ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCAFFOLDING DAN LESSON STUDY
TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS VII DI SMP NEGERI 8, BANDAR LAMPUNG DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA
TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh
DINNA PUSPITASARI
Hasil belajar adalah salah satu indikator pencapaian dalam tujuan belajar mengajar dalam kegiatan belajar mengajar di dalam skolah. Rendahnya hasil belajar di dalam kelas salah satunya dipengaruhi oleh kurang aktifnya siswa dan kurangnya penggunaan model pembelajaran yang bervariasi di dalam kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar cenderung monoton dan membosankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding dan model pembelajaran tipe Lesson Study terhadap hasil belajar IPS Terpadu, pengaruh kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu, siswa kelas VII di SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian ini 121 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 48 siswa. Teknik penelitian ini adalah Cluster Random Sampling. Teknik pengambilan data dengan observasi, dokumentasi, tes, dan angket. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel independen. Hasil analisis data menunjukkan (1) Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study. (2) Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah. (3) Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study. (4) Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study. (5) Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. (6) Ada perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Scaffolding dan Lesson Study.
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCAFFOLDING DAN LESSON STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS VII DI SMP 8, BANDAR LAMPUNG DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN
AWAL SISWA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
DINNA PUSPITASARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 07 Maret 1993 dengan nama lengkap Dinna Puspitasari. Penulis merupakan anak satu dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Bapak Sunarso dan Ibu Rosmiati. Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:
1. Taman Kanak-kanak (TK) Alhukama diselesaikan pada tahun 1998 2. SDN 1 Pengajaran Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005 3. SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008 4. SMA YP Unila Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur UM (Ujian Mandiri). Pada bulan Januari 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Lampung-Solo-Bali-Yogyakarta-Bandung-Jakarta. Pada bulan Juli, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan PPL (Program Pengalaman
Lapangan) di kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Pahayu Jaya, Kabupaten Lampung Barat.
Penulis,
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas izin dan ridhanyalah karya kecilku ini
Dengan Bangga Kupersembahkan Karya Ini Untuk
Kedua orang tuaku
Bapakku tersayang Sunarso dan Ibukku tercinta Rosmiati yang selalu mendoakanku dalam setiap langkahku. Semua doamu,
pengorbananmu, cinta dan kasih sayangmu yang selalu tercurah untukku
Adik adikku tersayang Apriliana Pramesti dan M. Reva Saputro serta keluarga besar ku tercinta, yang selalu mendukung memberi motivasi dan memberi doa yang
selalu menyertaiku
Seseorang yang kelak menjadi pendamping hidupku Muhammad Rizki Kurniawan terimakasaih atas semua
doa, dukungan, motivasi dan arahan dalam setiap langkahku selama ini.
Sahabat-sahabatku tersayang Yayuk, Ayodhya, Taufik, Iqbal, Tami, Karina, Ella yang selalu membantu dan
memeberi motivasi yang sangat besar
Semua rekan-rekan Pendidikan Ekonomi 2011
Para Pendidikku yang ku hormati terimakasih atas seluruh ilmu yang diberikan
Moto
Belajar, Berdoa dan Berusaha
(Dinna Puspitasari)
Pendidikan Merupakan Perlengkapan Paling Baik Untuk Hari Tua
(Aristoteles)
Bunga Yang Tidak Akan Layu Sepanjang Jaman Adalah Kebajikan
(William Cowper)
Kemenangan Yang Seindah-Indahnya dan Sesukar-Sukarnya Yang Boleh Direbut Oleh Manusia Ialah Menundukkan Diri Sendiri
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scaffolding dan Lesson Study Terhadap Hasil Belajar Kelas VII Di SMP Negeri 8, Bandar Lampung Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Siwa Tahun Pelajaran 2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu
‘alaihi wa salam.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku pembimbing II dan pembimbing akademik
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Penguji skripsi penulis yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.
10. Segenap warga SMP Negeri 8 Bandar Lampung, yang telah banyak meluangkan waktu selama penelitian saya dan yang telah mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian;
11. Kedua orang tuaku, Bapak Sunarso, S.E dan Ibu Rosmiati beriburibu kata terima kasih karena telah mendoakanku dalam pengharapan-pengharapan yang pasti. Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga dan pikiran tercurah di setiap perjuangan dan doamu menjadi kunci kesuksesanku di kemudian hari. Tidak ada doa yang terkabulkan selain doa dari orangtua yang ikhlas.
12. Insya allah yang akan menjadi pendamping hidupku Muhammad Rizki Kurniawan, S.E terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.
15. Sahabat-sahabatku Aisyiyah Atamimi, Karina Putri Ramadhani, S.E dan Ella Sari, S.E Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan menghadapi semester demi semester. 16. Sahabat Seperjuanganku, Taufik Priandaru, S.Pd, Ayodha Danari Atri
Pradini, Yayuk Sulan Utami, dan Iqbal Tawakal makasih untuk kebersamaannya selama empat tahun ini.
