Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan perusahaan dan nilai budaya perusahaan

(2) Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas

(3) Peningkatan kemampuan dan kemauan manajer untuk menggunakan keterampilan atau keahlian memimpinnya untuk memotivasi karyawan dan mengembangkan kemauan dan keterampilan karyawan.

b) Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan oleh masing-masing karyawan

Referensi

Dokumen terkait

Lexy Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,..

Lingkungan Internal (Internal Environment) – Lingkungan internal sangat menentukan warna dari sebuah organisasi dan memberi dasar bagi cara pandang terhadap risiko dari setiap

study some measures of central location of the data which we define to be the best constants that approximate the data in certain norms. We also discuss how one measure of

Penghitungan kursi DPR di satu dapil adalah jumlah suara sah seluruh parpol dikurangi jumlah suara sah parpol yang tidak memenuhi ambang batas. Hasil penghitungan angka 2

Perang Dunia II mulai berkecamuk di Eropa dengan dimulainya serangan ke Polandia pada 1 September 1939 yang dilakukan oleh Hitler dengan gerak cepat yang dikenal

[r]

Sumber daya alam yang akan habis terpakai karena tidak dapat dibuat baru secara cepat, melainkan proses pembentukannya memerlukan waktu jutaan tahun

Sesuai dengan materi pokok yang ada dalam kompetensi dasar ini, Pemikiran Danudirja Setiabudi dapat membentu menjadi bahan pembelajran untuk menambah pengetahuan