• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Salatiga Tah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Smk Muhammadiyah Salatiga Tah"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

(2)

43

Lokasi penelitian adalah SMK Muhammadiyah di Jl. K. H.

Ahmad Dahlan, Salatiga.

B.

Populasi dan Sampel Penelitian

a.

Populasi Penelitian

Penelitian memerlukan populasi sebagai sumber data.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan

diteliti (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X SMK Muhammadiyah Salatiga tahun

ajaran 2014/2015 yang berjumlah 134 orang siswa yang

diasuh oleh pola asuh otoritatif orangtua.

b.

Sampel Penelitian

(3)

C.

Model Penelitian

Model penelitian digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model Penelitian

D.

Instrumen Penelitian

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Motivasi

Belajar Siswa. Untuk mengukur motivasi belajar siswa,

peneliti menggunakan

The Motivated Strategies for

Learning Questionnaire—MSLQ (Pintrich et al., 1992)

untuk mengetahui jawaban responden terhadap dua

variabel bebas yaitu Pandangan Siswa Tentang

Keterampilan Mengajar Guru (X1)

dan Pola Asuh Otoritatif

Orangtua (X2).

a. Instrumen Variabel Motivasi Belajar Siswa

Instrumen motivasi belajar siswa terdisi dari 31 item

pernyataan yang harus dijawab oleh responden (siswa)

berhubungan dengan motivasi siswa dalam belajar.

Batasan konsep dan indikator layanan empirik motivasi

belajar siswa dirangkum dalam Tabel 4.1 berikut ini:

Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru (X1)

Pola Asuh Otoritatif Orangtua (X2)

(4)

45

Tabel 3.1

Konsep, Indikator, dan Nomor Item Variabel Motivasi

Belajar Siswa

Konsep Sub Konsep Indikator Empirik No Item Motivasi

belajar adalah dorongan dalam diri individu yang mengarahkan tujuan belajar yang

diinginkan. (Pintrich & Schunk, 2002).

1.Perilaku individu dalam dirinya untuk belajar. 1.2. Siswa

tergerak untuk mengerjakan tugas belajar yang

menantang dan sulit. 1.3. Siswa lebih

termotivasi untuk belajar dengan untuk belajar dengan

adanya

kontrol dan kehangatan dari orangtua. 1.5. Siswa tekun mengerjakan tugas belajar yang

diberikan

guru di

sekolah.

1.1. Saya ingin belajar dan menguasai materi yang diajarkan guru. 1.2. Semakin sulit tugas

yang diberikan guru, maka saya semakin tertantang untuk

mengerjakannya. 1.3. Guru memberikan

pujian pada saya ketika saya berhasil meraih nilai tertinggi di kelas. 1.4. Orangtua

menanyakan

kegiatan belajar saya selama di sekolah.

1.5. Saya selalu mengerjakan PR dan tugas-tugas praktikum yang diberikan guru.

2.Self-efficacy Self-efficacy siswa

(5)

menantang supaya

saya dapat

mempelajari hal baru.

2.2. Saya rasa bahwa saya mampu untuk menerapkan apa yang saya pelajari di kelas.

2.3. Saya yakin bahwa

saya dapat

memahami materi pelajaran yang paling sulit yang diajarkan guru. 2.4. Hal yang paling

memuaskan saya adalah jika saya berhasil meraih nilai baik.

2.5. Ketika saya mengerjakan soal ulangan, saya memikirkan

pertanyaan yang tidak dapat saya jawab.

2.6. Jika saya tidak mampu menjawab soal ulangan, itu adalah kesalahan saya sendiri yang tidak belajar.

2.7. Hal terpenting bagi saya saat ini adalah meningkatkan belajar saya agar saya dapat meraih nilai yang terbaik. 2.8. Saya berharap saya

bisa melakukan yang terbaik di kelas.

(6)

47

berusaha untuk mengerti materi pelajaran yang disampaikan guru dengan sebaik mungkin.

