• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kavitasi Zat Cair Menggunakan Gelombang Ultrasonik Untuk Kelembaban Ruangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kavitasi Zat Cair Menggunakan Gelombang Ultrasonik Untuk Kelembaban Ruangan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan2017 Vol.01 No.01, ISSN: 2581-0049

Kavitasi Zat Cair Menggunakan Gelombang Ultrasonik

Untuk Kelembaban Ruangan

Harris Pirngadi*

a)

Abstrak–Kelembaban udara ruangan kurang dari 40% ruang sudah dianggap kering. Dengan menambahkan uap air ke dalam ruangan ini dapat menaikkan nilai persentase kelembaban. Uap air dihasilkan melalui proses kavitasi air murni dengan menggunakan aktuator gelombang ultrasonik. Nilai persentase kelembaban dapat dijaga dengan menggunakan sistem alat yang dapat mengatur jalannya proses kavitasi zat cair. Sistem alat ini dilengkapi dengan sensor kelembaban dan sensor Suhu. Sensor kelembaban menghasilkan data informasi tingkat kelembaban. Sedangkan sensor Suhu menghasilkan data Suhu ruangan. Data yang dihasilkan kedua sensor ini diolah dengan menggunakan rangkaian sistem mikrokontroller Metode look-up-table dan regresi linier. Setiap bertambahnya uap air hasil proses kavitasi, peningkatan kelembaban dapat diketahui melalui display LCD.

Proses kavitasi dapat berlangsung, ketika sistem alat menghasilkan sinyal kotak 44 KHz, duty cycle 48,65%, dan amplitudonya +11 Volt dapat mengaktifkan aktuator ultrasonik dengan daya 34,76 Watt. Dalam ruangan uji 5.5 L , air dapat diuapkan rata-rata 0.09 mL/30 menit dengan kenaikan kelembaban rata-rata 20,9%. Agar kelembaban dapat dinaikan dengan cepat maka dibutuhkan aktuator dengan daya yang lebih besar.

Kata Kunci: Kavitasi, Gelombang Ultrasonik, Kelembaban Ruangan.

1. PENDAHULUAN

Kelembaban udara ruang sangat berpengaruh terhadap faktor kenyamanan. Bila udara menjadi kering, kelembaban ruangan sangat rendah maka kulit seseorang akan menjadi kering sehingga tubuh terasa terganggu.

Pada saat ini pendingin ruangan sudah banyak menggunakan air conditioner. Pendinginan ini tidak dilengkapi dengan generator uap air sehingga kulit terasa kering bila seseorang terlalu lama berada di dalam ruangan. Menurut kesehatan kelembaban yang sehat itu sebesar 40% sampai 60% [1]. Bila kelembaban ruangan kurang dari 40% maka ruangan dikatakan kering. Apabila kelembaban di atas 60% maka ruangan dalam keadaan lembab yang dapat menimbulkan penyakit pernafasan dan kulit [1].

Penelitian bertujuan untuk mengetahui prinsip terjadinya fenomena kavitasi dalam air murni dengan memberi umpan gelombang listrik segi empat ke sebuah aktuator gelombang ultrasonik sehingga luaran aktuator memancarkan getaran gelombang ultrasonik ke dalam air. Realisasi hasil perancangan, perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras ini, sistem rangkaian sensor kelembaban, sensor suhu, mikrokontroler ATmega 16, driver

LCD 2 x 24 karakter, dan signal generator. Perangkat lunak, pengolahan data suhu, kelembaban dan pengaturan waktu proses kavitasi. Pengujian hasil realisasi sistem alat dengan mengintegrasikan perangkat keras dan lunak. Data hasil pengujian dianalisa, disimpulkan, dan diberikan syaran.