17. Teman-temanku yang selalu aku buat ribet, Dyanti Mahrunniya, S.Pd dan Fitri Mareta, S.Pd makasih buat waktu dan ilmunya.
18. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.
19. Kakak tingkatku Sofia Luthfita Marzuki, S.Pd dan Marisa Rahma Silvia, S.Pd terimakasih untuk semua bantuannya selama aku menyelesaikan skripsi ini kalian selalu membimbingku.
20. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.
21. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Bandar Lampung, 15 Agustus 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang masalah ... 1
B. Identifikasi masalah ... 8
C. Pembatasan masalah ... 9
D. Rumusan masalah ... 9
E. Tujuan penelitian ... 10
F. Kegunaan penelitian ... 11
G. Ruang lingkup penelitian ... 12
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pikir, dan Hipotesis A. Tinjauan Pustaka ... 13
1. Belajar dan Hasil Belajar ... 14
Halaman
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 15
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 16
c. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif .... 17
d. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 18
e. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif ... 21
f. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 22
g. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional ... 23
h. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 24
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scaffolding ... 25
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Lesson Study ... 28
5. Kemampuan Awal ... 32
B. Penelitian yang Relevan ... 34
C. Kerangka Pikir ... 37
D. Hipotesis ... 42
BAB III Metodologi Penelitian A. Metode Penelitian ... 43
1. Desain Eksperimen ... 44
2. Prosedur Penelitian ... 45
B. Populasi dan Sampel ... 49
1. Populasi ... 49
2. Sampel ... 49
C. Variabel Penelitian ... 49
D. Definisi Konseptual Variabel ... 51
E. Definisi Operasional Variabel ... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ... 53
G. Uji Persyaratan Instrumen ... 54
Halaman
2. Uji Reabilitas Instrumen ... 55
3. Taraf Kesukaran ... 57
4. Daya Beda ... 58
H. Uji Persyaratan Analisis Data ... 60
1. Uji Normalitas ... 60
2. Uji Homogenitas ... 61
I. Teknik Analisis Data ... 61
1. T-Test Dua Sampel Independen ... 61
2. Analisis Varians Dua Jalan ... 63
3. Analisis Efektifitas Model Pembelajaran... 65
J. Pengujian Hipotesis ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitisn ... 69
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 8 Bandar Lampung ... 69
2. Visi Dan Misi SMP Negeri 8 Bandar Lampung ... 70
3. Sarana Dan Prasarana Sekolah ... 71
4. Proses Belajar Dan Mengajar ... 71
5. Guru Dan Karyawan ... 72
6. Siswa ... 73
B. Deskripsi Data ... 73
1. Data Hasil Tes Kemampuan Awal ... 74
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa ... 77
C. Pengujian Persyaratan Analisi Data ... 80
1. Uji Normalitas ... 80
2. Uji Homogenitas ... 82
D. Pengujian Hipotesis ... 83
BAB V KESIMPULAN,
A. Kesimpulan ... 105 B. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Table Halaman
1. Daftar Nilai Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 4
2. Perbedaan Kelompok Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Pembalajaran Tradisional ... 23
3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif ... 24
4. Penelitian yang Relevan ... 34
5. Definisi konseptual variabel . ... 45
6. Definisi Operasional Variabel ... 52
7. Tingkatan Besarnya Reliabilitas ... 57
8. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 64
9. Daftar Nama Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Bandar Lampung ... 70
10.Sarana dan Prasarana ... 71
11.Jam Belajar siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung ... 72
12.Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 8 Bandar Lampung ... 72
13.Jumlah Siswa ... 73
14.Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal pada Kelas Eksperimen ... 74
15.Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal pada Kelas Kontrol ... 76
16.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen ... 78
17.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar pada Kelas Kontrol ... 79
18.Uji Normalitas Data ... 80
19.Rekapitulasi Uji Normalitas ... 81
20.Hasil uji homogenitas ... 82
Lampiran
1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen 2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol 3. Kisi – Kisi Soal Kemampuan Awal 4. Kisi – Kisi Soal Post Test
5. Soal Kemampuan Awal 6. Soal Post Test
7. RPP Scaffolding 8. RPP Lesson Study 9. Uji Validitas Test 10.Uji Realibilitas 11.Uji Kesukaran 12.Uji Daya Beda 13.Uji Normalitas 14.Uji Homogenitas
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pengembangan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan
diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan bersamaan.
Fungsi dari pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. “Menyiapkan” diartikan
bahwa pesrta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjuk pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun ke kancah kehidupan yang nyata. Penyiapan ini dikaitkankan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik, warga bangsa dan calon pembentuk keluarga baru, serta mengemban tugas dan pekerjaan kelak di kemudian hari.
Peranan bertalian dengan jabatan dan pekerjaan tertentu, tentunya bertalian dengan kegiatan pembangunan di masyarakat.