3.0. Saya merasa bahwa materi pelajaran yang diajarkan guru akan berguna jika saya pelajari dengan baik.

3.1. Jika saya tidak memahami materi pelajaran yang diajarkan guru, hal itu dikarenakan saya yang tidak belajar dengan sungguh.

3.2. Saya menyukai pelajaran yang diajarkan guru. 3.3. Memahami

pelajaran adalah hal terpenting bagi saya.

3.4. Saya yakin bahwa

saya dapat

menguasai keterampilan

(praktek) yang diajarkan guru. 3.5. Penting bagi saya

untuk melakukan yang terbaik di kelas karena saya ingin menunjukkan kemampuan saya pada orangtua saya.

3.6. Menyadari pentingnya

(7)

semampu saya untuk belajar sungguh.

pelajaran dengan baik.

3.8. Jika saya bisa, saya ingin meraih nilai terbaik di kelas. 3.Penerapan

Keterampi-jika prestasi siswa 3.6. Antusiasme

guru dalam mengajar. 3.7. Keterampilan

dasar mengajar

3.1a.Guru memberikan kata-kata positif

yang dapat

memotivasi belajar saya jika saya memperoleh nilai ulangan yang buruk.

3.1b.Guru mengatakan “kamu pasti bisa” untuk

menyemangati saya

agar saya

termotivasi untuk belajar.

3.2. Jika saya berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, maka guru akan memberikan pujian. 3.3. Jika nilai saya kurang memuaskan maka guru akan memberikan

remedial.

(8)

49

guru. kelompok.

3.5. Setiap tugas yang diberikan guru membuat saya tertarik untuk melakukan

percobaan sendiri dan kemudian mempresentasikan hasilnya di kelas. 3.6. Guru mengajar

dengan serius namun santai dengan diselingi humor sehingga pembelajaran menjadi

mengasyikkan. 3.7. Saya senang

mengikuti pelajaran di kelas karena guru memberikan pembelajaran yang bervariatif.

1.

Skala Sikap Pandangan Siswa Tentang Keterampilan

Mengajar Guru

Skala sikap pandangan siswa tentang keterampilan

mengajar guru yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh

berdasarkan teori Pintrich & Schunk (2002) dalam buku

mereka yang berjudul

Motivation in Education: Theory,

Research, and Applications

dan item pernyataannya

(9)

Tabel 3.2

Konsep, Indikator, dan Nomor Item Variabel

Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar

Guru

Konsep Sub Konsep Indikator Item

Pintrich & Schunk (2002) menyatakan bahwa guru yang memiliki keterampilan dasar

mengajar akan menerapkan strategi/ metode pengajaran yang bervariasi dalam kelas guru mau menerima masukan dari saya. 1.2. Jika saya

mengala-mi kesulitan dalam belajar maka guru menyemangati saya dengan mengatakan “kamu pasti bisa” agar saya termotiva-si untuk belajar. 1.3. Guru menunjukkan

rasa puas dan bangga jika saya berhasil

meningkatkan nilai ulangan saya. 1.4. Guru

memperhati-kan kemajuan bela-jar saya.

1.5. Jika siswa merasa belum paham akan penjelasan guru maka guru dengan

senang hati

mengulang kembali menerangkan

pelajaran.

2. Rewards

2.1a.Saya bersemangat dalam belajar dan mengerjakan tugas

karena guru

menghargai saya. 2.1b.Guru memajang

hasil karya terbaik di kelas.

(10)

51

saat ulangan.

2.1d.Guru memberikan pujian bila nilai ulangan saya meningkat.

2.1e.Jika saya berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, maka guru akan memberikan pujian. 2.2a.Guru memberikan

hukuman bagi siswa yang mengalami kemunduran

prestasi belajar. 2.2b.Guru memberikan

latihan mandiri agar

siswa bisa

memperbaiki hasil belajarnya.