2. PENELAAHAN STUDI 2.1 Kavitasi

Gelombang ultrasonik merambat ke dalam suatu zat cair dapat menimbulkan efek kavitasi. Hal ini karena tekanan lokal zat cair di sekitar permukaan luaran aktuator ultrasonik menurun sampai pada nilai yang cukup rendah di bawah tekanan uap jenuh zat cair. Sehingga timbul gelembung-gelembung kecil yang hampir tidak dapat dilihat dengan

mata telanjang. Besar tekanan akustik getaran gelombang ultrasonik dinyatakan oleh persamaan 2.1 [2].

p = P – Po (2.1) dimana : p = tekanan gelombang ultrasonik N/m2)

P = tekanan lokal sesaat (N/m2)

Po = tekanan lokal keseimbangan (N/m2)

Getaran gelombang yang dipancarkan sebuah aktuator berupa getaran gelombang ultrasonik yang didalam air merambat secara longitudinal. Tekanan yang dihasilkan mampu menggetarkan partikel air dengan kecepatan rambat disekitar 1500 m/s sehingga besarnya tekanan air di sekitar ultrasonik berada di bawah tekanan uap jenuh dari zat cair. Apabila kondisi ini terpenuhi, kavitasi terjadi ditandai dengan adanya banyak gelembung kecil yang bergerak naik menuju permukaan air. Gelembung-gelembung tersebut naik ke udara menjadi uap air dan sulit dilihat dengan mata secara langsung [3].

2.2 Karakteristik Aktuator Ultrasonik

Aktuator ultrasonik ini dari bahan Piezzoelectric. Aktuator dioperasikan dalam daerah frekuensi resonansinya yang dapat disampaikan pada gambar 2.1 [4]. Kurva yang sempit dan tinggi yang menunjukkan Q (Faktor kualitas) yang besar. Sedangkan kurva yang lebar dan pendek menunjukkan Q yang rendah. Nilai f1 dan f2 dicapai ketika amplitudo mencapai

1

2

dari nilai amplitudo maksimum. Q dapat ditulis kedalam persamaan 2.2 [4].

1 2

-=

f

f

f

Q

r (2.2)

Korespondensi: harris@ee.its.ac.id

(2)

Gambar 2.1 Amplitudo (A) terhadap Frekuensi (f) Pendekatan ini hanya berlaku jika Q lebih besar dari tiga. Selisih f2 dengan f1 disebut bandwidth. Saat aktuator diberikan sinyal dengan frekuensi sebesar frekuensi resonansi maka aktuator akan bersifat resistif sehingga daya akustik yang dipancarkan mencapai maksimal.

Aktuator ultrasonik hanya memiliki sifat resistif apabila frekuensi sinyal listrik yang diberikan bernilai sama dengan frekuensi resonan (Fr) dan frekuensi antiresonan (Fa). Selain frekuensi resonan dan antiresonan, aktuator akan memiliki reaktansi seperti pada gambar 2.2 [4].

Gambar 2.2 Karakteristik Aktuator Ultrasonik Ketika aktuator digunakan sebagai transmitter maka aktuator harus dioperasikan pada frekuensi resonannya (Fr). Jika aktuator digunakan sebagai receiver maka aktuator harus dioperasikan pada frekuensi antiresonan (Fa). Sistem penggunaan tranduser ultrasonik, sistem dua tranduser dan sistem tunggal transduser. Sistem dua tranduser (transduser

transmitter sebagai aktuator dan receiver terpisah) dan

sistem transduser tunggal (satu transduser untuk transmitter

dan receiver). Pada sistem dua transduser frekuensi resonan

dari transmitter disesuaikan dengan frekuensi antiresonan dari receiver.

Transduser penerima menghasilkan sinyal dengan bentuk sinus murni, sedangkan untuk pemancar dapat menggunakan sinyal kotak atau sinus dengan frekuensi di atas 20 KHz. Pada transduser transmitter, sinyal listrik yang diberikan dapat dialirkan secara kontinyu atau tidak kontinyu (mode burst). Sedangkan pada mode burst, gelombang akan dipancarkan secara diskrit. Mode burst dipakai apabila transdusernya menggunakan sistem tunggal. Namun mode ini juga dapat dipakai pada transduser yang bersistem dua transduser. Lalu sistem dua transduser pada umumnya menggunakan sinyal listrik mode kontinyu.

