• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

568

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES

MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK

INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Eka Mayasari

1

, Hasnah Nosi

2

, Syaifuddin Zainal

3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar

2STIKES Nani Hasanuddin Makassar

3STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Diabetes melitus adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Ketaatan kontrol dilakukan seseorang yang menderita penyakit yang membutuhkan kontrol atau cek di rumah sakit. Jika klien kurang taat kontrol tentu akan mempengaruhi tingkat kadar gula darah klien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental sampling dengan jumlah 30 orang responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji chi square dengan tingkat pemaknaan (α<0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0,018), perilaku (p= 0,009), dan pendidikan (p= 0,001) dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar adalah pengetahuan, perilaku, dan pendidikan. Disarankan kepada para peneliti yang akan mengadakan penelitian serupa hendaknya perlu mengkaji ulang dengan melibatkan sampel yang lebih banyak dan rancangan penelitian yang lebih baik agar dapat memperoleh kesimpulan yang lebih baik pula.

Kata Kunci : Kepatuhan kontrol, Pengetahuan, Perilaku, Pendidikan, Diabetes Melitus.

PENDAHULUAN

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sudah sejak lama dikenal, orang Mesir pada tahun 1552 SM sudah mengenal penyakit yang ditandai dengan sering kencing dalam jumlah banyak, penurunan berat badan cepat dan rasa sakit. Pada tahun 400 SM seorang India Sushrutha, menamai penyakit ini kencing madu dan 200 SM penyakit ini pertama kali disebut Diabetes Melitus (diabetes = mengalir terus, mellitus = manis) (Tarwoto, 2012). Diabetes adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang merupakan hasil dari proses destruksi sel pankreas sehingga insulin mengalami kekurangan.Diabetik ketoasidosis adalah suatu gangguan metabolik karena adanya keton yang diproduksi secara berlebihan dan mengancam kehidupan yang ditandai dengan hiperglikemi, asidosis metabolik, dehidrasi dan perubahan tingkat kesadaran (Suriadi & Rita, 2010; 71). Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama di kalangan keluarga,

khususnya keluarga ‘berbadan besar’ (kegemukan) bersama dengan gaya hidup ‘tinggi’. Kenyataannya, kemudian, DM menjadi penyakit masyarakat umum, menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian ( Bustam, 2007; 100).

Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama. Di sisi lain timbulnya DM bisa berasal dengan kekungan insulin yang bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya resistensi insulin (insulin recistance). Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan/ketidakmampuan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemi) (Bustam, 2007).

Kebanyakan penderita DM tidak memeriksakan kadar gula darah bila tidak ada keluhan. Mereka akan memeriksakan kesehatan bila merasa ada gangguan. Semakin buruk kontrol seseorang terhadap kadar gula darah, maka semakin muda seseorang terkena komplikasi (Tandra, 2008).

(2)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

569

125 juta per-tahun, dengan prediksi berlipat

ganda mencapai 250 juta dalam 10 tahun mendatang (tahun 2010). Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2% - 2,3% dari penduduk usia lebih 15 tahun.

Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun (Bustan, 2007).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak133 juta jiwa. Dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urbandan 7,2%, pada daerah rural, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 5,5 juta didaerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban(14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. (Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 DI Indonesia).

Catatan bagian rekam medik RSUD Labuang Baji Makassar, diperoleh data jumlah penderita diabetes melitus masih sangat banyak terjadi. Pata tahu 2010 jumlah kasus diabetes melitus sebanyak 476 kasus, tahun 2011 sebanyak 672 kasus, dan pada tahun 2012 sebanyak 682 kasus. Dari data tersebut, jumlah penderita diabetes melitus dari tahun ke tahun semakin meningkat. (Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar).

Penderita DM harus rutin mengontrol kadar gula darah sesuai dengan jadwal yang ditentukan, agar diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah gangguan dan komplikasi yang mungkin muncul agar ada penanganan yang cepat dan tepat. Disini peran perawat sebagai pendidik adalah memberikan pengetahuan tentang manfaat dari kepatuhan klien diabetes melitus dalam menjalankan kepatuhan kontrol, sehingga diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pasien DM (Tandra, 2008).

