USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA
(Coelogyne asperata) DALAM BOTOL PADA EMPAT MACAM
KOMBINASI GULA DAN AIR KELAPA
(Laporan Proyek Mandiri)
Oleh
Mega Jesita
13712033
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA (Coelogyne asperata) DALAM BOTOL PADA EMPAT MACAM KOMBINASI GULA DAN AIR
KELAPA
Oleh
Mega Jesita
Perbanyakan anggrek Coelogyne asperata secara generatif dilakukan
secara in vitro. Untuk pertumbuhan anggrek dalam botol, komposisi media
buatan yang digunakan sangat menentukan kecepatan pertumbuhan protokorm
dan seedling anggrek dalam botol. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
Proyek Mandiri (PM) ini adalah untuk: (1) Dapat memproduksi bibit anggrek C.
asperata dalam botol dengan baik, (2) Mendapatkan media yang baik untuk pertumbuhan bibit anggrek C. asperata dalam botol, dan (3) Untuk mengetahui
kelayakan usaha bibit anggrek C. asperata dalam botol. Kegiatan ini
dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2015, di laboratorium
kultur jaringan Politeknik Negeri Lampung. Dalam usaha ini dilakukan pada
keempat perlakuan yaitu: P1 (Gula 20 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1), P2 (Gula
20 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1), P3 (Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1), dan
P4 (Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1). Dengan masing-masing kombinasi
perlakuan dilakukan pengamatan terhadap 6 sampel. Parameter yang diamati
antara lain: tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan
panjang akar (cm). Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa, (1) Produksi bibit
Mega Jesita
jam dan 100 bibit botol saus, (2) Kombinasi perlakuan yang terbaik bagi
pertumbuhan anggrek C. asperata adalah gula 20 gr.l-1 dan air kelapa 150 ml.l-1,
dan (3) Usaha produksi bibit anggrek C. asperata pada keempat perlakuan
kombinasi gula dan air kelapa layak diusahakan. Nilai B/C Rasio perlakuan yang
memberi pertumbuhan terbaik sebesar 1,413 yaitu dengan modal Rp 2.071.750
menghasilkan uang sebesar Rp 5.000.000, dari harga bibit anggrek C. asperata
per botol nya Rp 25.000. Jadi usaha ini mendapatkan keuntungan sebesar Rp
USAHA PRODUKSI BIBIT ANGGREK MUTIARA
(Coelogyne asperata) DALAM BOTOL PADA EMPAT MACAM
KOMBINASI GULA DAN AIR KELAPA
(Laporan Proyek Mandiri)
Oleh
Mega Jesita
13712033
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Usaha Produksi Bibit Anggrek Mutiara
(Coelogyne asperata) Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinasi Gula Dan Air Kelapa
Nama Mahasiswa : Mega Jesita
Nomor Pokok Mahasiswa : 13712033
Program Studi : Hortikultura
Jurusan : Budidaya Tanaman Pangan
Menyetujui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah, Dosen Pembimbing,
Ir. Marveldani, M.P. Ir. Lisa Erfa, M.Si
NIP. 196003081987032003 NIP : 196101271987032001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Proyek Mandiri yang berjudul “Usaha Produksi Bibit Anggrek Mutiara
(Coelogyne asperata) Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinasi Gula dan Air
Kelapa”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Proyek Mandiri ini tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:
1. Ir. Lisa Erfa, M.Si selaku Kepala Laboratorium Kultur Jaringan sekaligus
dosen pembimbing
2. Ir. Marveldani, M.P selaku penanggung jawab matkuliah Proyek Mandiri
3. Ir. Ferziana, M.P selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
4. Orang tua berserta keluarga tercinta, dan
5. Teman-teman Hortikultura angkatan 2013
Penulis menyadari laporan ini masih belum sempurna. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bandar Lampung, 26 Januari 2016
DAFTAR ISI
4.1 Pertumbuhan Bibit Pada Keempat Perlakuan ... 154.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 25
DAFTAR TABEL
2. Perbandingan analisis usaha anggrek Coelogyne asperata setiap
perlakuan per 200 botol
7. Data hasil pengamatan jumlah daun anggrek Coelogyne asperata ... ... 28
... ... 28
9. Data hasil pengamatan panjang akar (cm) anggrek Coelogyne asperata
... ... 29
10. Data hasil rata-rata pengamatan setiap perlakuan ... ... 29 ...
11. Analisis usaha perlakuan media bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol pada 4 komposisi media (200 botol) ... ... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anggrek Coelogyne asperata ...
... 4
2. Eksplan anggrek Coelogyne asperata hasil subkultur I...
3. Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol jam hasil subkultur II 16
4. Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol saus hasil subkultur II 17
5. Grafik rata-rata tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) pengamatan setiap perlakuan... 17
6. Kontaminasi pada media dan eksplan...
20
I.1 Latar Belakang
Tanaman anggrek dari famili Orchidaceae merupakan tanaman hias yang
mempunyai 25.000—30.000 spesies di dunia. Keindahan dan kecantikan
bunganya membuat tanaman ini disebut “Queen Of Flower“. (Kasutjianingati,
dan Rudi. 2013). Keragaman dalam morfologi bunganya ini menjadi daya tarik
bagi para ahli botani dan kolektor berabad-abad lamanya (Ferziana, 2013)
Anggrek Coelogyne asperata dikenal juga dengan sebutan anggrek
mutiara atau anggrek pisang dengan tinggi tanaman 80 cm, yang tumbuh tersebar
hampir diseluruh pulau Kalimantan (Orchids of Borneo Indonesia, 2012).