2.3 Sensor Kelembaban

Kelembaban merupakan salah satu parameter yang berhubungan dengan udara. Kadar uap air dalam udara mempengaruhi nilai kelembaban ruangan. Kelembaban ini dapat disensing menggunakan sensor RHK1AN dengan karakteristik yang disampaikan pada gambar 2.3 [5]. Sensor ini mampu bekerja pada tingkat kelembaban antara 20% dan 90% RH dengan diberi inputan siyal sinus 1 Vrms 1 KHz.

Tegangan keluaran sensor kelembaban hampir bersifat linier terhadap nilai kelembaban relatif. Namun bila

Gambar 2.3 Karakteristik Sensor Kelembaban RHK1AN gambar di atas diamati lebih jelas, ternyata skala Resistansi (Kohm) berskala logaritmik. Sedangkan skala untuk Relative Humidity (%) berskala linier. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sifat resistansi sensor ini berubah secara logaritmik terhadap perubahan kelembaban yang terukur secara linier. Agar hubungan resistansi sensor terhadap kelembaban relatif terlihat lebih jelas maka tabel karakteristik sensor pada datasheet dapat dilihat.

2.4 Sensor Suhu

Suhu udara merupakan parameter yang disensing juga. Pada perancangan sistem ini suhu ideal yang dibutuhkan adalah 25 0C. Sensor Suhu menggunakan LM35 yang dapat mengukur Suhu 00C sampai +150 0C dengan faktor skala perubahan sekitar 10mV untuk tiap kenaikan Suhu 1 derajat

celcius [6]. Namun pada kenyataannya apabila terjadi

kenaikan satu derajat, tegangan output tidak bertambah 10 mV secara langsung. Tapi bertambah secara kontinyu. Oleh karena itu sensor ini sebenarnya dapat mengukur suhu dengan ketelitian minimal satu angka desimal dibelakang koma.

3. MODEL dan IMPLEMENTASI SISTEM

Perancangan alat hardwere, softwere, dan perangkat pendukung lainnya. Tiap-tiap bagian atau modul-modul penyusun alat ini dijelaskan lebih terinci yang terdiri dari rangkaian sensor kelembaban, sensor suhu, sistem mikrokontroler, LCD, dan signal generator.

3.1 Perancangan Hardware dan Software

Perancangan hardware meliputi rangkaian signal

generator, rangkaian sensor suhu, rangkaian sensor

kelembaban, rangkaian sistem mikrokontroler AVR, dan rangkaian LCD. Perancangan software meliputi pengolahan data sensor untuk ditampilkan pada LCD serta mengirimkan sinyal kontrol ke blok signal generator.

Desain sistem dapat disampaikan gambar 3.1. Transduser ultrasonik diletakan sedemikian rupa sehingga air dapat menguap melalui proses kavitasi. Hal terpenting peletakan transduser, bagaimana caranya transduser dapat memancarkan tekanan akustik ke air dengan semaksimal mungkin.

Sistem alat menggunakan transduser piezo ceramic 50 watt. Rangkaian signal generator dirangkai dengan menggunakan rangkaian pembangikt sinyal kotak 44 KHz

dan power amplifier 50 Watt. Proses kavitasi menggunakan

air murni dilakukan pada suhu ruangan yang berkisar antara suhu 250C-300C.

(3)

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem 3.1.1 Rangkaian Sensor Kelembaban

Sensor kelembaban yang digunakan adalah tipe RHK1AN yang diproduksi oleh Sencera. Sensor tersebut dapat mengukur kelembaban dari 20% sampai 90%. Rangkaian sensor kelembaban terdiri dari beberapa blok rangkaian seperti yang terlihat pada gambar 3.2 di bawah ini.