Berdasarkan hasil uraian di atas, mendorong peneliti untuk mengetahui “faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah

di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar”.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 14 Juli sampai dengan tanggal 14 Agustus 2013 di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan klien kontrol diabetes mellitus yang berada di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makassar, maka jumlah populasinya adalah 30 dengan Besar sampel 30 responden. Jenis dan metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional

Study. Teknik pengambilan sampel dengan

cara Accidental sampling yaitu pada saat melakukan penelitian ditempat kasus penderita diabetes melitus. Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah semua penderita diabetes melitus di poliklinik interna di RSUD Labuang Baji Makassar pada saat penelitian berlangsung. Dengan kriteria inklusi yaitu Pasien yang dirawat, Pasien yang menderita diabetes mellitus, dan yang bersedia jadi responden.

Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari klien atau data yang diambil oleh peneliti langsung dari responden. Sedangkan data sekunder Untuk data sekunder dilakukan dengan cara melihat dokumen pada instansi terkait sesuai dengan kebutuhan data penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang menjadi sampel. Adapun urutan prosedur penelitian sebagai berikut : Membuat kuesioner sebanyak jumlah responden yang akan ditentukan, membagi kuesioner kepada responden, mengumpulkan kuesioner yang telah dibagi, dan mentabulasi data

Setelah data diperoleh dimasukkan kedalam pengujian statistik untuk memperoleh kejelasan tentang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna rsud labuang baji makassar .

Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi

Analisis data

(3)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

570

2. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan uji statistic dengan tingkat pemaknaan (α) = 0,05. Uji statistic yang digunakan adalah

Chi square menggunakan computerisasi.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makassar.

Umur n %

16 - 25 tahun 1 3,3

26 – 35 tahun 3 10,0

36 - 45 tahun 6 20,0

45 – 55 tahun 9 30,0

> 55 tahun 11 36,7

Total 30 100

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa umur yang terbanyak menjadi responden adalah umur > 55 tahun yaitu sebanyak 11 responden ( 36,7%), sedangkan yang paling sedikit adalah umur 16 - 25 tahun sebanyak 1 responden 3,3 %).

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makassar.

Jenis Kelamin n %

Laki – laki 18 60,0

Perempuan 12 40,0

Total 30 100,0

Tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 jumlah responden didapatkan jenis kelamin responden yaitu laki-laki sebanyak 18 orang (60,0%) dan perempuan sebanyak 12 orang (40,0%).

Tabel 3 Distribusi Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Klien Diabetes Melitus Dalam Mengontrol Gula Darah.

Penget ahuan

Kepatuhan Mengontrol

Gula Darah Total

Patuh Patuh Tidak

n % n % n %

Cukup 1 3.3 11 36,7 12 40,0

Kurang 10 33,3 8 26,7 18 60,0 Total 11 36,7 19 63,3 30 100,0

Uji chi square = 0,018

Tabel 3 menunjukan bahwa kepatuhan mengontrol gula darah yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 12 responden (40,0%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 18 responden (60,0%).

Hasil analisis data dengan uji chi square diperoleh nilai ρ = 0,018 lebih kecil dari α =

0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar.

Tabel 4. Distribusi Hubungan Antara Perilaku Dengan Kepatuhan Klien Diabetes Melitus Dalam Mengontrol Gula Darah.

Perilaku

Kepatuhan Mengontrol

Gula Darah Total

Patuh Patuh Tidak

n % n % n %

Positif 8 26,7 4 13,3 12 40,0 Negatif 3 10,0 15 50,0 18 60,0 Total 11 36,7 19 63,3 30 100,0

Uji chi square = 0,009

Tabel 4 menunjukan bahwa sebanyak 8 responden (26,7%) dari 12 responden (40,0%) dengan perilaku positif terhadap kepatuhan mengontrol gula darah yang patuh dalam mengontrol gula darah dan selebihnya 4 responden (13,3%) dengan kepatuhan mengontrol gula darah yang tidak patuh dalam mengontrol gula darah. Sementara 3 responden (10,0%) dari 18 responden (60,0%) dengan perilaku negatif terhadap kepatuhan mengontro gula darah yang patuh dalam mengontrol gula darah dan selebihnya 15 responden (50,0%) dengan kepatuhan mengontrol gula darah yang tidak patuh dalam mengontrol gula darah.

Hasil analisis data dengan uji chi square diperoleh nilai ρ = 0,009 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna antara perilaku dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar.

Tabel 5. Distribusi Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kepatuhan Klien Diabetes Melitus Dalam Mengontrol Gula Darah.

