• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN

MOTIVASI BERPRESTASI

SKRIPSI

Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi

Disusun oleh : Zhaifa Kharisia Equata

G 0106018

Pembimbing :

1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi

2. Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak pernah

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat

hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya

dicabut.

Surakarta, Juli 2012

Zhaifa Kharisia Equata

(5)

v MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al Insyirah : 5-6)

Banyak orang-orang mencapai sukses berkat banyaknya kesulitan dan kesukaran yang mesti mereka hadapi.

(Burn)

Percaya pada diri sendiri adalah rahasia utama untuk mencapai sukses.

(Emerson)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

Papa Kangko B Prasetyo dan Mama Endang Tri Lestari selaku kedua orang tua tercinta serta adik-adik Gezha Icsvanditra dan Arinta Kamesjwara atas dukungan yang tiada habisnya

Semua yang telah memberikan pelajaran dalam hidup saya

Almamater saya

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat

memperoleh gelar sarjana Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Butuh waktu yang tidak sebentar untuk dapat menyelesaikan karya ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan,

bantuan, bimbingan dan dorongan semua pihak. Oleh karena itu penulis

menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan bimbingan serta arahan selama menempuh studi di UNS.

3. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi., selaku Koordinator Skripsi Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M.Psi., selaku Pembimbing Utama dan Ibu Tri

Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si., selaku Pembimbing Pendamping, yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, serta masukan yang

sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Suci Murti Karini, M.Si., selaku Penguji I dan Bapak H. Arista Adi

Nugroho, S.Psi, M.M., selaku Penguji II yang telah bersedia memberikan saran

(8)

viii

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret yang

telah memberikan banyak bekal dan ilmu pengalaman sangat berharga.

7. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan Program Studi Psikologi Universitas

Sebelas Maret yang telah membantu kelancaran studi penulis.

8. Sabuem Nim Ali, Sabeum Nim Bangun, Sabeum Nim Adit, Sabeum Nim Munif,

selaku Pengurus dan Pelatih Taekwondo Kota Surakarta.

9. Atlet Taekwondo junior Kota Surakarta selaku subjek penelitian, yang telah

bersedia membantu dalam pengumpulan data penelitian.

10. Sahabat-sahabatku di Psikologi : Sheila, Arfi, Rika, Indri, Rasty, Burhan, Pre,

Wildan, Aminah, Ayu, Uwie, Nina, Aza, dan Vera, yang telah banyak membantu

dalam diskusi serta memberikan keceriaan, dukungan, dan kebersamaan yang

indah.

11. Keluarga UKM Taekwondo UNS dan Indonesian Dragon Taekwondo

Demonstration Team.

12.

ahabat-sahabatku Mbak Ida, Mbak Dian, Mbak Andi’, Indah, Iras, Tya, Niar,

Linda, Mas Ade, Mas Eko yang selalu memberi semangat dan mendoakanku.

Semoga Allah SWT memberikan karunia yang melimpah kepada kita semua

dan semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, Juli 2012

(9)

ix

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ATLET TAEKWONDO JUNIOR PADA PROGRAM LATIHAN DENGAN

MOTIVASI BERPRESTASI Zhaifa Kharisia Equata

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya. Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan adalah penilaian, penafsiran dan pandangan atlet junior terhadap pelaksanaan pedoman latihan yang telah direncanakan oleh pelatih. Atlet junior yang pernah mengalami kegagalan saat bertanding, pada kejuaraan selanjutnya akan mengalami kondisi bahwa atlet takut gagal lagi. Adanya dukungan dari pengurus, pelatih serta teman-teman latihan akan menambah semangat serta motivasi atlet, maka ketakutan akan kegagalan berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi. Penelitian ini menggunakan studi populasi pada atlet taekwondo junior Kota Surakarta dengan jumlah sampel 50 responden. Ciri-ciri populasi pada penelitian ini meliputi atlet junior usia 13-18tahun, merupakan atlet taekwondo Kota Surakarta, dan aktif mengikuti latihan. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan validitas 0,302 – 0,886 serta reliabilitas 0,949 dan Skala Motivasi Berprestasi dengan validitas 0,452 – 0,873 serta reliabilitas 0,962. Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment Pearson.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan uji Korelasi Product Moment, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,531; p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior. Semakin positif persepsi pada program latihan, maka akan semakin tinggi motivasi berprestasi pada atlet taekwondo junior. Kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasinya sebesar 28,2%.

Kata kunci: persepsi pada program latihan, motivasi berprestasi, atlet taekwondo junior

(10)

x

THE RELATIONSHIP BETWEEN PERCEPTION OF JUNIOR TAEKWONDO ATHLETES IN TRAINING PROGRAM WITH

ACHIEVEMENT MOTIVATION Zhaifa Kharisia Equata

Psychology Department, Medical Faculty Sebelas Maret University

ABSTRACT

Achievement motivation is the drive to do something to get better or more efficiently than ever. The perception of junior taekwondo athletes in training program evaluation, interpretation and views on the implementation of junior athletes training manuals that have been planned by the coach. Junior athletes who have experienced failure during a match, the next championship will have a condition that athletes are afraid to fail again. The support of administrators, coaches and friends will add to the spirit of training and motivation of athletes, the fear of failure is reduced. The purpose of this research was to determine the connection between perception of junior taekwondo athletes in the training program with achievement motivation.

This study uses a population study in junior taekwondo athlete Surakarta with a sample of 50 respondents. Characteristic feature of the population in this study included junior athletes aged 13-18 years, the city of Surakarta taekwondo athleteand active training. Data collection tool used is the scale on the perception of junior taekwondo athlete training program in 0302 to 0.886 validity and reliability of 0.949 and the validity of the achievement motivation scale from 0.452 to 0.873 and 0.962 reliabilities. Analysis of data using correlation technique

product moment Pearson.

Based on data analysis by Product Moment Correlation test, value of the correlation coefficient (r) of 0.531:p = 0.000 (p <0.05) means that there is a significant positive relationship between the perception of junior taekwondo athletes in training program with achievement motivation in junior taekwondo athletes. The more positive perception in training program, so will be higher the achievement motivation in junior taekwondo athletes. Contribution perception junior taekwondo athletes in training program their achievement motivation by 28.2%.

Keywords: Perception in training programs, motivation achievement, junior taekwondo athletes.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….... iii

B.Perumusan Masalah ………... 8

C.Tujuan Penelitian...….………... 8

D.Manfaat Penelitian ………..………...…………..…. 9

E. Manfaat Teoritis ... 9

F. Manfaat Praktis ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ……….. 10

A.Motivasi Berprestasi ………... 10

1. Pengertian Motivasi Berprestasi .………... 10

2. Ciri-ciri Motivasi berprestasi ...... 11

3. Aspek Motivasi Berprestasi ………... 13

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi……... 17

B.Persepsi Atlet taekwondo Junior pada Program Latihan………... 19

(12)

xii

Latihan………...

a. Pengertian Persepsi ... 19

b. Program Latihan ... 20

c. Persepsi Atlet taekwondo Junior pada Program Latihan... 30 2. Aspek Persepsi terhadap Program Latihan ………. 32

C.Hubungan Antara Persepsi Atlet taekwondo Junior terhadap Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi... 37

D.Kerangka Pemikiran...………... 40

E. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN…………..………... 42

A. Identifikasi Variabel Penelitian. ..………... 42

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian..……….. 42

C.Populasi dan Sampel ………... 43

E. Validitas dan Reliabilitas………. 49

F. Teknik analisis data ....………..………... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 52

A.Persiapan Penelitian ……… 52

1. Orientasi Kancah Penelitian ……….. 52

2. Persiapan Penelitian ……….. 54

3. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian ……….. 55

4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ……… 56

5. Distribusi Ulang Alat Ukur Penelitian ………. 59

B.Pelaksanaan Penelitian ……… 61

1. Penentuan Sampel Penelitian ………. 61

(13)

xiii

3. Pelaksanaan Skoring ……….. 61

C.Analisis Data ………... 62

1. Uji Asumsi Dasar ……… 62

a. Uji Normalitas ……….. 62

b. Uji Linieritas ………. 63

2. Uji Hipotesis ………... 64

3. Kontribusi persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan terhadap motivasi berprestasi ……… 65 4. Analisis Deskriptif ………. 66

D.Pembahasan ……… 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 77

A. Kesimpulan ………. 77

B. Saran ………... 78

DAFTAR PUSTAKA ……….... 79

LAMPIRAN ………... 83

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Aspek Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan... 35

Tabel 2. Penilaian Pernyataan Favourable dan Pertanyaan Unfavourable.. 46

Tabel 3. Blueprint Skala Motivasi Berprestasi ... 47

Tabel 4. Blueprint Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan ... 48 Tabel 5. Nama dojang(tempat latihan Taekwondo) di Surakarta………... 53

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi yang Valid dan Gugur ……… 57 Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihanyang Valid dan Gugur ………... 58 Tabel 8. Distribusi Ulang Aitem Skala Motivasi Berprestasi ……… 59

Tabel 9. Distribusi Ulang Aitem Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan ……… 60 Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ………. 62

Tabel 11. Hasil Uji Linieritas ……… 64

Tabel 12. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson Correlations……….. 64

Tabel 13. Kontribusi Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan terhadap Motivasi Berprestasi ……….. 66 Tabel 14. Hasil Analisis Deskriptif ………... 66

Tabel 15. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian ……… 67

Tabel 16. Deskripsi Subjek Berdasar Jenis Kelamin ……….. 69

Tabel 17. Deskripsi Subjek Berdasar Usia ……… 70

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Persepsi Atlet

Taekwondo Junior pada Program Latihan dengan Motivasi

Berprestasi ... 40

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Alat Ukur Penelitian.………. 84

1. Alat Ukur Penelitian Sebelum Uji Coba……… 85

2. Alat ukur Penelitian Setelah Uji Coba..………...………….. 91

Lampiran B Data Uji Coba dan Penelitian Alat Ukur Penelitian………….. 97

1. Data Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi……… 98

2. Data Uji Coba Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan ……….. 100 3. Data Penelitian Skala Motivasi Berprestasi ……….. 101

4. Data Penelitian Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan ……….. 103 Lampiran C Uji Daya Beda dan Reliabilitas Aitem.……… 105

1. Skala Motivasi Berprestasi………. 106

2. Skala Persepsi Atlet Taekwondo Junior Pada Program Latihan……….. 108 Lampiran D Analisis Data Penelitian.……… 110

1. Hasil Uji Normalitas ……...………..……….. 111

2. Hasil Uji Linieritas….……… 111

3. Hasil Deskripsi Statistik……....………. 111

4. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson………..….. 112

5. Hasil Analisis Koefisien Determinan (R square)………….. 112

6. Kategorisasi Nilai Berdasar Skor Skala Penelitian….…… 113 7. Hasil Deskripsi Subjek Berdasar Jenis Kelamin dan Usia… 115 Lampiran E Surat Ijin dan Keterangan Penelitian……….. 119

Lampiran F Dokumentasi Penelitan dan Piagam Penghargaan Atlet…….... 121

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Taekwondo merupakan olahraga bela diri modern yang berakar pada bela

diri tradisional Korea, olahraga bela diri ini berasal dari Korea. Taekwondo berarti

seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri dengan menggunakan teknik

kaki dan tangan kosong. Selain sebagai olahraga seni bela diri, Taekwondo juga

menjadi olahraga prestasi yang resmi dipertandingkan pada Pekan Olahraga

Nasional (PON XI) 1985, Olmpyc Games 1992, Asian Games, SEA Games, dan

Olimpiade Sydney 2000 (Suryadi, 2002).

Setiap kejuaraan dunia yang diikuti kemampuan para atlet tidak diragukan

lagi, meskipun dari berbagai negara memberikan perlawanan sengit terhadap atlet

Korea. Atlet-atlet taekwondo dari negara ginseng Korea menjadi juara umum

dalam Kejuaraan 10th World University Championship Taekwondo 2008 di

Beograd, Serbia (Wongso, 2009). Sedangkan di Indonesia, selain PON (Pekan

Olahraga Nasional), kejuaraan nasional dan kejuaraan daerah resmi

dipertandingkan. Beberapa waktu lalu diadakan seleksi atlet untuk bisa lolos PON

di Riau 2012. Kejuaraan PRA PON XVIII di Pekanbaru, Riau bulan Desember

2011, menunjukkan persaingan antar atlet dari berbagai propinsi sangat ketat

(Hidayat, 2011). Kemampuan para atlet merata, namun propinsi Jawa Barat

meraih emas terbanyak di ajang tersebut, disusul DKI Jakarta menempati urutan

(18)

Junior Korean Ambassador Cup 2011, Jawa Tengah mampu meraih keberhasilan

menjadi juara umum dengan perolehan medali 12 emas 4 perak dan 4 perunggu

(Hidayat, 2011).

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional Pasal 21 Ayat 5, pembinaan dan pengembangan

keolahragaan dilaksanakan melalui tahap pengenalan olahraga, pemantauan,

pemanduan, serta pengembangan bakat dan peningkatan prestasi. Kementerian

Negara Pemuda dan Olahraga, berupaya melakukan pembinaan olahraga secara

berjenjang. Pembinaan Taekwondo dilakukan dengan suatu kompetisi atau

kejuaraan di Indonesia yang merupakan tolok ukur dari keberhasilan atlet

Taekwondo. Kyorugi sebagai teknik serangan dan bertahan dari lawan tanding

yang digunakan saat kompetisi atau kejuaraan.

Penjaringan bibit-bibit atlet dimulai sejak dini, dalam olahraga Taekwondo

di setiap kejuaraan atau kompetisi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pra junior

(kelompok usia dibawah 13 tahun), junior (kelompok usia 13-18 tahun), dan

senior (kelompok usia diatas 18 tahun) (Suryadi, 2002). Atlet-atlet kelompok

junior nantinya akan menggantikan posisi atlet senior. Nurjaya (2009)

menambahkan, atlet-atlet junior pada umumnya memiliki karakteristik masa

pubertas, mudah goyah, dan meninggalkan olahraga untuk pindah ke bidang lain.

Adanya karakteristik tersebut, atlet junior nantinya dibina secara terus menerus

oleh pelatih.

Keinginan atlet junior bersumber pada kebutuhan masing-masing atlet.

Masing-masing atlet junior meletakkan titik berat yang berlainan mengenai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(19)

kebutuhan dan keinginan atlet itu sendiri. Apabila keinginan dan kebutuhan

tersebut tidak dapat dicapai, atlet akan berusaha mencapainya dengan berlatih

keras serta mengikuti berbagai kompetisi, dan di sini dimulai karir seseorang

sebagai atlet. Kebutuhan tersebut oleh McClelland (1987) dikenal dengan istilah

need for achievement atau motivasi berprestasi.

McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievement) atau

motivasi berprestasi yaitu kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi. Motivasi

berprestasi ditemukan pada pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu

yang baik, lebih baik dari sebelumnya dan lebih efisisien. Adanya motivasi

berprestasi yang dimiliki oleh kebanyakan orang, khususnya atlet junior, dapat

menunjang keberhasilan atlet junior di setiap performa saat bertanding.

Gill (dalam Satiadarma, 2000) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi

adalah orientasi seorang atlet untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin

dengan dasar kemampuan tetap bertahan sekalipun gagal, dan berupaya

menyelesaikan tugas sebaik-baiknya karena merasa bangga mampu

menyelesaikan tugas. Pandangan yang sama dikemukakan oleh Murray (dalam

Satiadarma, 2000) bahwa motivasi adalah upaya seseorang untuk menguasai

tugas, mencapai hasil maksimum, mengatasi rintangan memiliki kinerja lebih baik

dari orang lain, dan bangga terhadap kemampuan yang dimiliki.

Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah faktor

internal, faktor yang berasal dari dalam diri individu (Walgito, 2003).

Karakteristik atlet junior yang dinilai mudah goyah, akan merasa mudah puas

(20)

berlatih maupun saat menghadapi pertandingan, dan target hasil sebagai tugas

yang diterima akan dianggap beban berat. Namun, apabila atlet junior terus

menanamkan motivasi berprestasi dalam diri atlet, karakter yang mudah goyah

tersebut akan hilang. Atlet akan rajin dan tekun berlatih, selalu berusaha mencapai

hasil yang lebih baik, serta tidak mudah puas dengan hasil yang telah atlet capai.

Jumlah atlet taekwondo di Indonesia 10% hingga 15% dari jumlah seluruh

masyarakat yang mengikuti taekwondo (Suryadi, 2002). Perbandingan jumlah

atlet dari tiap daerah atau cabang tidak terlalu jauh, misal antara atlet cabang Kota

Surakarta dengan cabang Kabupaten Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, dan

Klaten. Jumlah atlet yang mengikuti kompetisi atau kejuaraan taekwondo junior

dan pra junior di UNS Surakarta lalu, total atlet dari cabang Kota Surakarta

berjumlah 126 atlet, Sukoharjo 77 atlet, Karanganyar 52 atlet, Boyolali 21 atlet,

dan Klaten 10 atlet (Hidayat, 2011).

Diharapkan semua atlet junior di setiap dojang memiliki motivasi

berprestasi tinggi. Hal ini karena motivasi berprestasi dapat berfungsi sebagai

sarana untuk meningkatkan kemajuan dan pengembangan atlet maupun dojang

atau klub. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh McClelland (1987),

motivasi berprestasi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai (1) energizer,

yakni motor penggerak yang mendorong individu untuk berbuat sesuatu, (2)

directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin dicapai,

(3) patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan secara serasi guna mencapai tujuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(21)

Motivasi berprestasi diharapkan akan meningkat jika atlet junior memiliki

persepsi yang positif terhadap program latihan. Oleh sebab itu, pelatih dituntut

agar dapat menyusun dan merencanakan program latihan sesuai porsi atlet junior

dan komposisi lebih menarik. Adanya program latihan yang terencana baik dari

pelatih untuk atlet junior, maka terbuka peluang bagi atlet junior untuk

meningkatkan motivasi berprestasi.

Harapan untuk memiliki motivasi berprestasi tinggi tidak semua terlaksana

dengan baik, hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Dapat

dikatakan dalam olahraga tidak hanya ditanamkan aspek fisik dan psikis saja,

tetapi juga sikap mental. Ini berarti bahwa faktor tersebut akan mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap segala respon dan perilaku yang ditampilkan

(Maksum, 2007).

Seperti yang dikatakan oleh Fishbein dan Ajzen (dalam

Sarwono&Meinarno, 2009) bahwa sikap mempengaruhi perilaku seseorang,

norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku. Persepsi kontrol perilaku

menunjukkan cara pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu

yang nantinya berpengaruh pada niat maupun perilaku tersebut. Atlet selalu ingin

meraih keberhasilan di setiap kompetisi yang diikuti. Keberhasilan memiliki nilai

yang dihargai tinggi oleh atlet, dan nilai tersebut dikehendaki oleh keluarga,

teman-teman serta pelatih. Akan tetapi prediksi mengenai keberhasilan dapat

mengalami kekeliruan jika persepsi atlet mengenai kemampuan atlet tersebut tidak

diperhatikan. Oleh sebab itu, pihak pelatih menerapkan program latihan yang

(22)

tepat supaya atlet dapat mengukur kemampuan sekaligus meningkatkan

kemampuan saat bertanding.

Menurut Mulyasa (2007), salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi adalah faktor psikologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan

kondisi psikis individu. Seorang atlet mempersepsikan program latihan

dipengaruhi oleh pemahaman tentang program latihan. Suranto (dalam Suharnan,

2005) menambahkan persepsi antara atlet junior satu dengan yang lain menjadi

berbeda walaupun dalam kejadian atau kondisi maupun situasi sama, disebabkan

karena beberapa faktor antara lain luasnya pengetahuan, tingkat pendidikan, dan

pengalaman atlet junior itu sendiri.

Program latihan yang akan diberikan seorang pelatih akan dipersepsi oleh

atlet. Menurut Maclin dan Solso (2007), persepsi adalah suatu proses penggunaan

pengetahuan (tersimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan

menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan

hidung. Definisi lain dikemukakan oleh Walgito (1989) bahwa persepsi merupakan

suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat reseptornya.

Rakhmat (2009) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang

objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Melalui berbagai pengalaman dan peristiwa

yang dialami atlet, maka atlet dapat memaknai dan memahami bagaimana

program latihan yang diberikan oleh pelatih bermanfaat baginya. Begitu pula atlet

taekwondo junior, dari pengalaman berlatih antara pelatih satu dengan lainnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(23)

yang memiliki ciri atau khas masing-masing akan diserap dan dipahami atlet.

Adanya peningkatan mengenai perkembangan dan metode baru setiap tahunnya

dalam program latihan taekwondo serta membekali atlet dengan

pengetahuan-pengetahuan olahraga sangat bermanfaat untuk atlet, sebab atlet dapat

memperbaiki kesalahannya secara bertahap.

Marro (dalam Wijanarko, 2009) menjelaskan program latihan merupakan

suatu pedoman mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang ditempuh untuk

mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Melalui persepsi ini atlet

akan memberikan pemaknaan tersendiri terhadap program latihan dari pelatih,

pemaknaan tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Sama halnya dengan

seorang siswa atau pelajar yang memiliki persepsi mengenai program belajar

mengajar oleh guru. Seorang atlet dapat dikatakan juga seorang siswa, perbedaan

antara keduanya adalah atlet berprestasi di dunia olahraga yang bersifat non

akademik, sedangkan siswa berprestasi di dunia pendidikan atau bersifat

akademik.

Pada penelitian Nugrahani (2010) menyebutkan persepsi siswa terhadap

tugas akademik mempengaruhi motivasi belajar siswa. Tugas akan dirasa

berharga bagi siswa dan dinilai positif ketika tugas tersebut dapat mendukung

kesuksesan yang ingin diraihnya. Demikian juga dalam taekwondo, seorang

pelatih memberikan tugas kepada atlet berupa latihan strategi saat menghadapi

lawan sparing maupun bertanding mempengaruhi motivasi atlet. Strategi tersebut

penting dan berharga untuk atlet di setiap performanya, sebab dengan strategi

(24)

Persepsi atlet junior pada program latihan merupakan penilaian dan

penginterpretasian atlet terhadap latihan yang diterimanya. Untuk menciptakan

program latihan tentu harus didukung oleh penyediaan fasilitas, sarana dan

prasarana latihan yang memadai. Dibuatnya suatu program latihan di

tempat-tempat latihan dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas

pelatihan serta menghasilkan atlet yang berkualitas.

Dari berbagai harapan dan fakta diatas atlet diharapkan dapat memiliki

persepsi yang positif terhadap program latihan dan menambah motivasi untuk

berprestasi, sehingga memiliki komitmen serta semangat juang dalam

merealisasikan tekadnya menjadi atlet, kedepannya pun atlet dapat mencapai hasil

prestasi secara optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang “Hubungan antara Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada

Program Latihan dengan Motivasi Berprestasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diuraikan perumusan masalah

sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan antara persepsi atlet taekwondo

junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara persepsi atlet

taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(25)

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas dunia ilmu

pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi. Khususnya psikologi sosial dan

psikologi olahraga.

b. Penelitian ini memperkaya bukti empirik tentang hubungan antara persepsi

atlet taekwondo junior pada program latihan dengan motivasi berprestasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pelatih

Penelitian ini memberikan gambaran psikologis dan bahan tambahan dalam

mengetahui persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan dengan

motivasi berprestasi atlet.

b. Bagi Atlet

Memberikan pemahaman mengenai kondisi atlet junior terkait hal-hal yang

mempengaruhi motivasi berprestasi, sehingga motivasi berprestasi dapat

ditingkatkan.

(26)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi

McClelland (1987), menggunakan istilah n-Ach (need for achievment) atau

motivasi berprestasi yaitu dorongan untuk mengerjakan sesuatu supaya menjadi

lebih baik atau lebih efisien dari sebelumnya. Oleh sebab itu, motivasi berprestasi

akan mendorong seseorang untuk mengembangkan dan mengerahkan segenap

kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi semaksimal

mungkin. Keberhasilan menjadi tujuan seseorang, agar kemampuan yang telah

dikerahkan dalam mengerjakan sesuatu tidak mengalami kegagalan.

Santrock (dalam Sobur, 2003) merumuskan bahwa motivasi berprestasi

adalah suatu dorongan untuk menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai sebuah

standar keunggulan dan mencurahkan usaha atau upaya untuk mengungguli.

Individu seperti ini menyenangi tugas-tugas yang menantang tanggung jawab

secara pribadi dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif

produktifnya. Individu yang menyukai tugas-tugas menantang membawa diri

individu untuk menjadi dewasa, sebab individu tersebut memiliki tanggung jawab

besar pada tugas-tugas.

Dwivedi dan Herbert (dalam Asnawi, 2002) mengartikan motivasi berprestasi

sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan pada ukuran

keunggulan dibanding standard diri sendiri maupun orang lain. Motivasi berprestasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(27)

berhubungan dengan kemampuan mengatasi rintangan dan memelihara semangat

kerja yang tinggi, bersaing melalui usaha yang keras untuk mengungguli orang

lain. Semangat tinggi dan memiliki kemampuan mengatasi segala rintangan,

membuat seseorang ingin bersaing agar usaha yang telah dilakukan dapat

mengungguli orang lain serta mendapat pengakuan.

Gill (dalam Satiadarma, 2000) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi

adalah orientasi seorang atlet untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin

dengan dasar kemampuan tetap bertahan sekalipun gagal, dan berupaya

menyelesaikan tugas sebaik-baiknya karena merasa bangga mampu

menyelesaikan tugas.

Seseorang yang memiliki kebutuhan atau n-Ach dapat meningkatkan

performance, sehingga dengan demikian akan terlihat tentang kemampuan

berprestasinya (Walgito, 2003).

Berdasarkan uraian diatas motivasi berprestasi adalah dorongan untuk

mengerjakan sesuatu supaya menjadi lebih baik atau lebih efisien dari

sebelumnya.

2. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempunyai

n-achievement tinggi akan mempunyai performance yang lebih baik apabila

dibandingkan dengan orang yang mempunyai n-achievement rendah (Walgito,

2003). Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sebagai

berikut:

(28)

a. Selalu bekerja keras dan tangguh, serta tidak mudah putus asa.

b. Berorientasi kemasa depan dan menyenangi tugas.

c. Menyukai balikan yang cepat dan efisien.

d. Bertanggung jawab dalam memecahkan masalah

e. Efektif dan efisien dalam usahanya mencapai tujuan

f. Memilih tugas yang ada tantangan dan menurut kemampuannya.

Mc. Clelland (1987) menyebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi

berprestasi tinggi adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan dengan hasil yang

sebaik-baiknya

b. Memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang besar, mampu bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri dan menentukan masa depannya, sehingga apa yang

dicita-citakan berhasil dicapai

c. Mempergunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif

guna mencapai prestasi, kegagalan-kegagalan yang dialami tidak membuatnya

putus asa, melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil

d. Cenderung mengambil resiko “sedang”, dalam arti tindakan-tindakannya sesuai

dengan batas kemampuan yang dimilikinya

e. Cenderung bertindak secara kreatif dan inovatif

f. Menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui ciri-ciri individu yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi adalah mempunyai perasaan kuat untuk mencapai

tujuan, memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang besar, mempergunakan umpan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(29)

balik untuk menentukan tindakan yang lebih efektif, cenderung mengambil resiko

“sedang”, cenderung bertindak secara kreatif dan inovatif, serta menyukai hal-hal

baru yang penuh tantangan.

3. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

Aspek merupakan unsur yang digunakan untuk mengukur dan menentukan

intensitas perilaku seseorang. Dengan kata lain, bagaimana unsur-unsur di dalam

motivasi berprestasi dapat diukur berdasarkan pengamatan terhadap perilaku atau

penampilan orang tersebut. Menurut Asnawi (2002) terdapat empat aspek utama

dalam membedakan tingkat motivasi berprestasi individu, antara lain:

a. Mengambil tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya.

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi merasa dirinya bertanggung jawab

terhadap tugas yang dikerjakan. Seseorang akan berusaha menyelesaikan setiap

tugas yang dilaksanakan.

b. Memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya.

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi, sangat menyukai pemberian

umpan balik atas usaha yang dilakukan dan berusaha melakukan perbaikan

hasil kerja dimasa yang akan datang.

c. Mempertimbangkan risiko.

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mempertimbangkan

risiko yang akan dihadapi sebelum memulai pekerjaan. Individu dengen

motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memilih tugas dengan derajat

(30)

kesukaran sedang dan menantang kemampuan, namun masih memungkinkan

untuk berhasil menyelesaikan dengan baik.

d. Kreatif-inovatif.

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif,dan

mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin.

Kemudian McClelland (1987) menggambarkan beberapa aspek dari

motivasi berprestasi, yaitu :

a. Kreatif dan inovatif

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bosan dengan

rutinitas dan berusaha menghasilkan sesuatu yang baru atau original, terlibat

dalam kegiatan inovasi, mampu berdaya cipta dan penuh semangat. Individu lebih

suka perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional

yang dimiliki. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung

mencari cara baru atau ide baru untuk menghasilkan produk.

b. Ukuran atas hasil dan umpan balik

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung membutuhkan

umpan balik untuk mengetahui hasil atas tindakan yang dilakukan. Umpan balik

diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan, masukan dari orang lain,

dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung senang

menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan diselesaikan sesuai

dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang jelas. Individu yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin mengetahui hasil nyata dari

tindakannya, agar segera dapat memperbaiki kesalahannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(31)

c. Tanggung jawab pribadi

Umpan balik diartikan sebagai reward bisa dalam bentuk keuntungan,

masukan dari orang lain, dan penghargaan. Individu dengan motivasi berprestasi

tinggi cenderung senang menyelesaikan tugas dengan tuntas dan setiap tugas akan

diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang sudah ditentukan dan ukuran yang

jelas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu ingin mengetahui

hasil nyata dari tindakannya, agar segera dapat memperbaiki kesalahanya.

d. Pemilihan tugas

Menurut McClelland (1987), terdapat tiga jenis pemilihan tugas, yakni :

1) Tugas-tugas yang menantang

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi senang dengan

tugas-tugas yang dapat menguji kemampuan yang dimilikinya.

2) Tugas-tugas yang memperlihatkan keunggulan

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan tertarik dan

memilih tugas yang melibatkan persaingan.

3) Pengambilan risiko sedang

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk memilih

risiko yang relatif sedang (moderat) supaya kesempatan berhasil lebih besar

dari pada gagal.

e. Berorientasi sukses

Berorientasi sukses artinya apabila individu dihadapkan pada situasi

(32)

mengerjakan tugas akan lebih terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada

menghindar yang berakhir dengan kegagalan. Individu dengan motivasi

berprestasi tinggi cenderung bertahan dalam menghadapi rintangan, tidak mudah

putus asa, optimis, dan percaya diri serta membuat tujuan-tujuan yang hendak

dicapainya di waktu yang akan datang, sangat menghargai waktu, dan lebih dapat

menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa aspek-aspek motivasi

berprestasi menurut Asnawi (2002) yaitu mengambil tanggung jawab atas

perbuatan-perbuatannya, memperhatikaan umpan balik tentang perbuatannya,

mempertimbangkan risiko, kreatif inovatif. Kemudian aspek motivasi berprestasi

menurut McClelland (1987) yaitu kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan

umpan balik, tanggung jawab pribadi, pemilihan tugas (tugas yang menantang,

tugas yang memperlihatkan keunggulan, pengambilan risiko sedang), berorientasi

sukses. Aspek menurut kedua ahli terdapat kesamaan, semisal aspek mengambil

tanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya sama seperti aspek tanggung jawab

pribadi, aspek memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya sama seperti

aspek ukuran atas hasil dan umpan balik, aspek mempertimbangkan risiko sama

seperti aspek pemilihan tugas yakni pengambilan risiko sedang, kemudian aspek

kreatif inovatif sama seperti aspek kreatif dan inovatif.

Pada penelitian ini aspek yang digunakan adalah aspek menurut McClelland

(1987) yaitu kreatif dan inovatif, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung

jawab pribadi, pemilihan tugas (tugas yang menantang, tugas yang

memperlihatkan keunggulan, pengambilan risiko sedang), berorientasi sukses,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(33)

karena aspek-aspek tersebut sudah mewakili seluruh aspek motivasi berprestasi.

Salah satu penelitian yang menggunakan aspek menurut McClelland (1987) yakni

Fadhilah (2011).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Secara umum motivasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

(Walgito, 2003), yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu,

misalnya kebutuhan fisiologis, inteligensi, dan psikologis.

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan dimana keadaan belajar individu

dipengaruhi oleh faktor ini, misal, persepsi. Individu akan mencermati hal yang

telah dipelajari.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar, misalnya sosiologis, sesuatu yang

berhubungan dengan keadaan sosial.

Selanjutnya, Mulyasa (2007) mengemukakan empat faktor yang

mempengaruhi motivasi seseorang yaitu :

a. Inteligensi

Merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan tingkat motivasi

yang dimiliki oleh seseorang untuk memiliki pengetahuan serta mempelajari

sesuatu.

(34)

b. Psikologis

Faktor dari dalam diri individu yang berhubungan dengan psikis. Faktor ini

dapat mempengaruhi keadaan belajar individu, ketika seseorang memiliki

psikis yang stabil, tidak terganggu.

c. Sosiologis

Faktor yang timbul dari luar diri, terdiri dari faktor lingkungan. Lingkungan

mencakup situasi, kondisi, interaksi individu satu dengan individu lain, selain

itu lingkungan juga terkait masalah cuaca.

d. Fisiologis

Faktor yang berkaitan dengan keadaan jasmani. Apabila jasmani seseorang

terganggu, maka motivasinya akan terganggu.

Kemudian Monks, dkk (2002) mengemukakan dua faktor dasar yang

mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu :

a. Penghargaan akan sukses, berarti apabila ada sesuatu yang baik, yang

menyenangkan atau bernilai, maka orang juga mempunyai keinginan untuk

mendapatkan atau mempunyainya.

b. Ketakutan akan gagal, berarti apabila ada sesuatu yang tidak enak, tidak

menyenangkan atau sukar, maka orang akan cenderung menghindari.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi seseorang adalah adanya faktor internal (intelegensi,

psikologis, fisiologis), faktor eksternal (fisiologis), penghargaan akan sukses dan

ketakutan akan gagal yang dapat menjadi pendorong ataupun melemahkan

keinginan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(35)

B.Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan 1. Pengertian Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan a. Pengertian Persepsi

Persepsi dalam arti sempit berarti penglihatan, bagaimana cara seseorang

melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu

bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, dalam

Sobur, 2003).

Rakhmat (2009) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang

objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Berdasarkan definisi ini, terjadinya proses

persepsi yakni adanya pengalaman atau peristiwa yang kemudian diartikan,

dimaknai, dikumpulkannya berbagai informasi terkait pengalaman tersebut, dan

dipahami melalui pancaindera.

Definisi lain dikemukakan oleh Walgito (1989), menyatakan bahwa persepsi

merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses yang

berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Pada

proses persepsi stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yakni otak, dan terjadi

proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat serta didengar.

Menurut Matlin dan Solso (2007), persepsi adalah suatu proses penggunaan

pengetahuan (tersimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan

menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan

hidung. Singkatnya bahwa persepsi merupakan proses menginterpretasi atau

(36)

Pareek (dalam Arisandy, 2004) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai

suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti

terhadap rangsang yang diterima. Namun, proses tersebut tidak hanya sampai

pada pemberian arti saja, tetapi akan mempengaruhi perilaku yang dipilih sesuai

dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.

Berdasarkan uraian diatas persepsi ialah hasil dari suatu proses didahului

oleh penginderaan, di mana individu memberikan penilaian, penafsiran dan

pandangan terhadap suatu obyek, terjadinya peristiwa atau fenomena melibatkan

pengalaman-pengalaman berkaitan dengan obyek yang dipersepsi untuk

memberikan makna kepada lingkungannya berdasarkan kesan yang ditangkap

oleh panca indera.

b. Program Latihan

Olahraga atau latihan adalah segala kegiatan yang sistematis untuk

mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial

(Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional

Pasal 1 Ayat 4). Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional Pasal 1 Ayat 7, olahragawan atau atlet adalah

pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh

dedikasi untuk mencapai prestasi. Pendidikan menurut Koesoema (2007) adalah

proses pembimbingan agar kemampuan manusia keluar dari fisik kodrati yang

dimilik dan mengacu pada hubungan atau relasional antara individu dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(37)

individu lain dalam masyarakat maupun lingkungan. Terdapat hal yang berbeda

antara pelatihan dan pendidikan. Pelatihan merupakan proses yang membuat

seseorang memiliki kemampuan untuk bertindak (skills). Kemudian pendidikan

merupakan proses mengembangkan, menumbuhkan, mendewasakan berbagai

potensi yang ada dalam diri seseorang.

Pada kejuaraan taekwondo terdapat tiga kelompok usia, yaitu pra junior

(kelompok usia dibawah 13 tahun), junior (kelompok usia 13-18 tahun), dan

senior (kelompok usia diatas 18 tahun) (Suryadi, 2002).

Nurjaya (2009) menjelaskan karakteristik atlet dan arah tujuan latihan.

Pertama, atlet pra junior (kelompok usia dibawah 13 tahun) memiliki karakteristik

anak senang bermain, berkembang jiwa sosialnya, perkembangan motorik, mudah

mencontoh gerakan. Arah tujuan latihan yakni menumbuhkan rasa senang

berolahraga, mengembangkan daya pikir atau kecerdasan, menanamkan sikap

mental yang mendukung prestasi puncak.

Kedua, atlet junior (kelompok usia 13-18 tahun) memiliki karakteristik

pubertas, mudah goyah, dan meninggalkan olahraga untuk pindah ke bidang yang

lain. Arah tujuan latihan pada atlet junior yakni meningkatkan skill;

mengembangkan kreativitas dan daya pikir; pembinaan berlanjut mengenai sikap,

kepribadian, budi pekerti luhur, kejiwaan dan ketakwaan; melatih kematangan dan

kekompakan bertanding; serta menanaman rasa percaya diri dan kemandirian

yang tinggi.

(38)

Ketiga, atlet senior (kelompok usia 18-27 tahun), prestasi bersifat labil dan

sementara, maka latihan untuk peningkatan dan penjagaan prestasi perlu

dilakukan secara kontinyu, teratur, terarah, meningkat, bertahap dan

berkesinambungan secara sistematis.

Atlet junior merupakan usia remaja yang masih memerlukan bimbingan

agar pribadi remaja tersebut dapat teratasi dan tidak labil. Hurlock (2006)

mengemukakan beberapa ciri-ciri masa remaja yaitu masa remaja sebagai periode

yang penting, sebagai periode peralihan, sebagai periode perubahan, sebagai usia

bermasalah, sebagai masa pencarian identitas, sebagai usia yang menimbulkan

ketakutan, sebagai masa yang tidak realistik, dan sebagai ambang masa dewasa.

Karakteristik pada atlet junior memiliki kesamaan dengan ciri-ciri masa remaja,

sehingga remaja maupun atlet junior masih membutuhkan pembinaan dan

bimbingan dari orang sekitar dalam menanamkan sikap serta pribadi yang lebih

baik.

Bentuk latihan untuk atlet harus memiliki program latihan yang tersusun

dan terencana dengan baik. Marro (dalam Wijanarko, 2009) menjelaskan program

latihan merupakan suatu pedoman bersifat mengikat secara tertulis berisi cara-cara

yang ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan.

Menyusun program latihan bukanlah hal mudah, banyak dasar, prinsip serta

kaidah yang harus diikuti dalam penyusunan program latihan. Menyusun program

latihan merupakan kompetensi terpenting bagi seorang pelatih (Wijanarko, 2009).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(39)

Gunarsa (2008) mengemukakan berbagai fungsi dari program latihan untuk

atlet. Pertama, program latihan harus digariskan secara jelas mengenai sasaran

atau tujuan dari latihan yang diberikan. Misal, seorang atlet taekwondo melakukan

latihan pliometrik untuk memperbaiki speednya saat menendang. Kedua, program

latihan harus memperhatikan adanya prinsip peningkatan (progressive principle).

Artinya, latihan yang diterima oleh atlet bertujuan untuk memperbaiki kesalahan

secara gradual atau bertahap.

Fungsi ketiga, program latihan dapat mempertimbangkan mengenai variasi

yang berhubungan dengan tingkat kejenuhan atau kejemuan atlet. Keempat,

program latihan harus memberikan perhatian khusus pada faktor succes and

failure, dari faktor ini ada keberhasilan maupun kegagalan, hal ini berkaitan erat

dengan kondisi mitra latihan atau sparring partner. Banyak ahli mengatakan

bahwa mitra latihan yang paling baik untuk memotivasi atlet adalah atlet lain yang

memiliki tingkat kemampuan berada sedikit di atas atlet tersebut.

Fungsi terakhir yakni pengadaan catatan pribadi dalam bentuk personal data

record. Catatan tersebut berisi mengenai prestasi atlet, apakah prestasinya

meningkat atau bahkan mengalami penurunan. Oleh sebab itu, dengan adanya

catatan pribadi atlet dapat melakukan analisis diri, dimaksudkan agar atlet dapat

mengambil tindakan-tindakan tertentu yang diperlukan untuk memperbaiki atau

mengevaluasi performa atlet.

Komponen program latihan yang perlu diperhatikan dan dilatihkan secara

(40)

a. Teknik

Komponen yang merupakan kombinasi dari berbagai gerakan berdasarkan pada

jenis cabang olahraga. Komponen ini dipengaruhi oleh berbagai keterampilan

dasar, baik bakat yang diperoleh ketika dilahirkan maupun hasil belajar.

b. Fisik

Komponen yang disusun dan dilaksanakan secara teratur dan sistematis,

sehingga latihan dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau

mengeluarkan penampilan sebaik-baiknya.

c. Mental / Psikis

Komponen yang terdapat dalam diri atlet, meliputi strategi dan taktik bermain

(Gunarsa, 2008).

Saat pelatih akan menyusun program latihan untuk atlet yang bertujuan

meningkatkan kemampuan atlet itu sendiri dalam mencapai prestasi didasarkan

pada pedoman penyusunan program latihan. Menurut Suliantoro (2009) beberapa

pedoman penyusunan program latihan adalah sebagai berikut :

1) Latihan yang dilakukan dibawah 45 menit tidak bermanfaat untuk program

prestasi. Latihan harus dilaksanakan antara 45 s/d 120 menit.

2) Berapa kali latihan dalam seminggu (atau sering disebut sebagai “Frekuensi”)

harus berpedoman dengan kenyataan bahwa ketahanan otot adalah maksimal

48 jam setelah latihan untuk waktu untuk latihan berikutnya.

3) Latihan yang terlalu santai, begitu pula jika terlalu berat tidak akan

menghasilkan kemajuan penampilan apalagi prestasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(41)

Selanjutnya, Soekarman (1987) mengemukakan pedoman umum dalam

latihan agar dapat berlatih atau melatih secara baik, yaitu :

1) Kekhususan

Latihan harus khusus. Untuk mahir dalam ketrampilan cabang olah raga

tertentu, seseorang harus berlatih olah raga itu. Otot-otot yang sama digunakan

dan dilatih sesuai dengan cabang olah raga tersebut.

2) Tambah beban (overload principle)

Untuk tidak menimbulkan kerusakan dan untuk mencapai derajat kekuatan

yang tinggi, beban dinaikkan secara teratur.

3) Hari berat dan santai

Latihan harus berat, tetapi diselingi oleh hari yang santai untuk pulih asal.

4) Latihan dan kelebihan latihan (overtraining)

Saat latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai mencapai

maksimum. Jangan berlatih melebihi kemampuan.

5) Latihan dasar dan pencapaian puncak

Latihan harus dimulai dengan latihan dasar untuk mempersiapkan kondisi.

Beban latihan harus ditingkatkan. Sebelum pertandingan dilaksanakan,

sebaiknya dilakukan persiapan pencapaian puncak dengan mengurangi beban

tetapi meningkatkan intensitas.

6) Kembali asal (reversibility)

Setiap hasil latihan jika tidak dipelihara akan kembali ke keadaan semula. Oleh

karena itu, setiap atlet harus berlatih terus untuk memelihara kondisinya.

(42)

Program latihan yang disusun oleh setiap pelatih dalam menangani atletnya

sangatlah berbeda, namun pada dasarnya program latihan tersebut memiliki

kesamaan tujuan yakni dapat menghasilkan kemajuan atlet. Terdapat tiga macam

program latihan yaitu tehnik, fisik, dan mental.

Suliantoro (2009) menjelaskan terdapat empat program latihan teknik untuk

atlet berprestasi, yakni :

1) Aksi Reaksi

a) Berpasangan.

Satu orang memegang dua target dan berikan target dengan pancingan.

Lakukan sebanyak tiga set dengan lima repetisi. Variasi tendangan berupa

dolyo chagi, cangkul, dan narai chagi dengan berbagai bentuk variasi

(iddan, mat badak, penta chagi, dll). Lakukan secara bergantian.

b) Tiga Orang.

Satu orang berada di tengah dan dua orang lainnya di depan serta belakang

dengan memegang dua target. Lakukan tendangan dolyo kanan kiri

sebanyak 10 set dengan bergantian (semakin cepat semakin baik).

2) Stamina

Latihan stamina akan sangat berguna saat atlet bertanding. Daya tahan

berupa kekuatan fisik dan kekuatan nafas. Daya tahan fisik maupun pernapasan

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Latihan stamina:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(43)

a) Loncat gawang peralatan:

Paralon yang dibuat seperti gawang dengan ketinggian 30 cm. Paralon bisa

diganti dengan menggunakan tas. Stopwatch pelaksanaan: lompatan dengan

kedua kaki, lompatan dengan satu kaki, lompatan dengan kaki membentuk

lambang nazi.

b) Loncat balok peralatan:

Menggunakan bangku panjang dengan ketinggian 30 cm. Stopwatch

pelaksanaan: lompatan dengan kedua kaki, lompatan dengan satu kaki,

lompatan dengan kedua kaki kemudian lompat sekali lagi diatas balok

c) Lompat kijang

d) Lari

Diawali dengan jalan kemudian jogging dan lari sprint.

3) Fight

a) Gunakan tekhnik yang benar-benar atlet kuasai.

b) Pengaturan jarak.

c) Pengaturan dan efektifitas serangan.

d) Ritme gerakan (jump) dan pancingan

(44)

4) Latihan Kombinasi

a) Iddan dolyo chagi, mundur nare chagi, dolyo chagi

b) Step satu dolyo chagi (aba-aba dan reaksi)

c) Step mundur dolyo chagi (aba-aba dan reaksi)

d) Dolyo chagi, dwi chagi

e) Step mundur dolyo chagi, dwi chagi

f) Step mundur dolyo chagi, nare chagi, dwi chagi

Penyusunan program latihan tidak hanya memasukkan unsur tehnik saja.

Selain unsur tehnik atlet membutuhkan fisik dan mental yang bagus saat

bertanding. Setiap cabang olahraga memiliki tingkat latihan fisik yang

berbeda-beda, berikut program latihan fisik untuk atlet taekwondo (Suliantoro, 2009) :

1) Pola makan

Pola makan menentukan kebugaran para atlet. Jam makan harus tepat.

Makan malam tidak boleh lebih dari pukul 19.00 wib, karena akan menjadi lemak.

Atlet boleh makan hingga lima kali dalam sehari, sebab semua kalori terbakar

dengan menjalani olahraga teratur. Jangan lupa untuk mengkonsumsi Vitamin C,

karena Vitamin C tidak diproduksi oleh tubuh.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(45)

2) Kelincahan

Latihan kelincahan sebaiknya dilakukan secara teratur. Waktu enam kali

dalam seminggu. Program latihan menggunakan skipping dengan variasi gaya

lompatan, standar seratus kali tanpa putus lalu istirahat sebentar kira-kira 30 detik,

kemudian lanjutkan lagi.

3) Kecepatan

Gerak dilatih dengan sprint 100 meter, dihitung time nya. Usahakan ada

peningkatan waktu tempuh. Bila di hari latihan mampu 17 detik, hari berikutnya

harus mampu 16 detik, dan seterusnya. Latihan kecepatan akan menunjang speed

atlet dalam menendang dan reflek.

4) Daya tahan otot

Tujuan utama dalam berlatih adalah melatih daya tahan otot, bukan

membesarkan otot. Bagi atlet dibawah 17 tahun dilakukan dengan push up,

standarnya adalah dua puluh lima kali. Lalu istirahat 1 menit, kemudian

dilanjutkan dua puluh lima kali lagi dan seterusnya. Intinya bukan berapa banyak

push up yang dihasilkan dalam satu hari, tetapi seberapa lama atlet istirahat saat

melakukan push up pertama ke push up kedua, ketiga, dan seterusnya. Percuma

push up sampai seribu kali, tapi metodenya dicicil pagi, siang, malam. Lebih baik

hanya seratus kali namun dilakukan dengan empat kali istirahat dalam waktu 1

menit. Sit up dan back up pun sama dengan uraian di atas.

(46)

Beberapa paham dasar dalam program latihan keterampilan mental untuk

atlet (Gunarsa, 2008) adalah :

1) Agar atlet bertanggung jawab terhadap penampilannya sendiri.

2) Agar tertanam rasa harga diri yang semakin besar pada atlet.

3) Agar atlet merasa lebih kompeten.

4) Kualitas psikologi merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari.

5) Pemahaman terhadap diri sendiri adalah langkah pertama untuk membentuk

keterampilan-keterampilan mental.

6) Keterampilan-keterampilan mental tersebut terbentuk melalui latihan yanng

sistematik.

Orlick dan Partington (dalam Gunarsa, 2008) memberikan contoh topik

untuk melaksanakan latihan keterampilan mental, sebagai berikut :

1) Menyusun rencana untuk menghadapi pertandingan.

2) Menyusun rencana setiap kali latihan.

3) Latihan simulasi.

4) Pemupukan atau penguatan kepercayaan diri.

5) Mengarahkan pikiran yang berorientasi pada tugas.

6) Imajeri positif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(47)

7) Merencanakan bagaimana mengatasi rintangan.

Berdasarkan uraian diatas terdapat tiga macam program latihan untuk atlet

berprestasi, yaitu meliputi latihan tehnik, fisik dan keterampilan mental.

c. Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan

Persepsi merupakan salah satu faktor internal, faktor yang ada dalam diri

individu. Persepsi atlet menurut Suranto (dalam Wijanarko, 2009) mengandung

unsur-unsur mengamati, mencerna dalam pikiran sesuai dengan pengetahuan atlet

dan kemudian menyimpulkan. Selanjutnya, kesimpulan yang muncul sering

disebut sebagai tanggapan. Dengan demikian, persepsi atlet sering pula disebut

sebagai tanggapan seorang atlet terhadap sesuatu.

Program latihan menurut Wijanarko (2009) merupakan alat atau pegangan

penting bagi pelatih untuk dijadikan pedoman dalam merencanakan latihan.

Tujuan dari program latihan yang direncanakan dan diorganisir secara baik adalah

untuk meningkatkan prestasi atlet secara maksimal. Perencanaan program latihan

harus didasarkan pada prinsip latihan. Agar keterampilan, kemampuan biomotorik

dan aspek mental dapat berkembang secara sistematis, metodis dan berencana,

maka seluruh program latihan harus direncanakan secara bertahap.

Menurut Sarwono (1999) program latihan untuk atlet juga harus mempunyai

sasaran yang tepat atau goal setting. Manfaat dari penentuan sasaran tersebut

(48)

pedoman arah kegiatan latihan dan usaha mencapai target latihan; sebagai cambuk

agar atlet dapat meraih prestasi lebih tinggi daripada prestasi sebelumnya; sebagai

alat pembentuk sikap percaya diri, kemandirian tinggi, pendewasaan berpikir,

serta daya juang tinggi; sebagai wahana meningkatkan kemampuan mawas diri

terhadap kondisi luar maupun dalam atlet.

Pada penelitian Weinberg pada tahun 1993 (dalam Sarwono, 1999) goal

setting (menetapkan sasaran) tidak otomatis meningkatkan prestasi atlet, yang

lebih penting adalah bagaimana menetapkan sasaran secara efektif untuk setiap

atlet dalam tugas dan situasi yang berbeda-beda. Setiap penetapan sasaran harus

khusus, yaitu disesuaikan dengan atlet, tugas bertanding, dan situasi bertanding.

Persepsi atlet taekwondo junior pada program latihan adalah penilaian,

penafsiran dan pandangan atlet junior terhadap pelaksanaan pedoman latihan yang

telah direncanakan oleh pelatih.

2. Aspek – aspek Persepsi pada Program Latihan

Persepsi merupakan proses saat individu mengorganisasikan dan

menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Walgito (1989) dalam

proses persepsi ada tiga komponen yang mendukung, yaitu :

a. Komponen kognitif

Yaitu unsur pokok dalam penalaran yang diawali dengan adanya pengetahuan

tentang baik dan buruk. Adanya pengetahuan itu adalah hasil dari

perkembangan struktur kognisi. Komponen kognisi ini berisikan kepercayaan

seseorang dan penalaran pribadi mengenai objek persepsi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(49)

Atlet dapat berkembang karena adanya penalaran maupun hasil belajar

mengenai keterampilan dasar/teknik yang telah atlet peroleh selama latihan.

b. Komponen afektif

Yaitu menyangkut masalah emosional seseorang terhadap suatu objek persepsi.

Perasaan dan pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi

seseorang yang mempersepsikan akan berpengaruh dalam seseorang

berpersepsi.

Pengalaman atlet akan mengajarkan atlet untuk lebih memahami diri sendiri,

menanamkan rasa harga diri yang besar, serta menjaga setiap penampilan atlet

saat bertanding.

c. Komponen konatif / perilaku

Menyangkut sikap serta menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek persepsi. Asumsi

dasarnya adalah kemampuan berpikir dan perasaan mempengaruhi perilaku.

Atlet akan mengontrol perilaku saat melakukan aktivitas latihan maupun saat

pertandingan berlangsung yang berhubungan dengan fisik atlet.

Berdasarkan proses terjadinya persepsi, Sobur (2003) mengelompokkan

persepsi menjadi tiga aspek, yaitu :

a. Aspek Kognitif

Merupakan aspek yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang

dimiliki seseorang tentang obyek yang dipersepsi.

(50)

b. Aspek Afektif

Afektif berhubungan dengan perasaan seseorang, yaitu perasaan senang dan

tidak senang.

c. Aspek Konatif

Berhubungan dengan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan obyek

yang dipersepsikannya.

Dari penjelasan diatas aspek persepsi meliputi kognitif, afektif, konatif /

perilaku.

Gunarsa (2008) mengemukakan tiga komponen program latihan yang perlu

diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu :

a. Teknik

Komponen yang merupakan kombinasi dari berbagai gerakan berdasarkan pada

jenis cabang olahraga. Komponen ini dipengaruhi oleh berbagai keterampilan

dasar, baik bakat yang diperoleh ketika dilahirkan maupun hasil belajar. Teknik

diatur melalui periodisasi latihan.

b. Fisik

Komponen yang disusun dan dilaksanakan secara teratur dan sistematis,

sehingga latihan dapat membentuk kondisi siap untuk bertanding atau

mengeluarkan penampilan sebaik-baiknya. Fisik diatur melalui periodisasi

latihan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(51)

c. Mental

Komponen yang terdapat dalam diri atlet, meliputi strategi dan taktik bermain.

Dibuatnya strategi dan taktik permainan melalui pengembangan karakter serta

pemberian motivasi.

Dari penjelasan diatas, pada penelitian ini peneliti memodifikasi aspek

menurut Walgito (1989) dan komponen program latihan dari Gunarsa (2008),

seperti pada tabel berikut :

Tabel 1.

Aspek Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan diolah atau disarikan oleh peneliti

Teknik Fisik Mental / Psikis

b. keseriusan berlatih b. keyakinan akan kemampuan diri

sendiri

No. Aspek Persepsi Aspek Program Latihan

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa aspek dari persepsi atlet

taekwondo junior terhadap program latihan meliputi :

(52)

1. Kognitif Teknik

Berarti atlet memiliki pengetahuan lebih mengenai keterampilan dasar/teknik,

meliputi belajar teknik dan keseriusan berlatih.

2. Kognitif Fisik

Atlet mengolah pengetahuan yang didapat untuk menjaga kondisi siap

bertanding.

3. Kognitif Psikis/Mental

Atlet mengolah pengetahuan yang didapat supaya performa atlet sesuai dengan

komponen dalam diri atlet, meliputi keyakinan akan kemampuan diri sendiri

dan memahami diri sendiri.

4. Afektif Teknik

Atlet dapat menyesuaikan kombinasi gerakan berdasarkan pengalaman

bertanding sebelumnya, meliputi persiapan menghadapi pertandingan dan

kebutuhan sebelum bertanding.

5. Afektif Fisik

Bagaimana atlet mengolah perasaan supaya baik buruk keadaan pribadi atlet

berpengaruh positif saat atlet bertanding, meliputi mengontrol fisik dan

perhatian dari pelatih.

6. Afektif Psikis

Adanya pemberian motivasi dari berbagai pihak di lingkungan latihan,

membuat perasaan atlet senang dan bersemangat.

7. Konatif Teknik

Atlet dapat menerapkan kombinasi gerakan saat pertandingan berlangsung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Persepsi Atlet
Tabel 1. Aspek Persepsi Atlet Taekwondo Junior pada Program Latihan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari program studi Teknik Pengelasan adalah sebanyak 4 orang atau 13.3%, untuk responden yang berasal

Kondisi sosial politik dan sejarah masyarakat yang diangkat dalam teks film Mata Hari, Agent H21 karya Jean-Louis Richard. Sebuah cerita yang diangkat dari kisah nyata

Jika dihadapkan pada kondisi asimetri informasi maka manajer bawah yang memiliki relativisme tinggi akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan

Jubilee Enterprise, 2008, Latihan Membuat Company Profile Dengan Flash , Elexmedia

Evaluasi perawat terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melaporkan adanya

Banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum kepemimpinan yang mendetail. Sedangkan manajer &#34;biasa&#34;,

[r]

1) Dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan intern, maka hubungan antara Inspektorat Provinsi Sumatera Barat dengan satuan kerja adalah hubungan kemitraan antara