Rangkaian Wien Bridge Oscillator 1 KHZ,

Vou t> 1 Vrms

Rangkaian Non Inverting Amplifier

(Av=3)

Rangkaian AC to DC Converter Rangkaian Pembagi

Tegangan (Vout =1 Vrms)

Rangkaian Pembagi Tegangan Sensor

RHK1AN

Rangkaian Differential Amplifier

(Av=5)

Gambar 3.2 Diagram Blok Sensor Kelembaban Rangkaian sensor kelembaban seperti yang disampaikan pada gambar 3.2 membutuhkan sinyal sinusoidal 1 Vrms dengan frekuensi 1 KHz. Berikut akan dibahas setiap blok diagram pendukung rangkaian sensor kelembaban sesuai urutan pada gambar 3.2. Tegangan output dari blok rangkaian differential amplifier adalah data analog kelembaban yang terukur.

3.1.2 Rangkaian Sensor Suhu

Gambar 3.3 Rangkaian Sensor Suhu

Rangkaian sensor suhu dapat disampaikan pada gambar 3.3 terdiri dari sensor LM 35 dan non inverting amplifier dengan penguatan dua kali. Karakteristik sensor LM 35 setiap suhu naik 1 derajat celcius maka tegangan Vout sensor naik 10 mV. Pada suhu 00C, sensor akan menghasilkan tegangan sekiatar 0 volt. Kemudian suhu maksimal yang dapat diukur sensor adalah 1500C. Jadi tegangan maksimal yang dihasilkan oleh sensor adalah 1500 mV atau 1,5 Volt. Oleh karena itu apabila range tegangan tersebut dikuatkan menjadi 2 kali oleh non inverting amplifier maka Vout memiliki range 0 – 3 Volt.

Nilai Rf pada gambar 3.3 dapat ditentukan melalui persamaan 3.1.

(3.1)

Apabila nilai Ri = 10K dan A = 2 maka harga Rf yang dibutuhkan adalah 10K.

3.1.3 Rangkaian Sistem Mikrokontroler ATmega 16

Gambar 3.4 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler Referensi tegangan ADC mikrokontroler (AREF dan AVCC) yang disampaikan pada gambar 3.4 keduanya dikondisikan sesuai aturan datasheet agar referensi ADC dapat diambil salah satu dari AREF atau AVCC. Masing-masing dihubungkan ke rangkaian induktor dan kapasitor dimana penggunaan dari kedua komponen ini untuk membentuk rangkaian filter low pass, sehingga lebih tahan terhadap noise berfrekuensi tinggi.

ADC channel 1 digunakan untuk input data kelembaban udara dan ADC channel 0 untuk input data suhu. Port C digunakan sebagai jalur output data sensor yang akan ditampilkan pada LCD dan data kontrol untuk penulisan data pada LCD.

3.1.4 Rangkaian Signal Generator

Rangkaian Sinyal Generator transduser ultrasonik terdiri dari rangkaian pembangkit sinyal kotak, power

amplifier dan rangkaian kontrol.

Rangkaian Pembangkit Sinyal Kotak

Rangkaian Power Amplifier

Rangkaian Kontrol

Transduser Ultrasonik

Gambar 3.5 Diagram Blok Rangkaian Signal Generator

Rangkaian Pembangkit Sinyal kotak menghasilkan sinyal kotak 44 KHz +11 volt. Sinyal ini diterima oleh rangkaian Power Amplifier sehingga dapat mencapai daya maksimum transduser ultrasonik sebesar 50 watt. Rangkaian kontrol berfungsi untuk memutus dan menyambungkan tegangan supply untuk rangkaian power amplifier.