Pendidi

kan Kepatuhan Mengontrol Gula Darah Total

Patuh Tidak

Patuh

n % n % n %

Tinggi 3 10,0 17 56,7 20 66,7

Rendah 8 26,7 2 6,7 10 33,3

Total 11 36,7 19 63,3 30 100,0 Uji chi square = 0,001

(4)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

571

pendidikan rendah terhadap kepatuhan

mengontrol gula darah yang patuh sebanyak 8 responden (26,7%) darah dan selebihnya 2 responden (6,7%) yang tidak patuh dalam mengontrol gula darah.

Hasil analisis data dengan uji chi square diperoleh nilai ρ=0,001 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar.

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah.

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 jumlah responden dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 3,3% patuh dengan kontrol gula darahnya, responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 26,7% tidak patuh dalam mengontrol gula darahnya. Hal ini disebabkan karena responden yang memiliki pengetahuan yang baik tetapi tidak menggunakan pengetahuannya tersebut dengan baik karena faktor kemalasan atau kesibukannya.

Setelah dilakukan hasil analisis data dengan uji chi square diperoleh nilai ρ = 0,018 lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusimah (2011) “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus (Diabetisi) di Ruang Rawat Inap RSUD DR H Moch Ansari Saleh Banjarmasin” didapatkan hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet,dimana nilai ρ= 0,009 (ρ<0,05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo yang menyatakan bahwa perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi objek diluarnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus atau objek. Pengetahuan merupakan langkah

awal dari seseorang untuk menentukan sikap dan perilakunya. Jadi tingkat pengetahuan akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan suatu program (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan klien merupakan salah satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi kepatuhan mengontrol gula darah pada diabetisi di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar. Olehnya itu perawat sebagai pendidik memberikan informasi atau pengetahuan yang mendalam tentang manfaat dari kepatuhan mengontrol gula darah, sehingga diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pasien DM.

2. Hubungan antara perilaku dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah.

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 jumlah responden didapatkan perilaku responden yang positif sebanyak 12 responden (40,0%), sedangkan perilaku responden yang negatif sebanyak 18 responden (60,0%). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran untuk melakukan kontrol gula darah masih kurang. Dalam mengontrol gula darah hendaknya rutin dilakukan klien Diabetes melitus karena untuk mengetahui adanya keluhan-keluhan yang mengarah kekomplikasi Diabetes melitus sehingga dapat dideteksi dan diatasi secara dini.

Setelah dilakukan hasil analisis data dengan uji chi square diperoleh nilai ρ=0,009 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna antara perilaku dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitilan sebelumnya yang dilakukan oleh Desila Atikawati, 2009. “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah” di dapatkan hasil uji

Chi-Square test menunjukkan bahwa ada

hubungan antara sikap dan perilaku dengan terkontrolnya kadar glukosa darah.

(5)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

572

batas normal. Mendukung penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Winny Rundengan (2012) dengan judul faktor – faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di poliklinik Endokrin BLU RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado yang mengatakan dimana pengendalian gula darah pada penderita diabetes mellitus adalah salah satu faktor yang menentukan normal tidaknya kadar gula darah satu responden.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Menurut Rifki (2005) mengatakan bahwa untuk penatalaksanaan suatu penyakit diperlukan adanya kerja sama atau pendekatan yang baik antara petugas kesehatan dengan individu atau kelompok masyarakat. Petugas kesehatan diharapkan dapat membantu mereka mengikuti tahap-tahap pengenalan dan pemecahan masalah yang dihadapi secara rasional.

Menurut asumsi peneliti bahwa perilaku klien sangat berpengaruh terhadap kepatuhan mengontrol gula darah. Dengan demikian, semakin baik perilaku klien maka klien semakin patuh dalam mengontrol gula darah dan semakin kurang baik perilaku klien tidak patuh dalam mengontrol gula darah.

3. Hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah.

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30 jumlah responden sebagian besar 63,3% responden mempunyai pendidikan dengan kategori tinggi (SLTA sampai Perguruan Tinggi) sedangkan responden berpendidikan rendah (Tidak Sekolah sampai SLTP) sebesar 36,7%. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar pula persentase responden yang patuh terhadap kontrol gula darahnya.