Berkembangnya sektor agribisnis di Indonesia diikuti oleh semakin
berkembangnya bisnis tanaman anggrek. Anggrek mempunyai prospek yang
cukup baik untuk diusahakan dalam dunia bisnis tanaman hias karena
mempunyai nilai jual yang tinggi dan menjanjikan keuntungan yang besar.
Salah satu masalah yang dihadapi pengusaha anggrek adalah ketersediaan
bibit anggrek botolan (Dessy, dkk. 2010). Oleh karena itu, prospek usaha
memproduksi bibit anggrek C. asperata dalam botol sangat cerah dan
menjanjikan.
Perbanyakan anggrek C. asperata secara generatif dilakukan secara in
vitro. Untuk pertumbuhan anggrek dalam botol, komposisi media buatan yang digunakan sangat menentukan kecepatan pertumbuhan protokorm dan seedling
anggrek dalam botol (Erfa, Ferziana, dan Yuriansyah. 2012).
Salah satu bahan organik yang dapat ditambahkan ke dalam media kultur
adalah air kelapa. Keuntungan menggunakan air kelapa antara lain adalah
untuk tumbuh. Menurut Admin, (2007) dalam Erfa, dkk. (2012) menyatakan air
kelapa kaya akan kalium (hingga 17%), selain itu juga mengandung gula (1,7—
2,6%), vitamin, mineral, asam amino, serta terdapat auksin, sitokinin. Selain air
kelapa, kedalam media juga ditambahkan gula sebagai pengganti sukrosa. Gula
merupakan sumber energi dalam media kultur dan dapat merangsang beberapa
jaringan (Daisy, dan Wijayanti. 1994).
Oleh karena itu, pada proyek mandiri (PM) ini dicobakan pemberian
beberapa macam kombinasi gula dan air kelapa pada media sehingga dapat
diperoleh kombinasi macam media yang baik untuk pertumbuhan eksplan anggrek
C. asperata, serta mengetahui kelayakan usahanya.
I.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Proyek Mandiri ini adalah
untuk:
1. Dapat memproduksi bibit anggrek C. asperata dalam botol dengan baik.
2. Mendapatkan media kombinasi gula dan air kelapa yang baik untuk
pertumbuhan bibit anggrek C. asperata dalam botol.
3. Untuk mengetahui kelayakan usaha bibit anggrek C. asperata dalam botol.
Khususnya kelayakan usaha media kombinasi gula dan air kelapa yang
terbaik.
2.1 Anggrek Mutiara (Coelogyne asperata)
Menurut Plantamor, (2012) klasifikasi tanaman anggrek C. asperata
adalah:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae (Suku anggrek-anggrekan)
Genus : Coelogyne
Spesies : Coelogyne asperata
C. asperata adalah jenis anggrek coelogyne dengan postur besar, berbunga cantik, dan dengan wangi yang sangat tajam. Anggrek ini dikenal juga dengan
sebutan anggrek mutiara atau anggrek pisang dengan tinggi tanaman 80 cm, yang
tumbuh tersebar hampir diseluruh pulau Kalimantan. Daerah penyebarannya
meliputi: Sulawesi, kepulauan Maluku, Kalimantan, Jawa, Sumatera, Filipina,
Papua Nugini, Malaysia, dan Kepulauan Solomon (Husni, 2014). Di ketinggian 0
—1600 meter diatas permukaan laut (mdpl) C. asperata merupakan anggrek epifit
yang tumbuh berumpun dan berakar rimpang pendek. Umbinya berbentuk bulat
panjang dengan panjang 15 c m , diameter 5,5—6 cm, beralur, dan mendukung 2
helai daun. Daunnya berbentuk lanset bulat telur sungsang, melebar dibagian
dasar umbi semu, mula-mula tegak kemudian menjuntai, panjang 30—50 cm, dan
mendukung 10—15 kuntum bunga (Sri dan Wawangningrum, 2009)
Bunga beraroma harum lembut, lebar bunga 9,5 cm, setiap kuntum
memiliki daun pelindung, berwarna coklat kekuningan, berbentuk lanset, panjang
3—3,5 c m, lebar 1—1,5 cm (Gambar 1). Kelopak dan mahkota bunga berbentuk
lanset. Kelopak tengah 3,5—4 x 1—1,2 cm, dan kelopak samping 3,5—4 x 1 cm.
Mahkota bunga sedikit lebih ramping 3,5—4 x 0.5—0,6 cm. Kelopak dan
mahkota berwarna kuning kehijauan. Bibir bunga panjang ±1 ,5 cm, lebar 0,6—
0,8 c m, berwarna dasar putih, di bagian tengahnya didominasi oleh warna merah
orange, bervariasi dengan bercak-bercak kuning ditengahnya, dan bagian tepi
ujung bibir bergelombang seperti renda-renda (Sri dan Wawangningrum, 2009)
Anggrek C. asperata dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:
Sumber: (Orchids of Borneo Indonesia. 2012)
Gambar 1. Anggrek Coelogyne asperata
2.2 Subkultur II Anggrek Dalam Teknik Kultur In Vitro
Kultur In Vitro adalah suatu metoda untuk mengisolasi bagian tanaman
kondisi aseptik pada media yang mengandung hara makro dan mikro, karbohidrat,
vitamin, asam amino, dan fitohormon (Erfa, 2015)
Subkultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman
melalui kultur jaringan. Pada dasarnya pada subkultur kita memotong, membelah
dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan
bertambah banyak. Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan yang
relatif mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan. Menurut
Reni, Gandis, dan Ayu. (2012) menyatakan bahwa subkultur dilakukan karena
beberapa alasan, yaitu : (1) Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol,
(2) Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhannya
berkurang, (3) Tanaman mulai kekurangan hara, dan (4) Media dalam botol sudah
mengering.
Kegiatan subkultur dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang
dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh yang
berbeda-beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda-beda. Tanaman
yang harus segera atau relatif cepat disubkulturkan adalah jenis pisang-pisangan,
alokasia, dan caladium. Tanaman yang relatif lama adalah aglaonema (Pelatihan,
2009 dalam Kurnia, 2014)
2.3 Peluang Pasar Bibit Coelogyne asperata
Permintaan pasar anggrek cenderung meningkat setiap tahunnya, namun
2001). Produksi tanaman anggrek di Indonesia pada tahun 2005—2009
mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kebutuhan anggrek mencapai
7.902.403, tahun 2006 naik menjadi 10.703.444, tahun 2007 9.484.393, tahun
2008 15.430.040, dan pada tahun 2009 mencapai 16.205.949 (BPS, 2010 dalam
Kasutjianingati dan Rudi 2013).
Berkembangnya sektor agribisnis di Indonesia diikuti oleh semakin
berkembangnya bisnis tanaman anggrek. Anggrek mempunyai prospek yang
cukup baik untuk diusahakan dalam dunia bisnis tanaman hias karena
mempunyai nilai jual yang tinggi dan menjanjikan keuntungan yang besar
(Dessy, dkk. 2010). Salah satu masalah yang dihadapi pengusaha anggrek
adalah ketersediaan bibit anggrek botolan (Dessy, dkk. 2010). Oleh karena itu,
prospek usaha memproduksi bibit anggrek C. asperata dalam botol sangat cerah
dan menjanjikan.
Jadi, dalam PM saya ini yang berjudul “Usaha Produksi Bibit Anggrek
Coelogyne asperata Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinsi Gula Dan Air Kelapa” untuk mendapatkan media komposisi yang baik bagi pertumbuhan bibit
anggrek C.asperata dalam botol, dan untuk mengetahui kelayakan usaha bibit
anggrek C.asperata dalam botol.
2.4 Media Tanam Kultur Jaringan
Pertumbuhan anggrek C. asperata menggunakan teknik in vitro
untuk pertumbuhan yang normal. Media kultur merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur in vitro (Yusnita, 2003).
Dengan mempertimbangkan harga yang lebih murah serta praktis pembuatannya.
Media subkultur II merupakan media pembesaran bibit dari hasil
subkultur I, yang sering juga disebut media pengakaran karena memang bertujuan
untuk menumbuhkan akar. Komposisi media subkultur II juga membutuhkan
komposisi yang dapat memacu pertumbuhan bibit dengan cepat sampai bibit siap
diaklimatisasi (Ferziana, 2013). Berbagai komposisi media kultur telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang dikulturkan.
Pupuk daun sering digunakan dalam pembuatan media kultur. Pupuk daun
mengandung dua kelompok unsur hara, yaitu unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Keuntungan menggunakan pupuk daun yaitu: (1) Pupuk daun dapat
diserap oleh tanaman sehingga hasilnya juga lebih baik, dan (2) Tanaman
kelihatan cepat menumbuhkan tunas baru (Tim Redaksi Trubus, 1993 dalam
Kurnia, 2014). Pupuk kristalon hijau mengandung komposisi N, P,dan K dengan
perbandingan 18:18:18 juga mengandung NO-N 9,8%, NH2-N 8,2%, B 0,025%,
Mo 0,004%, Cu EDTA 0,01%, Fe EDTA 0,07%, Mn EDTA 0,04% dan Zn
EDTA 0,025%. Meskipun kandungan N lebih rendah daripada Vitabloom tetapi
kristalon hijau mengandung P,dan K yang tinggi, serta unsur-unsur mikro
(Ferziana, 2013)
Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena
umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan
adalah sukrosa. Untuk itu, gula pasir yang digunakan sehari-hari dapat dipakai
karena mengandung 99,9% sukrosa. Glukosa dan fruktosa dapat digunakan,
tetapi harganya lebih mahal dan hasilnya tidak selalu lebih baik daripada sukrosa.
Konsentrasi sukrosa yang digunakan berkisar 1—5% (10—50 g-1), tetapi untuk
kebanyakan kultur sukrosa 2—3% umumnya merupakan konsentrasi yang
optimum (Yusnita, 2003)
Air kelapa merupakan salah satu diantara beberapa persenyawaan
kompleks alamiah yang sering digunakan dalam kultur jaringan untuk
perbanyakan mikro anggrek. Penggunaan air kelapa sebagai bahan organik
merupakan salah satu cara untuk menggantikan penggunaan bahan sintetis yang
dipakai dalam pembuatan media kultur, seperti kinetin. Buah kelapa mudah
diperoleh dengan harga yang lebih murah dibandingkan bahan sintetis yang sulit
didapatkan dan harganya yang relatif lebih mahal. Selain itu, keunggulan air
kelapa menyerupai bahan sintetis sitokinin sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti sitokinin (Tuhuteru, Hehanusa dan Raharjo. 2012).
Morel (1974) dan Gunawan (1995) menyatakan didalam air kelapa
mengandung hormon sitokinin 5,8 mg.l-1, auksin 0,07 mg.l-1 dan giberalin yang
dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, berfungsi sebagai
penstimulir dalam proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.
Oleh karena itu air kelapa mempunyai kemampuan besar untuk mendorong
pembelahan sel dan proses deferensiasi (Kasutjianingati dan Rudi. 2013)
Menurut Plantus (2006) dalam Meika (2012), bahwa air kelapa kaya
akan potasium (kalium) hingga17 %. Air kelapa juga mengandung gula antara
kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur
(S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam
vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin,
riboflavin, dan thiamin.
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Proyek Mandiri (PM) ini dilaksanakan pada bulan Agustus
sampai dengan Desember 2015, di laboratorium kultur jaringan Politeknik Negeri
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu cawan petri, lampu spritus, 1 set alat
tanam (scalpel dan pisau scalpel, pinset, spatula stainless), Laminar Air Flow
(LAF), cabinet, botol kultur, handsprayer, lap bersih, autoclave, pH meter, gelas
ukur, pipet ukur, pengaduk dari gelas/plastik, korek api, panci, dan kompor.
Bahan yang digunakan yaitu eksplan anggrek C. asperata, vitamin B1,
agar-agar, arang aktif, air kelapa, gula pasir, kristalon hijau, alkohol 96 %,
aquadest, spritus, larutan NaOH dan HCl, plastik, karet gelang, alumunium foil,
dan plastik wrapping.
3.3 Metode Penelitian
Produksi bibit anggrek C. asperata pada PM “Usaha Produksi Bibit
Anggrek Coelogyne asperata Dalam Botol Pada Empat Macam Kombinsi Gula
Dan Air Kelapa” ini dilaksanakan pada media dengan 4 macam kombinasi gula
dan air kelapa, yaitu:
P1 : Gula 20 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1
P2 : Gula 20 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1
P3 : Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 150 ml.l-1
P4 : Gula 30 gr.l-1 dan Air Kelapa 0 ml.l-1
Pada percobaan terdapat 4 macam kombinasi gula dan air kelapa, dengan
masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan pengamatan terhadap 6 sampel.
3.4 Pelaksanaan Percobaan
3.4.1 Sterilisasi Ruang dan Alat
Bersihkan ruang kultur dari kotoran-kotoran yang terdapat pada ruangan
dengan menyapu dan mengepel ruangan agar tidak menjadi sumber kontaminasi
dan nyaman saat digunakan. Meja dan kaca LAF ( Laminar Air Flow )
disemprotkan dengan alkohol 96%, kemudian di lap dengan tisu bersih. Menutup
Laminar Air Flow dan hidupkan lampu UV minimal 1 jam kemudian hidupkan blower. Selanjutnya mematikan lampu UV dan menghidupkan lampu kerja,
laminar siap digunakan. Peralatan dicuci dan dikeringkan sebelum digunakan,
kemudian membungkus dengan kertas dan menyusun kedalam autoclave.
Sterilisasi dilakukan selama 1 jam setelah suhu dan keadaan tercapai (suhu 1210C
dan tekanan 1,5 atm).
3.4.2 Pembuatan Media
Pupuk daun kristalon hijau ditimbang sebanyak 2 gr.l-1, gula 20 gr.l-1 atau
30 gr.l-1, arang aktif 1,3 gr.l-1, agar-agar 6,5 gr.l-1, tambahkan 1 ml.l-1 vitamin B1
dan air kelapa muda (tergantung perlakuan). Bahan yang digunakan dalam setiap
perlakuan dipisahkan pada wadah yang berbeda. Bahan untuk perlakuan satu (P1)
menggunakan gula 20 gr.l-1 dan tambahan air kelapa 150 ml.l-1 (G
20+AK150),
perlakuan dua (P2) menggunakan gula 20 gr.l-1 dan tanpa tambahan air kelapa 0
ml.l-1 (G
kelapa 150 ml.l-1 (G
30+AK150), perlakuan empat (P4) menggunakan gula 30 gr.l-1
dan tanpa tambahan air kelapa 0 ml.l-1 (G
30+AK0).
Memasukkan semua bahan ke dalam beaker glass lalu menambahkan
aquades sampai 1000 ml. Setelah semua larutan tercampur ukur pH, untuk
mengukur pH larutan gunakan pH meter, pH disesuaikan sampai 5,8. Jika terlalu
asam maka menambahkan larutan NaOH dan jika terlalu basa perlu
menambahkan larutan HCL sambil diaduk. Setelah di ukur pH memasukkan
larutan ke dalam panci untuk dimasak. Selanjutnya larutan tersebut
dipanaskan di atas kompor lalu masukkan agar-agar 6,5 gr. l-1 dan
arang aktif 1.3 gr.l-1, panaskan sampai agar-agar tersebut larut.
Larutan media dituangkan ke dalam botol kultur yang telah
disterilisasi sebelumnya dengan ketebalan media kurang lebih 1—1,5 cm.
Karena, ketebalan dapat mempengaruhi ketersedian unsur hara dalam proses
pertumbuhan tanaman terutama dalam merangsang perakaran. Botol kultur
ditutup menggunakan plastik tahan panas , kemudian diikat dengan karet
gelang. Media yang telah disiapkan kemudian disteril dalam autoclave pada suhu
1210C dan tekanan 1,5 atm selama 20 menit.
3.4.3 Subkultur II
Media disiapkan untuk penanaman eksplan anggrek C. asperata. Alat dan
bahan yang dibutuhkan untuk proses penanaman yaitu, lampu spiritus, hand
sprayer berisi alkohol 70%, kertas tisu, 2 buah pinset steril, pisau scalpel steril, dan 2 buah petridish steril. Peralatan yang akan digunakan diletakkan kedalam
laminar air flow. Kemudian lampu UV pada laminar air flow dihidupkan selama minimal 30 menit, sebelum kegiatan penanaman dilakukan. Hal tersebut
dilakukan untuk mensterilkan lingkungan kerja/laminar air flow dan menghindari
terjadinya kontaminasi dalam proses penanaman. Sebelum subkultur dilakukan
lampu UV dimatikan, dan menghidupkan lampu kerja.