(4)

0

Grafik Kelembaban dan Data ADC Channel 1

Gambar 3.9Flow Chart Perangkat Lunak Data kelembaban yang disampaikan pada gambar 3.9 mulai dari 20% sampai 90% adalah data analog diterima ADC untuk dikonversikan menjadi data digital. Sistem ini menggunakan ADC internal 8 bit mikrokontroler yang digunakan adalah mode 8 bit. Setelah perhitungan data kelembaban dengan metode look-up table dan regresi linier. Dengan cara berurutan, Data kelembaban ruangan akan ditampilkan pada LCD dengan satuan %, data suhu dibaca oleh ADC melalui channel 0, range data analog suhu adalah 0-3V, hasil konversi data suhu ditampilkan ke LCD. Pada pembacaan sensor suhu ini, mode ADC dengan mode 8 bit seperti pada perhitungan data kelembaban.

Proses kavitasi akan terjadi bila H<40% dan ditandai

status menjadi ’ON’. Saat kavitasi sedang berlangsung maka

kenaikan kelembaban akan terjadi. Kenaikan kelembaban akan berlangsung sampai memenuhi H>60%. Apabila

H>60% maka status akan menjadi ’OFF” sehingga kavitasi tidak akan terjadi karena supply dari signal generator

transduser akan diputus melalui pengaturan relay. Pengaturan tetap berlangsung selama power supply menyala.

4. HASIL dan ANALISA PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Rangkaian Sensor Kelembaban

Sebelumnya pengujian tiap-tiap diagram blok penyusun sistem rangkaian sensor kelembaban dilakukan maka pengujian terhadap sistem keseluruhan juga dilakukan. Tabel 4.1 di bawah ini sebagai acuan untuk pengujian sistem sensor kelembaban. Pada tabel 4.1, nilai Vin ADC dan data

ADC channel 1 diperoleh setelah melakukan pengujian

dimana Vinput untuk rangkaian non inverting amplifier gambar 3.2 adalah Vout(rms). Jadi diagram blok yang dipakai pengujian untuk mencari nilai Vin ADC dan data ADC

channel 1 adalah Vout(rms). Jadi diagram blok yang dipakai pengujian untuk mencari nilai Vin ADC dan data ADC

channel 1 adalah diagram blok Non Inverting Amplifier, AC

to DC converter, dan Differential Amplifier (lihat gambar

3.2).

Tabel 4.1 Pengujian Sistem Sensor Kelembaban

No.

Pada tabel 4.1, saat kelembaban antara 20%-25% tidak dapat dibaca dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya data ADC untuk kelembaban 20%-25% bernilai sama yaitu nol. Kemudian untuk kelembaban antara 25%-30% hanya terdapat satu data ADC yaitu 1. Jadi dari sini untuk kelembaban antara 25%-30% tidak dapat dibaca dengan baik juga. Untuk nilai kelembaban selain pada nilai titik-titik uji ditentukan dengan metode regresi linier tiap antar 2 titik uji s upaya hasilnya mendekati kurva gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik Kelembaban dan Data ADC channel 1 4.2 Pengujian Rangkaian Sensor Suhu

Tabel 4.2 menunjukan bahwa data ADC sama dengan data suhu yang ditampilkan pada LCD. Hal ini sesuai perhitungan pada tahap perencanaan rangkaian. Hal inilah yang diharapkan dengan adanya penggunaan rangkaian non

inverting amplifier berpenguatan 2 kali dan mode ADC 8 bit.

Bila penguatan 2 kali diterapakan dan mode ADC 8 bit dipilih maka data ADC dapat sebagai data suhu saat itu juga. Jadi jika data ADC langsung ditampilkan di LCD maka sama dengan menampilkan data suhu ruangan yang terukur saat itu juga. Sealain itu kinerja rangkaian non inverting amplifier

(5)

Tabel 4.2 Pengujian Rangkaian Sensor Suhu

4.3 Pengujian Rangkaian Signal Generator

Pengujian blok signal generator transduser terdiri dari rangkaian pembangkit sinyal kotak dan rangakain power amplifier.

4.3.1 Pengujian Pembangkit SInyal Kotak 44 KHz

Gambar 4.2 Sinyal Output Pembangkit Sinyal Kotak Frekuensi resonansi transduser 44 KHz dengan amplitudo 10 sd 16 Volt dengan bentuk sinyal seperti yang disampaikan pada gambar 4.2.

Bentuk sinyal output rangkaian tersebut sudah mendekati kotak. Sisi sinyal baik rising edge maupun falling

edge sudah bagus karena Op-Amp yang dipilih memiliki

slew rate yang mencukupi. Namun pada sisi sinyal baik atas

maupun bawah masih kurang rata. Hal ini disebabkan faktor respon kapasitor C yang dipakai saat discharging dan

charging tidak cepat. Namun ketidakrataan sinyal keluaran

tidak begitu mempengaruhi kinerja transduser. 4.3.2 Pengujian Power Amplifier

Gambar 4.3 Sinyal Output Rangkaian Power Amplifier

Gambar 4.3 menunjukan bentuk sinyal keluaran dari rangkaian power amplifier. Sinyal pada gambar 4.3 diambil pada saat transduser terhubung pada rangkaian power

amplifier. Sinyal keluaran tersebut tidak sebaik gambar

sinyal output rangkaian pembangkit sinyal kotak yang diinputkan pada rangakain power amplifier. Hal ini disebabkan adanya noise yang ditimbulkan oleh efek pembebanan transduser. Kemudian amplitude sinyal output

tidak berbeda jauh dengan amplituo sinyal input rangkaian

power amplifier. Jadi hasil ini sesuai teori dari power

amplifier yaitu rangkaian ini hanya menguatkan daya sinyal

input saja tetapi tidak menguatkan amplitude sinyal input. 4.4 Pengujian Sistem Kavitasi

Pada pengujian tahap ini, semua blok yang telah dirancang diintegrasikan bersama untuk membuat sistem kavitasi. Pertama, pengujian dilakukan terhadap tegangan sinyal kotak yang diberikan ke transduser. Berdasarkan perhitungan daya transduser, bahwa tegangan sinyal kotak yang dibutuhkan sebesar +15 Volt. Namun apabila transduser diberi tegangan sebesar itu, dalam beberapa menit transduser mengalami panas. Sebab apabila transduser menjadi panas maka ada kemungkinan air yang teruapkan akibat dari panas tersebut. Jadi tegangan sinyal kotak yang dipakai pengujian adalah +11 Volt.

Tahap kedua adalah pengujian terhadap sistem kavitasi untuk mencari kemampuan penguapan dengan kavitasi untuk per 30 menit. Pengujian dilakukan dengan menggunakan air murni. Hal ini dilakukan untuk mencapai kesempurnaan pengujian. Kemudian sinyal kotaknya beramplitudo +11 Volt. Lalu volume wadah adalah sebesar 5,5 Liter. Hasil pengujian tersaji pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Sistem Kavitasi / 30 menit

No. Suhu kenaikan kelembaban akibat proses kavitasi berlangsung selama 30 menit adalah sebesar 20,9%. Kemudian selama pengambilan data, suhu udara dalam wadah kebetulan selalu tetap 280C. Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa untuk menaikan kelembaban udara dalam wadah rata-rata 20,9% dan air yang diuapkan rata-rata-rata-rata 0.09 mL dalam 30 menit.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kemampuan Penguapan Sistem No. Waktu

(6)

mengetahui karakteristik kemampuan penguapan realisasi sistem alat kavitasi.

Gambar 4.4 Grafik Karakteristik Sistem Kavitasi Pada gambar 4.4 dapat dilihat sifat kenaikan sistem kavitasi tidak mendekati linier. Selain itu, grafik di atas menunjukan bahwa semakin lama waktu kavitasi dilakukan maka semakin bertambah air yang diuapkan.