Setelah dilakukan hasil analisis data dengan uji chi square diperoleh nilai ρ=0,004 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti ada hubungan bermakna antara

pendidikan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusimah (2011) “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus (Diabetisi) di Ruang Rawat Inap RSUD DR H Moch Ansari Saleh Banjarmasin” didapatkan hasil uji Chi-Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan diet pada diabetisi di ruang rawat inap RSUD Dr H Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2010,dimana nilai ρ= 0,002 (ρ<0,05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat dari Notoatmodjo (20013), yang menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha menanamkan pengertian dan tujuan agar pada diri manusia (masyarakat) tumbuh pengertian, sikap dan perbuatan positif. Pada dasarnya usaha pendidikan adalah perubahan sikap dan perilaku pada diri manusia menuju arah positif dengan mengurangi factor-faktor perilaku dan social budaya negative.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang rendah akan mempersulit seseorang atau masyarakat menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang disampaikan sedangkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk

menyerap informasi dan

menimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.

Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian, termasuk mengartikan pentingnya patuh terhadap jadwal kontrol, semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka dapat meningkatkan kepatuhan, selama pendidikan tersebut yang aktif, misalnya membaca berbagai buku dan mendapatkan pendidikan kesehatan atau penyuluhan dari petugas kesehatan. (Sugiarto, 2012).

(6)

Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

573

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam mengontrol gula darah.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan antara pengetahuan klien dengan kepatuhan mengontrol gula darah pada klien diabetes melitus di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar. 2. Ada hubungan antara perilaku klien

dengan dengan kepatuhan mengontrol gula darah pada klien diabetes melitus di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar.

3. Ada hubungan antara pendidikan klien dengan kepatuhan mengontrol gula darah

pada klien diabetes melitus di poliklinik interna RSUD Labuang Baji Makassar. SARAN

1. Bagi penderita diabetes melitus diharapkan agar melakukan kontrol tepat waktu dan teratur.

2. Keluarga klien lebih termotivasi untuk meningkatkan dukungan yang diberikan kepada klien diabetes melitus dalam melaksanakan kontrol gula darah, sehingga kepatuhan mengontrol gula darah dapat ditingkatkan.

3. Perawat diharapkan lebih termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan klien diabetes melitus dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan tentang jadwal kontrol, diet, aktivitas yang disarankan bagi klien diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta : Jakarta.

Dewi Purnama Rosita, 2013. Faktor Risiko Perilaku yang Berhubungan dengan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Jurnal Keehatan Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor 1. (online). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm di akses 18 Maret 2013.

Isniati, 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Dengan Keterkendalian Gula Darah Di Poliklinik RS Perjan Dr. M. Djamil Padang Tahun 2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat. (online). Diakses 22 Maret 2013.

Mihardja Laurentia, 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Perkotaan Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum : 59, Nomor: 9. (online). Diakses 18 Maret 2013.

Mona Eva, dkk. 2012. Hubungan Frekuensi Pemberian Konsultasi Gizi dengan Kepatuhan Diet Serta Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe II Rawat Jalan di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarng volume 1 nomor 1. http://jurnal.unimus.ac.id diakses 18 Maret 2013.

Notoatmodjo Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.

Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 DI Indonesia.

Renowati, dkk, 2011, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, FKUI : Jakarta.

Smelzter, Suzanne C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Sugiarto Bellawati Rosana & Prihatin, 2012. Kepatuhan Kontrol Dengan Tingkat Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal Stikes volume 5, No.2. (online). Diakses 16 Maret 2013.

Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2010.

Sutanto, 2010, CEKAL (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern, Edisi 1, CV. Andi Offset : Yogyakarta.

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Yesus Kristus Putra Allah Bapa yang Maha Kuasa atas segala berkat, karunia, dan penyertaan selama proses pengerjaan tugas akhir ini

bahwa dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penatausahaan keuangan dalam penanggulangan bencana alam/non alam/sosial di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal, maka

Perhitungan waktu dan biaya pada sebuah warnet dengan menggunakan billing untuk warnet dapat mengurangi kesalahan dalam perhitungan waktu dan biaya agar lebih teliti, efisien dan

Konsumsi pakan yang mengandung bungkil biji jarak fermentasi secara biologis jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi pakan kontrol maupun dengan pakan yang mengandung

Subarjo Joyosumarto, Kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan Bank Syariah, paper disampaikan pada seminar Aspek Hukum dan Bisnis Perbankan Syariah, 23 Mei 2000 di

In terms of surface roughness, the outer surface of the PVDF hollow fiber membranes were compared using various roughness parameters such as the mean

Bagi Rumah Sakit Islam NU Demak, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan pihak pengelola dalam membangun Islamic branding, kualitas pelayanan, dan kepercayaan

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan berupa suatu sistem informasi pendaftaran siswa baru dan pembagian kelas berbasis client / server yang dapat mengolah