2.2c.Guru memberikan remedial bagi siswa yang mendapat nilai kurang

3.1. Antusias-me guru

3.1a.Saya bersemangat mengikuti pelajaran karena guru bersikap ramah. 3.1b.Ketika saya

menja-wab pertanyaan dengan benar, guru mengacungkan ibu jarinya.

3.1c.Saya merasa dihar-gai ketika guru mendengarkan dengan baik dan mengangguk tanda setuju jika saya sedang berbicara. 3.1d.Saya tidak

(11)

yang tidak bersahabat.

3.1e.Saya malas meng-ikuti pelajaran karena sikap guru yang tidak pernah mengggunakan humor saat di kelas. 3.2. Suasana pembelaja-ran lebih menye-nangkan dengan adanya diskusi kelompok.

3.3a.Saya senang meng-ikuti pelajaran di kelas karena metode pembelajaran guru yang bervariatif. 3.3b.Saya mulai

me-nyukai pelajaran yang tidak saya minati karena penyampaian guru yang berkesan dan menyenangkan. 3.3c.Metode mengajar

guru yang monoton dan membosankan membuat saya tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran. 3.3d.Saat pelajaran

ber-langsung, saya lebih

suka untuk

bersikap pasif di kelas.

3.3e.Guru tidak meng-ajak siswa untuk aktif pada saat kegiatan belajar-mengajar

berlangsung di kelas.

(12)

53

menerangkan saja tanpa melibatkan tanya-jawab pada siswa di kelas. 4. Guru

4.1. Saya mempunyai target nilai yang sekolah tepat waktu. 4.3. Setiap semester nilai rata-rata saya harus di atas 7,00.

4.4. Saya malas untuk menyelesaikan

tugas yang

diberikan olah guru. 4.5. Saya terbiasa

menunda-nunda mengerjakan tugas dari guru.

4.6. Saya merasa tertantang untuk menjadi siswa yang aktif di kelas.

4.7. Saya senang mengikuti studi lapangan. tentang keadaan keluarga saya. 5.2. Orangtua saya

mengenal guru-guru yang mengajar saya di sekolah.

5.3. Guru aktif berkomunikasi dengan orangtua saya melalui buku penghubung siswa. 5.4. Orangtua tidak

(13)

saya lakukan selama di sekolah. 5.5. Orangtua tidak

pernah mengetahui bahwa saya sering membolos saat pelajaran

berlangsung.

5.6. Orangtua tidak pernah memenuhi panggilan guru untuk datang ke sekolah.

5.7. Guru pernah melakukan home visit untuk bertemu dengan orangtua saya.

5.8. Orangtua saya selalu menghadiri acara pertemuan antara orangtua dengan guru di sekolah.

2.

Skala sikap Pola Asuh Otoritatif Orang Tua

(14)

55

jawaban yang diberi bobot berdasarkan skala Likert

sebagai berikut:

1.

Sangat Setuju, dengan skor = 4

2.

Setuju, dengan skor = 3

3.

Tidak Setuju, dengan skor = 2

4.

Sangat Tidak Setuju, dengan skor = 1

Item pernyataan dikelompokkan menjadi 2 (dua) item

yaitu item

favorable dengan skor bergerak antara 4

sampai 1, sedangkan item

unfavorable dengan skor

bergerak antara 1 sampai 4.

Dalam penelitian ini penulis meneliti pola asuh

otoritatif orang tua dengan indikator sebagai berikut:

Tabel 3.3

Konsep, Indikator, dan Nomor Item Variabel Pola Asuh

Otoritatif Orangtua

Konsep Sub Konsep Indikator Item

Pola asuh otoritatif yaitu penerapan kehangatan dan kontrol yang tinggi oleh orangtua. Orangtua memberikan batasan dan mengendali-kan perilaku anak. Pola

1. Orangtua memberi peringatan jika saya melakukan kesalahan.

2. Orangtua

mengingatkan saya jika kamar tidur saya berantakan. 3. Walau

mengecewakan hati, orangtua memaksa saya untuk melakukan nasehat dan saran yang mereka berikan.

(15)

tingkat keketatan dan

pengontrolan yang tinggi pada anak dan

memberikan kontrol pada kebebasan anak, tetapi tetap

memberikan batasan dan mengendalik an tindakan-tindakan mereka. Adanya sikap orangtua yang hangat dan bersifat membesar-kan hati anak, berkomuni-kasi dua arah secara demokratis jawab secara sosial

(Baumrind, 1991).

masalah.

5. Orangtua jarang mengajak saya

berbincang-bincang.

6. Orangtua tidak membatasi

kegiatan saya. 7. Orangtua

membatasi tingkah laku saya.

8. Orangtua memberikan kesempatan untuk memilih apa yang saya inginkan secara bertanggung jawab.

9. Orangtua memberi kebebasan pada

saya tanpa

memberikan pengawasan. 10.Peraturan yang

dibuat orangtua melibatkan semua anggota keluarga. 11.Peraturan yang

dibuat orangtua tidak melibatkan saya.

12.Orangtua tidak segan memberi hukuman jika saya melanggar

(16)

57

orangtua mengingatkan baik-buruknya. 15.Saya merasa

bahwa orangtua tidak peduli jika saya bersikap apapun.

16.Orangtua mendispilinkan saya dengan sikap baik dan tidak kasar.

17.Orangtua saya bisa diajak bertukar pikiran.

18.Orangtua saya tidak bisa diajak bertukar pikiran. 19.Orangtua bisa

membuat suasana hangat, penuh keceriaan di rumah.

20.Orangtua saya terlalu asyik dengan dunianya sendiri.

21.Orangtua mau menerima

pendapat saya. 1.3. Adanya

pengarahan dari

orangtua

22.Saya merasa keinginan saya tidak pernah direalisasikan. 23.Orangtua tidak

menuntut hal yang berlebihan, namun orangtua dapat memahami saya. 24.Orangtua selalu

memaksakan kehendaknya pada saya.

25.Peraturan

(17)

saya mengerti dan pahami.

26.Orangtua membuat

peraturan tanpa meminta

kesepakatan anggota keluarga yang lain.

27.Saya merasa orangtua saya adil dalam menegakkan disiplin dan peraturan di rumah.

28.Peraturan yang dibuat orangtua terlalu banyak mengekang dan tidak bisa diterima. 29.Saya merasa

mendapat dukungan

orangtua pada setiap kegiatan yang saya lakukan. 30.Jika terdapat kesulitan, orangtua

tidak mau

membantu. 2. Aspek

tanggapan pola asuh otoritatif

2.1. Bimbingan dan perhatian dari orangtua

31.Orangtua dengan lemah lembut mengajari dan menasehati saya. 32.Orangtua tidak

sabaran dalam mengajari saya. 33.Saya senang

dengan sikap orang tua yang hangat dan perhatian. 34.Saya memahami

(18)

59

dengan sikap orangtua yang selalu marah-marah.

36.Saya merasa nyaman di dalam rumah.

37.Saya lebih suka bercerita ke teman daripada ke orangtua.

38.Orangtua

mengajak bertukar pikiran apabila terdapat masalah keluarga yang harus diselesaikan. 39.Saya bahagia

orangtua memberikan kebebasan pada

saya untuk

beraktivitas mengembangkan potensi saya. 2.2. Adanya

komunikasi dua arah

40.Saya takut mengemukakan pendapat karena orangtua

cenderung otoriter. 41.Orangtua selalu

memberikan apa

yang saya

butuhkan

walaupun tidak semua hal yang saya inginkan. 42.Saya tidak suka

jika orangtua mengekang dan melarang saya untuk melakukan apapun.

(19)

saya.

44.Saya memahami setiap hal yang diajarkan orangtua saya.

45.Saya tidak senang dengan sikap orangtua yang mengabaikan.

E.

Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian

Pada

tanggal

11

September

2014,

peneliti

mengadakan uji validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian di kelas X Teknik Permesinan 1 dan X Teknik

Permesinan 2 di SMK Muhammadiyah Salatiga. Sejumlah

37 siswa mengisi kuesioner. Peneliti menjelaskan terlebih

dahulu petunjuk pengisian kuesioner dan menjawab

pertanyaan siswa tentang item pernyataan yang ada

dalam kuesioner. Pengisian kuesioner berlangsung dari

pukul 11.45-12.30 WIB di kelas X Teknik Permesinan 2,

dan pukul 13.40-14.20 WIB di kelas X Teknik Permesinan

1.

(20)

61

2011). Kriteria tinggi-rendahnya validitas butir instrumen

menggunakan ketentuan sebagai berikut:

0,00 s/d 0,20 : item tidak valid

0,21 s/d 0,40 : validitas item rendah

0,41 s/d 0,60 : validitas item sedang

0,61 s/d 0,80 : validitas item tinggi

0,81 s/d 1,00 : korelasi sempurna (validitas item

sempurna) (Ali, 1995).

Dari hasil uji validitas item Pandangan Siswa Tentang

Keterampilan Mengajar Guru diperoleh hasil:

Tabel

3.4

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Pandangan Siswa

Tentang Keterampilan Mengajar Guru

Item Corrected Item – Total

Correlation Keterangan

PSTKMG1 0,314 Valid

PSTKMG2 0,328 Valid

PSTKMG3 0,269 Valid

PSTKMG4 0,414 Valid

PSTKMG5 0,416 Valid

PSTKMG6 0,398 Valid

PSTKMG7 0,444 Valid

PSTKMG8 0,511 Valid

PSTKMG9 0,472 Valid

PSTKMG10 0,508 Valid

PSTKMG11 0,351 Valid

PSTKMG12 0,293 Valid

PSTKMG13 0,317 Valid

PSTKMG14 0,519 Valid

PSTKMG15 0,297 Valid

PSTKMG16 0,295 Valid

PSTKMG17 0,290 Valid

PSTKMG18 0,412 Valid

PSTKMG19 0,460 Valid

PSTKMG20 0,356 Valid

PSTKMG21 0,416 Valid

PSTKMG22 0,312 Valid

(21)

PSTKMG24 0,464 Valid

PSTKMG25 0,433 Valid

PSTKMG26 0,492 Valid

PSTKMG27 0,413 Valid

PSTKMG28 0,281 Valid

PSTKMG29 0,298 Valid

PSTKMG30 0,274 Valid

PSTKMG31 0,282 Valid

PSTKMG32 0,394 Valid

PSTKMG33 0,434 Valid

PSTKMG34 0,465 Valid

PSTKMG35 0,506 Valid

PSTKMG36 0,389 Valid

PSTKMG37 0,507 Valid

PSTKMG38 0,493 Valid

PSTKMG39 0,317 Valid

PSTKMG40 0,442 Valid

Sumber: Data primer diolah, 2014

Dari Tabel 3.4,

corrected item – total correlation item

kuesioner Pandangan Siswa Tentang Keterampilan

Mengajar Guru terendah adalah 0,269 dan tertinggi

adalah 0,519 dan semua item mempunyai corrected item –

total correlation

≥ 0,20 sehingga 40 item kuesioner

Pandangan Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

dinyatakan valid.