Pertama siapkan eksplan anggrek yang akan di subkulturkan. Pindahkan
sebagian eksplan anggrek ke dalam cawan petridish. Sebelum itu cawan petridish
harus dalam keadaan steril dengan melakukan sterilisasi cawan terlebih dahulu,
yaitu panaskan dengan api bunsen dengan menuangkan sedikit alkohol ke cawan.
Setelah itu tunggu api pada cawan petridish padam dan dinginkan sebentar. Lalu
buka botol media dengan menggunakan pinset yang dipanaskan terlebih dahulu
pada api bunsen. Usahakan semua pekerjaan di dalam LAF dekat dengan api
bunsen untuk mengurangi kontaminasi. Panaskan bibir botol di api bunsen, lalu
tanam ekplan ke dalam botol berisi media.
Subkultur dilakukan sebanyak 10 eskplan untuk 1 botol jam, dan 20
eksplan untuk 1 botol saus. Eksplan diambil menggunakan pinset dan dikulturkan
pada media yang telah disiapkan. Pada saat subkultur posisi mulut botol selalu
pada botol lampu spritus. Mulut botol ditutup menggunakan alumunium foil yang
sebelumnya dipanaskan dengan api dilampu spritus, dilapisi plastik dan diikat
rak. Eksplan anggrek C. asperata diingkubasi selama 3—4 bulan dalam ruang
dengan suhu 250C, hingga menunjukan pertumbuhan planlet yang siap dijual.
3.4.4 Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah eksplan disubkulturkan selama 4 bulan
setelah tanam, yaitu dimana keadaan eksplan siap diaklimatisasi. Keseluruhan
yang diamati yaitu 24 botol. Parameter yang diamati antara lain: tinggi bibit
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Bibit Pada Keempat Perlakuan
Hasil yang diperoleh dari memproduksi bibit anggrek C. asperata yaitu
sebanyak 200 botol, masing-masing 100 bibit botol jam dan 100 bibit botol saus.
Untuk memproduksi 200 botol anggrek C. asperata diperlukan 8 botol eksplan
anggrek C. asperata hasil subkultur 1. Satu botol eksplan anggrek disubkulturkan
menjadi 30—40 botol subkultur II. Bibit pada media tanam subkultur II
ditanamkan 10 eksplan anggrek C. asperata, sedangkan untuk botol saus ditanam
20 eksplan anggrek. Eksplan anggrek C. asperata hasil subkultur I yang
digunakan untuk memproduksi bibit dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini:
Gambar 2. Eksplan anggrek Coelogyne asperata hasil subkultur I
Untuk memproduksi 100 bibit botol jam memerlukan waktu sebanyak 6
sedangkan untuk memproduksi 100 bibit botol saus memerlukan waktu 8 kali
penanaman data tersebut berada di lampiran (Tabel 4. Lampiran 2). Penanaman
bibit botol saus dilakukan setelah penanaman bibit pada botol jam telah selesai.
Dilihat dari hasil percobaan ternyata pertumbuhan bibit anggrek C.asperata yang
ditanam dalam botol tidak seragam, dikarenakan ada perbedaan waktu
pelaksanaan subkultur II. Sehingga bibit masih perlu dipelihara sampai ukuran
bibit siap untuk dijual dan diaklimatisasi.
Syarat bibit untuk siap dijual yaitu bibit sudah berumur 4 bulan dari
disubkulturkan, tinggi tanaman hampir memenuhi botol, dan sudah memiliki akar.
Untuk bibit botol jam yang siap jual dapat dilihat pada (Gambar 3a), dan bibit
botol jam belum siap dijual dapat dilihat pada (Gambar 3b). Sedangkan untuk
bibit botol saus yang siap jual dan belum siap dijual dapat dilihat pada (Gambar
4a) dan (Gambar 4b).
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4. Bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol saus hasil subkultur II (a) bibit anggrek siap jual (umur 4 bulan), (b) bibit anggrek belum siap jual (umur 2 bulan)
Untuk pertumbuhan bibit dilihat dari tinggi bibit (cm), lebar daun (cm),
jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) pada 4 perlakuan diperoleh data
hasil rata-rata pengamatan setiap perlakuan seperti Gambar 5 dibawah ini:
Keterangan:
P1: Gula 20 g.l-1 + Air Kelapa 150 ml.l-1
P2: Gula 20 g.l-1 + Air Kelapa 0 ml.l-1
P3: Gula 30 g.l-1 + Air Kelapa 150 ml.l-1
P4: Gula 30 g.l-1-+Air Kelapa 0 ml.l-1
Gambar 5. Grafik rata-rata tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) setiap perlakuan
Untuk lebih jelasnya lagi data pertumbuhan tinggi bibit (cm) berada pada
(Tabel 5. Lampiran 2), lebar daun (cm) berada pada (Tabel 6. Lampiran 2), jumlah
daun berada pada (Tabel 7. Lampiran 2), jumlah akar pada (Tabel 8. Lampiran 2),
dan panjang akar (cm) pada (Tabel 9. Lampiran 2). Sedangkan untuk data hasil
rata-rata pengamatan setiap perlakuan dapat dilihat pada ( Tabel 10. Lampiran 2).
Pertumbuhan rata-rata bibit pada keempat perlakuan dilihat dari Gambar 5
didapatkan bahwa untuk tinggi bibit (cm), lebar daun (cm), jumlah daun, dan
jumlah akar terbaik berada pada perlakuan 1 (Gula 20 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1),
diikuti perlakuan ke3 (Gula 20 g.l-1+Air Kelapa 0 ml.l-1), lalu perlakuan ke2 (Gula
30 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1), dan ke4 (Gula 30 g.l-1+Air Kelapa 0 ml.l-1).
Sedangkan untuk panjang akar terpanjang terdapat pada perlakuan ke3 (Gula 20
g.l-1+Air Kelapa 0 ml.l-1), diikuti perlakuan 1 (Gula 20 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1),
lalu perlakuan ke2 (Gula 30 g.l-1+Air Kelapa 150 ml.l-1), dan ke4 (Gula 30 g.l
-1+Air Kelapa 0 ml.l-1).
Dari hasil pengamatan terhadap respon tinggi bibit (cm), lebar daun (cm),
jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) menunjukkan bahwa perlakuan
pada kombinasi media yang menggunakan penambahan air kelapa 150 ml.l-1
menunjukkan respon yang lebih baik di bandingkan tanpa penambahan air kelapa
150 ml.l-1. Pernyataan ini didukung oleh Erfa, dkk. (2012) yang menyatakan
bahwa konsentrasi optimal air kelapa yang digunakan dalam medium antara 10—
15%. Karena, air kelapa kaya akan kalium (hingga 17%) selain itu juga
mengandung gula (1,7—2,6%), vitamin, mineral, asam amino, serta terdapat
auksin dan sitokinin (Admin, 2007 dalam Erfa, dkk. 2012). Untuk memperoleh
hasil yang lebih baik, kombinasi media sering digunakan penambahan air kelapa.
Pernyataan ini didukung oleh Kasutjianingati dan Rudi (2013) yang menyatakan
bahwa air kelapa 150 ml.l-1 pada media VW mampu mendorong pembentukan plb
(protocorm like bodies) sebagai calon tanaman.
Penggunaan gula 20 gr.l-1 menghasilkan respon yang baik pada tinggi bibit
(cm), lebar daun (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm) jika
didalam penambahan gula juga diberikan penambahan air kelapa 150 ml.l-1.
Pernyataan ini juga didukung oleh Widiastoety dan Purbadi (2005) yang
menyatakan bahwa pemberian air kelapa 150 ml.l-1 ditambah sukrosa 20 gr.l-1
dalam media kultur memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan protokorm
anggrek Dendrobium. Menurut Yusnita, (2003) konsentrasi sukrosa yang
digunakan berkisar 1—5% (10—50 g-1), tetapi untuk kebanyakan kultur sukrosa 2
—3% umumnya merupakan konsentrasi yang optimum. Sedangkan penambahan
sumber energi tersebut dalam jumlah yang lebih banyak justru menyebabkan
keracunan (karena jumlah gula berlebihan) (Widiastoety et al. 1995 dalam
Tuhuteru, dkk. 2012)
Selama percobaan berlangsung, faktor yang menjadi kendala utama adalah
kontaminasi yang dapat menyebabkan media perlakuan rusak dan planlet mati.
Persentasi kematian pada subkultur II ini yaitu sebesar 30%. Kontaminasi
disebabkan oleh jamur dan bakteri, akan tetapi penyebab utamanya adalah jamur
dan sangat sulit untuk mensterilkan kembali media dan planlet yang
terkontaminasi oleh jamur. Kontaminasi yang disebabkan oleh jamur mula-mula
terlihat di permukaan atau tepi media yang kontak langsung dengan dinding botol,
jika dibiarkan cendawan tersebut akan menutupi seluruh media dan planlet
anggrek (Gambar 6a). Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri terjadi langsung
pada eksplan yang ditandai dengan munculnya lendir berwarna putih keruh
disekeliling planlet (Gambar 6b)
(a) (b)
Gambar 6. Kontaminasi pada media dan eksplan (a) Kontaminasi yang disebabkan oleh jamur, (b) Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri
Selain terjadi kontaminasi eksplan juga mengalami kematian sebesar 5%
setelah disubkultur II, yaitu dimana eksplan lama-kelamaan memutih atau terjadi
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan
sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi.
4.2 Analisis Kelayakan Usaha
Meskipun banyak sekali kendala yang dihadapi dalam proyek mandiri ini,
namun produksi anggrek C. asperata masih mendapatkan keuntungan. Untuk
produksi anggrek dalam jumlah 200 botol dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Analisis usaha pembibitan anggrek Coelogyne asperata dalam botol (200 botol)
Bibit botol jam 100 Botol 25.000 2.500.000
Bibit botol saus 100 Botol 25.000 2.500.000
Total pemasukkan 5.000.000
2. Pengeluaran A. Biaya tetap
a. Sewa laboratorium 1 Periode 500.000 500.000
b. Tenaga kerja 20 HOK* 20.000 400.000
c. Biaya tak terduga 5 Bulan 20.000 100.000
Total biaya tetap 1.000.000 B. Biaya tidak tetap
a. Eksplan 8 Botol 50.000 400.000
b. Botol saus 150 Botol 1.500 225.000
c. Botol jam 150 Botol 1.500 225.000
d. Kristalon Hijau 200 Gram 15.000 15.000
e. Air kelapa 2 Buah 5.000 10.000
f. Arang aktif 250 Gram 16.250 16.250
g. VitaminB1
(GrowQuick Plus) 100 Botol (ml) 25.000 25.000 h. Alumunium foil 1 Gulung 31.000 31.000
i. Spirtus 5 Liter 10.000 50.000
j. Gula 250 Gram 12.000 3.000
k. Karet gelang 500 Gram 35000 35.000
l. Plastik (uk.12x25
cm) 2 Pack 5.000 10.000
m. Agar-agar 9 Bungkus 3.000 27.000
Total biaya tidak tetap 1.072.250
6. BEP Produksi (Biaya/harga jual) 82,89
Jadi titik impas akan tercapai apabila produksi 83 botol terjual dengan harga Rp 25.000 dan biaya produksi Rp 2.072.250
7. BEP Harga (Biaya/jumlah produksi) 10.361
Jadi titik impas akan tercapai apabila harga produk Rp. 10.361 dari 200 botol dan biaya produksi Rp 2.072.250
*Keterangan: HOK = Hari Oprasional Kerja
Dilihat dari (Tabel 1) diatas menunjukkan analisis kelayakan usaha
pembibitan anggrek C. asperata dalam botol (200 botol) dinyatakan layak.