Pada pengujian sistem kavitasi ini, sinyal kotak yang digunakan berampltudo sekitar +11 Volt, duty cycle 48,65% dan arus yang mengalir ke transduser sekitar 3,16 Ampere. Jadi daya yang diserap oleh transduser sekitar 34,76 Watt. Kemudian pada tahap kedua dan ketiga, setiap kali tepat sebelum pengujian dilakukan, sistem dibiarkan tertutup dahulu selama beberapa saat (sekitar 10-30 menit) sampai data suhu dan kelembaban stabil dahulu. Setelah itu, transduser diberi daya listrik dan proses kavitasi dilakukan. Hal ini untuk meyakinkan pengujian bahwa peningkatan kelembaban yang terjadi merupakan akibat dari adanya uap air hasil kavitasi.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan pengukuran hasil realisasi sistem kavitasi dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1.Gelombang ultrasonik dibangkitkan dengan sinyal kotak yang berfrekuensi 44 KHz, duty cycle 48,65%, amplitudo +11 Volt dan berdaya 34,76 Watt dapat menghasilkan kavitasi pada air murni,

2.Dalam ruangan uji 5,5 L dengan air yang dapat diuapkan rata-rata 0.09 mL/30 menit dengan kenaikan kelembaban rata-rata 20,9%,

3.Kemampuan penguapan tidak bersifat linier.

Disarankan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan gelombang ultrasonik agar proses kavitasi dapat berlangsung cepat gunakan ransduser ultrasonik yang mempunyai disipasi daya listrik yang lebih tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan volume ruangan,udara lembab.

Daftar Pustaka

[1] Prasasti, Corie Indria; Mukono, J.; Sudarmaji. 2005.

Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber-AC

Terhadap Ganguan Kesehatan. Jurnal Kesehatan

Lingkungan Vol.1, No.2, Januari 2005.

[2] Sitompul, Stepanus Sahala. Pengendalian Hama Belalang Kembara (Locusta migratoria) dengan Menggunakan GelombangUltrasonic di Kalimantan

Barat. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas

Airlanga, Surabaya, 2005.

[3] Wu, Chaoqun; Nakagawa, Noritoshi; Sekiguchi, Yasuhisa. 2006. Observation of Multibubble

Phenomena in An Ultrasonic Reactor, Journal of

Science Direct, Vol.31:1083-1089, 2006.

[4] Nurul Kharim, Miftah. 2008. Pengukuran Kecepatan Gerak Benda Padat Menggunakan Tranduser

Ultrasonik Berdasarkan Efek Doppler. Tugas Akhir

S1 Teknik Elektro ITS Surabaya.

[5] ______,2008. Datasheet RHK1AN. Sencera Company Ltd. <URL:http://mecquartz.com/ image/datasheet/Humidity%20Sensor/RHK1AN.pdf >. Tanggal akses: 2 Oktober 2008.

Gambar

Gambar 2.3 Karakteristik Sensor Kelembaban RHK1AN
Gambar 3.4 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler
Grafik Kelembaban dan Data ADC
Tabel 4.2 Pengujian Rangkaian  Sensor Suhu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tidak hanya faktor eksternal yang menjadi penghambat pola komunikasi anak autis, faktor yang berasal dari dalam diri anak autis juga sangat berpengaruh dalam

Setelah aplikasi sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan menggunakan pengujian blackbox atau whitebox, pengujian pada beberapa

meningkatkan kesejahteraan karyawan sebagai prioritas utama dikarenakan jika karyawan telah mencapai kesejahteraan maka akan berdampak pada pekerjaan yang

Merupakan tampilan utama dari aplikasi yang akan dibangun, ketika menekan tombol “Kandang” maka kita akan menuju halaman kandang yang berisi hasil alat melakukan

NaOH maupun KOH tidak mempengaruhi komposisi kandungan unsur logam pada serat ijuk, namun secara kuantitatif, terlihat perubahan jumlah atau konsentrasi kandungan

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan yaitu dari total 1510 pasien geriatri rawat inap, prevalensi interaksi obat dengan tingkat keparahan major sebesar 126

penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) yang berjudul pengaruh keadilan organisasi pada kepuasan kerja dan turnover intention karyawan BPR di Kabupaten Tabanan