• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELLITUSTIPE II DALAM MENJALANKAN TERAPI DIET DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELLITUSTIPE II DALAM MENJALANKAN TERAPI DIET DENGAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES

MELLITUSTIPE II DALAM MENJALANKAN TERAPI DIET

DENGAN

PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH

ABSTRACT Teguh Ari Hardiyanto*

Background : According to WHO data, the number of diabetician (Diabetes Mellitusclient) in Indonesia in year 2005 reaches 25.2 million people. This figure will increase in the future years. One of therapy to blood sugar level controlling is diet therapy. Client with Diabetes Mellitus who conducting diet therapy routenily can decrease risk of complication.

Purpose : To determine the correlation of Type II Diabetes Mellitus’ Client Obedient in conducting diet therapy using blood sugar level controlling at intern disease polyclinic in RSD Panembahan Senopati Bantul.

Method : This study used observational design by cross sectional approach. This study was conducted in intern disease polyclinic in RSD Panembahan Senopati Bantul during 29 April – 29 May 2009. Number of sample in this study 60 people, with accidental sampling technic. To analyze the result this study, author use chi square statistic test. Result : The correlation of Type II Diabetes Mellitus client obedient in conducting diet therapy using blood sugar level controlling at Intern Disease Polyclinic in RSD Panembahan Senopati Bantul showed a p value of 0.0000245 and OR value of 16.33. The meaning is refuse Ho and accept Ha. On the other hand, have a significant correlation between Type II Diabetes Mellitus client obedient in conducting diet therapy using blood sugar level controlling. OR value 16,33 have a mean that Type II Diabetes Mellitus Client obedient have a opponent 16,33% blood sugar level more controlled.

Conclusion : There was a correlation of Type II Diabetes Mellitus’ Client Obedient in conducting diet therapy using blood sugar level controlling at intern disease polyclinic in RSD Panembahan Senopati Bantul. Type II Diabetes Mellitus Client must be obedient in conducting diet therapy for a good blood sugar level controlling.

Keywords : Obedient, Type II Diabetes Mellitus, Blood Sugar Level Controlling

(2)

Pendahuluan

Jumlah diabetisi (penyandang Diabetes Mellitus) di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 25,2 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Untuk jenis penyakit ini Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat (AS). Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa atau normal. Tingginya kadar gula darah pada penderita Diabetes karena gula tidak dapat memasuki sel-sel di dalam tubuh akibat tidak terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin. Penyakit ini bisa berkomplikasi dengan penyakit lain, seperti jantung koroner, stroke, kaki busuk, ginjal, gangguan mata (katarak dan retinopati), disfungsi ereksi, dan sebagainya.

Peran perawat dalam perubahan perilaku klien Diabetes Mellitus adalah sebagai edukator dan konselor yang dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang Diet Diabetes Mellitus Tipe II pada klien agar mau melakukan perubahan pada pola makannya dari yang tidak teratur menjadi diet yang terencana. Banyak rumah sakit yang memiliki perawat spesialis dalam pendidikan dan penatalaksanaan Diabetes. Namun demikian, karena dalam sebuah rumah sakit jumlah pasien Diabetes di setiap unit cukup banyak, maka semua perawat memiliki peran yang sangat penting dalam mengidentifikasi pasien- pasien Diabetes, mengkaji keterampilan dalam melakukan perawatan mandiri, memberikan pendidikan dasar, dan memperbaiki status nutrisi dengan pemberian terapi diet yang bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah.

Penyakit Diabetes Mellitus termasuk dalam sepuluh jenis penyakit tertinggi di Rumah Sakit se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2007, terdapat 1.695 kasus baru dan di RSD Panembahan Senopati Bantul sendiri terdapat 105 kasus Diabetes Mellitus baru. Pola hidup masyarakat yang tidak sehat sangat mempengaruhi besarnya angka kejadian Diabetes Mellitus.

Tujuan utama dari terapi diet pada penderita Diabetes Mellitus adalah mempertahankan kadar gula darah agar mendekati normal. Pada klien dengan Diabetes Mellitus yang menjalani terapi diet secara rutin dan kadar gula darahnya terkendali, dapat mengurangi resiko komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan mengurangi resiko komplikasi dari Diabetes Mellitus, klien dengan Diabetes Mellitus dapat memiliki harapan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan pasien Diabetes Mellitus yang tidak terkendali kadar gula darahnya.

(3)

pasien-pasienobesitas (khususnya pasien Diabetes Mellitus Tipe II), penurunan berat badan merupakan kunci dalam penanganan Diabetes. Secara umum penurunan berat badan bagi individu obesitas menjadi faktor utama untuk mencegah timbulnya penyakit Diabetes. Obesitas akan disertai peningkatan resistensi terhadap insulin dan merupakan salah satu faktor etiologi utama yang menyertai Diabetes Mellitus Tipe II. Sebagian penderita Diabetes Mellitus Tipe II yang obesitas dan memerlukan terapi insulin atau obat oral untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya mungkin dapat mengurangi secara signifikan atau bahkan menghapus sama sekali kebutuhan terapi melalui penurunan berat badan. Bahkan penurunan berat yang hanya 10% dari total berat badan dapat memperbaiki kadar glukosa darah secara signifikan. Namun, pada penelitian terhadap pasien Diabetes Mellitus, 75% dari mereka tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena merekamerasa jenuh dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pada tahun 2006 didapatkan 4.544 kasus Diabetes Mellitus dengan 113 kasus merupakan pasien baru dan pada tahun 2007 didapatkan 5.123 kasus dengan 105 kasus merupakan pasien baru, pada tahun 2008 (1 Januari 2008 sampai dengan 30 November 2008) didapatkan 5.304 kasus dengan 96 kasus merupakan pasien baru. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kasus Diabetes Mellitus dalam tiga tahun terakhir. Dari tahun 2006 sampai 2007 terjadi peningkatan jumlah kasus sebesar 12,7% dan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah kasus sebesar 3,5%.

Rumusan Masalah

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan angka kejadian Diabetes Mellitus akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Hal ini disebabkan perubahan gaya hidup, pola makan, dan kurangnya aktivitas fisik. Dalam upaya pengendalian kadar gula darah terdapat lima pilar yang dapat dijalankan. Ke lima pilar tersebut berupa diet, latihan fisik, pemantauan, terapi obat, dan pendidikan. Terapi diet merupakan kunci keberhasilan pengendalian kadar gula darah pada klien Diabetes Mellitus.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan pengendalian kadar gula darah di Poliklinik Penyakit Dalam RSD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta ?”

Metode

(4)

antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan pengendalian kadar gula darah.

Populasi pada penelitian ini adalah semua klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta periode 29 April sampai 29 Mei 2009.Sampel dalam penelitian ini adalah klien Diabetes Mellitus Tipe II, jumlah sampel sebanyak 60 sampel di Poliklinik Penyakit Dalam RSD Panembahan Senopati Bantul dan memenuhi KriteriaInklusi : bersedia dijadikan sampel, klien yang terdiagnosis Diabetes Mellitus Tipe II tanpa komplikasi, pemberian makanan secara oral, tidak mengalami demensia, menjalani pemeriksaan rutin di Poliklinik Penyakit Dalam RSD Panembahan Senopati Bantul, memiliki hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula darah pada saat penelitian tidak lebih dari tiga hari. Kriteria Eksklusi : Klien yang terdiagnosis Diabetes Mellitus Tipe II dengan komplikasi.

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, peneliti menggunakan strategi accidental sampling. Untuk memenuhi jumlah sampel dengan accidental sampling, peneliti melakukan 16 kali kunjungan. Strategi accidental sampling dilakukan berdasarkan kebetulan. Siapa saja yang ditemui, asalkan sesuai dengan persyaratan data yang diinginkan.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur konsepminat dalam suatu proyek riset, instrumen penelitian dapat berupa tes tertulis, wawancara terstruktur, atau dengan menggunakan sepotong alatAlat ukur yang digunakan dalam menilai kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet adalah lembar recall diet selama lima hari dengan berisi tentang pernyataan pola diet yang dilakukan oleh klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam bentuk pernyataan terbuka. Skor atas jawaban dihitung dengan skala pengukuran nominal.

Pengolahan Analisa Data

Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan :

a. Editing, dilakukan pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh, kelengkapan data dan isian data dari recall diet yang diisi oleh peneliti

(5)

angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatuinformasi atau data yang akan dianalisa.

c. Entry, dilakukan dengan memasukkan data-data yang ada, data yang telah diberikode.

d. Tabulating, dilakukan dengan mengkoding dan mengelompokkan data sesuai denganvariabel yang diteliti, meliputi kepatuhan dan pengendalian kadar gula darah diPoliklinik Penyakit Dalam RSD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

e. Analisa data dilakukan untuk menyederhanakan dan memudahkan penafsiranmelalui proses komputerisasi dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase.Dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis inimenghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Yaitu distribusi umur,distribusi jenis kelamin, dan distribusi pendidikan.

2. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan antara kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan pengendalian kadar gula darah. Dalam analisis ini menggunakan uji statistik chisquare (X2), uji ini adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas (Sugiyono, 2006) Hasil dan Pembahasan

Kepatuhan adalah ketaatan. Kepatuhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalahketaatan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan mematuhijadwal, jenis, dan jumlah terapi diet. Dalam penelitian ini didapatkan karakteristikresponden menurut kepatuhan dalam menjalankan terapi diet sebagai berikut :

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan dalam menjalankan terapi diet pada klien DM Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Kepatuhan Frekuensi Persentase

Patuh Tidak Patuh

41 19

(6)

Total 60 100,0%

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan pada klien Diabetes Mellitus TipeII menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh dalam menjalankan terapi dietsebanyak 41 orang (68,3%) dan responden yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet sebanyak 19 orang (31,7%).

Pengendalian Kadar Gula Darah

Salah satu tujuan dari terapi diet pada klien Diabetes Mellitus Tipe II adalah mengendalikan atau mempertahankan kadar gula darah supaya mendekati normal denganmengatur pola asupan makanan. Dalam penelitian ini didapatkan karakteristik respondenberdasarkan pengendalian kadar gula darah sebagai berikut :

Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengendalian kadar gula darahpada klien DM Tipe II di Poliklinik Penyakit Dalam RSD PanembahanSenopati Bantul Yogyakarta

Pengendalian Kadar Gula Darah Frekuensi Persentase

Terkendali Tidak terkendali

40 20

66,7% 33,3%

Total 60 100,0%

Berdasarkan analisa dari 60 responden yang dapat dilihat pada tabel 2 sebagianresponden kadar gula darahnya terkendali yaitu berjumlah 40 orang (66,7%) danresponden yang pengendalian kadar gula darahnya tidak terkendali berjumlah 20 orang(33,3%).

Kepatuhan Klien Diabetes Mellitus Tipe II Dalam Menjalankan Terapi Diet DenganPengendalian Kadar Gula Darah

(7)

Tabel 3 Tabulasi silang antara kepatuhan klien DM Tipe II dalam menjalankan terapidiet dengan pengendalian kadar gula darah di Poliklinik Penyakit Dalam RSDPanembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Hasil analisis hubungan antara kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan pengendalian kadar gula darah yang dapat dilihat pada tabel 3, diperoleh bahwa ada sebanyak 35 orang (58,3%) klien Diabetes Mellitus Tipe II yang patuh dalam menjalankan terapi diet kadar gula darahnya terkendali dan sebanyak orang (10,0%) klien Diabetes Mellitus Tipe II yang patuh dalam menjalankan terapi diet kadar gula darahnya tidak terkendali. Sedangkan diantara klien Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet, ada 5 orang (8,3%) yang kadar gula darahnya terkendali dan 14 orang (23,3%) klien Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet, kadar gula darahnya tidak terkendali. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,0000245, dengan demikian P value lebih kecil dari alpha (5%) sehingga Ho ditolak, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan pengendalian kadar gula darah, artinya semakin patuh dalam menjalankan terapi diet maka semakin terkendali kadar gula darahnya.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 16,33, artinya klien Diabetes Mellitus Tipe II yang patuh dalam menjalankan terapi diet mempunyai kemungkinan 16,33% kadar gula darahnya lebih terkendali dibandingkan dengan klien Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet.

Pembahasan

(8)

gula darah. Dari data di atas diperoleh bahwa dari 60 orang responden di Poliklinik Penyakit Dalam RSD Panembahan Senopati Bantul sebanyak 35 orang (58,3%) klien Diabetes Mellitus Tipe II yang patuh dalam menjalankan terapi diet kadar gula darahnyaterkendali. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan Diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita Diabetes diarahkan untuk mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.

Kadar gula darah dapat dikendalikan dengan diet, latihan fisik, terapi obat, pendidikan, dan pemantauan. Penanganan primer pada Diabetes Mellitus Tipe II adalah dengan menjalankan terapi diet, kepatuhan dalam menjalankan terapi diet dapat mengendalikan kadar gula darah dalam keadaan normal maupun mendekati normal. Dalam penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan pengendalian kadar gula darah, hal ini dapat terjadi karena pada Diabetes Mellitus Tipe II terjadi resistensi insulin ataupun gangguan sekresi insulin yang dapat dikendalikan dengan mengatur glukosa yang dikonsumsi agar tidak terjadi kelebihan gula dalam darah dengan meminimalkan kebutuhan akan insulin. Pengaturan jarak waktu makan di sepanjang hari akan membuat pankreas dapat melakukan fungsinya dengan lebih teratur.

Pada analisis hubungan kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapi diet dengan pengendalian kadar gula darah didapatkan hasil bahwa sebanyak 6 orang (10,0%) klien Diabetes Mellitus Tipe II yang patuh dalam menjalankan terapi diet, kadar gula darahnya tidak terkendali. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas klien sehari-hari, klien Diabetes Mellitus yang tidak melakukan olah raga kadar gula darahnya tidak terkontrol. Membran otot normal yang dalam keadaan istirahat hampir tak permeabel terhadap glukosa kecuali bila serat otot dirangsang oleh insulin. Dan diantara waktu makan, jumlah insulin yang disekresikan terlalu kecil untuk meningkatkan masuknya insulin dalam jumlah bermakna ke dalam sel-sel otot. Dalam masa gerak badan berat, otot menggunakan sejumlah besar glukosa untuk energinya. Penggunaan glukosa ini tak memerlukan insulin dalam jumlah besar karena serat otot yang sedang gerak badan, karena alasan yang tak dimengerti, menjadi sangat permeabel bagi glukosa, juga dalam keadaan tanpa insulin karena proses kontraksi itu sendiri.

(9)

endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula darah yang meninggi dan bila hal ini berkepanjangan bisa menyebabkan yang bersangkutan menderita penyakit Diabetes Mellitus.

Dari analisa klien Diabetes Mellitus yang patuh dalam menjalankan terapi diet tetapi kadar gula darahnya tidak terkendali, dapat disebabkan karena glukosa yang tersedia tidak digunakan sebagai sumber energi sehingga gula dalam darah meningkat atau tidak terkendali. Dalam penelitian ini terdapat 6 orang (10,0%) responden yang gula darahnya tidak terkendali namun patuh dalam menjalankan terapi diet dapat disebabkan karenaaktivitas sehari-hari yang dijalankan. Jika responden tidak melakukan aktivitas atau olah raga, gula yang terkandung dalam darah tidak digunakan sebagai energi, karena pada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II terjadi resistensi insulin maka gula yang terkandung dalam darah tidak dapat diubah oleh insulin untuk disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Faktor lain yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah adalah stres yang dialami oleh klien Diabetes Mellitus Tipe II. Walaupun mereka patuh dalam menjalankan terapi diet tetapi mereka mengalami stres, kadar gula darah tidak terkendali karena pada saat klien mengalami stres terjadi gangguan hormonal khususnya pada sistem endokrin yang mengakibatkan kadar gula darah meninggi. Jadi karena faktor kurangnya aktivitas fisik dan stres yang dialami oleh klien Diabetes Mellitus Tipe II yang patuh dalam menjalankan terapi diet dapat menyebabkan kadar gula darah tidak terkendali.

Dari hasil penelitian didapatkan data responden yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet sebanyak 19 orang (31,7%), 5 orang diantaranya (8,3%) kadar gula darahnya terkendali. Kejadian ini dapat disebabkan karena aktivitas fisik yang dilakukan dan obat hipoglikemik oral yang dikonsumsi oleh responden. Aktivitas fisik membantu metabolisme karbohidrat dan pengendalian kadar gula darah karena transpor glukosa dengan otot skeletal yang mengijinkan otot skeletal mengambil glukosa dalam darah tanpa tergantung insulin. Hal ini menghasilkan energi dan menurunkan kadar gula darah. Dengan aktivitas fisik, dapat menurunkan kebutuhan akan insulin karena kadar glukosa dalam darah dapat diturunkan tanpa insulin, ini merupakan keuntungan bagi penderita Diabetes. Dalam hal ini juga menjelaskan bahwa hipoglikemi dapat menyertai aktivitas fisik.

(10)

tepat untuk penggunaan agen hipoglikemik oral seperti sulfonylurea. Obat-obat ini merangsang fungsi sel beta dan meningkatkan sekresi insulin. Obat-obat ini ternyata juga memperbaiki kerja perifer dari insulin, dengan demikian berguna dalam penatalaksanaanpasien-pasien Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin yang mengalami gangguan dalam responsnya terhadap insulin. Pasien Diabetes Mellitus tergantung insulin telah kehilangan fungsi sel-sel pulau Langerhansnya dan agen hipoglikemik oral tidak efektif untuk mereka.

Dari hasil penelitian, terdapat 5 orang (8,3%) responden yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet namun kadar gula darahnya terkendali, hal ini dapat disebabkan aktivitas fisik atau olah raga yang dilakukan dan obat hipoglikemik oral yang dikonsumsi oleh responden. Dengan melakukan olah raga, responden dapat menurunkan kadar gula dalam darah dengan cara menggunakannya sebagai sumber energi. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat dikendalikan ketika responden melakukan aktivitas fisik sebagai energi, karena responden mengalami resistensi insulin yang menyebabkan gula dalam darah tidak dapat diubah menjadi glikogen untuk disimpan dalam hati. Namun dengan melakukan olah raga, kadar gula dalam darah diubah menjadi energi tanpa memerlukan insulin. Selain karena aktivitas fisik, konsumsi obat hipoglikemik oral juga mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pada klien Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet. Agen hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya memiliki beberapa golongan diantaranya adalah meningkatkan sekresi insulin (golongan sulfonilurea dan glinida), meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin (golongan biguanida dan tiazolidindion), dan menghambat absorpsi glukosa. Ketika klien Diabetes Mellitus mengkonsumsi obat hipoglikemik oral, kadar gula darahnya tetap dapatterkendali walaupun tidak patuh dalam menjalankan terapi diet karena pada saat asupan makanan yang dikonsumsi berlebihan, obat hipoglikemik oral akan mengendalikan kadar gula dalam darah dengan tiga cara yaitu meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sensitifitas sel terhadap insulin, dan menghambat absorpsi glukosa. Cara kerja ini tergantung dari jenis obat hipoglikemik yang dikonsumsi.

(11)

baik akut atau kronis, yang pada akhirnya dapat membahayakan keselamatan penderita Diabetes Mellitus sendiri atau mempengaruhi produktivitas kerja.

Responden yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet tidak dapat mengendalikan kadar gula darahnya, hal ini dapat disebabkan karena asupan glukosayang tidak terkontrol. Pada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II terjadi resistensi insulin dimana insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam metabolisme glukosa dalam darah untuk mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati. Karena glukosa dalam darah tidak dapat diubah, maka kadar glukosa dalam darah meningkat yang dapat menimbulkan komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus. Selain itu, diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan Diabetes.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Dari penelitian ini didapatkan 60 orang responden dengan karakteristik jenis kelaminlaki-laki sebanyak 44 orang (73,3%) dan perempuan sebanyak 16 orang (26,7%) dengan usia responden mayoritas 40-60 tahun sebanyak 43 orang (71,7%). Tingkatpendidikan responden mayoritas SMA sebanyak 28 orang (46,7%) dengan lamamenderita Diabetes Mellitus mayoritas selama 4-6 tahun sebanyak 17 orang (28,3%).

2. Kepatuhan menjalankan terapi diet pada 60 orang responden yang dinyatakan patuhsebanyak 41 orang (68,3%) sedangkan yang lainnya tidak patuh sebanyak 19 orang (31,7%)

3. Kadar gula darah dari 60 orang responden didapatkan hasil bahwa yang terkendali(80-200 mg/dl) sebanyak 40 orang (66,7%) sedangkan yang tidak terkendali sebanyak 20 orang (33,3%).

4. Hubungan antara kepatuhan klien Diabetes Mellitus Tipe II dalam menjalankan terapidiet dengan pengendalian kadar gula darah di poliklinik penyakit dalam RSDPanembahan Senopati Bantul dengan hasil signifikan, dengan nilai P value 0,0000245 lebih kecil dari alpha 5 % (0,05). Nilai OR dari hasil penelitian ini 16,33yang memiliki arti bahwa klien Diabetes Mellitus Tipe II yang patuh dalam menjalankan terapi diet memiliki kemungkinan sebesar 16,33% kadar guladarahnya lebih terkendai dibandingkan dengan klien Diabetes Mellitus Tipe II yang tidak patuh dalam menjalankan terapi diet.

(12)

1. Bagi Profesi Perawat

Diharapkan bagi perawat hendaknya dalam memberikan pendidikan kesehatanlebih menekankan arti pentingnya kepatuhan dalam menjalankan terapi diet Diabetes Mellitus. Dengan kepatuhan yang baik dari klien Diabetes Mellitus, perawat sangatmembantu dalam program pengendalian kadar gula darah klien Diabetes Mellitus.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

Diharapkan bagi institusi rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatanhendaknya meningkatkan kualitas pemberian pelayanan terhadap pasien DiabetesMellitus terutama dalam pendidikan kesehatan tentang arti pentingnya kepatuhandalam menjalankan terapi diet dengan pembentukan persatuan Diabetes Mellitus.Sehingga pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus akanmeningkat dan terhindar dari komplikasi.

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan dalam ilmu pengetahuan tentang terapi diet pada Diabetes Mellitustidak ada habisnya seiring dengan kemajuan ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan.Dengan lebih memperbanyak riset-riset keperawatan yang terkait dengan kepatuhanterapi diet pada Diabetes Mellitus, sehingga ilmu keperawatan dapat lebih mengambilperan sebagai salah satu unsur pemberi layanan kesehatan pada penderita DiabetesMellitus. 4. Bagi Peneliti Yang Lain

Diharapkan dengan penelitian ini berikut dengan segala keterbatasannya dapatdijadikan salah satu bahan pendukung dalam penelitian selanjutnya. Sebaiknyapeneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian tidak hanya tentang kepatuhandalam menjalankan terapi diet, tetapi kepatuhan pada penanganan Diabetes Mellitusyang lain seperti latihan fisik, pemantauan, terapi obat, pendidikan. Sehingganantinya didapatkan hasil penelitian yang lebih tinggi tingkat kemaknaannya.

Daftar Pustaka

Alamtsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru, Jakarta : Gramedia

Brockopp, D. and Hasting, M. 2000. Dasar-Dasar Riset Keperawatan, Jakart: EGC Guyton, Arthur G. 1996. Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Penyakit edisi III, Jakarta :

EGC

(13)

Machfoedz, Ircham. 2005. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan,Yogyakarta : Fitramaya

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta Price, A. S.; Wilson, L.M. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,

Jakarta : EGC

Smeltzer, S. C.; Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah;Brunner&Suddarth, Jakarta: EGC

Sriati, Aat. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Jatinagor : Universitas Padjadjaran Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta

Gambar

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan dalam menjalankan terapi
Tabel 3 Tabulasi silang antara kepatuhan klien DM Tipe II dalam menjalankan terapidiet

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang dilakukan praktikan selama melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) antara lain: membantu membuat surat masuk dan lembar disposisi serta

Penyebab semuanya ini adalah minuman keras menjadi salah satu kendala dari pemerintah kelurahan dan kepolisian untuk menyelesaikan konflik antar warga, selama

mikro, kecil dan menengah) dijadikan sebagai motor inovasi dan pertumbuhan ekonomi nasional, mengingat 99,9% pelaku usaha adalah KUMKM, yang mampu memberikan

Konsumsi pakan yang mengandung bungkil biji jarak fermentasi secara biologis jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi pakan kontrol maupun dengan pakan yang mengandung

In terms of surface roughness, the outer surface of the PVDF hollow fiber membranes were compared using various roughness parameters such as the mean

Subjek pajak dalam negeri adalah wajib pajak yan telah menerima dan memperoleh penghasilan sedangkan subjek pajak luar negeri yang sekaligus menjadi wajib pajak sehubungan dengan

Setiap individu yang tergabung di dalam sebuah organisasi memiliki budaya yang berbeda, disebabkan mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda, namun

NAJMUZ ZAMAN, D1215033, POLA PENCARIAN INFORMASI DIKALANGAN MASYARAKAT PEDESAAN (Studi Kasus Masyarakat Desa Rambat, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan, Provinsi