Dengan BEP produksi sebesar 83 botol, sehingga titik impas akan tercapai apabila
jumlah produksi sebanyak 83 botol terjual dengan harga Rp 25.000,- dan total
biaya produksi Rp 2.072.200,- sedangkan BEP harga Rp 10.361,- sehingga, titik
impas akan tercapai dengan harga produk Rp 10.361,- dari 200 botol dan biaya
produksi Rp 2.072.200,-. Nilai B/C Rasio adalah perbandingan antara keuntungan
yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluaran selama satu periode. Dan
dinilai layak bila nilai lebih dari 0. Pada perhitungan B/C Rasio diperoleh nilai
1,41. Nilai R/C Rasio adalah perbandingan antara pendapatan dengan jumlah
total biaya yang dikeluarkan selama satu periode. Dinilai menguntungkan jika
nilai lebih dari satu. Pada perhitungan R/C Rasio diperoleh nilai 2,41. Sehingga
dengan modal Rp 2.072.200,- usaha memproduksi bibit botol anggrek C. asperata
memperoleh pendapatan 241 kali atau 2,41% dari biaya yang dikeluarkan, yaitu
memperoleh pendapatan Rp 5.000.000,- dan keuntungan Rp
Perbedaan hasil analisis usaha 200 botol untuk komposisi setiap perlakuan
pun berbeda (Tabel 2) sedangkan rinci analisis data tersebut dapat dilihat pada
lampiran (Tabel 11. Lampiran 3)
pendapatan (Rp) 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
2 Total
pengeluaran (Rp)
2.071.750 2.061.750 2.072.250 2.062.250
3 Keuntungan
(Rp) 2.928.250 2.938.250 2.927.750 2.937.750
4 B/C ratio 1.413 1,425 1,412 1,424
Untuk usaha produksi bibit anggrek C. asperata yang baik dilihat dari
keuntungan dan pertumbuhan yang baik yaitu terdapat pada media dengan
kombinasi gula 20 g.l-1+air kelapa 150 ml.l-1. Karena, dilihat dari pertumbuhan
(cm), dengan Dengan R/C Rasio 2,413 dan B/C Rasio yang dihasilkan yaitu
1,413, yaitu dengan modal Rp2.071.750 menghasilkan uang sebesar
Rp.5.000.000, dari harga bibit anggrek C.asperata per botol nya Rp. 25.000. Jadi
usaha ini mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2.928.250,00. Berarti usaha ini
layak untuk dijalankan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari usaha produksi bibit anggrek mutiara Coelogyne asperata dalam
botol pada 4 macam kombinasi gula dan air kelapa dapat disimpulkan:
1. Produksi bibit anggrek C.asperata sebanyak 200 botol dengan
masing-masing 100 bibit botol jam dan 100 bibit botol saus menunjukkan hasil
yang baik dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman (cm), lebar daun (cm),
jumlah daun, jumlah akar, dan panjang akar (cm).
2. Kombinasi perlakuan yang terbaik bagi pertumbuhan anggrek C.asperata
adalah gula 20 gr.l-1 dan air kelapa 150 ml.l-1.
3. Usaha produksi bibit anggrek C. asperata pada keempat perlakuan
kombinasi gula dan air kelapa layak diusahakan. Nilai B/C Rasio
5.2 Saran
Dalam usaha memproduksi bibit anggrek C. asperata dengan teknik kultur
in vitro ini harus memperhatikan dan menjaga kondisi steril dalam kegiatan subkultur baik tempat, eksplan, alat yang digunakan, media, dan bahkan
pelaksanaannya. Untuk mendapatkan produksi bibit dalam botol maupun
keuntungan yang maksimal maka sebaiknya menggunakan tenaga yang terampil
untuk menekan kerugian akibat kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Daisy Prapto.S.H dan Ari Wijayanti. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.
Dessy Hendriyanti, Antrasita, E.U., Harkingto, Lusia, A.W.B., Winesty, D.N. 2010. Wirausaha Tanaman Anggrek Secara Kultur Jaringan. PKMK-2-10-1. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Erfa, L. 2015. Buku Panduan Praktikum Kultur Jaringan II. Bandar Lampung. Politeknik Negeri Lampung.
Erfa, L, Ferziana, dan Yuriansyah. 2012. Pengaruh formulasi media dan konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan protokorm anggrek
phalaenopsis in vitro.
http:// jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/download/41/33.
Ferziana. 2013. Pengaruh Pupuk Daun dan Arang Aktif pada Media Subkultur II
terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Phalaenopsis.
http:// jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/download/9/2 .
Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro Dalam Hortikultura. Penebar Swadaya: Jakarta.
Kasutjianingati, dan Rudi Irawan. 2013. Media Alternatif Perbanyakan In Vitro Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Jurnal Agrotekno.Departemen Produksi Pertanian.Politeknik Negeri.Jember. Vol 3.No.3Hal 184-189
Kurnia, Defriza. 2014. Usaha bibit anggrek hitam (coelogyne pandurata) Pada empat macam kombinasi media sub kultur II. Proyek Usaha mandiri. Politeknik Negeri Lampung
Meika, M.A. 2012. Pengaruh Pemberian Larutan Air Kelapa (Cocos nucifera) Dengan Penambahan Larutan GulaTerhadap Kesegaran Bunga Mawar potong (Rosa hybrida). Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Morel, G.M. 1974. Clonal Multiplication of Orchid. The Orchid Scientific Studies. Wiley-Interscience Publication. John Wileyand Sons, New York. Orchids of Borneo Indonesia. 2012. Coelogyne asperata L.
Sri.H., dan H. Wawangningrum.2009. Coelogyne spp Dan Cymbidium spp Di Cagar Alam Gunung Sago Sumatera Barat. Peran Biosistimatika. Purwokerto.
Tuhuteru, S., M.L. Hehanusa., dan S.H.T. Raharjo, 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In vitro Dengan beberapa Konsentrasi Air kelapa. Agrologia. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. Vol.1, No.1. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Pattimura. Ambon. Hal 1-12.
Widiastoety, 2010. Potensi Anggrek Phalaenopsis dalam Meningkatkan Varitas dan kualitas anggrek bunga potong. http://pustaka.litbang.deptan .go.id Widiastoety, dan Purbadi, Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek
Dendrobium.J.Hort.Vol.15.No. 1 (2005) 18-21
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan, Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 1. Waktu penanaman
Tabel 3. Waktu penanaman bibit anggrek Coelogyne asperata untuk 100 botol jam
Jumlah Keseluruhan 150 50 100
Tabel 4. Waktu penanaman bibit anggrek Coelogyne asperata untuk 100 botol saus
1 Senin, 19-10-2015 Produksi 15 6 9
2 Sabtu, 14-11-2015 Produksi 15 5 10
3 Sabru, 21-11-2015 Produksi 15 4 11
4 Selasa, 24-11-2015 Produksi 15 5 10
5 Kamis, 31-12-2015 Produksi 20 8 12
6 Minggu, 03-01-2016 Produksi 20 8 12
8 Minggu, 17-01-2016 Produksi 25 7 18
Jumlah Keseluruhan 150 50 100
Lampiran 2. Data hasil pengamatan
Tabel 5. Data hasil pengamatan tinggi bibit (cm) anggrek Coelogyne asperata
PERLAKUA
Tabel 6. Data hasil pengamatan lebar daun (cm) anggrek Coelogyne asperata
PERLAKUA
Tabel 7. Data hasil pengamatan jumlah daun anggrek Coelogyne asperata
PERLAKUA
Tabel 8. Data hasil pengamatan jumlah akar anggrek Coelogyne asperata
Tabel 9. Data hasil pengamatan panjang akar (cm) anggrek Coelogyne asperata
Tabel 10. Data hasil rata-rata pengamatan setiap perlakuan
PERLAKUA
Lampiran 3. Analisis usaha bibit anggrek Coelogyne asperata
Tabel 11. Analisis usaha perlakuan media bibit anggrek Coelogyne asperata dalam botol pada 4 komposisi media (200 botol)
No. Uraian Volume Satuan Harga satuan (Rp)
P1 1. Pemasukan
Bibit botol jam 100 Botol 25.000 2.500.000
Bibit botol saus 100 Botol 25.000 2.500.000
Total Pemasukan 200 Botol 25.000 5.000.000
2. Pengeluaran
29
A. Biaya tetap
a. Sewa laboratorium 1 periode 500.000 500.000
b. Tenaga kerja 20 HOK* 20.000 400.000
c. Biaya tak terduga 5 Bulan 20.000 100.000
Total biaya tetap 1.000.000
B. Biaya tidak tetap
a. Eksplan 8 Botol 50.000 400.000
b. Botol saus 150 Botol 1.500 225.000
c. Botol jam 150 Botol 1.500 225.000
d. Kristalon Hijau 200 Gram 15.000 15.000
e. Air kelapa 2 Buah 5.000 10.000
Tabel 11. (Lanjutan)
No. Uraian Volume Satuan Harga satuan (Rp)
P1 P2
f. Arang aktif 250 gram 16.250 16.250 16.250
g. Vitamin B1
(Grow Quick Plus) 100 Botol (ml) 25.000 25.000 25.000
h. Alumunium foil 1 Gulung 31.000 31.000 31.000
i. Spirtus 5 Liter 10.000 50.000 50.000
j. Gula 250 Gram 12.000 2.500 2.500
k. Karet gelang 500 Gram 35000 35.000 35.000
l. Plastik (uk. 12x25 cm) 2 Pack 5.000 10.000 10.000
m. Agar-agar 9 Bungkus 3.000 27.000 27.000
Total biaya tidak tetap 1.071.750 1.061.750
Total pengeluaran 2.071.750 2.061.750
3. Keuntungan 2.928.250 2.938.250
4. B/C Rasio(Keuntungan/biaya) 1,413 1,425
5. R/C Rasio
(Pendapatan/biaya) 2,413 2,425
6. BEP Produksi (Biaya/harga jual) 83 82
7. BEP Harga produksi) (Biaya/jumlah 10.359 10.309 Keterangan : HOK = Hari Operasional Kerja