Pendidikan yang kurang sempurna dalam teori pendidikan, tetai hasil usaha pendidikannya memuaskan. Hal ini banyak sekali terjadi, karena sebagian besar rakyat indonesia pada waktu itu kurang cukup pengetahuannya tentang teori pendidikan. Tidak sedikit keluarga bangsa indonesia, yang memperoleh sukses dalam mendidik tunas mudanya. Sebabnya terletak pada kwantitas bakat orang tua dan pembawaan anak didik sendiri. Bakat mendidik dan pengalaman
mempertinggi hasil pendidikan. Anak berbakat secara merdeka berusaha sendiri mendidik dirinya tanpa menggantungkan diri pada usaha pendidik.
Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan di seluruh wilayah Indonesia sampai ke pedalaman untuk dapat menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 2 juga dijelaskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Adanya pembangunan nasional di bidang pendidikan
merupakan upaya yang dilakukan pemerintah guna mencapai fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut.
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis
merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari enam kelas diketahui bahwa guru memberi penjelasan dan siswa mencatat disertai tanya jawab seperlunya kemudian di lanjutkan dengan latihan soal atau tugas yang ada di buku. Metode ini berpusat pada guru (teacher centered). Guru seolah-olah menjadi satu-satunya sumber belajar di kelas. Metode langsung banyak diterapkan karena dianggap sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Namun, Siswa
menjadi pasif dalam pembelajaran karena hanya mendengar dan mencatat materi yang telah dijelaskan oleh guru. Proses pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar ips terpadu, siswa menjadi cepat bosan, cepat mengantuk pada saat proses pembelajaran berlangsung jika menerapkan metode langsung secara terus-menerus dapat menghambat bahkan mematikan kreativitas siswa, yang kemudian berdampak pada rendahnya hasil belajar. Pencapaian hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Daftar Nilai Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2014/2015
No Kelas Nilai Jumlah
Siswa < 70 ≥ 70
1 VII.B 24 1 25
2 VII.C 22 2 24
3 VII.D 19 5 24
4 VII.F 20 4 24
5 VII.G 24 1 25
6 VII.H 20 4 24
Jumlah
Siswa 129 17 146
Persentase (%) 88,35 11,64 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada ujian mid semester masih belum optimal. Hal ini dikarenakan hanya 17 siswa (11,64%) dari 146 siswa yang mendapat nilai ≥70, dan 129 siswa (88,35%) memperoleh nilai <70. Hal ini
berarti sebagian besar siswa memiliki hasil belajar yang masih tergolong rendah.
Masih banyaknya siswa yang masih belum mencapai nilai KKM di kelas VII di SMP Negeri 8 Bandar Lampung menunjukkan bahwa masih kurang maksimalnya kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Maka perubahan dalam suasana belajar sangat diperlukan untuk dapat merubah suasana belajar dan keberhasilan dari pembelajaran tersebut. Salah satunya para guru dapat mempergunakan model pembelajaran kooperatif agar pelajaran yang berlangsung tidak monoton dan membosankan sehingga pembelajaran dapat berlangsung aktif, inovatif, kreatif serta menyenangkan , dengan demikian minat dan motivasi belajar peserta didik dapat meningkat dan membantu para siswa untuk menyerap pelajaran yang disampaikan guru .
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menitik beratkan pada kelompok, interaksi setiap siswa dan guru diharapkan dapat membantu siswa menemukan atau menjawab masalah - masalah yang dihadapi disetiap pelajaran yang berlangsung. Menurut Slavin (2009) “pembelajaran kooperatif adalah
metode atau model dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan
Pembelajaran kooperatif guru hanya berperan sebagai fasilitator atau hanya
sebagai penggerak siswa untuk menggali informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar tentu memungkinkan siswa untuk lebih mengerti baiknya bekerja sama dalam kelompok. Penerapan model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat membuka kesempatan siswa untuk ikut berpartisipasi dan berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran. Setiap model pembelajaran terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dengan menerapkan model tersebut secara variatif akan tercipta proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS terpadu adalah penggunaan pembelaaran
kooperatif, maka peneliti tertarik meneliti keefektifan pembelajaran kooperatif tersebut.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran scaffolding dan lesson study. Scaffolding adalah merupakan bagian dari model pembelajatan kooperatif atau secara berkelompok. Scaffolding
Scaffolding diartikan ke dalam bahasa Indonesia “perancah”, yaitu bambu (balok
dsb) yang dipasang untuk tumpuan ketika hendak mendirikan rumah, membuat tembok, dan sebagainya (Daerama,2012).
Lesson Study di Indonsia dapat diartikan sebagai model pembinaan (pelatihan)
profesi pendidik berbasis sekolah melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan profesionalitas pendidik terus menerus yang tercermin dari peningkatan mutu pembelajaran. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki atau menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif (Rusman,2011).