Dari hasil uji validitas item Pola Asuh Otoritatif

Orangtua diperoleh hasil:

Tabel

3.5

Hasil Uji Validitas Item Instrumen

Pola Asuh Otoritatif Orangtua

Item Corrected Item – Total

Correlation Keterangan

PAO1 0,265 Valid

PAO2 0,488 Valid

(22)

63

PAO4 0,336 Valid

PAO5 0,254 Valid

PAO6 0,281 Valid

PAO7 0,346 Valid

PAO8 0,547 Valid

PAO9 0,361 Valid

PAO10 0,283 Valid

PAO11 0,340 Valid

PAO12 0,370 Valid

PAO13 0,326 Valid

PAO14 0,238 Valid

PAO15 0,276 Valid

PAO16 0,482 Valid

PAO17 0,326 Valid

PAO18 0,356 Valid

PAO19 0,266 Valid

PAO20 0,341 Valid

PAO21 0,460 Valid

PAO22 0,375 Valid

PAO23 0,346 Valid

PAO24 0,397 Valid

PAO25 0,526 Valid

PAO26 0,235 Valid

PAO27 0,248 Valid

PAO28 0,241 Valid

PAO29 0,414 Valid

PAO30 0,384 Valid

PAO31 0,259 Valid

PAO32 0,391 Valid

PAO33 0,618 Valid

PAO34 0,408 Valid

PAO35 0,323 Valid

PAO36 0,298 Valid

PAO37 0,232 Valid

PAO38 0,228 Valid

PAO39 0,315 Valid

PAO40 0,394 Valid

PAO41 0,372 Valid

PAO42 0,359 Valid

PAO43 0,316 Valid

PAO44 0,286 Valid

PAO45 0,349 Valid

(23)

Dari Tabel 3.5,

corrected item – total correlation item

kuesioner Pola Asuh Otoritatif Orangtua terendah adalah

0,232 dan tertinggi adalah 0,618 dan semua item

mempunyai

corrected item – total correlation

≥ 0,20

sehingga 45 item Pola Asuh Otoritatif Orangtua

dinyatakan valid.

Dari hasil uji validitas item Motivasi Belajar Siswa

diperoleh hasil:

Tabel

3.6

Hasil Uji Validitas Item Instrumen

Motivasi Belajar Siswa

Item Corrected Item – Total

Correlation Keterangan

MBS1 0,518 Valid

MBS2 0,530 Valid

MBS3 0,379 Valid

MBS4 0,472 Valid

MBS5 0,702 Valid

MBS6 0,284 Valid

MBS7 0,385 Valid

MBS8 0,289 Valid

MBS9 0,452 Valid

MBS10 0,389 Valid

MBS11 0,477 Valid

MBS12 0,600 Valid

MBS13 0,354 Valid

MBS14 0,312 Valid

MBS15 0,371 Valid

MBS16 0,473 Valid

MBS17 0,616 Valid

MBS18 0,618 Valid

MBS19 0,674 Valid

MBS20 0,619 Valid

MBS21 0,570 Valid

MBS22 0,496 Valid

MBS23 0,569 Valid

MBS24 0,392 Valid

(24)

65

MBS26 0,439 Valid

MBS27 0,525 Valid

MBS28 0,469 Valid

MBS29 0,632 Valid

MBS30 0,487 Valid

MBS31 0,312 Valid

Sumber: Data primer diolah, 2014

Dari Tabel 3.6,

corrected item – total correlation item

kuesioner Motivasi Belajar Siswa terendah adalah 0,284

dan tertinggi adalah 0,702 dan semua item mempunyai

corrected item – total correlation

≥ 0,20 sehingga 31 item

kuesioner Motivasi Belajar Siswa dinyatakan valid.

2. Uji reliabilitas atau keandalan

(25)

George dan Mallery (1995) menginterpretasikan bahwa

jika hasil uji coba diperoleh Alpha Cronbach > 0,8 maka

dinyatakan bagus (good), dengan pedoman koefisien Alpha

untuk reliabilitas didasarkan pada interpretasi nilai

α

sebagai berikut:

α > 0,9 sangat bagus (excellent)

α > 0,8 bagus (good)

α > 0,7 diterima (acceptable)

α > 0,6 dipertanyakan (questionable)

α > 0,5 buruk (poor)

α < 0,5 tak dapat diterima (unacceptable)

Hasil uji reliabilitas kuesioner Pandangan Siswa

Tentang Keterampilan Mengajar Guru, Pola Asuh

Otoritatif Orangtua, dan Motivasi Belajar Siswa

dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Item Instrumen Pandangan

Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

Instrumen Alpha Cronbach Keterangan

Kuesioner Pandangan Siswa Tentang Keterampilan

Mengajar Guru

0,873 Reliabilitas bagus

(good)

(26)

67

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Item Instrumen

Pola Asuh Otoritatif Orangtua

Instrumen Alpha Cronbach Keterangan

Kuesioner Pola Asuh

Otoritatif Orangtua 0,735 Reliabilitas diterima (acceptable)

Sumber: Data primer diolah, 2014

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Item Instrumen

Motivasi Belajar Siswa

Instrumen Alpha Cronbach Keterangan

Kuesioner Motivasi

Belajar Siswa 0,891 Reliabilitas (good) bagus

Sumber: Data primer diolah, 2014

Berdasarkan

try out yang dilakukan terhadap siswa

kelas X Teknik Permesinan 1 dan X Teknik Permesinan 2

di SMK Muhammadiyah Salatiga menunjukkan bahwa

instrumen Pandangan Siswa Tentang Keterampilan

Mengajar Guru, Pola Asuh Otoritatif Orangtua, dan

Motivasi Belajar Siswa merupakan instrumen yang valid

dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

F.

Pengumpulan Data

(27)

Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

untuk mengambil data penelitian di SMK Muhammadiyah

Salatiga pada tanggal 11 September 2014, pukul 11:45–

12.30 WIB di ruang 20 kelas X Teknik Permesinan 2, dan

pukul 13:40–14.20 WIB di ruang 19 kelas X Teknik

Permesinan 1.

(28)

69

Selanjutnya peneliti melakukan input data penelitian

untuk dianalisis secara deskriptif dan korelasional

menggunakan program SPSS version 16.0 for Windows.

G.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis deskriptif dan korelasi. Analisis

deskriptif untuk memperoleh gambaran keadaan suatu

objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono,

2011), sedangkan analisis korelasional untuk melihat

hubungan antara dua variabel bebas yaitu Pandangan

Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru (X1), Pola

Asuh Otoritatif Orangtua (X2) dengan variabel terikat yaitu

Motivasi Belajar Siswa (Y).

Gambar

Gambar 3.1 Model Penelitian
Tabel 3.1 Konsep, Indikator, dan Nomor Item Variabel Motivasi
Tabel 3.2 Konsep, Indikator, dan Nomor Item Variabel
Tabel 3.3  Konsep, Indikator, dan Nomor Item Variabel Pola Asuh
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sanggahan disampaikan kepada Pokja 3 Pekerjaan Konstruksi ULP Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Apilkasi SPSE pada website LPSE Kabupaten Jombangb.

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN YANG TIDAK PADA PERUSAHAAN

4.1. Capaian pembelajaran mata kuliah ini meliputi: 1) mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan busana tradisional Indonesia, perkembangan busana kuno

Materi yang diberikan yaitu mahasiswa dapat menyiapkan tempat kerja dan perlengkapan membordir, membuat dan memindahkan desain hiasan pada kain yang akan dibordir sesuai

Sehubungan dengan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dilingkungan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2012 bersama ini kami mengundang

PANITIA LELANG PEMBANGUNAN JALAN WILAYAH I, II, III, IV DAN V, REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN (DAK) DAN OPTIMALISASI FUNGSI JARINGAN IRIGASI YANG TELAH DIBANGUN (DAK)

PANITIA LELANG PEMBANGUNAN JALAN WILAYAH I, II, III, IV DAN V, REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN (DAK) DAN OPTIMALISASI FUNGSI JARINGAN IRIGASI YANG TELAH DIBANGUN (DAK)

Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana