• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA Coe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA Coe"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA

(Coelogyne asperata) DALAM BOTOL PADA EMPAT MACAM

KOMBINASI GULA DAN AIR KELAPA

(Laporan Proyek Mandiri)

Oleh

Mega Jesita

13712033

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA (Coelogyne asperata) DALAM BOTOL PADA EMPAT MACAM KOMBINASI GULA DAN AIR

KELAPA

Oleh

Mega Jesita

Perbanyakan anggrek Coelogyne asperata secara generatif dilakukan

secara in vitro. Untuk pertumbuhan anggrek dalam botol, komposisi media

buatan yang digunakan sangat menentukan kecepatan pertumbuhan protokorm

dan seedling anggrek dalam botol. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

Proyek Mandiri (PM) ini adalah untuk: (1) Dapat memproduksi bibit anggrek C.

asperata dalam botol dengan baik, (2) Mendapatkan media yang baik untuk pertumbuhan bibit anggrek C. asperata dalam botol, dan (3) Untuk mengetahui

kelayakan usaha bibit anggrek C. asperata dalam botol. Kegiatan ini

dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2015, di laboratorium

kultur jaringan Politeknik Negeri Lampung. Dalam usaha ini dilakukan pada

keempat perlakuan yaitu: P1 (Gula 20 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1), P2 (Gula

20 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1), P3 (Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1), dan

P4 (Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1). Dengan masing-masing kombinasi

perlakuan dilakukan pengamatan terhadap 6 sampel. Parameter yang diamati

antara lain: tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan

panjang akar (cm). Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa, (1) Produksi bibit

(3)

Mega Jesita

jam dan 100 bibit botol saus, (2) Kombinasi perlakuan yang terbaik bagi

pertumbuhan anggrek C. asperata adalah gula 20 gr.l-1 dan air kelapa 150 ml.l-1,

dan (3) Usaha produksi bibit anggrek C. asperata pada keempat perlakuan

kombinasi gula dan air kelapa layak diusahakan. Nilai B/C Rasio perlakuan yang

memberi pertumbuhan terbaik sebesar 1,413 yaitu dengan modal Rp 2.071.750

menghasilkan uang sebesar Rp 5.000.000, dari harga bibit anggrek C. asperata

per botol nya Rp 25.000. Jadi usaha ini mendapatkan keuntungan sebesar Rp

(4)

USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA

(Coelogyne asperata) DALAM BOTOL PADA EMPAT MACAM

KOMBINASI GULA DAN AIR KELAPA

(Laporan Proyek Mandiri)

Oleh

Mega Jesita

13712033

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Usaha Produksi Bibit Anggrek Mutiara

(Coelogyne asperata) Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinasi Gula Dan Air Kelapa

Nama Mahasiswa : Mega Jesita

Nomor Pokok Mahasiswa : 13712033

Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Tanaman Pangan

Menyetujui,

Penanggung Jawab Mata Kuliah, Dosen Pembimbing,

Ir. Marveldani, M.P. Ir. Lisa Erfa, M.Si

NIP. 196003081987032003 NIP : 196101271987032001

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Proyek Mandiri yang berjudul “Usaha Produksi Bibit Anggrek Mutiara

(Coelogyne asperata) Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinasi Gula dan Air

Kelapa”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Proyek Mandiri ini tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:

1. Ir. Lisa Erfa, M.Si selaku Kepala Laboratorium Kultur Jaringan sekaligus

dosen pembimbing

2. Ir. Marveldani, M.P selaku penanggung jawab matkuliah Proyek Mandiri

3. Ir. Ferziana, M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan

4. Orang tua berserta keluarga tercinta, dan

5. Teman-teman Hortikultura angkatan 2013

Penulis menyadari laporan ini masih belum sempurna. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bandar Lampung, 26 Januari 2016

(7)

DAFTAR ISI

4.1 Pertumbuhan Bibit Pada Keempat Perlakuan ... 15

4.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 24

(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(9)

DAFTAR TABEL

2. Perbandingan analisis usaha anggrek Coelogyne asperata setiap

perlakuan per 200 botol

7. Data hasil pengamatan jumlah daun anggrek Coelogyne asperata ... ... 28

(10)

... ... 28

9. Data hasil pengamatan panjang akar (cm) anggrek Coelogyne asperata

... ... 29

10. Data hasil rata-rata pengamatan setiap perlakuan ... ... 29 ...

11. Analisis usaha perlakuan media bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol pada 4 komposisi media (200 botol) ... ... 30

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anggrek Coelogyne asperata ...

... 4

2. Eksplan anggrek Coelogyne asperata hasil subkultur I...

(11)

3. Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol jam hasil subkultur II 16

4. Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol saus hasil subkultur II 17

5. Grafik rata-rata tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) pengamatan setiap perlakuan... 17

6. Kontaminasi pada media dan eksplan...

20

(12)

I.1 Latar Belakang

Tanaman anggrek dari famili Orchidaceae merupakan tanaman hias yang

mempunyai 25.000—30.000 spesies di dunia. Keindahan dan kecantikan

bunganya membuat tanaman ini disebut “Queen Of Flower“. (Kasutjianingati,

dan Rudi. 2013). Keragaman dalam morfologi bunganya ini menjadi daya tarik

bagi para ahli botani dan kolektor berabad-abad lamanya (Ferziana, 2013)

Anggrek Coelogyne asperata dikenal juga dengan sebutan anggrek

mutiara atau anggrek pisang dengan tinggi tanaman 80 cm, yang tumbuh tersebar

hampir diseluruh pulau Kalimantan (Orchids of Borneo Indonesia, 2012).

Berkembangnya sektor agribisnis di Indonesia diikuti oleh semakin

berkembangnya bisnis tanaman anggrek. Anggrek mempunyai prospek yang

cukup baik untuk diusahakan dalam dunia bisnis tanaman hias karena

mempunyai nilai jual yang tinggi dan menjanjikan keuntungan yang besar.

Salah satu masalah yang dihadapi pengusaha anggrek adalah ketersediaan

bibit anggrek botolan (Dessy, dkk. 2010). Oleh karena itu, prospek usaha

memproduksi bibit anggrek C. asperata dalam botol sangat cerah dan

menjanjikan.

Perbanyakan anggrek C. asperata secara generatif dilakukan secara in

vitro. Untuk pertumbuhan anggrek dalam botol, komposisi media buatan yang digunakan sangat menentukan kecepatan pertumbuhan protokorm dan seedling

anggrek dalam botol (Erfa, Ferziana, dan Yuriansyah. 2012).

Salah satu bahan organik yang dapat ditambahkan ke dalam media kultur

adalah air kelapa. Keuntungan menggunakan air kelapa antara lain adalah

(13)

untuk tumbuh. Menurut Admin, (2007) dalam Erfa, dkk. (2012) menyatakan air

kelapa kaya akan kalium (hingga 17%), selain itu juga mengandung gula (1,7—

2,6%), vitamin, mineral, asam amino, serta terdapat auksin, sitokinin. Selain air

kelapa, kedalam media juga ditambahkan gula sebagai pengganti sukrosa. Gula

merupakan sumber energi dalam media kultur dan dapat merangsang beberapa

jaringan (Daisy, dan Wijayanti. 1994).

Oleh karena itu, pada proyek mandiri (PM) ini dicobakan pemberian

beberapa macam kombinasi gula dan air kelapa pada media sehingga dapat

diperoleh kombinasi macam media yang baik untuk pertumbuhan eksplan anggrek

C. asperata, serta mengetahui kelayakan usahanya.

I.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Proyek Mandiri ini adalah

untuk:

1. Dapat memproduksi bibit anggrek C. asperata dalam botol dengan baik.

2. Mendapatkan media kombinasi gula dan air kelapa yang baik untuk

pertumbuhan bibit anggrek C. asperata dalam botol.

3. Untuk mengetahui kelayakan usaha bibit anggrek C. asperata dalam botol.

Khususnya kelayakan usaha media kombinasi gula dan air kelapa yang

terbaik.

(14)

2.1 Anggrek Mutiara (Coelogyne asperata)

Menurut Plantamor, (2012) klasifikasi tanaman anggrek C. asperata

adalah:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Liliidae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae (Suku anggrek-anggrekan)

Genus : Coelogyne

Spesies : Coelogyne asperata

C. asperata adalah jenis anggrek coelogyne dengan postur besar, berbunga cantik, dan dengan wangi yang sangat tajam. Anggrek ini dikenal juga dengan

sebutan anggrek mutiara atau anggrek pisang dengan tinggi tanaman 80 cm, yang

tumbuh tersebar hampir diseluruh pulau Kalimantan. Daerah penyebarannya

meliputi: Sulawesi, kepulauan Maluku, Kalimantan, Jawa, Sumatera, Filipina,

Papua Nugini, Malaysia, dan Kepulauan Solomon (Husni, 2014). Di ketinggian 0

—1600 meter diatas permukaan laut (mdpl) C. asperata merupakan anggrek epifit

yang tumbuh berumpun dan berakar rimpang pendek. Umbinya berbentuk bulat

panjang dengan panjang 15 c m , diameter 5,5—6 cm, beralur, dan mendukung 2

helai daun. Daunnya berbentuk lanset bulat telur sungsang, melebar dibagian

(15)

dasar umbi semu, mula-mula tegak kemudian menjuntai, panjang 30—50 cm, dan

mendukung 10—15 kuntum bunga (Sri dan Wawangningrum, 2009)

Bunga beraroma harum lembut, lebar bunga 9,5 cm, setiap kuntum

memiliki daun pelindung, berwarna coklat kekuningan, berbentuk lanset, panjang

3—3,5 c m, lebar 1—1,5 cm (Gambar 1). Kelopak dan mahkota bunga berbentuk

lanset. Kelopak tengah 3,5—4 x 1—1,2 cm, dan kelopak samping 3,5—4 x 1 cm.

Mahkota bunga sedikit lebih ramping 3,5—4 x 0.5—0,6 cm. Kelopak dan

mahkota berwarna kuning kehijauan. Bibir bunga panjang ±1 ,5 cm, lebar 0,6—

0,8 c m, berwarna dasar putih, di bagian tengahnya didominasi oleh warna merah

orange, bervariasi dengan bercak-bercak kuning ditengahnya, dan bagian tepi

ujung bibir bergelombang seperti renda-renda (Sri dan Wawangningrum, 2009)

Anggrek C. asperata dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Sumber: (Orchids of Borneo Indonesia. 2012)

Gambar 1. Anggrek Coelogyne asperata

2.2 Subkultur II Anggrek Dalam Teknik Kultur In Vitro

Kultur In Vitro adalah suatu metoda untuk mengisolasi bagian tanaman

(16)

kondisi aseptik pada media yang mengandung hara makro dan mikro, karbohidrat,

vitamin, asam amino, dan fitohormon (Erfa, 2015)

Subkultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman

melalui kultur jaringan. Pada dasarnya pada subkultur kita memotong, membelah

dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan

bertambah banyak. Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan yang

relatif mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan. Menurut

Reni, Gandis, dan Ayu. (2012) menyatakan bahwa subkultur dilakukan karena

beberapa alasan, yaitu : (1) Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol,

(2) Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhannya

berkurang, (3) Tanaman mulai kekurangan hara, dan (4) Media dalam botol sudah

mengering.

Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang

dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang

berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman

yang harus segera atau relatif cepat disubkulturkan adalah jenis pisang-pisangan,

alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema (Pelatihan,

2009 dalam Kurnia, 2014)

2.3 Peluang Pasar Bibit Coelogyne asperata

Permintaan pasar anggrek cenderung meningkat setiap tahunnya, namun

(17)

2001). Produksi tanaman anggrek di Indonesia pada tahun 2005—2009

mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kebutuhan anggrek mencapai

7.902.403, tahun 2006 naik menjadi 10.703.444, tahun 2007 9.484.393, tahun

2008 15.430.040, dan pada tahun 2009 mencapai 16.205.949 (BPS, 2010 dalam

Kasutjianingati dan Rudi 2013).

Berkembangnya sektor agribisnis di Indonesia diikuti oleh semakin

berkembangnya bisnis tanaman anggrek. Anggrek mempunyai prospek yang

cukup baik untuk diusahakan dalam dunia bisnis tanaman hias karena

mempunyai nilai jual yang tinggi dan menjanjikan keuntungan yang besar

(Dessy, dkk. 2010). Salah satu masalah yang dihadapi pengusaha anggrek

adalah ketersediaan bibit anggrek botolan (Dessy, dkk. 2010). Oleh karena itu,

prospek usaha memproduksi bibit anggrek C. asperata dalam botol sangat cerah

dan menjanjikan.

Jadi, dalam PM saya ini yang berjudul “Usaha Produksi Bibit Anggrek

Coelogyne asperata Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinsi Gula Dan Air Kelapa” untuk mendapatkan media komposisi yang baik bagi pertumbuhan bibit

anggrek C.asperata dalam botol, dan untuk mengetahui kelayakan usaha bibit

anggrek C.asperata dalam botol.

2.4 Media Tanam Kultur Jaringan

Pertumbuhan anggrek C. asperata menggunakan teknik in vitro

(18)

untuk pertumbuhan yang normal. Media kultur merupakan salah satu faktor

penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur in vitro (Yusnita, 2003).

Dengan mempertimbangkan harga yang lebih murah serta praktis pembuatannya.

Media subkultur II merupakan media pembesaran bibit dari hasil

subkultur I, yang sering juga disebut media pengakaran karena memang bertujuan

untuk menumbuhkan akar. Komposisi media subkultur II juga membutuhkan

komposisi yang dapat memacu pertumbuhan bibit dengan cepat sampai bibit siap

diaklimatisasi (Ferziana, 2013). Berbagai komposisi media kultur telah

diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman

yang dikulturkan.

Pupuk daun sering digunakan dalam pembuatan media kultur. Pupuk daun

mengandung dua kelompok unsur hara, yaitu unsur hara makro dan unsur hara

mikro. Keuntungan menggunakan pupuk daun yaitu: (1) Pupuk daun dapat

diserap oleh tanaman sehingga hasilnya juga lebih baik, dan (2) Tanaman

kelihatan cepat menumbuhkan tunas baru (Tim Redaksi Trubus, 1993 dalam

Kurnia, 2014). Pupuk kristalon hijau mengandung komposisi N, P,dan K dengan

perbandingan 18:18:18 juga mengandung NO-N 9,8%, NH2-N 8,2%, B 0,025%,

Mo 0,004%, Cu EDTA 0,01%, Fe EDTA 0,07%, Mn EDTA 0,04% dan Zn

EDTA 0,025%. Meskipun kandungan N lebih rendah daripada Vitabloom tetapi

kristalon hijau mengandung P,dan K yang tinggi, serta unsur-unsur mikro

(Ferziana, 2013)

Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena

umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan

(19)

adalah sukrosa. Untuk itu, gula pasir yang digunakan sehari-hari dapat dipakai

karena mengandung 99,9% sukrosa. Glukosa dan fruktosa dapat digunakan,

tetapi harganya lebih mahal dan hasilnya tidak selalu lebih baik daripada sukrosa.

Konsentrasi sukrosa yang digunakan berkisar 1—5% (10—50 g-1), tetapi untuk

kebanyakan kultur sukrosa 2—3% umumnya merupakan konsentrasi yang

optimum (Yusnita, 2003)

Air kelapa merupakan salah satu diantara beberapa persenyawaan

kompleks alamiah yang sering digunakan dalam kultur jaringan untuk

perbanyakan mikro anggrek. Penggunaan air kelapa sebagai bahan organik

merupakan salah satu cara untuk menggantikan penggunaan bahan sintetis yang

dipakai dalam pembuatan media kultur, seperti kinetin. Buah kelapa mudah

diperoleh dengan harga yang lebih murah dibandingkan bahan sintetis yang sulit

didapatkan dan harganya yang relatif lebih mahal. Selain itu, keunggulan air

kelapa menyerupai bahan sintetis sitokinin sehingga dapat digunakan sebagai

pengganti sitokinin (Tuhuteru, Hehanusa dan Raharjo. 2012).

Morel (1974) dan Gunawan (1995) menyatakan didalam air kelapa

mengandung hormon sitokinin 5,8 mg.l-1, auksin 0,07 mg.l-1 dan giberalin yang

dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, berfungsi sebagai

penstimulir dalam proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.

Oleh karena itu air kelapa mempunyai kemampuan besar untuk mendorong

pembelahan sel dan proses deferensiasi (Kasutjianingati dan Rudi. 2013)

Menurut Plantus (2006) dalam Meika (2012), bahwa air kelapa kaya

akan potasium (kalium) hingga17 %. Air kelapa juga mengandung gula antara

(20)

kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur

(S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam

vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin,

riboflavin, dan thiamin.

(21)

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Proyek Mandiri (PM) ini dilaksanakan pada bulan Agustus

sampai dengan Desember 2015, di laboratorium kultur jaringan Politeknik Negeri

Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan yaitu cawan petri, lampu spritus, 1 set alat

tanam (scalpel dan pisau scalpel, pinset, spatula stainless), Laminar Air Flow

(LAF), cabinet, botol kultur, handsprayer, lap bersih, autoclave, pH meter, gelas

ukur, pipet ukur, pengaduk dari gelas/plastik, korek api, panci, dan kompor.

Bahan yang digunakan yaitu eksplan anggrek C. asperata, vitamin B1,

agar-agar, arang aktif, air kelapa, gula pasir, kristalon hijau, alkohol 96 %,

aquadest, spritus, larutan NaOH dan HCl, plastik, karet gelang, alumunium foil,

dan plastik wrapping.

3.3 Metode Penelitian

Produksi bibit anggrek C. asperata pada PM “Usaha Produksi Bibit

Anggrek Coelogyne asperata Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinsi Gula

Dan Air Kelapa” ini dilaksanakan pada media dengan 4 macam kombinasi gula

dan air kelapa, yaitu:

P1 : Gula 20 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1

P2 : Gula 20 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1

P3 : Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1

P4 : Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1

(22)

Pada percobaan terdapat 4 macam kombinasi gula dan air kelapa, dengan

masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan pengamatan terhadap 6 sampel.

3.4 Pelaksanaan Percobaan

3.4.1 Sterilisasi Ruang dan Alat

Bersihkan ruang kultur dari kotoran-kotoran yang terdapat pada ruangan

dengan menyapu dan mengepel ruangan agar tidak menjadi sumber kontaminasi

dan nyaman saat digunakan. Meja dan kaca LAF ( Laminar Air Flow )

disemprotkan dengan alkohol 96%, kemudian di lap dengan tisu bersih. Menutup

Laminar Air Flow dan hidupkan lampu UV minimal 1 jam kemudian hidupkan blower. Selanjutnya mematikan lampu UV dan menghidupkan lampu kerja,

laminar siap digunakan. Peralatan dicuci dan dikeringkan sebelum digunakan,

kemudian membungkus dengan kertas dan menyusun kedalam autoclave.

Sterilisasi dilakukan selama 1 jam setelah suhu dan keadaan tercapai (suhu 1210C

dan tekanan 1,5 atm).

3.4.2 Pembuatan Media

Pupuk daun kristalon hijau ditimbang sebanyak 2 gr.l-1, gula 20 gr.l-1 atau

30 gr.l-1, arang aktif 1,3 gr.l-1, agar-agar 6,5 gr.l-1, tambahkan 1 ml.l-1 vitamin B1

dan air kelapa muda (tergantung perlakuan). Bahan yang digunakan dalam setiap

perlakuan dipisahkan pada wadah yang berbeda. Bahan untuk perlakuan satu (P1)

menggunakan gula 20 gr.l-1 dan tambahan air kelapa 150 ml.l-1 (G

20+AK150),

perlakuan dua (P2) menggunakan gula 20 gr.l-1 dan tanpa tambahan air kelapa 0

ml.l-1 (G

(23)

kelapa 150 ml.l-1 (G

30+AK150), perlakuan empat (P4) menggunakan gula 30 gr.l-1

dan tanpa tambahan air kelapa 0 ml.l-1 (G

30+AK0).

Memasukkan semua bahan ke dalam beaker glass lalu menambahkan

aquades sampai 1000 ml. Setelah semua larutan tercampur ukur pH, untuk

mengukur pH larutan gunakan pH meter, pH disesuaikan sampai 5,8. Jika terlalu

asam maka menambahkan larutan NaOH dan jika terlalu basa perlu

menambahkan larutan HCL sambil diaduk. Setelah di ukur pH memasukkan

larutan ke dalam panci untuk dimasak. Selanjutnya larutan tersebut

dipanaskan di atas kompor lalu masukkan agar-agar 6,5 gr. l-1 dan

arang aktif 1.3 gr.l-1, panaskan sampai agar-agar tersebut larut.

Larutan media dituangkan ke dalam botol kultur yang telah

disterilisasi sebelumnya dengan ketebalan media kurang lebih 1—1,5 cm.

Karena, ketebalan dapat mempengaruhi ketersedian unsur hara dalam proses

pertumbuhan tanaman terutama dalam merangsang perakaran. Botol kultur

ditutup menggunakan plastik tahan panas , kemudian diikat dengan karet

gelang. Media yang telah disiapkan kemudian disteril dalam autoclave pada suhu

1210C dan tekanan 1,5 atm selama 20 menit.

3.4.3 Subkultur II

(24)

Media disiapkan untuk penanaman eksplan anggrek C. asperata. Alat dan

bahan yang dibutuhkan untuk proses penanaman yaitu, lampu spiritus, hand

sprayer berisi alkohol 70%, kertas tisu, 2 buah pinset steril, pisau scalpel steril, dan 2 buah petridish steril. Peralatan yang akan digunakan diletakkan kedalam

laminar air flow. Kemudian lampu UV pada laminar air flow dihidupkan selama minimal 30 menit, sebelum kegiatan penanaman dilakukan. Hal tersebut

dilakukan untuk mensterilkan lingkungan kerja/laminar air flow dan menghindari

terjadinya kontaminasi dalam proses penanaman. Sebelum subkultur dilakukan

lampu UV dimatikan, dan menghidupkan lampu kerja.

Pertama siapkan eksplan anggrek yang akan di subkulturkan. Pindahkan

sebagian eksplan anggrek ke dalam cawan petridish. Sebelum itu cawan petridish

harus dalam keadaan steril dengan melakukan sterilisasi cawan terlebih dahulu,

yaitu panaskan dengan api bunsen dengan menuangkan sedikit alkohol ke cawan.

Setelah itu tunggu api pada cawan petridish padam dan dinginkan sebentar. Lalu

buka botol media dengan menggunakan pinset yang dipanaskan terlebih dahulu

pada api bunsen. Usahakan semua pekerjaan di dalam LAF dekat dengan api

bunsen untuk mengurangi kontaminasi. Panaskan bibir botol di api bunsen, lalu

tanam ekplan ke dalam botol berisi media.

Subkultur dilakukan sebanyak 10 eskplan untuk 1 botol jam, dan 20

eksplan untuk 1 botol saus. Eksplan diambil menggunakan pinset dan dikulturkan

pada media yang telah disiapkan. Pada saat subkultur posisi mulut botol selalu

pada botol lampu spritus. Mulut botol ditutup menggunakan alumunium foil yang

sebelumnya dipanaskan dengan api dilampu spritus, dilapisi plastik dan diikat

(25)

rak. Eksplan anggrek C. asperata diingkubasi selama 3—4 bulan dalam ruang

dengan suhu 250C, hingga menunjukan pertumbuhan planlet yang siap dijual.

3.4.4 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setelah eksplan disubkulturkan selama 4 bulan

setelah tanam, yaitu dimana keadaan eksplan siap diaklimatisasi. Keseluruhan

yang diamati yaitu 24 botol. Parameter yang diamati antara lain: tinggi bibit

(26)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Bibit Pada Keempat Perlakuan

Hasil yang diperoleh dari memproduksi bibit anggrek C. asperata yaitu

sebanyak 200 botol, masing-masing 100 bibit botol jam dan 100 bibit botol saus.

Untuk memproduksi 200 botol anggrek C. asperata diperlukan 8 botol eksplan

anggrek C. asperata hasil subkultur 1. Satu botol eksplan anggrek disubkulturkan

menjadi 30—40 botol subkultur II. Bibit pada media tanam subkultur II

ditanamkan 10 eksplan anggrek C. asperata, sedangkan untuk botol saus ditanam

20 eksplan anggrek. Eksplan anggrek C. asperata hasil subkultur I yang

digunakan untuk memproduksi bibit dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2. Eksplan anggrek Coelogyne asperata hasil subkultur I

Untuk memproduksi 100 bibit botol jam memerlukan waktu sebanyak 6

(27)

sedangkan untuk memproduksi 100 bibit botol saus memerlukan waktu 8 kali

penanaman data tersebut berada di lampiran (Tabel 4. Lampiran 2). Penanaman

bibit botol saus dilakukan setelah penanaman bibit pada botol jam telah selesai.

Dilihat dari hasil percobaan ternyata pertumbuhan bibit anggrek C.asperata yang

ditanam dalam botol tidak seragam, dikarenakan ada perbedaan waktu

pelaksanaan subkultur II. Sehingga bibit masih perlu dipelihara sampai ukuran

bibit siap untuk dijual dan diaklimatisasi.

Syarat bibit untuk siap dijual yaitu bibit sudah berumur 4 bulan dari

disubkulturkan, tinggi tanaman hampir memenuhi botol, dan sudah memiliki akar.

Untuk bibit botol jam yang siap jual dapat dilihat pada (Gambar 3a), dan bibit

botol jam belum siap dijual dapat dilihat pada (Gambar 3b). Sedangkan untuk

bibit botol saus yang siap jual dan belum siap dijual dapat dilihat pada (Gambar

4a) dan (Gambar 4b).

(a) (b)

(28)

(a) (b)

Gambar 4. Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol saus hasil subkultur II (a) bibit anggrek siap jual (umur 4 bulan), (b) bibit anggrek belum siap jual (umur 2 bulan)

Untuk pertumbuhan bibit dilihat dari tinggi bibit (cm), lebar daun (cm),

jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) pada 4 perlakuan diperoleh data

hasil rata-rata pengamatan setiap perlakuan seperti Gambar 5 dibawah ini:

(29)

Keterangan:

P1: Gula 20 g.l-1 + Air Kelapa 150 ml.l-1

P2: Gula 20 g.l-1 + Air Kelapa 0 ml.l-1

P3: Gula 30 g.l-1 + Air Kelapa 150 ml.l-1

P4: Gula 30 g.l-1-+Air Kelapa 0 ml.l-1

Gambar 5. Grafik rata-rata tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) setiap perlakuan

Untuk lebih jelasnya lagi data pertumbuhan tinggi bibit (cm) berada pada

(Tabel 5. Lampiran 2), lebar daun (cm) berada pada (Tabel 6. Lampiran 2), jumlah

daun berada pada (Tabel 7. Lampiran 2), jumlah akar pada (Tabel 8. Lampiran 2),

dan panjang akar (cm) pada (Tabel 9. Lampiran 2). Sedangkan untuk data hasil

rata-rata pengamatan setiap perlakuan dapat dilihat pada ( Tabel 10. Lampiran 2).

Pertumbuhan rata-rata bibit pada keempat perlakuan dilihat dari Gambar 5

didapatkan bahwa untuk tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, dan

jumlah akar terbaik berada pada perlakuan 1 (Gula 20 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1),

diikuti perlakuan ke3 (Gula 20 g.l-1+Air Kelapa 0 ml.l-1), lalu perlakuan ke2 (Gula

30 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1), dan ke4 (Gula 30 g.l-1+Air Kelapa 0 ml.l-1).

Sedangkan untuk panjang akar terpanjang terdapat pada perlakuan ke3 (Gula 20

g.l-1+Air Kelapa 0 ml.l-1), diikuti perlakuan 1 (Gula 20 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1),

lalu perlakuan ke2 (Gula 30 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1), dan ke4 (Gula 30 g.l

-1+Air Kelapa 0 ml.l-1).

(30)

Dari hasil pengamatan terhadap respon tinggi bibit (cm), lebar daun (cm),

jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) menunjukkan bahwa perlakuan

pada kombinasi media yang menggunakan penambahan air kelapa 150 ml.l-1

menunjukkan respon yang lebih baik di bandingkan tanpa penambahan air kelapa

150 ml.l-1. Pernyataan ini didukung oleh Erfa, dkk. (2012) yang menyatakan

bahwa konsentrasi optimal air kelapa yang digunakan dalam medium antara 10—

15%. Karena, air kelapa kaya akan kalium (hingga 17%) selain itu juga

mengandung gula (1,7—2,6%), vitamin, mineral, asam amino, serta terdapat

auksin dan sitokinin (Admin, 2007 dalam Erfa, dkk. 2012). Untuk memperoleh

hasil yang lebih baik, kombinasi media sering digunakan penambahan air kelapa.

Pernyataan ini didukung oleh Kasutjianingati dan Rudi (2013) yang menyatakan

bahwa air kelapa 150 ml.l-1 pada media VW mampu mendorong pembentukan plb

(protocorm like bodies) sebagai calon tanaman.

Penggunaan gula 20 gr.l-1 menghasilkan respon yang baik pada tinggi bibit

(cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) jika

didalam penambahan gula juga diberikan penambahan air kelapa 150 ml.l-1.

Pernyataan ini juga didukung oleh Widiastoety dan Purbadi (2005) yang

menyatakan bahwa pemberian air kelapa 150 ml.l-1 ditambah sukrosa 20 gr.l-1

dalam media kultur memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan protokorm

anggrek Dendrobium. Menurut Yusnita, (2003) konsentrasi sukrosa yang

digunakan berkisar 1—5% (10—50 g-1), tetapi untuk kebanyakan kultur sukrosa 2

—3% umumnya merupakan konsentrasi yang optimum. Sedangkan penambahan

sumber energi tersebut dalam jumlah yang lebih banyak justru menyebabkan

(31)

keracunan (karena jumlah gula berlebihan) (Widiastoety et al. 1995 dalam

Tuhuteru, dkk. 2012)

Selama percobaan berlangsung, faktor yang menjadi kendala utama adalah

kontaminasi yang dapat menyebabkan media perlakuan rusak dan planlet mati.

Persentasi kematian pada subkultur II ini yaitu sebesar 30%. Kontaminasi

disebabkan oleh jamur dan bakteri, akan tetapi penyebab utamanya adalah jamur

dan sangat sulit untuk mensterilkan kembali media dan planlet yang

terkontaminasi oleh jamur. Kontaminasi yang disebabkan oleh jamur mula-mula

terlihat di permukaan atau tepi media yang kontak langsung dengan dinding botol,

jika dibiarkan cendawan tersebut akan menutupi seluruh media dan planlet

anggrek (Gambar 6a). Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri terjadi langsung

pada eksplan yang ditandai dengan munculnya lendir berwarna putih keruh

disekeliling planlet (Gambar 6b)

(a) (b)

Gambar 6. Kontaminasi pada media dan eksplan (a) Kontaminasi yang disebabkan oleh jamur, (b) Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri

Selain terjadi kontaminasi eksplan juga mengalami kematian sebesar 5%

setelah disubkultur II, yaitu dimana eksplan lama-kelamaan memutih atau terjadi

(32)

terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan

sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi.

4.2 Analisis Kelayakan Usaha

Meskipun banyak sekali kendala yang dihadapi dalam proyek mandiri ini,

namun produksi anggrek C. asperata masih mendapatkan keuntungan. Untuk

produksi anggrek dalam jumlah 200 botol dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Analisis usaha pembibitan anggrek Coelogyne asperata dalam botol (200 botol)

Bibit botol jam 100 Botol 25.000 2.500.000

Bibit botol saus 100 Botol 25.000 2.500.000

Total pemasukkan 5.000.000

2. Pengeluaran A. Biaya tetap

a. Sewa laboratorium 1 Periode 500.000 500.000

b. Tenaga kerja 20 HOK* 20.000 400.000

c. Biaya tak terduga 5 Bulan 20.000 100.000

Total biaya tetap 1.000.000 B. Biaya tidak tetap

a. Eksplan 8 Botol 50.000 400.000

b. Botol saus 150 Botol 1.500 225.000

c. Botol jam 150 Botol 1.500 225.000

d. Kristalon Hijau 200 Gram 15.000 15.000

e. Air kelapa 2 Buah 5.000 10.000

f. Arang aktif 250 Gram 16.250 16.250

g. VitaminB1

(GrowQuick Plus) 100 Botol (ml) 25.000 25.000 h. Alumunium foil 1 Gulung 31.000 31.000

i. Spirtus 5 Liter 10.000 50.000

j. Gula 250 Gram 12.000 3.000

k. Karet gelang 500 Gram 35000 35.000

(33)

l. Plastik (uk.12x25

cm) 2 Pack 5.000 10.000

m. Agar-agar 9 Bungkus 3.000 27.000

Total biaya tidak tetap 1.072.250

6. BEP Produksi (Biaya/harga jual) 82,89

Jadi titik impas akan tercapai apabila produksi 83 botol terjual dengan harga Rp 25.000 dan biaya produksi Rp 2.072.250

7. BEP Harga (Biaya/jumlah produksi) 10.361

Jadi titik impas akan tercapai apabila harga produk Rp. 10.361 dari 200 botol dan biaya produksi Rp 2.072.250

*Keterangan: HOK = Hari Oprasional Kerja

Dilihat dari (Tabel 1) diatas menunjukkan analisis kelayakan usaha

pembibitan anggrek C. asperata dalam botol (200 botol) dinyatakan layak.

Dengan BEP produksi sebesar 83 botol, sehingga titik impas akan tercapai apabila

jumlah produksi sebanyak 83 botol terjual dengan harga Rp 25.000,- dan total

biaya produksi Rp 2.072.200,- sedangkan BEP harga Rp 10.361,- sehingga, titik

impas akan tercapai dengan harga produk Rp 10.361,- dari 200 botol dan biaya

produksi Rp 2.072.200,-. Nilai B/C Rasio adalah perbandingan antara keuntungan

yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluaran selama satu periode. Dan

dinilai layak bila nilai lebih dari 0. Pada perhitungan B/C Rasio diperoleh nilai

1,41. Nilai R/C Rasio adalah perbandingan antara pendapatan dengan jumlah

total biaya yang dikeluarkan selama satu periode. Dinilai menguntungkan jika

nilai lebih dari satu. Pada perhitungan R/C Rasio diperoleh nilai 2,41. Sehingga

dengan modal Rp 2.072.200,- usaha memproduksi bibit botol anggrek C. asperata

memperoleh pendapatan 241 kali atau 2,41% dari biaya yang dikeluarkan, yaitu

memperoleh pendapatan Rp 5.000.000,- dan keuntungan Rp

(34)

Perbedaan hasil analisis usaha 200 botol untuk komposisi setiap perlakuan

pun berbeda (Tabel 2) sedangkan rinci analisis data tersebut dapat dilihat pada

lampiran (Tabel 11. Lampiran 3)

pendapatan (Rp) 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

2 Total

pengeluaran (Rp)

2.071.750 2.061.750 2.072.250 2.062.250

3 Keuntungan

(Rp) 2.928.250 2.938.250 2.927.750 2.937.750

4 B/C ratio 1.413 1,425 1,412 1,424

Untuk usaha produksi bibit anggrek C. asperata yang baik dilihat dari

keuntungan dan pertumbuhan yang baik yaitu terdapat pada media dengan

kombinasi gula 20 g.l-1+air kelapa 150 ml.l-1. Karena, dilihat dari pertumbuhan

(35)

(cm), dengan Dengan R/C Rasio 2,413 dan B/C Rasio yang dihasilkan yaitu

1,413, yaitu dengan modal Rp2.071.750 menghasilkan uang sebesar

Rp.5.000.000, dari harga bibit anggrek C.asperata per botol nya Rp. 25.000. Jadi

usaha ini mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2.928.250,00. Berarti usaha ini

layak untuk dijalankan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari usaha produksi bibit anggrek mutiara Coelogyne asperata dalam

botol pada 4 macam kombinasi gula dan air kelapa dapat disimpulkan:

1. Produksi bibit anggrek C.asperata sebanyak 200 botol dengan

masing-masing 100 bibit botol jam dan 100 bibit botol saus menunjukkan hasil

yang baik dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman (cm), lebar daun (cm),

jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm).

2. Kombinasi perlakuan yang terbaik bagi pertumbuhan anggrek C.asperata

adalah gula 20 gr.l-1 dan air kelapa 150 ml.l-1.

3. Usaha produksi bibit anggrek C. asperata pada keempat perlakuan

kombinasi gula dan air kelapa layak diusahakan. Nilai B/C Rasio

(36)

5.2 Saran

Dalam usaha memproduksi bibit anggrek C. asperata dengan teknik kultur

in vitro ini harus memperhatikan dan menjaga kondisi steril dalam kegiatan subkultur baik tempat, eksplan, alat yang digunakan, media, dan bahkan

pelaksanaannya. Untuk mendapatkan produksi bibit dalam botol maupun

keuntungan yang maksimal maka sebaiknya menggunakan tenaga yang terampil

untuk menekan kerugian akibat kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Daisy Prapto.S.H dan Ari Wijayanti. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Dessy Hendriyanti, Antrasita, E.U., Harkingto, Lusia, A.W.B., Winesty, D.N. 2010. Wirausaha Tanaman Anggrek Secara Kultur Jaringan. PKMK-2-10-1. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Erfa, L. 2015. Buku Panduan Praktikum Kultur Jaringan II. Bandar Lampung. Politeknik Negeri Lampung.

Erfa, L, Ferziana, dan Yuriansyah. 2012. Pengaruh formulasi media dan konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan protokorm anggrek

phalaenopsis in vitro.

http:// jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/download/41/33.

Ferziana. 2013. Pengaruh Pupuk Daun dan Arang Aktif pada Media Subkultur II

terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Phalaenopsis.

http:// jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/download/9/2 .

Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro Dalam Hortikultura. Penebar Swadaya: Jakarta.

(37)

Kasutjianingati, dan Rudi Irawan. 2013. Media Alternatif Perbanyakan In Vitro Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Jurnal Agrotekno.Departemen Produksi Pertanian.Politeknik Negeri.Jember. Vol 3.No.3Hal 184-189

Kurnia, Defriza. 2014. Usaha bibit anggrek hitam (coelogyne pandurata) Pada empat macam kombinasi media sub kultur II. Proyek Usaha mandiri. Politeknik Negeri Lampung

Meika, M.A. 2012. Pengaruh Pemberian Larutan Air Kelapa (Cocos nucifera) Dengan Penambahan Larutan GulaTerhadap Kesegaran Bunga Mawar potong (Rosa hybrida). Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Morel, G.M. 1974. Clonal Multiplication of Orchid. The Orchid Scientific Studies. Wiley-Interscience Publication. John Wileyand Sons, New York. Orchids of Borneo Indonesia. 2012. Coelogyne asperata L.

Sri.H., dan H. Wawangningrum.2009. Coelogyne spp Dan Cymbidium spp Di Cagar Alam Gunung Sago Sumatera Barat. Peran Biosistimatika. Purwokerto.

Tuhuteru, S., M.L. Hehanusa., dan S.H.T. Raharjo, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In vitro Dengan beberapa Konsentrasi Air kelapa. Agrologia. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. Vol.1, No.1. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Pattimura. Ambon. Hal 1-12.

Widiastoety, 2010. Potensi Anggrek Phalaenopsis dalam Meningkatkan Varitas dan kualitas anggrek bunga potong. http://pustaka.litbang.deptan .go.id Widiastoety, dan Purbadi, Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek

Dendrobium.J.Hort.Vol.15.No. 1 (2005) 18-21

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan, Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka. Jakarta.

(38)
(39)

Lampiran 1. Waktu penanaman

Tabel 3. Waktu penanaman bibit anggrek Coelogyne asperata untuk 100 botol jam

Jumlah Keseluruhan 150 50 100

Tabel 4. Waktu penanaman bibit anggrek Coelogyne asperata untuk 100 botol saus

1 Senin, 19-10-2015 Produksi 15 6 9

2 Sabtu, 14-11-2015 Produksi 15 5 10

3 Sabru, 21-11-2015 Produksi 15 4 11

4 Selasa, 24-11-2015 Produksi 15 5 10

5 Kamis, 31-12-2015 Produksi 20 8 12

6 Minggu, 03-01-2016 Produksi 20 8 12

(40)

8 Minggu, 17-01-2016 Produksi 25 7 18

Jumlah Keseluruhan 150 50 100

Lampiran 2. Data hasil pengamatan

Tabel 5. Data hasil pengamatan tinggi bibit (cm) anggrek Coelogyne asperata

PERLAKUA

Tabel 6. Data hasil pengamatan lebar daun (cm) anggrek Coelogyne asperata

PERLAKUA

Tabel 7. Data hasil pengamatan jumlah daun anggrek Coelogyne asperata

PERLAKUA

Tabel 8. Data hasil pengamatan jumlah akar anggrek Coelogyne asperata

(41)

Tabel 9. Data hasil pengamatan panjang akar (cm) anggrek Coelogyne asperata

Tabel 10. Data hasil rata-rata pengamatan setiap perlakuan

PERLAKUA

Lampiran 3. Analisis usaha bibit anggrek Coelogyne asperata

Tabel 11. Analisis usaha perlakuan media bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol pada 4 komposisi media (200 botol)

No. Uraian Volume Satuan Harga satuan (Rp)

P1 1. Pemasukan

Bibit botol jam 100 Botol 25.000 2.500.000

Bibit botol saus 100 Botol 25.000 2.500.000

Total Pemasukan 200 Botol 25.000 5.000.000

2. Pengeluaran

29

(42)

A. Biaya tetap

a. Sewa laboratorium 1 periode 500.000 500.000

b. Tenaga kerja 20 HOK* 20.000 400.000

c. Biaya tak terduga 5 Bulan 20.000 100.000

Total biaya tetap 1.000.000

B. Biaya tidak tetap

a. Eksplan 8 Botol 50.000 400.000

b. Botol saus 150 Botol 1.500 225.000

c. Botol jam 150 Botol 1.500 225.000

d. Kristalon Hijau 200 Gram 15.000 15.000

e. Air kelapa 2 Buah 5.000 10.000

Tabel 11. (Lanjutan)

No. Uraian Volume Satuan Harga satuan (Rp)

P1 P2

f. Arang aktif 250 gram 16.250 16.250 16.250

g. Vitamin B1

(Grow Quick Plus) 100 Botol (ml) 25.000 25.000 25.000

h. Alumunium foil 1 Gulung 31.000 31.000 31.000

i. Spirtus 5 Liter 10.000 50.000 50.000

j. Gula 250 Gram 12.000 2.500 2.500

k. Karet gelang 500 Gram 35000 35.000 35.000

l. Plastik (uk. 12x25 cm) 2 Pack 5.000 10.000 10.000

m. Agar-agar 9 Bungkus 3.000 27.000 27.000

Total biaya tidak tetap 1.071.750 1.061.750

Total pengeluaran 2.071.750 2.061.750

3. Keuntungan 2.928.250 2.938.250

4. B/C Rasio(Keuntungan/biaya) 1,413 1,425

5. R/C Rasio

(Pendapatan/biaya) 2,413 2,425

6. BEP Produksi (Biaya/harga jual) 83 82

7. BEP Harga produksi) (Biaya/jumlah 10.359 10.309 Keterangan : HOK = Hari Operasional Kerja

Gambar

Gambar 1.  Anggrek Coelogyne asperata
Gambar 2.  Eksplan anggrek Coelogyne asperata hasil subkultur I
Gambar 3.  Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol jam hasil subkultur II(a) bibit anggrek  siap jual (umur 4 bulan), (b)  bibit anggrek  belumsiap jual (umur 3 bulan)
Gambar 4.  Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol saus hasil subkultur II(a) bibit anggrek siap jual (umur 4 bulan), (b) bibit anggrek belumsiap jual (umur 2 bulan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu contoh menyampaikan informasi kepada siswa Sekolah Dasar, yaitu dengan cara membimbing anak tersebut untuk lebih interaktif dengan teknologi dan membuat anak tersebut

Berdasarkan hasil Evaluasi dan Pembuktian Kualifikasi serta Penetapan Hasil Kualifikasi, kami Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau Tahun

Kajian dari Komisi A DPRP, dalam tujuh tahun pelaksanaan otsus yang saat ini masih berproses, telah terjadi perubahan yang cukup signifikan seperti peningkatan Anggaran Pendapatan

[r]

Adapun saran dari peneliti yaitu merekomendasikan aktivitas patroli pengawasan SDKP di laut yang dilakukan oleh pengawas perikanan di Pangkalan PSDKP Jakarta yaitu

Nusantara, Kelurahan Marindal I, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang kepada Para Tergugat, dan sebagai kesepakatan apabila pembayaran sudah dilunasi oleh Penggugat,

Penelitian tentang pengaruh corporate image dan customer perceived value terhadap Consumer Loyalty melalui Customer Satisfaction pada pengguna jasa penerbangan Garuda

KETERANGAN