27
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai tindakan penelitian yang
dilakukan di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga yang terdiri dari dua siklus yaitu siklus
I dan siklus II dimana untuk setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap
siklus dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang terdiri dari
perencanaan, implementasi dan Observasi, dan refleksi.
4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan
Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SDN
Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 22 siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terlihat bahwa hasil belajar masih rendah.
Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi peserta didik pada mata
pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik
memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 70.
Dengan demikian diperoleh data hasil pembelajaran siswa sebelum
Tabel 4.1
Distribusi Ketuntasan belajar
Siswa kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Sebelum Tindakan
No Ketuntasan (KKM=70) Jumlah Persentase
1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 6 27,27
2 Belum tuntas ( < KKM 70) 16 72,72
Rata-rata 50,07
Skor maksimal 80
Skor minimum 30
Berdasarkan tabel 4. tampak perbandingannya siswa yang mencapai
ketuntasan belajar (KKM = 70) adalah sebanyak 6 siswa (27,27 %) sedangkan
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa (72,72 %)
siswa. Dengan nilai tertinggi adalah 80 sedangkan nilai terendah adalah 30.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat dibuat diagram seperti
pada gambar 4.1
Gambar 4.1
Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V Semester II SDN Dukuh 03 SalatigaSebelum Tindakan
sebelum tindakan
tuntas belum tuntas
27,27%
Setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata 16 siswa yang belum tuntas itu
memiliki kekurangan tidak bisa menangkap materi pembelajaran yang
disampaikan guru dengan metode ceramah, penggunaan metode ceramah
mengakibatkan siswa mengantuk, tidak antusias dalam menjawab pertanyaan guru
dan itu semua berbeda dengan 6 orang yang bisa menangkap materi pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah. Guru tidak menggunakan model
pembelajaran yang menarik. Model pembelajaran juga sangat mempengaruhi
proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang tidak menggunakan model
pembelajaran biasanya membuat siswa bosan dalam hasil belajar siswa rendah,
berbeda dengan yang menggunakan model dalam pembelajaran, siswa lebih
antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil ketuntasan belajar siswa SDN Dukuh 03 Salatiga sebelum dilakukan
tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM = 70) sebanyak 16 siswa atau 72,72 % sedangkan
yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan persentase
27,27%.
Diperoleh data hasil belajar siswa yang masih rendah dari siswa kelas V di
SDN Dukuh 03 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015, penulis akan
melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan
penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian di SDN
Dukuh 03 Salatiga, penulis akan menggunakan pembelajaran menggunakan
model Talking Stick guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Dukuh 03 Salatiga, yang akan dilaksanakan dua siklus. Dengan
menggunakan model jigsaw dalam setiap pembelajaran.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus I 4.1.2.1 Perencanaan
Penelitian siklus I akan dilaksanakan pada hari selasa, rabu tanggal 17,18
penelitian pada siklus I hal yang paling mendasar dilakukan yaitu menanyakan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian
bersama dengan guru kelas V. Standar kompetensi yang diberikan yaitu 7.4
mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
Setelah itu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lihat
lampiran) yang memuat dua kali pertemuan dengan model pembelajaran talking
stick sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
Kemudian RPP tersebut didiskusikan bersama dengan guru kelas V. Selanjutnya
menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada saat penelitian. Adapun alat
peraga yang digunakan dalam pembelajaran pada siklus I yaitukartu materiyang
akan digunakan untuk diskusi masing-masing kelompok . Adapun
langkah-langkah pembelajaran menggunakan model jigsaw sebagai berikut :
- Guru membagi topik yang besar menjadi beberapa subtopic
- Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang
terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab
terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya.
- Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas
yang berbeda.
- Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: Belajar dan menjadi ahli
dalam subtopik bagiannya, Merencanakan bagaimanana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
- Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh
materi yang ditugaskan oleh guru.
4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi Tindakan
Tahap pelaksanaan dan observasi siklus I dilakukan pada tiap pertemuan.
Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 17 maret
dan 18 maret. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sudah penulis buat pada tahap perencanaan dan
sudah dikonsultasikan oleh guru pengampu kelas V di SD Negeri Dukuh 03
Salatiga. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan kegiatan awal, kemudian
kegiatan inti yang didalamnya terdapat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta
kegiatan penutup yang berisi tentang kesimpulan dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Dalam satu pertemuan terkandung kegiatan kelompok dengan
menggunakan pembelajaran dengan model jigsaw dan pada pertemuan kedua
dilakukan evalusi belajar terhadap siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga.
Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai dasar analisa untuk mengetahui tingkat
keberhasilan belajar siswa selama proses pembelajaran.
Observasi guru dan siswa dilakukan dalam setiap pertemuan pada siklus I.
hasil observasi ini digunakan untuk mengetahui data dari kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan
kepada guru pada pertemuan pertama sampai pertemuan kedua, guru sudah
melakukan pembelajaran menggunakan model jigsaw dengan baik. Pembelajaran
dilaksanakan sebaik mungkin dengan untuk lebih meningkatkan antusias siswa
dalam belajar, serta menggunakan media pembelajaran yang baik untuk
menunjang proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada pertemuan
melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran menggunakan
stick. Banyak siswa yang masih malas karena mereka malas mencatat point-point
penting dari materi yang disajikan oleh masing-masing ketua kelompok. Namun
dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai ada perkembangan,
yaitu siswa sudah merasa senang dan lancar saat proses pembelajaran Jigsaw
berlangsung.Hasil observasi kegiatan guru dan siswa pada siklus I digunakan
penulis untuk dasar perbaikan pada siklus II. Melalui hasil observasi pada siklus I,
dapat diketahui kekurangan dalam proses pembelajaran dan untuk lebih baik
dalam merancang pembelajaran agar siswa lebih terlibat secara aktif dalam
pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
1.1.2.2Refleksi
Tahap refleksi pada proses perbaikan hasil belajar pada siklus I ditemukan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa masih malu-malu dan terkesan tidak mau mendapatkan tongkat
stick nya untuk mendapat pertanyaan dari guru.
2. Siswa kurang aktif dalam proses permainan berlangsung
3. Siswa cenderung melemparkan pertanyaan kepada temannya.
Dari beberapa permasalahan diatas dapat dilihat bahwa siswa kelas V SD
Negeri Dukuh 03 Salatiga pada siklus I masih memiliki kemampuan dan
pemahaman yang rendah dalam proses pembelajaran. Hal tersebut mempengaruhi
hasil belajar siswa pada siklus I yang masih rendah. Terbukti dengan hasil belajar
siswa pada siklus I beberapa siswa yang masih di bawah KKM 70. Berdasarkan
hasil rekapitulasi evaluasi hasil belajar siswa diketahui sebanyak 6 siswa dari 28
siswa memperoleh nilai di bawah KKM 70 dan dinyatakan tidak tuntas.
Sedangkan 16 siswa sudah mencapai KKM 70 dan dinyatakan tuntas, namun
begitu masih ada beberapa siswa yang nilainya kurang dari KKM yaitu 70.
Berdasarkan tahap refleksi ini, dapat digunakan dasar perbaikan dalam
pelaksanaan siklus selanjutnya yaitu siklus II sehingga hasil belajar IPA siswa
4.1.2.4. Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil belajar IPA siswa kelas V
SD Negeri Dukuh 03 Salatiga pada siklus I setelah siswa melakukan kegiatan
pembelajaran. Melalui data dari hasil belajar siklus I ini, dapat diketahui tingkat
pemahaman dan seberapa besar keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
yang dilakukan. Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I ini adalah
materi tentang mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya berdasarkan KKM 70 sesuai dengan KKM
di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Hasil belajar yang telah dianalisa oleh penulis
menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V masih kurang memuaskan
karena masih terdapat beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM 70.
Berikut hasil belajar IPA siswa kelas V yang disajikan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan Belajar
Siswa kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Siklus I
No. Nilai Ketuntasan Jumlah siswa Persentase (%)
1. < 70 Belum Tuntas 6 27,27
2. ≥ 70 Tuntas 16 72,72
Jumlah 22 100
Rata - rata 75,23
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dengan jelas bahwa hasil belajar siklus
I dari subjek penelitian sebanyak 22 siswa, terdapat 72,72 % atau 16 siswa yang
sudah dinyatakan tuntas dan 27,27 % atau 6 siswa yang belum tuntas. Siswa yang
belum tuntas tersebut memperoleh hasil evaluasi < 70 yang artinya bahwa siswa
tersebut memperoleh hasil yang masih dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu
70. Dan untuk siswa yang dinyatakan tuntas memperoleh hasil evaluasi ≥ 70 yang
artinya bahwa siswa tersebut memperoleh hasil diatas KKM 70 yang telah
ditentukan. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100 dan nilai terendah yaitu
Hasil belajar siswa kelas V Mata Pelajaran IPA SD Negeri Dukuh 03
Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014-2015 dengan materi pembelajaran
mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya dibandingkan dengan hasil belajar IPA siswa kelas V pada
kondisi awal mengalami peningkatan hasil belajar. Terbukti dengan hasil belajar
siswa pada kondisi awal yang di bawah KKM 70 ada 16 siswa, sedangkan hasil
belajar siswa pada siklus I sudah berkurang dan hanya ada 6 orang. Pada siklus I
ini, siswa yang sudah melampui KKM sebanyak 20 orang dengan presentase
71,43% , sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 6 orang dengan
presentase 28,57% pada siklus I ini 6 siswa yang masih belum mencapai KKM
karena siswa tersebut kurang begitu memperhatikan karena tempat duduk mereka
berada dibelakang sehingga saat belajar mengajar berlangsung mereka tidak
konsentrasi sehingga saat mengerjakan test nilai mereka masih dibawah KKM 70.
Hasil belajar IPA pada siklus I masih perlu adanya peningkatan yang signifikan.
Maka dari itu peneliti melaksanakan siklus II untuk lebih meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga semester II tahun
pelajaran 2014-2015.
SIKLUS 1
Belum Tuntas Tuntas
27 %
4.1.3 Pelaksanaan Siklus II 4.1.3.1 Perencanaan
Berdasarkan hasil siklus I adanya kekurangan dan keberhasilan dalam
siklus I, Perencanaan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sebagai
penyempurnaan dan tindak lanjut dari kekurangan yang terjadi pada siklus I.
Siklus II pelaksanaannya dilaksanakan 2 kali pertemuan, kegiatan pembelajaran
pada siklus II ini masih sama dengan siklus I tapi yang membedakan adalah
kegiatan pembelajaran pada siklus II dan materi pembelajaran yang berbeda.
Penelitian siklus II akan dilaksanakan pada hari selasa, rabu tanggal 24, 25
Maret 2015 pada siswa kelas 5 mata pelajaran IPA. Untuk siklus II Standar
kompetensi yang diberikan yaitu 7.4 mendiskripsikan proses daur air dan kegiatan
manusia yang mempengaruhinya
Setelah itu menyusun RPP yang memuat dua kali pertemuan dengan
model pembelajaran Setelah itu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) (lihat lampiran) yang memuat dua kali pertemuan dengan model
pembelajaran jigsawsesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator. Kemudian RPP tersebut didiskusikan bersama dengan guru kelas V.
Selanjutnya menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada saat penelitian..
Adapun langkah-langkah pembelajaran menggunakan model jigsaw sebagai
berikut :
- Guru membagi topik yang besar menjadi beberapa subtopic
- Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar kooperatif (kelompok awal) yang
terdiri dari 4-6 orang siswa dan setiap anggotanya bertanggung jawab
terhadap penguasaan setiap subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya.
- Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah menguasai bagian tugas
- Di dalam kelompok jigsaw ini, para siswa bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: Belajar dan menjadi ahli
dalam subtopik bagiannya, Merencanakan bagaimanana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
- Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing (kelompok awal) sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi/pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw” tadi kepada temannya.
- Ahli di dalam subtopik lainnya juga berbuat sama sehingga seluruh siswa
bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh
materi yang ditugaskan oleh guru.
1.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi Tindakan
Penerapan siklus II dilaksanakan karena belum terjadi perubahan hasil
belajar yang signifikan pada siklus I. Maka dari itu masih perlu adanya perbaikan
hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Siklus II ini
dilaksanakan dengan 2 kali tatap muka atau pertemuan pada tanggal 24 Maret
2015, 25 maret 2015. Masing-masing pertemuan dilaksanakan dengan alokasi
waktu 2x 35 menit. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat penulis dan disetujui oleh guru kelas
V dengan materimendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhinya. Pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal yang berisi
apersepsi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang berisi eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, dan yang terakhir kegiatan penutup yang berisi
kesimpulan. Pertemuan kedua pada kegiatan penutup, siswa mengerjakan soal
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang
telah dilaksanakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Soal evaluasi siswa
berupa soal tertulis yang berisi 20 soal pilihan ganda dan harus dikerjakan siswa
secara mandiri. Apabila hasil evaluasi siswa pada siklus II mengalami perubahan
Negeri Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran 2014-2015 dapat dikatakan mengalami
peningkatan dan berhasil.
Kegiatan pengamatan atau observasi juga dilakukan seiring dengan
kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati pengajar
dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi
dari siklus II dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kedua diketahui
bahwa pengajar dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah
pembelajaran talking stick dan sesuai dengan RPP yang telah disusun.. Observasi
pada siswa sudah mengalami perubahan yang lebih baik dari siklus I, terlihat dari
siswa yang sebelumnya masih enggan menulis point-point darisetiap materi. pada
siklus II siswa terlihat lebih senang dan sangat tertarik dengan model jigsaw ini.
Antusias siswa dapat terlihat dari cara siswa mendengarkan penjelasan dari
masing-masing ketua kelompok
Melalui observasi pada guru dan siswa yang dilakukan pada siklus II,
dapat dikatakan bahwa hasil belajar pada siklus II ini akan lebih baik
dibandingkan hasil belajar pada siklus I dan pada saat kondisi awal. Tahap
refleksi dapat digunakan oleh guru dan penulis agar dapat mengetahui dan
menerapkan poin-poin penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran agar
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga dapat mengalami
peningkatan.
1.1.3.3 Refleksi
Tahap refleksi ini digunakan untuk mengetahui dan menerapkan poin-poin
penting dalam pembelajaran. Tahap refleksi ini dilaksanakan oleh pihak penulis
dan guru agar dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa tidak hanya
didukung dengan adanya sebuah model pembelajaran, alat peraga dan media
pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Namun juga
bergantung pada faktor yang ada dalam diri siswa serta kondisi lingkungan
mau ikut terlibat dalam pembelajaran, juga faktor perhatian dari guru dan orang
tua yang amat penting dalam tercapainya hasil belajar siswa yang baik.
Lingkungan sekolah utamanya lingkungan belajar siswa seperti suasana
dan kondisi kelas, hubungan siswa satu dengan yang lain dapat mendukung
tercapainya hasil belajar yang baik. Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri
Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran 2014-2015 pada siklus II dikatakan berhasil
apabila siswa memperoleh nilai evaluasi di atas KKM 70 yang sudah ditetapkan
oleh sekolah.
4.1.3.4 Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil evaluasi yang sudah dikerjakan
oleh siswa saat penerapan siklus II dilaksanakan. Hasil evaluasi tersebut
merupakan ukuran keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di
SD Negeri Dukuh 03 Salatiga dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas V tahun pelejaran 2014-2015. Hasil evaluasi yang diperoleh kemudian
dianalisa untuk mngetahui seberapa besar tingkat pemahan dan keberhasilan dari
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dengan materi siklus air.
Hasil analisa dari evaluasi yang dikerjakan siswa menunjukkan hasil yang
memuaskan, dari jumlah siswa 22 orang ada 2 siswa yang berada di bawah KKM
70. Hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat dalam tabel frekuensi sebagai berikut
ini.
Tabel 4.3
Distribusi Ketuntasan Belajar
Siswa kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Siklus II
No. Nilai Ketuntasan Jumlah siswa Persentase (%)
1. < 70 Belum Tuntas 2 9,09%
2. ≥ 70 Tuntas 20 90,90%
Jumlah 22 100
Rata - rata 80,68
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer terjadi peningkatan
hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Dari sini dapat disimpulkan ada
kenaikan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I kegiatan
keseluruhan kegiatan pembelajaran menggunakan model talking stick dan pada
siklus II kegiatan pembelajarn menggunakan talking stick sudah diterapkan
dengan sangat baik. Karena hanya ada 2 siswa yang belum tuntas dalam
mengerjakan tes formatif dalam siklus II. Berarti indikator kinerja penerapan
model pembelajaran model jigsaw siklus I dan siklus II sudah tercapai dan
mengalami peningkatan sesuai tujuan yang direncanakan.
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan hasil belajar siswa meningkat,
terbukti dari perolehan nilai siswa setelah penggunaan model jigsaw yang
mencapai ketuntasan belajar (KKM=70) sebanyak 20 siswa atau 90,9 % , yang
belum mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 2 siswa atau 9,09%, dengan nilai
rata-rata 80,68 dan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai terendah adalah 60.
Gambar 4.3
Diagram Lingkaran Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga
Siklus II
4.1.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Dukuh 03 Salatiga tahun pelajaran
2014-2015 menggunakan model pembelajaran jigsaw bila dilihat dari kondisi
awal, siklus I, dan siklus II dapat dikatakan mengalami perubahan yang
signifikan. Hasil belajar siswa pada kondisi awal menunjukkan nilai siswa yang
masih banyak di bawah KKM 70, yaitu dari 22 siswa yang tidak tuntas nilai KKM
SIKLUS II
Belum Tuntas Tuntas
9,0
sebanyak 16 siswa. Hasil belajar IPA siswa pada siklus I mengalami sedikit
peningkatan namun belum signifikan yaitu sebanyak 6 orang siswa masih di
bawah KKM hal ini dikarenakan pada siklus I siswa yang duduk dibelakang
cenderung kurang memperhatikan karena siswa yang didepan ramai sendiri saat
bermain talking stick, sehingga yang belakang terganggu dan 6 siswa tersebut
kurang memperhatikan. Hasil belajar IPA pada siklus II sudah menunjukkan
peningkatan hasil belajar yang signfikan yaitu 20 siswa mendapatkan nilai di atas
KKM dan itu sungguh memuaskan karena siswa merasa senang dan aktif saat
proses belajar berlangsung, meskipun ada 2 siswa yang belum mencapai KKM
karena 2 siswa tersebuat saat mengikuti pelajaran sedang sakit sehingga tidak
konsentrasi saat proses belajar mengajar berlangsung. Berikut ini merupakan hasil
belajar IPA siswa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II.
Tabel 4.6
Distribusi Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas IV Semester II SDN Dukuh 03 Salatiga Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II No. Nilai Sebelum
Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Klasifikasi A nilai ≥ 70 artinya tuntas.
2. Klasifikasi B nilai < 70 artinya tidak tuntas
Berdasarkan tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.6 dapat
dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari jumlah siswa 22 dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum
dilakukan siklus I dan siklus II, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa dan
yang belum tuntas hanya 2 siswa atau 90,90 %. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran menggunakan model jigsaw dapat hasil belajar siswa. karena siswa
dapat belajar sehingga siswa mudah mengerti tentang apa yang diajarkan guru
khususnya pada mata pelajaran IPA di SDN Dukuh 03 Salatiga. Sedangkan
ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan, siklus I dan pada siklus II dapat
dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Distribusi
Ketuntasan Sebelum tindakan, Siklus I, Siklus II
Skor minimum sebelum siklus adalah 30, kemudian setelah dilakukan
tindakan siklus I nilai minimum siswa mengalami peningkatan menjadi 50.
Sedangkan setelah dilakukan tindakan siklus II skor minimum peningkatan
mengalami peningkatan menjadi 60. Untuk skor maksimum sebelum tindakan
maupun setelah dilakukan tindakan adalah 100. Peneliti memerlukan peningkatan
dalam proses belajar mengajar agar nilai maksimum dapat naik pada siklus II.
Nilai rata-rata sebelum tindakan sebelum tindakan sebesar 67,5 dan mengalami
peningkatan menjadi 75,23 setelah dilakukan tindakan pada siklus I. Dalam
tindakan siklus II yang dilakukan nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi
80,68.
Sebelum tindakan
4.1.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan dikelas V SDN Dukuh
03 Salatiga, menyatakan tingkat pemahaman siswa kelas V khususnya mata
pelajaran IPA masih rendah, hasil belajar siswa masih banyak yang belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70). Hal ini salah satu
penyebabnya adalah karena guru dalam penyampaian pembelajaran masih
menggunakan metode ceramah sehingga hasil belajar siswa rendah siswa masih
malas-malasan mengikuti pelajaran IPA karena dengan ceramah saja siswa akan
menjadi ngantuk dan konsentrasi belajar rendah. Pada Proses pembelajaran
sebelum tindakan menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu siswa yang
nilainya memenuhi KKM lebih dari 70 sebanyak 6 siswa atau 27,27% dan 16
siswa atau 72,72% masih dibawah KKM 70 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 30.
Adanya perbandingan antar jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas
karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan telah mampu menangkap materi
yang disajikan guru walau hanya dengan ceramah sedangkan 16 siswa yang
belum bisa menangkap materi ajar dalam bentuk ceramah.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim,2002
setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil
belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa
jauh tipe hasil belajar dimiliki siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari
hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian
dapat juga ditunjukkan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui
sejauh mana tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik
proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran,
maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Jadi penilaian atau evaluasi
hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
Maka pada siklus I dan siklus II peneliti menggunakan model Jigsaw
maka hasil yang didapat pada akhirnya mengalami Peningkatan pemahaman
belajar siswa didapatkan dari hasil nilai siklus I dan siklus II yaitu Siklus I
Dengan menggunakan model jigsaw, siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM 70) sebanyak 6 siswa. Dengan nilai tertinggi 100 dan
nilai terendah 60. Pada Siklus II Dengan menggunakan model jigsaw siswa yang
mendapat nilai yang memenuhi KKM sebanyak 20 dari 22 siswa. Dengann nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 65.
Peningkatan ketuntasan tersebut terjadi karena dalam pembelajaran siswa
merasa senang dan dapat melakukan sendiri apa yang akan mereka pelajari dan
guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Sesuai dengan tujuan dari penerapan
model talking yaitu siswa dapat bekerja sama dengan temannya, siswa dapat
melakutkan diskusi dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai. Peneliti menggunakan model jigsaw dengan tujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan perolehan hasil nilai yang didapat pada siklus I dan siklus II
didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw pada pokok
bahasan daur air kelas V semester II SDN Dukuh 03 Salatiga yang akhirnya