Metode Lesson Study dapat digunakan dalam semua mata pelajaran. Lesson Study dilakukan dengan tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Dengan melakukan tahap-tahap tersebut diharapkan dapat merubah cara belajar dan
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kedua model pembelajaran tersebut menitikberatkan kepada aktivitas siswa. Namun, terdapat perbedaan diantara kedua model pembelajaran tersebut. Bila Scaffolding menekankan siswa menjadi tutor sebaya karena siswa dituntut bekerja sama dalam kelompoknya membuat dan menjawab pertanyaan atau masalah yang diberi guru. Pada Lesson Study menekankan pada kematangan materi yang akan diberikan pada siswa.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model
Pembelajara Kooperatif Tipe Scaffolding dan Lesson Study Terhadap Hasil Belajar Kelas VII di SMP Negeri 8 Bandar Lampung dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Siswa Tahun Ajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Hasil belajar IPS Terpadu siswa yang masih tergolong rendah, hal ini tampak tidak tercapainya kreteria ketuntasan belajar minimum.
2. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Sistem belajar yang masih terpusat terhadap guru (Teacher center). Sehingga peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar masih sangat dominan.
5. Siswa kurang memperhatikan pelajaran.
6. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif dengan berbagai tipe.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, tampak bahwa hasil belajar ips terpadu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa. Maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kajian perbandingan antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding dan tipe Lesson Study.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ;
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Scaffolding
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe Lesson Study ?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, dan rendah?
kooperatif tipe Scaffolding lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan tipe Lesson Study ?
4. Apakah hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding lebih rendah dibandingkan yang
pembelajarannya menggunakan tipe Lesson Study ?
5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaraan kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu ?
6. Apakah ada perbedaan efektifitas antara model pembelajaran Scaffolding dan Lesson Study.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe
Scaffolding dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe Lesson Study.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, dan rendah.
4. Untuk mengetahui apakah hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding lebih rendah
dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan tipe Lesson Study. 5. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaraan
kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.
6. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektifitas antar model pembelajaran Scaffolding dan Lesson Study.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini meliputi: 1. Secara teoritis
a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang
menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran IPS Terpadu.
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran.
c. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara lebih optimal.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu, model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding dan model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil. 3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
5. Ruang Lingkup Ilmu
II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Hasil Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Oemar Hamalik berpendapat bahwa (2001: 28) “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut meliputi: pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etika dan sikap. Apabila seseorang telah belajar, maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Belajar bukan hanya dilakukan di sekolah karena belajar dapat dilakukan secara formal dan secara nonformal, untuk belajar secara formal seseorang dapat melakukan kegiatan belajar di sekolah, tempat bimbingan belajar maupun lembaga formal lainnya, sedangkan untuk belajar di lembaga nonformal seseorang dapat belajar di rumah, lingkungan sekitar mereka. Di sekolah seseorang atau peserta didik belajar secara akademik sedangkan di rumah atau dilingkungan sekitar peserta didik belajar bagaimana menerapkan ilmu yang telah didapat di sekolah.
a. Belajar dapat memberikan perubahan baik perubahan tingkah laku maupun potensial.
b. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha yang dilakukan dengan sengaja.
Slameto (2010: 27-28) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;
b. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
c. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksporasi dan belahjar dengan efektif;
d. Belajar perlua ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2. Sesuai hakikat belajar
a. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;
b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; c. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.
3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
b. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.
4. Syarat keberhasilan belajar
a. Belajar memerlukan sarana yng cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;
Keempat prinsip tersebut sangat penting untuk diperhatikan agar proses belajar dapat berjalan dengan optimal. Proses belajar tentunya seorang guru memberikan penilaian-penilaian terhadap perubahan yang terjadi pada siswa yang mencakup tiga ranah.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Tentang tujuan pendidikan nasional tertulis dalam pasal 2 sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah, maupun oleh pihak swasta, dari pendidikan pra-sekolah sampai dengan pendidikan tinggi, supaya melahirkan warganegara sosialis indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis indonesia, adil dan makmur, baik spiritual maupun materiil dan yang berjiwa pancasila.
2. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran kooperatif
Pembelajaraan kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dituntun untuk mandiri dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori
Pembelajaran kooperatif yang diterapkan didalam kelas diharapkan siswa dapat mencapai keberhasilan dalam bidang akademik, menerima
keragaman dan menimbulkan jiwa sosial dalam kelompok tersebut. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat (Ibrahim, dkk, 2000:7) “Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial”, Menurut (Slavin : 1997) pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
b. Tujuan Pembelajaran kooperatif
Menurut Ibrahim dkk. (2000: 7) model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang terdiri dari:
a) Hasil belajar akademik.
b) Penerimaan terhadap keragaman. c) Pengembangan keterampilan sosial.
Hal ini sejalan dengan pendapat tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Suradi dan Djadir, 2004: 3).
anggotanya. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilakukan dan interaksi yang terjadi antar siswa akan lebih intensif. Interaksi yang intensif tersebut dapat dipastikan komunikasi antar siswa berjalan dengan baik. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding dan Lesson Study, siswa mampu meningkatkan hasil belajar dengan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki, saling mengisi kekurangan dengan siswa lain, dan menghargai perbedaan yang ada.
c. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a) setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b) setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c) setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d) setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e) setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:
a) siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.
Penerapan pembelajaraan kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan bertujuan agar siswa bisa saling berbagi kemampuan, saling membantu belajar, dan saling belajar berfikir kritis.
Dengan adanya pembelajaran kooperatif siswa dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah di kelompok dengan mudah karna setiap siswa mempunyai kesempatan dalam berpendapat dan siswa dapat berdiskusi, sehingga semakin banyak pendapat yang di berikan akan semakin luas wawasan yang didapat siswa.
d. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah: 1) Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
3) Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu, prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan berhasil tanpa hasil yang optimal.
4) Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sumber: http://agungmunandar8.blogspot.com/2012/11/karakteristik-model- pembelajaran_5818.html?m=1
Menurut (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009:33) ciri-ciri yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
Model pembelajaran kooperatif adala suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dpat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok belajar tersebut.
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek
pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.
Stahl dalam Solihatin (2008: 7-9) menyatakan ada 9 konsep dasar yang harus diperhatikan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif, meliputi:
1) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas. Tujuan belajar di sini menyangkut apa yang diinginkan oleh guru untuk dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya.
2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar. 3) Ketergantungan yang bersifat positif.
4) Interaksi yang bersifat terbuka. 5) Tanggung jawab individu. 6) Kelompok bersifat heterogen.
7) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif. Pada kegiatan bekerja dalam kelompok, siswa harus belajar bagaimana meningkatkan
kemampuan interaksinya dalam memimpin, berdiskusi, bernegoisasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam mengerjakan tugas kelompok. 8) Tindak lanjut (follop-up).
e. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Penerapan pembelajaran kooperatif tentunya memiliki keunggulan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa di beberapa aspek. Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok dan diharuskan dapat berinteraksi dengan baik sesama teman sekelompok agar nantinya
pembelajaran atau diskusi dapat berjalan baik sehingga mencapai tujuan pembelajaran kooperatif yang diharapkan. Keunggulan-keunggulan
pembelajaran kooperatif menurut Karli dan Yuliatiningsih (2002:72 adalah sebagai berikut:
1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembanngkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam susana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan di kehidupan masyarakat.
4) Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5) Siswa dilatih untuk bekerja sama , karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
f. Kekurangan Pembelajaran kooperatif
Kekurangan dari model pembelajaran ini menurut Sudjana (2000:70) adalah:
1) Bagi Guru
a) Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi prestasi akademis.
b) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga siswa melewati waktu yang sudah ditetapkan.
2) Bagi Siswa
Masih adanya siswa yang berkemampuan tinggi yang mempunyai kesempatan untuk memberi penjelasan kepada siswa lain kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan.
Kekurangan pembelajaran kooperatif yang disampaikan diatas seorang guru dapat meminimalisir kekurangan dari model pembelajaran salah satunya dengan cara tidak membagi jumlah kelompok lebih dari 7 orang dan sebaiknya tidak membagi kelompok dalam jumlah gajil. Hal ini didukung oleh pendapat Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”. Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor
kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.
Sumber : http://www.artikelbagus.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-model.html
g. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, dkk 2004 : 62) mengatakan bahwa “Kelompok belajar siswa kooperatif memiliki beberapa perbedaan
daripada kelompok tradisional”. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
tabel:
Tabel 2. Perbedaan Kelompok Pembelajaran Kooperatif dengan Kelompok Pembalajaran Tradisional
Kelompok Pembelajaran Kooperatif
Kelompok Pembelajaran Tradisional
1. Ada saling ketergantungan positif yang terbentuk.
2. Individu bertanggung jawab atas keberhasilan diri sendiri dan teman-temannya.
3. Keanggotaan kelompok heterogen.
4. Kegiatan membangun kelompok menimbulkan saling percaya, komitmen, dan kohesi
kelompok.
5. Antara anggota kelompok berbagi tanggung jawab memimpin.
6. Diajarkan dan dilatihkan keterampilan sosial. 7. Guru secara terus menerus
memantau kerja kelompok, mencatat observasi, memberi mamsukan agar kelompok berfungsi dengan baik dan kalu perlu ikut campur dalam diskusi.
1. Tidak ada saling
ketergantungan poksitif yang terbentuk.
2. Individu bertanggung jawab atas keberhasilannya sendiri. 3. Keanggotaan kelompok
homogeny.
4. Tidak ada kegiatan membangun kelompok.
5. Satu anggota kelompok dipilih sebagai ketua kelompok. 6. Diasumsikan peserta didik
punya keterampilan sosial (padahal seringkali tidak punya
7. Guru tidak memantau kerja kelompok ataupun memebri masukan agar kelompok berfungsi.
h. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut pendapat Ibrahim (2000 : 10) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b) Menyajikan informasi.
c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. d) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
e) Evaluasi.
f) Memberikan penghargaan.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase Tahapan Tingkah Laku Guru
I Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar
II Menyajikan informasi Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan
III Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
IV Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
V Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
VI Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding
Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome Bruner, seorang psikolog kognitif . Dia menggunakan istilah untuk
menggambarkan anak-anak muda dalam akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai belajar berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara
naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar barbahasa.
Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anak
yang memungkinkan anak-anak untuk melaksanakan sesuatu di luar usaha mandirinya. Cazden (1983; 6) mendefinisikan scaffolding sebagai “kerangka kerja sementara untuk aktivitas dalam penyelesaian”. Scaffolding
Martinis (2010) Langkah-langkah metode pembelajaran Scaffolding secara operasional, strategi pembelajaran Scaffolding dapat ditempuh melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Assemen kemampuan dan taraf perkembangan setiap siswa untuk menentukan Zone of Proximal Development (ZPD).
2. Menjabarkan tugas pemecahan masalah ke dalam tahap-tahap yang rinsi sehingga dapat membantu siswa melihat zona yang akan diskafold. 3. Menyajikan tugas belajar secara berjenjang sesuai taraf perkembangan
siswa. Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui
penjelasan, peringatan, dorongan (motivasi), penguraian masalah ke dalam langkah pemecahan, dan pemberian contoh (modelling).
4. Mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri. 5. Memberikan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata
(minders), dorongan, contoh atau hal lain yang dapat memancing siswa bergerak ke arah kemandirian belajar dalam pengarahan diri.
Lange (2002) menyatakan bahwa ada dua langkah utama yang terlibat dalam scaffolding pembelajaran: (1) pengembangan rencana pembelajaran untuk membimbing peserta didik dalam memahami materi baru, dan (2)
pelaksanaan rencana, pembelajar memberikan bantuan kepada peserta didik di setiap langkah dari proses pembelajaran. Scaffolding terdiri dari beberapa aspek khusus yang dapat membantu peserta didik dalam internalisasi penguasaan pengetahuan. Berikut aspek-aspek scaffolding:
a. Intensionalitas: Kegiatan ini mempunyai tujuan yang jelas terhadap aktivitas pembelajaran berupa bantuan yang selalu didiberikan kepada setiap peserta didik yang membutuhkan.
b. Kesesuaian: Peserta didik yang tidak bisa menyelesaikan sendiri
permasalahan yang dihadapinya, maka pembelajar memberikan bantuan penyelesaiannya.
d. Kolaborasi: Pembelajar menciptakan kerjasama dengan peserta didik dan menghargai karya yang telah dicapai oleh peserta didik. Peran pembelajar adalah kolaborator bukan sebagai evaluator.
e. Internalisasi: Eksternal scaffolding untuk kegiatan ini secara bertahap ditarik sebagai pola yang diinternalisasi oleh peserta didik.
Riry mardiyan(2013) Adapun keuntungan mempelajari Scaffolding adalah : 1. Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar.
2. Menyederhanakan tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa dicapai oleh anak.
3. Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan.
4. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standar atau yang diharapkan.
5. Mengurangi frustasi atau resiko
6. Memberi model dan mendefinisikan dengan jelas harapan mengenai aktivitas yang akan dilakukan.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study
Konsep dan praktik lesson study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepangnya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Lesson study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial (Rusman,2011).
Kegiatan Lesson Study memberikan nuansa yang berdampak yang positif terhadap perubahan sikap dan budaya guru dalam mengajar disekolah. Perubahan budaya juga terjadi pada guru dalam mengajar melalui Lesson Study, perubahan dalam mengajar dapat memberi arah positif terhadap siswa dalam proses pembelajaran.
Lesson Study bertujuan untuk melakukan mutu profesi pendidik dalam
Bill Cerbin dan Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
1. Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar
2. Memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study
3. Meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif 4. Membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat
menimba pengetahuan dari guru lainnya
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, dapat memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, dapat mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam
Tujuan Lesson Study adalah : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar, (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran, (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif, (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Adapun langkah-langkah lesson study sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan. b. Praktek mengajar. c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai
beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu :
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya,
sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula
dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan pelaksanaan, terdapat dua kegiatan utama yaitu kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2) Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
4) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5) Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7) Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
5. Kemampuan Awal
Kemampuan awal (prior knowledge) merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mengikuti pelajaran. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang akan datang disampaikan oleh guru.
Menurut Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006: 128), “Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal”. Kemampuan awal ini
sangat penting bagi pengajar sebelum memulai kegiatan pembelajaran agar dapat mengetahui sejauh mana siswa mengetahui materi yang akan
Kemampuan awal siswa merupakan persyaratan untuk mengikuti pelajaran, agar dapat melaksanakan pelajaran dengan baik. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Prior knowledge dapat diukur dengan tes, interview, atau cara-cara lain
yang sederhana seperti pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada siswa secara acak. Dengan cara tersebut, guru mendorong siswa untuk mengubah pola pikir siswa dari informasi yang pernah
didapatkannya menjadi proses belajar yang penuh makna dan memulai untuk mengkaitkan berbagai jenis peristiwa tersebut, dan bukan lagi sekedar mengingat-ingat kejadian yang ada secara terpisah. Berdasarkan dari tes kemampuan awal siswa, hasil akan dikatagorikan kedalam tinggi, sedang, dan rendah. Dirjen Dikti (2010 :8-9) menyatakan bahwa dalam menetapkan kriteria tinggi, sedang, dan rendah dapat menggunakan ukuran sebagai berikut.
a. Tinggi bila skor ≥ 70 %
b. Sedang bila 50 % ≤ skor < 70 % c. Rendah bila skor < 50 %
Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, hal ini lah yang mendorong peneliti untuk melakukan tes kemampuan awal siswa, untuk mengetahui seberapa dalamkah siswa memahami materi sebelumnya jika dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam melakukan kajian penelitian. Dalam hasil penelitian yang releva terdapat dua judul yang membahas tentang scaffolding dan terdapat dua judul skripsi yang mebahas tentang lesson study. Hasil penelitian yang dijadikan pembanding atau acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Penelitian yang Relevan
No Penulis Judul skripsi Kesimpulan
1 Monica Sirait Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X AK SMK YAPIM Medan T.A 2011/2012”. aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas X AK pada kompetensi menyelesaikan siklus akuntansi perusahaan jasa dan dagang di SMK YAPIM Medan T.A 2011/2012, dan diperoleh uji
2
3
Rifqia Apriyanti (2011)
Ika Rudyharti (2009)
Pengaruh metode penemuan dengan menggunakan teknik Scaffolding terhadap hasil belajar
Matematika siswa
Penerapan Lesson Study dalam proses pembelajaran IPS (sejarah) Kelas VII di Mts Surya Buana Malang.
rata-rata hasil belajar matematika siswa rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode ekspositori dengan teknik bertanya, dan diperoleh thitung > ttabel (4,43 > 1,67), maka H0 ditolak dan H1 diterima
Penerapan Lesson Study pada pelajaran IPS (Sejarah) dengan metode NHT (Number Head Together) di kelas VII A Mts Surya Buana Malang telah terlaksana dengan baik. Hal ini
4 Ibrohim (2009) Pengaruh Model Implementasi Lesson Study dalam kegiatan MGMP terhadap Peningkatan
Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Biologi Siswa.
Dari hasil penelitian model implementasi 0.009), persepsi dan sikap guru (p = 0,002), hasil belajar biologi siswa (p = 0,010), namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep biologi guru (p = 0,058), motivasi berprestasi guru (p = 0,505), serta minat, sikap dan motivasi belajar biologi siswa SMP (p = 0,498). Model implementasi Lesson Study yang secara konsisten memberikan pengaruh konsep biologi,
C. Kerangka Fikir
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang diteliti, maka faktor-faktor tersebut dibedakan dalam bentuk variabel-variabel. Variable bebas (independent) dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Scaffolding dan Lesson study. Variable terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah hasil belajar ips terpadu siswa melalui dua model pembelajaran tersebut. Hasil belajar ips terpadu dengan menerapkan model kooperatif tipe Scaffolding dan hasil belajar ips terpadu dengan menerapkan kooperatif tipe Lesson Study.
Model pembelajaran merupakan strategi pembelajaran dimana dalam pembelajaran mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana pembelajar yang memiliki tingkat kemampuan berbeda belajar bersama dalam kelompok kelompok kecil yang heterogen. Model pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menitik beratkan pada kelompok, interaksi setiap siswa dan guru diharapkan dapat membantu siswa
menemukan atau menjawab masalah–masalah yang dihadapi disetiap pelajaran yang berlangsung.
Menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota harus dapat saling
bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif terus dikembangkan karena melalui
kooperatif memiliki berbagai tipe, dua diantaranya adala tipe Scaffolding atau dan Lesson Study.
Kedua model kooperatif tersebut memiliki langkah-langkah yang berbeda namun tetap satu jalur yaitu pembelajaran secara kelompok yang berpusat pada siswa (student centered) dan guru hanya sebagai fasilitator.
Model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding, tiap siswa dituntut untuk aktif, guru hanya sebagai fasilitator dan guru membentuk kelompok yang anggotanya heterogen, kemudian guru memberikan materi yang akan dibahas berupa topik bahasan, tiap-tiap kelompok mendapat sub topik yang berbeda beda. Tiap siswa bekerja secara mandiri atas pembagian tugas disetiap sub topik masing – masing, siswa berinteraksi dengan teman kelompoknya untuk menyelesaikan tugasnya, Apabila terdapat siswa yang masih belum mengerti terhadap materi tersebut dan cara menyelesaikannya siswa lain yang masih dalam satu kelompok yang telah mengerti membantu menjelaskannya. Dan apabila siswa tersebut masih belum memahami atau kurang pahan atas penejlasan temannya tersebut , barulah guru membantu dan turun tangan untuk membantu menjelaskan materi tersebut. Setelah itu barulah setiap kelompok mempertanggung jawabkan jawaban kelompoknya dengan cara presentasi dan menjelaskan pada keolompok lainnya.
Sebelum guru melakukan pembagian kelompok dan memberikan materi, sekelompok guru melakukan perencanaan para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Selanjutnya tahap
pelaksanaan, kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk
mempraktikan RPP yang telah disusun bersama dan kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh guru.
Selanjutnya adalah tahap refleksi, tahap refleksi tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Yang terakhir ada
tahapan tindak lanjut dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun manajerial. Setelah dilaksanakan tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan guru baru bisa menyampaikan materi dan memperaktikkannya di dalam kelas dengan cara membagi kelompok, kelompok dapat dibagi sebanyak 4-5 orang siswa. Setelah itu guru menjelaskan sedikat materi dan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan. Metode pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study ini adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan
kelompok lain. Sehingga siswa akan mendapat referensi pendapat yang banyak bukan hanya dari teman dalam kelompoknya melainkan dari hampir sebagian siswa lainnya. Dengan demikian setiap kelompok dapat dengan mudah mengambil kesimpulan dari materi yang didapat dari kelompok lain. Setelah itu setaip kelompok dapat mempresentasikan kesimpulan yang didapat dari diskusi yang telah dilakukan.
Model pembelajaran Scaffolding menuntut siswa untuk dapat saling membantu antar teman kelompok, dalam model pembelajaran ini hampir sama dengan model pembelajaran tutor sebaya, dimana setiap kelompok harus saling membantu satu sama lain untuk membantu menerangkan atau menjelaskan teman yang masih belum mengerti. Dalam model pembelajaran ini seorang siswa akan akan dapat lebih mudah mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh temannya yang lain dikarnakan seorang peserta didik tidak segan untuk menanyakan apa yang belum dimengerti. Dalam keadaan ini siswa dapat menanyakan suatu yang lebih mendetail dengan tidak ada rasa sungkan dibandingkan siswa harus bertanya kepada guru.
Desain penelitian dengan penarapan model Scaffolding dan Lesson Study, maka krangka pikir penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Pikir Perbandingan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scaffolding dan Tipe Lesson Study dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Siswa
Perencanaan Pembelajaran
Proses Pembelajaran
(Pre Test) (Pre Test)
Ada perbedaan hasil belajar ekonomi menggunakan model Scaffolding dan Lesson Study
Hasil belajar IPS Terpadu Hasil belajar IPS Terpadu
D. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study.
2. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan rendah.
3. Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding lebih tinggi dibandingkan yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study.
4. Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scaffolding lebih rendah dibandingkan yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Lesson Study.
5. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metedelogi Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran, menemukan dan mengembangkan suatu pengetahuan, serta mengkaji kebenaran suatu pengetahuan sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Metode penelitian merupakan metode kerja yang dilakukan dalam penelitian termasuk alat-alat yang digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data dilapangan pada saat melakukan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif yang berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan (Sugiono, 2011: 115). Metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan satu variabel yaitu hasil belajar IPS Terpadu dengan perlakuan yang berbeda.
adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibandingkan dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.
Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimental semu (quasi eksperimental design). Penelitian quasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Jenis eksperimen ini belum memenuhi persyaratan yang dapat dikatakan ilmiah (Suharsimi Arikunto, 2008: 86). Metode ini dilakukan dengan melakukan percobaan secara cermat untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara gejala yang timbul dengan variabel yang sengaja diadakan.
1. Desain Eksperimen
Penelitian ini bersifat eksperimental semu (quasi eksperimental desain) dengan pola treatment by level design penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu, namun pada variabel moderator (motivasi berprestasi) digunakan pola treatment by level design karena dalam hal ini hanya model pembelajaran yang diberi perlakuan
terhadap hasil belajar.Bentuk penelitian ini banyak di gunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia. (Sukardi, 2003: 16)
Random sampling digunakan untuk menentukan sampel, pada
sedangkan kelas VII.C melaksanakan pembelajaran Lesson Study sebagai kelas kontrol. Dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdapat siswa yang memiliki nilai belajar yang tergolong variatif terdapat siswa yang mendapat nilai tinggi dan mendapat nilai rendah rendah dalam MID semester genap yang lalu dalam pelajaran
ekonomi. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
Tabel 5. Definisi konseptual variabel.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
a. Melakukan penelitian pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui yang akan digunakan sebagai populasi dan pengambilan sampel dalam penelitian. Menentukan sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak