• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN

Dengan Penerapan Teori dalam Paper ‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan

Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al Qur’an dan Sunnah’ oleh

Nangkula Utaberta ST, M.Arch.

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:

Nur Laili Yustika

I 0203083

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

(2)

ii

PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN

Dengan Penerapan Teori dalam Paper ‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan

Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al Qur’an dan Sunnah’ oleh

Nangkula Utaberta ST, M.Arch.

Disusun oleh :

Nur Laili Yustika

NIM. I0203083

Menyetujui

Surakarta, Januari 2010

Mengesahkan,

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Pembimbing I

Ir. Agoes Soediamhadi

NIP 19460318 197501 1 001

Pembimbing II

Ir . Leny Pramesti ,MT

NIP 19610628 199802 2 001

Pembantu Dekan I

Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti,MT

NIP 19561112 198403 2007

Ketua Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik UNS

Ir. Hardiyati,MT

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan keberkahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir dengan judul ‘PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN Dengan

Penerapan Teori dalam Paper ‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan

Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al Qur’an dan Sunnah’ oleh

Nangkula Utaberta ST, M.Arch.’

sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana

Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan upaya penulis dalam memberikan

nuansa islami pada bangunan pesantren mahasiswi yang tentu saja bertujuan

untuk membina para muslimah intelektual dari sisi dieniyah. Mengapa arsitektur

islam? Tentu karena bangunan akan mempengaruhi psikologi penghuninya.

Sehingga optimalisasi nuansa islami pada bangunan menjadi langkah awal upaya

pembinaan.

Penyusun sangat menyadari bahwa Tugas Akhir ini banyak sekali

memiliki kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kritik saran demi

perbaikan sangat diharapkan. Penyusun menyadari kesalahan dan kekeliruan yang

terdapat dalam Tugas Akhir ini berasal dari Penyusun dan segala sesuatu yang

benar dari penyusunan datangnya dari Allah SWT. Dengan kerendahan hati pula,

atas terwujudnya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Ir. Noegroho Djarwanti, MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.

Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Ir. Agoes Soediamhadi, selaku dosen Pembimbing I

4.

Ir. Leny Pramesti, MT, selaku dosen Pembimbing II

5.

Ir. MDE Purnomo, MT, selaku dosen pembimbing akademik

6.

Panitia Tugas Akhir

7.

Pesantren Mahasiswa/i Ar Royan dan JN UKMI UNS

8.

Semua pihak yang telah banyak membantu terselesaikannya Tugas

(4)

iv

Semoga Tugas akhir yang jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Surakarta, Januari 2010

Penyusun

Nur laili yustika

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk

Allah SWT.. Dia, tempat curahan hatiku, Yang selalu menghapus air mataku dan membuatku tersenyum kembali, Yang Memberiku kekuatan yang tak kusangka sama sekali, Yang memilihkanku segala sesuatu yang terbaik bukan sekedar yang kusukai, Yang tak memberi kesempatan kepadaku untuk bergantung pada makhluk-Nya hingga kini, Yang menjewerku ketika timbul ujub dan rasa tak bersyukur di hati

Rasulullah saw, tak ada alasan untuk tak mencintaimu, ummul mukminin, putra-putri dan para sahabat..

Saudara-saudaraku umat islam di seluruh penjuru dunia sejak awal hingga akhir zaman, kuberharap bisa selalu mencintai sudara-saudaraku sekalian karena Allah Ta’ala, semoga kita dipertemukan di surga-Nya kelak.

Babeh Bapa, mamih ibu, maru-maru kecil: Reza ‘Ibon’ Maulana, ‘Inda’ Dzil Arsyi Dewi, M.’Faid’tullah Akbar, Fathonah Mifta ‘Ipa’ Hussifa.

Seluruh leluhur dan moyangku jawa dan cina yang telah mewariskanku rupa unik, karakter, dan agama terindah sehingga aku harus bertanya ketika sedang bersedih, bagian manakah dalam diri dan hidupku yang membuatku tak bersyukur pada-Nya?

Mimpi adalah nilai diri Punya mimpi berarti sumber energi Mendayung di lautan darah dan api

Hingga duka lara pergi Tuk rengkuh asa yang dinanti

Kepada diri

Meski darah tumpah dan hangus oleh api Takkan membuatmu mati Kecuali restu Tuhan yang dinanti

Maka milikilah mimpi Karena tak punya mimpi

Itulah harga mati

THANK’S TO

Allah SWT, untuk bantuan langsung ataupun tak langsung-Mu Keluarga tercinta di rumah yang memberikan dukungan selama ini.

Pesma Ar Royan dan JN UKMI UNS yang telah memberikan data dan info yang berharga Ina, sohibku yang berkat-Nya lah kita bersahabat. Terimakasih atas ketulusanmu selama ini. EG’ers: Use-Q, Lina, de2, Nurul, Mu2nk, Pika, Irma, Rina, Diah, ‘anak-anakku’ Nisa’Bo Jong’ & Bibah ‘Ha Jong’

Almira’ers : Mba Ti2,mba Mel, Mba Candra, cey Yoed, Oha, Dessy& Tipuk.

Teman2 seangkatan yang menyaksikan prosesku menyelesaikan TA: Tery, V3, Ocha, Yeni, Sugeng, Desta

Cah-cah studio 116

Semua yang pernah berbuat kebaikan padaku selama kuliah, semoga Allah membalas dengan balasan terbaik

Semua yang pernah kuzhalimi, terimakasih karena telah memberi pelajaran berharga. Semoga aku termasuk orang-orang yang bertaubat..

(6)

vi

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Persembahan v

Daftar isi vi

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xiii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Judul 1

I.2 Pengertian Judul 1

I.3 Latar Belakang 1

I.4 Permasalahan Makro dan Mikro 5

I.5 Tujuan dan Sasaran 5

I.6 Batasan dan Lingkup Pembahasan 6

I.7 Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan 6

I.8 Sistematika Pembahasan 7

BAB II TINJAUAN TEORI

‘Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an dan Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta ST, M.Arch.

II.1 Pendahuluan 9

II.2 Prinsip Pengingatan Kepada Tuhan 9

II.3 Prinsip pengingatan pada ibadah dan perjuangan. 11

II.4 Prinsip Pengingatan pada Kehidupan Setelah Kematian 13

II.5 Prinsip Pengingatan Akan Kerendahan hati 14

II.6 Prinsip Pengingatan Akan Wakaf dan Kesejahteraan Publik 16

II.7 Prinsip Pengingatan Terhadap Toleransi Kultural 18

II.8 Prinsip Pengingatan Akan Kehidupan yang Berkelanjutan 19

II.9 Prinsip Pengingatan Tentang Keterbukaan 21

II.10 Kesimpulan 23

BAB III TINJAUAN OBJEK

III.1 Tinjauan Pesantren Mahasiswa Ar Royan 24

III.1.1 Lokasi Pesantren Mahasiswa Ar Royan 24

III.1.2 Profil Pesantren Mahasiswa Ar Royan 25

(7)

vii

BAB IV PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN

IV.1 PROSES PENENTUAN KONSEP PERUANGAN 32

V.1.1 Pelaku dan Kegiatan 32

V.1.2 Kebutuhan Ruang 32

V.1.3 Pola Hubungan Ruang 35

V.1.4 Pengelompokan Kegiatan 37

V.1.5 Perhitungan santriwati pengguna pesmi Ar Royan 37

V.1.6 Perhitungan Daya Tampung 38

V.1.7 Besaran ruang 41

IV.2 PROSES PENENTUAN KONSEP LOKASI DAN SITE 44

V.2.1. Proses Penentuan Konsep Lokasi 44

V.2.2. Proses Penentuan Konsep Site 46

IV.3 PROSES PENENTUAN KONSEP PELETAKAN ME DAN SE 48

IV.4 PROSES PENENTUAN ZONE BERDASARKAN KEBISINGAN 50

IV.5 PROSES PENENTUAN KONSEP PENZONINGAN 51

IV.6 PROSES PENENTUAN KONSEP MASSA 52

IV.6.1 Proses Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa 53

IV.6.2 Proses Penentuan Konsep Pola Massa 53

IV.6.3 Proses Penentuan Konsep Sirkulasi 54

IV.7 PROSES PENENTUAN KONSEP ORIENTASI BANGUNAN 55

IV.8 PROSES PENENTUAN KONSEP PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN 57

V.8.1 Proses Penentuan konsep Material 57

V.8.2 Proses Penentuan Konsep Warna 58

IV.9 PROSES PENENTUAN KONSEP TATA RUANG LUAR BANGUNAN 58

IV.9.1 Proses Penentuan Konsep Tampilan Bangunan 58

IV.9.2 Proses penentuan Konsep Lansekap 61

IV.10 PROSES PENENTUAN KONSEP TATA RUANG DALAM BANGUNAN 66

IV.11 PROSES PENENTUAN KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI YANG

DIGUNAKAN 67

IV.11.1 Super Struktur 68

IV.11.2 Sub Struktur 69

IV.11.3 Upper Struktur 69

IV.12 PROSES PENENTUAN KONSEP UTILITAS 70

IV.12.1 Jaringan Air Bersih 70

IV.12.2 Sanitasi 71

(8)

viii

IV.12.4 Pemadam Kebakaran 74

IV.12.5 Sistem Komunikasi 75

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PESANTREN MAHASISWI AR ROYAN

V.1. KONSEP PERUANGAN 76

V.1.1 Pelaku dan Kegiatan 76

V.1.2 Kebutuhan Ruang 76

V.1.3 Pola Hubungan Ruang 77

V.1.4 Pengelompokan Kegiatan 78

V.1.5 Santriwati pengguna pesmi Ar Royan 79

V.1.6 Daya Tampung 79

V.1.7 Besaran ruang 80

V.2. KONSEP LOKASI DAN SITE 82

V.2.1. Konsep Lokasi 82

V.2.2. Konsep Site 82

V.3. KONSEP PELETAKAN ME DAN SE 83

V.4. KONSEP ZONE BERDASARKAN KEBISINGAN 83

V.5. KONSEP PENZONINGAN 84

V.6. PROSES PENENTUAN KONSEP MASSA 84

V.7. KONSEP ORIENTASI BANGUNAN 85

V.8. KONSEP PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN 85

V.8.1. Konsep Material 85

V.8.2. Konsep Warna 85

V.9. KONSEP TATA RUANG LUAR BANGUNAN 85

V.9.1. Konsep Tampilan Bangunan 85

V.9.2. Konsep Lansekap 86

V.10. KONSEP TATA RUANG DALAM BANGUNAN 86

V.11. KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI YANG DIGUNAKAN 87

V.11.1. Super Struktur 87

V.11.2. Sub Struktur 87

V.11.3. Upper Struktur 87

V.12. KONSEP UTILITAS 88

V.12.1. Jaringan Air Bersih 88

V.12.2. Sanitasi 88

V.12.3. Jaringan Listrik 89

V.12.4. Pemadam Kebakaran 90

(9)

ix

Daftar Pustaka xiv

Lampiran

(10)

x

Gambar 2.1 Contoh beberapa bangunan yang dirancang oleh Frank Lloyd Wright 11

Gambar 2.2 Beberapa contoh bangunan yang dibangun secara monumental 16

Gambar 2.3 Tipologi bangunan masjid 19

Gambar 3.1 Peta lokasi Pesma/i Ar Royan 25

Gambar 3.2 Kamar Pesmi 27

Gambar 3.3 Musolla Pesmi 27

Gambar 3.4 Area Parkir Pesmi 27

Gambar 3.5 Ruang Tamu Pesmi 27

Gambar 4.1 skema pola hubungan ruang kegiatan pengajaran 35

Gambar 4.2 skema pola hubungan ruang kegiatan pembinaan 35

Gambar 4.3 skema pola hubungan ruang kegiatan pengembangan

skill dan wawasan 36

Gambar 4.4 skema pola hubungan ruang kegiatan asrama 36

Gambar 4.5 skema pola hubungan ruang kegiatan pengelola 36

Gambar 4.6 skema pola hubungan ruang makro 36

Gambar 4.7 Peta area fasilitas perkuliahan dan alternatif blok lokasi 45

Gambar 4.8 Peta area fasilitas perkuliahan dan alternatif blok lokasi 45

Gambar 4.9 Lokasi terpilih (Blok A) 46

Gambar 4.10 Radius site dari blok A 47

Gambar 4.11 Blok site di lokasi A 47

Gambar 4.12 Site yang memenuhi kriteria 48

Gambar 4.13 Site terpilih 48

Gambar 4.14 Letak ME & SE 50

Gambar 4.15 kebisingan di sekitar site 50

Gambar 4.16 Zone berdasarkan kebisingan 51

Gambar 4.17 Penentuan zoning 52

Gambar 4.18 Bentuk gubahan massa berdasarkan bentuk dasar massa

dan pola massa 55

Gambar 4.19 Pola sirkulasi bangunan 55

Gambar 4.20 Analisa Orientasi Site 56

Gambar 4.21 kayu berpola 58

Gambar 4.22 sketsa potongan masjid 60

Gambar 4.23 tampilan bangunan 61

Gambar 4.24 jendela belajar 61

Gambar 4.25 arah matahari 63

Gambar 4.26 tempat wudlu 65

Gambar 4.27 rencana lansekap 65

(11)

xi

Gambar 4.29 interior, plafond 67

Gambar 4.30 interior, balok lantai dasar masjid 67

Gambar 4.31 grid struktur bangunan masjid 68

Gambar 4.32 Rangka bentang 6 m 68

Gambar 4.33 Skema Analisa Sistem down feed distribution 70

Gambar 4.34 Skema Analisa Sistem sanitasi (air kotor) 71

Gambar 4.35 Skema Analisa Sistem sanitasi (air hujan) 72

Gambar 4.36 Skema Analisa Penyediaan Listrik 72

Gambar 4.37 Skema Analisa Jaringan telekomunikasi 75

Gambar 5.1 skema pola hubungan ruang kegiatan pengajaran 77

Gambar 5.2 skema pola hubungan ruang kegiatan pembinaan 77

Gambar 5.3 skema pola hubungan ruang kegiatan pengembangan

skill dan wawasan 78

Gambar 5.4 skema pola hubungan ruang kegiatan asrama 78

Gambar 5.5 skema pola hubungan ruang kegiatan pengelola 78

Gambar 5.6 skema pola hubungan ruang makro 78

Gambar 5.7 Lokasi terpilih (Blok A) 82

Gambar 5.8 Blok site di lokasi A 82

Gambar 5.9 Site terpilih 83

Gambar 5.10 Letak ME & SE 83

Gambar 5.11 Zone berdasarkan kebisingan 83

Gambar 5.12 Penentuan zoning 84

Gambar 5.13 Bentuk gubahan massa berdasarkan bentuk dasar massa

dan pola massa 84

Gambar 5.14 Pola sirkulasi bangunan 84

Gambar 5.15 Jendela Belajar 85

Gambar 5.16 Tampilan Bangunan 86

Gambar 5.17 rencana lansekap 86

Gambar 5.18 interior, lorong gelap untuk entrance 86

Gambar 5.19 interior, plafond 87

Gambar 5.20 interior, balok lantai dasar masjid 87

Gambar 5.21 grid struktur bangunan masjid 87

Gambar 5.22 Rangka bentang 6 m 87

Gambar 5.23 Skema Analisa Sistem down feed distribution 88

Gambar 5.24 Skema Analisa Sistem sanitasi (air kotor) 88

Gambar 5.25 Skema Analisa Sistem sanitasi (air hujan) 89

Gambar 5.26 Skema Analisa Penyediaan Listrik 89

(12)
(13)

xiii

Tabel 1.1 kegiatan dakwah untuk mahasiswa muslim UNS 4

Tabel 1.2 Rata-rata Jumlah peserta kajian setiap pekan 4

Tabel 3.1 Daftar Madah Dirasoh Persemester Pesma Ar-Royan Surakarta 28

Tabel 3.2 Prosentase jumlah mahasiswa S1 muslim UNS 2004-2008 30

Tabel 3.3 Prosentase jumlah mahasiswa S1 muslim laki-laki

dan perempuan UNS 2004-2008 30

Tabel 3.4 Jumlah pengurus JN UKMI UNS 32

Tabel 4.2 Pengelompokkan kegiatan pada zona 37

Tabel 4.3 Perhitungan Kebutuhan Ruang 41

Tabel 4.4 Analisa pemilihan lokasi 46

Tabel 4.5 Analisa pemilihan site 48

Tabel 4.6 Alternatif Bentuk Pola Tata Massa/ Organisasi Ruang 54

Tabel 4.7 Jenis struktur 68

Tabel 4.8 Jenis pondasi 69

Tabel 4.9 Jenis struktur atap 69

Tabel 4.10 Analisa luas septic tank 71

Tabel 4.11 Pipa pembuangan air hujan dan sumur resapan 71

Tabel 4.12 Analisa kebutuhan listrik untuk penerangan 73

Table 5.1 Kelompok Kegiatan 76

Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang 80

Tabel 5.3 Luas septic tank 88

BAB I

PENDAHULUAN

(14)

xiv

Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper ’Rekonstruksi

Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan

Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.

I.2 Pengertian Judul

§ Pesantren : asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dsb; pondok1 § Mahasiswi : wanita yang belajar di Perguruan tinggi

§ Pesantren mahasiswi : asrama tempat belajar mengaji dsb untuk mahasiswi

§ Pesantren Mahasiswi Ar Royan : Sebuah pesantren mahasiswi yang terletak di JL. Kartika 01 No.01, RT 01 RW 18, Ngoresan, Jebres, Surakarta 57126.

’Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper ’Rekonstruksi

Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan

Sunnah’ oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch adalah sebuah fasilitas tempat mahasiswi

sebagai santri untuk menuntut ilmu agama islam dengan menerapkan teori dalam paper

Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an

Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.

I.3 Latar Belakang

I.3.1 Menuntut ilmu untuk dunia dan akherat

Allah SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan

sistem yang menyeluruh. Antara satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri. Allah

SWT yang menjadikan semua isi alam ini dari yang sekecil-kecilnya hingga yang paling

besar, yang nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah SWT yang Maha Mengetahui

inilah, sehingga Allah SWT menjadi sumber ilmu. Dengan ilmu Allah SWT tersebut,

kemudian Dia mengajar manusia terhadap apa-apa yang tidak diketahui menjadi diketahuinya.

Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara resmi kepada Rasul-Nya dan ini kemudian

menjadi pedoman hidup (minhajul hayah). Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara tidak

resmi dan ini menjadi sarana hidup (wasailul hayah). Kedua ilmu tersebut sangat bermanfaat

untuk memeproleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Islam mendorong kaumnya untuk

menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat. "Barangsiapa menginginkan dunia maka ada

ilmunya. Barangsiapa menginginkan akhirat maka ada ilmunya. Barangsiapa menginginkan

keduanya, maka diperlukan ilmu keduanya." (Al Hadits).2

Sebagai seorang mukmin, orientasi kehidupan sepatutnya ditujukan terutama untuk

akherat. Dunia beserta segala apa yang ada di dalamnya diraih untuk memudahkan jalan

menuju kebaikan dan ibadah.

Allah swt berfirman :

1

KBBI Daring, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia. 2

(15)

xv

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari

mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka

takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (Q.S An Nur

:37)

Ilmu Allah sebagai wasaiul hayah (sarana hidup) ditempuh dengan berbagai cara, salah

satunya adalah dengan mengikuti pendidikan formal (sekolah) yang ada. Dari mulai Sekolah

Dasar hingga Perguruan Tinggi sudah bayak didirikan. Sedangkan ilmu Allah sebagai

minhajul hayah (pedoman hidup) nampaknya kurang mendapat perhatian. Pendidikan formal

umum yang ada saat ini begitu diprioritaskan oleh pemerintah dibandingkan dengan ilmu

agama.

Ketika seseorang masih menginjak bangku SD sampai SMU, pendidikan agama islam

masih menjadi salah satu mata pelajaran penting yang diadakan minimal satu pekan sekali.

Namun ketika seorang sudah menduduki bangku kuliah (untuk jurusan umum selain yang

berkaitan dengan agama islam) pendidikan agama islam hanya diadakan selama satu semester.

Jika pelajaran agama islam yang diadakan satu pekan sekali di bangku sekolah belum dapat

menjamin pengamalannya maka bagaimanakah apabila tidak ada sama sekali? Oleh karenanya

penting bagi seorang mahasiswa untuk aktif mencari ilmu agamanya di luar bangku kuliah.

I.3.2 Penerapan nilai-nilai Al Qur’an dan sunnah dalam kehidupan

Islam adalah agama yang sempurna. Allah swt berfirman:

”...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan

kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” (Q.S.

Al-Maidah:3).

Risalah islam merupakan risalah bagi manusia untuk semua sektor kehidupan dan

segala aktifitas kemanusiaannya. Maka islam tidak pernah meninggalkan satu aspekpun dari

aspek-aspek kehidupan manusia, kecuali Allah telah mengaturnya.

Risalah islam tidak akan membiarkan manusia berjalan sendiri tanpa hidayah Allah.

Kemanapun dia melangkah dan dalam aktivitas apapun yang dilakukan, baik yang bersifat

materi maupun spiritual, individu maupun kelompok, gagasan dan operasional, politik, sosial,

ekonomi, maupun kebudayaan. Pasti telah ada aturan yang membimbing manusia untuk

berbuat yang terbaik.3

Al Qur’an dan sunnah sebagai pedoman risalah islam seharusnya dijadikan tuntunan

hidup umat islam. Dalam segala sisi kehidupan, kelengkapan tuntunan hidup tidak diragukan

lagi. Dari mulai seorang manusia bangun tidur sampai ia tertidur lagi, semuanya telah ada

tuntunannya dalam islam. Oleh karenanya sebagai tempat pembinaan akhlak dan tempat

menuntut ilmu dien, pesantren berpedoman pada penerapan Al Qur’an dan sunnah dalam

segala aspek.

3

(16)

xvi

I.3.3 Pesantren untuk mahasiswi

Menurut Dewan Asatidz dalam artikelnya yang berjudul ’Mengkaji Ulang Pondok

Pesantren Mahasiswa’, Ada dua jenis pesantren mahasiswa, pertama "menawarkan" kepada

para mahasiswa untuk jadi santri, atau para santri yang berdomisili di pesantren untuk jadi

mahasiswa. Sehingga pesantren mahasiswa berfungsi sebagai wahana kajian dan

pengembangan ilmiah. Kedua, "menekan" para mahasiswa untuk jadi santri, sehingga lebih

menitik beratkan pesantren mahasiswa tersebut berfungsi sebagai benteng moral.

Pesantren mahasiswi cenderung pada jenis yang kedua, yaitu menjadikan mahasiswi

sebagai santri, namun bukan untuk menekan atau memaksakan. Tujuannya adalah agar

kekeringan ruh yang dialami oleh mahasiswa diharapkan dapat dilembabkan kembali dengan

turut menyertakan pembinaan dan pengkajian ilmu agama di pesantren.

Mahasiswi sebagai kaum wanita intelektual penerus bangsa selain memiliki

kecerdasan intelektual yang tinggi juga harus disokong dengan kecerdasan spiritual. Perbaikan

moral dan akhlak juga harus menjadi prioritas. Dengan kecenderungan prioritas mahasiswi

yaitu menuntut ilmu secara optimal di kampus, maka mahasiswi membutuhkan yang dapat

membantu pembinaan ilmu dieniyah namun juga memiliki dukungan baik terhadap segala

aktifitas di kampus. Dukungan yang baik dalam hal ini berupa lokasi pesantren mahasiswi

yang mudah dijangkau serta segala fasilitas yang diberikan.

I.3.4 Proyek Pengembangan Pesantren Mahasiswi (Pesmi) Ar Royan4

Pesantren Mahasiswi (Pesmi) Ar Royan didirikan sejak tahun 2005, yang merupakan

pengembangan pesantren mahasiswa (Pesma) Ar Royan. Diawali dari minat mahasiswi yang

cukup besar pada saat diadakannya program nonmukim untuk mahasiswa/i yang ingin

mengikuti program-program pesantren namun tidak bermukim di pesantren.

Dibandingkan dengan Pesma, Pesmi memiliki fasilitas dan sarana prasarana yang

belum memadai. Bahkan ada fasilitas-fasilitas penting seperti aula dan ruang kelas yang

dipakai bersama. Sedangkan dari sisi kuantitas, mahasiswi yang berminat mendalami ilmu

agama lebih banyak daripada mahasiswa. Hal ini mendorong keinginan pengelola untuk

mengembangkan pesmi.

Selama ini, letak pesma/pesmi Ar Royan yang berdekatan dengan UNS menyebabkan

santriwan/wati hampir semua berasal dari UNS. Dan hampir semua pula adalah aktifis

kegiatan keislaman baik di UNS maupun luar UNS. Dan karena kedekatan jarak tersebut dan

besarnya minat dari mahasiswa/i UNS, hingga saat ini fokus sasaran Pesma/pesmi Ar Royan

adalah mahasiswa/i UNS.

Keterkaitan dan hubungan antara pesma/pesmi Ar Royan dengan UNS tidak hanya

secara personal santriwan/wati yang berasal dari UNS namun juga bentuk-bentuk kerjasama

formal dan non formal antara pesma/pesmi Ar Royan dengan lembaga-lembaga keislaman di

4

(17)

xvii

UNS. Kerjasama tersebut berupa sosialisasi pesantren di kalangan mahasiswa oleh lembaga

keislaman di UNS serta pengadaan ustadz/ah pembicara dari Ar Royan untuk kegiatan

lembaga.

I.3.5 Aktifitas Keislaman di UNS5

Aktifitas keislaman di UNS dalam tataran universitas dinaungi oleh Jamaah Nurulhuda

Unit Kegiatan Mahasiswa UNS (JN UKMI UNS). Potensi ketertarikan pada nilai-nilai

keislaman di UNS dapat dilihat dari aktifitas pergerakan JN UKMI UNS. Selama 5 tahun ini

dapat dilihat dinamisasi kegiatan yang telah dinaungi oleh JN UKMI UNS pada tabel kegiatan

berikut:

Tabel 1.1 kegiatan dakwah untuk mahasiswa muslim UNS

No Tahun kepengurusan

Jenis kegiatan

1 2005 Kajian rutin pagi, Malam bina ruhiyah, Kajian kontemporer

2 2006 Kajian rutin pagi, kajian kontemporer, Malam Bina Ruhiyah

3 2007 Kajian rutin pagi, malam bina ruhiyah (mabiru), kajian kontemporer,

gema ramadhan, gerakan peduli masjid

4 2008 Dusun Binaan, Malam Bina Ruhiyah (Mabiru), Baksos, Pembuatan buletin PIJAR JN UKMI UNS, Web Site Develoement, UKMI Goes to Radio, Mading JN UKMI UNS,Paket UKMI

Kajian rutin NH, Pengelolaan perpustakaan, Musabaqoh tilawatil Qur’an (MTQ), Bedah Buku Solo Islamic Book Fair, Forsy

5 2009 Dusun binaan, Pembekalan Pelatihan Pengajar TPA (P3T), Bina Remaja Muslim (BRM), Lomba Kreatifitas Anak-anak TPA (Lokananta), Bakti sosial,

Pusidas, Kajian Rutin Pagi, Malam Bina Ruhiyah (Mabiru), Jikodays (Jilbab, Koko days), Kegiatan sambut Ramadhan, Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)

Sumber : LPJ Musum JN UKMI UNS periode2005-2009

Tabel 1.2 Rata-rata Jumlah peserta kajian setiap pekan

Tahun kepengurusan Rata-rata jumlah peserta kajian setiap pekan (orang)

2005

2008 data tidak didapatkan

2009

Agust sept Okt Nov Des Jan Feb Maret

131 153 194 254 209 166 231 172

Sumber : LPJ Musum JN UKMI UNS periode2005-2009

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kegiatan keislaman di UNS cukup dinamis dan

diminati oleh mahasiswa muslim UNS. Dengan kata lain, potensi ketertarikan pada kegiatan

5

(18)

xviii

keislaman mahasiswa UNS cukup besar. Selama ini JN UKMI UNS melakukan berbagai

kegiatan tersebut di masjid Nurul Huda dan ruangan-ruangan di beberapa fakultas.

Dilihat dari dinamisasi kegiatan yang berlangsung serta tempat yang disediakan, maka

adanya pesantren mahasiswa/i akan sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan

mahasiswa/i UNS dalam mencari ilmu keislaman.

I.4 Permasalahan Makro dan Mikro

I.4.1 Permasalahan Makro

§ Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan perancangan ‘Pesantren Mahasiswi Ar Royan’ yang menerapkan teori Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan

Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST,

M.Arch.

I.4.2 Permasalahan Mikro

§ Bagaimana rumusan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna baik dari sisi peruangan maupun nuansa pengingatan

terhadap agama islam

§ Bagaimana rumusan konsep perencanaan dan pesantren mahasiswi yang dapat memfasilitasi kegiatan menuntut ilmu dan pembinaan akhlak muslimah

§ Bagaimana rumusan konsep site yang dapat mendukung perwujudan pesantren mahasiswi

yang ideal.

§ Bagaimana rumusan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi dari sisi interior

maupun eksterior beserta sarana dan prasarananya dalam konteks perwujudan penerapan

nilai-nilai Al Quran dan sunnah dalam paper Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.

§ Bagaimana rumusan konsep sistem struktur dan utilitas yang sesuai pada bangunan pesantren mahasiswi.

I.5 Tujuan dan Sasaran

I.5.1 Tujuan

§ Membuat rumusan konsep perencanaan dan perancangan ‘Pesantren Mahasiswi Ar Royan’ yang menerapkan teori Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan

Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST,

M.Arch.

I.5.2 Sasaran

§ Merumuskan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi yang dapat memenuhi

kebutuhan pengguna baik dari sisi peruangan maupun nuansa pengingatan terhadap

agama islam

(19)

xix

§ Merumuskan konsep site yang dapat mendukung perwujudan pesantren mahasiswi yang

ideal.

§ Merumuskan konsep rancangan bangunan pesantren mahasiswi dari sisi interior maupun eksterior beserta sarana dan prasarananya dalam konteks perwujudan penerapan

nilai-nilai Al Quran dan sunnah dalam paper Nangkula Utaberta, ST, M.Arch.

§ Merumuskan konsep sistem struktur dan utilitas yang sesuai pada bangunan pesantren

mahasiswi.

I.6 Batasan dan Lingkup Pembahasan

I.6.1 Batasan

Batasan pembahasan diorientasikan untuk menjawab permasalahan dalam perencanaan dan

perancangan desain fisik Pesantren Mahasiswi UNS dengan penerapan teori Rekonstruksi

Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan

Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch berdasarkan :

§ Wilayah kota Surakarta dengan aspek budaya lokal yaitu budaya jawa terkait dengan penyesuaian pada prinsip-prinsip Al Qur’an dan sunnah yang akan digunakan pada

bangunan.

§ Studi yang dilakukan terkait dengan pemilihan lokasi dan site § Data-data hasil studi literatur dan observasi yang cukup valid.

§ Tidak menyangkut tentang pendanaan dan perhitungan ekonomi bangunan.

I.6.2 Lingkup Pembahasan

§ Pembahasan ditekankan pada disiplin ilmu arsitektur, sedangkan disiplin ilmu lain akan ikut dibahas selama mendukung pembahasan.

§ Pembahasan dilakukan berdasarkan teori yang digunakan terhadap aplikasinya pada bangunan.

I.7 Metode Pengumpulan Data dan Pembahasan

I.7.1 Metode Pengumpulan Data

Data-data diperoleh dengan beberapa cara, yaitu:

§ Studi literatur

Studi literatur berkaitan dengan pesantren pelajar/mahasiswa serta prinsip-prinsip Al

Qur’an dan sunnah yang digunakan dengan bersumber dari buku, artikel di internet, dan teori

arsitektural yang berorientasi pada obyek observasi untuk mendapatkan data sekunder yang

tidak dapat diperoleh dari observasi.

(20)

xx

Melakukan wawancara dan diskusi dengan mahasiswi muslim UNS, santri pesantren

mahasiswi sebagai pengguna fasilitas pesantren serta ustadz terkait idealitas sebuah pesantren

mahasiswi.

§ Observasi

- Mengamati kondisi lokasi dan tapak pada site yang akan digunakan

- Mengamati kondisi masyarakat sekitar dalam kaitannya kepentingan masyarakat

akan fasilitas publik

- Mengamati kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat (sekitar lokasi).

§ Studi perbandingan

Dengan mengambil sampel pesantren mahasiswi & pesantren pelajar yang ada di

Surakarta untuk dapat mengamati pola kegiatan perusahaan secara umum beserta

kebutuhan-kebutuhan lainnya.

§ Survey

Mengamati berbagai bentuk kegiatan keislaman yang ada pada wadah-wadah aktifitas

keislaman di Solo secara umum dan sekitar lokasi secara khusus.

I.7.2 Metode Pembahasan

Secara umum metode yang digunakan pada pembahasan adalah metode analisa dan

sintesa, menganalisa permasalahan yang kemudian disimpulkan sebagai titik tolak

penyusunan konsep perencanaan dan perancangan.

I.8 Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika yang digunakan dalam pembahasan konsep perencanaan dan

perancangan Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper

Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan

Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch adalah sebagai berikut :

§ Tahap I

Membahas mengenai pengertian Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori

dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam

Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch. Latar

belakang berupa pentingnya menuntut ilmu agama sebagai pedoman hidup disamping ilmu

dunia sebagai sarana hidup. Ilmu agama dipelajari untuk pembinaan akhlak sebagai bekal

pengamalan ilmu dunia kelak. Pesantren mahasiswi yang ideal serta seuai dengan tuntunan Al

Qur’an dan sunnah; permasalahan dan persoalan; tujuan dan sasaran; batasan dan lingkup

pembahasan; metode pengumpulan data dan pembahasan; dan sistematika pembahasan.

§ Tahap II

Melakukan peninjauan teori tentang nilai-nilai Al Qur’an dan sunnah yang diterapkan dalam

(21)

xxi

berjudul ’Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam

Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah’. Pendekatan yang digunakan dalam teori ini adalah

melalui studi nilai-nilai asasi dari islam seperti Al-Qur’an dan sunnah.

§ Tahap III

Meninjau pesantren mahasiswa Ar Royan sebagai objek pengembangan terkait dengan

organisasi pengelola serta fungsi dan kebutuhan ruang.

§ Tahap IV

Meninjau UNS beserta aktifitas keislaman di dalamnya sebagai objek pengguna fasilitas

pesantren.

§ Tahap V

Mendalami, membahas, serta menyimpulkan poin-poin prinsip teori penerapan Al Qur’an dan

sunnah terkait dengan aplikasinya di dalam Pesantren Mahasiswi.

§ Tahap VI

Meninjau Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper

Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan

Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST, M.Arch yang direncanakan meliputi

peran, fungsi, tinjauan keorganisasian pesantren dan skala pelayanan, kegiatan, fasilitas,

pelaku kegiatan, pola kegiatan dan kriteria desain makro dan mikro .

§ Tahap VII

Melakukan analisa konsep perencanaan dan perancangan makro dan mikro Pesantren

Mahasiswi Ar Royan dengan penerapan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran,

Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh

Nangkula Utaberta, ST, M.Arch

§ Tahap VIII

Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Pesantren Mahasiswi Ar Royan dengan

penerapan teori dalam paper Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan

Arsitektur Islam Berbasiskan Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta, ST,

M.Arch.

Meliputi kawasan sekitar UNS sebagai lokasi terpilih, besaran ruang, bangunan dan tapak,

sistem struktur, modul dan utilitas, konsep arsitektur Islam yang mempengaruhi bentuk dan

penampilan bangunan, dan persyaratan ruang yang juga sesuai dengan ide aplikasi desain

(22)

xxii

BAB II

TINJAUAN TEORI

Rekonstruksi Pemikiran, Filosofi Dan Perancangan Arsitektur Islam Berbasiskan

Al-Qur’an Dan Sunnah oleh Nangkula Utaberta6

Abstrak

Banyak perancangan dan pemikiran Arsitektur Islam lahir dari sebuah duplikasi dan peniruan

terhadap bentuk-bentuk, elemen dan ornamentasi dari bangunan yang dianggap sebagai produk

dari Masyarakat Muslim. Pendekatan ini seringkali terbatasi dengan penggunaan simbol-simbol

atau bentuk fisik yang dianggap merepresentasikan Islam dan biasanya berasal dari Timur Tengah.

Pada perancangan masjid misalnya, pendekatan yang berorientasi pada fisik biasanya menekankan

perlunya kubah, menara atau mihrab sebagai elemen yang wajib ada pada sebuah masjid. Paper ini

akan berusaha menggali pemikiran, filosofi dan perancangan yang berasal dari nilai dan prinsip

dasar dari Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah untuk kemudian diinterpretasikan dan diterapkan

dalam perancangan Arsitektur Islam yang sesuai dengan semangat zaman, tempat dan kondisi

sosial masyarakat. Diharapkan kajian ini akan membuka diskusi yang lebih luas bagi

pengembangan berbagai perancangan dan pemikiran Arsitektur Islam khususnya di Aceh yang

lebih ber-nilai, progresif dan integratif di masa depan.

II.1 Pendahuluan

Tujuan utama dari paper ini adalah menjelaskan beberapa prinsip dan nilai-nilai yang dapat

menjadi dasar bagi pembentukan kerangka pemikiran,ide-ide dan filosofi Arsitektur Islam.

Pembahasannya sendiri akan terbagi atas prinsip pengingatan padaTuhan, prinsip pengingatan

pada ibadah dan perjuangan, prinsip pengingatan pada kehidupan setelah mati, prinsip pengingatan

akan kerendahan hati, prinsip pengingatan akan wakaf dan kesejahteraan publik, prinsip

6

(23)

xxiii

pengingatan terhadap toleransi kultural, prinsip pengingatan kehidupan yang berkelanjutan dan

prinsip pengingatan tentang keterbukaan. Pada bagian akhir akan dilampirkan beberapa artikel

yang penulis tulis bagi Aceh Institute sebagai contoh aplikasi dari nilai-nilai yang dibahas pada

paper ini. Diharapkan kajian ini dapat menjadi dasar bagi pembahasan dan pengembangan

pemikiran,ide-ide dan kerangka filosofi Arsitektur Islam di masa depan.

II.2 Prinsip Pengingatan kepada Tuhan

Melalui berbagai firmannya Allah banyak mengingatkan kita untuk lebih banyak berkontemplasi

merenungi ciptaan-Nya di alam ini. Melalui berbagai ayat Al-Qur’an, Ia banyak mengajak kita

untuk merenungi penciptaan alam dan mengambil pelajaran dari makhluk ciptaan-Nya tersebut.

Sebagaimana terlihat pada beberapa ayat berikut ini:

And is He Who spread out the Earth, and set thereon mountains standing firm, and (flowing)

rivers: and fruit of every kind He made in pairs, two and two: He drawled the night as a veil o’er

Day. Behold, verily in these things there are Signs for those who consider! And in the earth are

tracts (diverse though) neighboring, and gardens of vines and fields sown with corn, and palm

trees-grown out of single roots o otherwise: watered with same water, yet some of them We make

more excellent others to eat. Behold, verily in these things.7

Alam merupakan bukti dari kebesaran dan ke-Maha Agungan-Nya, dengan memperhatikan alam

maka akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Hal ini telah ditegaskan oleh

Frank Lloyd Wright8 melalui berbagai tulisan beliau, sebagaimana terlihat berikut ini:

“True education is a matter of seeing in, not merely seeing at. Seeing in means seeing nature. Now

when popular education uses the world nature, it may mean the elements; it may mean animal life;

it means pretty much from the; waist down. Whereas nature with a capital “N”- I am talking about

the inner meaning of the word Nature-is all the body of god we’re ever going to see. It is

practically the body of God for us. By studying that nature we learn who we are, what we are, and

how we are to be.”9

Karenanya sangat penting bagi kita untuk memperlihatkan kebesaran alam sebagai ciptaan

langsung dari Allah jika dibandingkan dengan bangunan atau produk ciptaan manusia.

Perancangan bangunan dan perkotaan haruslah berusaha mendekatkan penghuninya dengan

suasana yang lebih alami dan dekat dengan alam.

Makhluk ciptaan Allah seperti pepohonan, rumput dan bunga-bungaan haruslah mendominasi

sebuah perancangan bangunan,perumahan atau perkotaan yang Islami. Pada perancangan

bangunan dan perancangan perkotaan dewasa ini, prinsip yang lebih mengutamakan penjagaan

7

QS Ar-Rad 3-4 8

Salah satu arsitek terbesar di dunia, yang banyak mempropagandakan sebuah arsitek yang dekat dengan alamnya, contoh bangunan dan pemikiran beliau akan banyak menjadi rujukan dalam paper ini.

9

(24)

xxiv

terhadap alam seringkali ditinggalkan. Para pengembang dan arsitek lebih memilih untuk

meratakan lahan, menghancurkan alamnya, baru kemudian mendirikan bangunan sesuai

keinginannya. Bagian yang alami kemudian dibuat terpisah dalam bentuk taman buatan di sekitar

bangunan. Kita akan melihat bagaimana manusia menjajah alam melalui usaha pengasingan

elemen-elemen alam tersebut dari produk ciptaan manusia.

Suatu contoh yang cukup baik dari segi pengintegrasian alam dengan bangunan dapat dilihat pada

perancangan bangunan yang dilakukan oleh Frank Lloyd Wright. Pada perancangan bangunannya,

Wright tidak serta-merta meratakan tanah dan lahan yang akan dibangunnya namun beliau secara

hati-hati memilih pohon atau elemen alami yang dapat digunakan sebagai elemen utama dari

bangunannya. Setelah itu beliau akan secara hati-hati juga menyusun massa bangunan diantara

elemen alam tersebut. Dalam memilih bahan bangunan dan ornamentasi pun beliau secara hati-hati

mengambil elemen dengan karakter yang sesuai dengan kondisi alam sekitarnya.

Berbeda dengan perancangan bangunan besar seperti istana atau bangunan klasik yang

mementingkan aspek simetrifitas dan tampak bangunan,bangunan karya Wright lebih bergerak

secara organik, asimetri dan berorientasi pada ruang di bagian dalam bangunannya. Sebagaimana

terlihat pada beberapa contoh bangunan beliau berikut ini:

Hasil dari pendekatan perancangan ini sungguh luar biasa, bangunan akan menyatu dengan alam

sekitarnya. Elemen alam akan terlihat mendominasi sementara bangunan akan terlihat merendah

dan berdiri serasi dengan lingkungannya. Walaupun Frank Lloyd Wright bukanlah seorang

Muslim namun metode dan pendekatan perancangan beliau terlihat lebih islami dibandingkan

banyak arsitek Muslim yang hanya mengutamakan simbol-simbol Islam dibandingkan substansi

ajarannya.

Selain perancangan dan pembentukan masa bangunan, elemen alam seperti cahaya matahari, aliran

udara, suara-suara alam dan gemericik air perlu diintegrasikan ke dalam bangunan. Bangunan

sedapat mungkin harus menggunakan sumber energi yang ramah dengan lingkungannya.

Penggunaan pencahayaan dan pengudaraan buatan yang dapat merusak lingkungan perlu dihindari

dan efek negatifnya perlu diminimalisir sehingga tercipta hubungan yang serasi antara manusia

dengan alam sekitarnya sebagai sarana pembentukan kecintaan kita kepada Tuhan.

(25)

xxv

II.3 Prinsip Pengingatan pada Ibadah dan Perjuangan

Islam merupakan agama yang sangat berbeda dengan agama lain karena tidak hanya mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur bagaimana hubungan sesama

manusia dalam konteks hubungan dengan Tuhannya. Secara teoritis dan praktis prinsip ini cukup

kompleks karena ia tidak hanya berbicara tentang aspek ibadah saja namunjuga berbicara

mengenai muamalat dan perjuangan perbaikan kehidupan manusia. Hal ini terjadi karena konsep

ibadah dalam Islam menyatu dengan keseharian kehidupan Muslim itu sendiri. Hal ini terlihat dari

Firman Allah berikut ini:

Alif, Lam, Mim. This is the Book; in it is guidance sure, without doubt, to those who fear Allah;

Who believe in the Unseen, are steadfast in prayer, and spend out of what We have provided for

them; And who believe in the Revelation sent to thee, and sent before thy time, and (in their hearts)

have the assurance of the Hereafter. They are on (true) guidance, from their Lord, and it is these

who will prosper.10

The believers must (eventually) win through,- Those who humble themselves in their prayers; Who

avoid vain talk; Who are active in deeds of charity; Who abstain from sex, Except with those

joined to them in the marriage bond,or (the captives) whom their right hands possess,- for (in their

case) they are free from blame, But those whose desires exceed those limits are transgressors;-

Those who faithfully observe their trusts and their covenants; And who (strictly) guard their

prayers;- These will be the heirs.11

Rasulullah sendiri melalui berbagai hadith beliau secara tegas menjelaskan bahwa seorang Muslim

bukanlah seorang individu yang berdiri sendiri dan mencari keimanan dan ketakwaan untuk

dirinya sendiri. Seorang Muslim adalah bagian dari masyarakatnya karenanya ia perlu berjuang

demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakatnya, sebagaimana terlihat pada beberapa hadith

berikut:

Abu al-Darda’ reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: Shall I not

inform you of something more excellent in degree than fasting, prayer and almsgiving (sadaqah)?

The people replied: Yes, Prophet of Allah! He said: it is putting things rights between people,

spoiling them isthe shaver (destructive).12

Abu Dhar reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: He who separates the

community within a span takes off the noose of Islam from his neck.13

Dalam dunia arsitektur, hal merupakan suatu prinsip yang membawa implikasi sangat besar.

Dalam perancangan masjid misalnya, ide tentang prinsip ibadah dan perjuangan menjadikan

masjid bukan hanya sekedar tempat sholat dan ibadah ritual saja. Namun juga berperan sebagai

10

QS Al Baqarah 1-5. 11

QS Al Mu’minun 1-10. 12

Sunan Abu Dawud Vol.III, hal 1370 13

(26)

xxvi

pusat kegiatan sehari-hari dan pusat interaksi serta aktivitas dari komunitas Muslim di kawasan

tersebut. Hal ini berarti perancangan ruang-ruang suatu masjid haruslah dibuat sedemikian rupa

sehingga memungkinkan aktivitas di luar aktivitas ritual seperti sholat atau i’tikaf memungkinkan

untuk dijalankan. Aktivitas seperti olah-raga, seminar, diskusi keagamaan, sekolah dan pusat

pendidikan, perpustakaan, aktivitas perniagaan dan kegiatan yang dapat memperkuat ukhuwah dan

silaturahmi seharusnya mendapat porsi perhatian yang cukup sebagaimana aktivitas ritual tadi.

Karenanya masjid seharusnya dirancang agar mampu menarik perhatian dan mengundang jama’ah

untuk bergabung dan beraktivitas di dalamnya. Masjid bukanlah monument atau bangunan suci

yang justru diletakkan terpisah dan terasing dari masyarakatnya. Ia haruslah menjadi pusat

aktivitas yang menyatukan dan menjadi sarana dari berbagai kegaiatan masyarakat karenanya

elemen-elemen seperti pagar dan dinding bangunan seharusnya lebih terbuka dan memberi kesan

mengundang daripada melarang orang untuk masuk ke dalamnya. Karakter masjid sebagaimana

disebutkan di atas cukup unik dibandingkan bangunan peribadatan yang lain seperti gereja atau

kuil. Pada bangunan gereja atau kuil, ruang dalam bangunan haruslah sedapat mungkin dibuat

setenang dan sekhidmat mungkin sehingga orang dapat khusyuk beribadah, sementara pada

bangunan masjid harus dipisahkan antara bagian yang memungkinkan ibadah secara khusyuk

dengan bagian yang memungkinkan pergerakan dan aktivitas yang lebih bebas. Karenanya

diperlukan perancangan dan zoning yang lebih jelas dan dinamis.

II.4 Prinsip Pengingatan pada Kehidupan Setelah Kematian

Prinsip ini adalah prinsip yang sangat penting namun sering dilupakan oleh banyak orang.

Kematian dankehidupan setelah mati menjadi salah satu pilar penting dari prinsip hidup, filosofi,

dan keimanan dalam Islam. Seringkali sebagai seorang manusia kita dilenakan dengan kesibukkan

di dunia ini, lalu melupakan bahwa kita akan mati. Dalam prinsip keimanan Islam dinyatakan

bahwa setelah kematian setiap orang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya di dunia.Dalam

berbagai ayat-Nya Allah SWT banyak mengingatkan manusia untuk mempersiapkan bekal bagi

menghadapi kehidupan setelah mati dengan memperbanyakkan amalan di dunia ini. Hal ini terlihat

pada beberapa ayat berikut:

It is not righteousness that ye turn your faces Towards east or West; but it is righteousness- to

believe in Allah and the Last Day, and the Angels, and the Book, and the Messengers; to spend of

your substance, out of love for Him, for your kin, for orphans, for the needy, for the wayfarer, for

those who ask, and for the ransom of slaves; to be steadfast in prayer, and practice regular

charity; to fulfil the contracts which ye have made; and to be firm and patient, in pain (or

suffering) and adversity, and throughout all periods of panic. Such are the people of truth, the

Allah-fearing.14

14

(27)

xxvii

Those who leave their homes in the cause of Allah, and are then slain or die,-On them will Allah

bestow verily a goodly Provision: Truly Allah is He Who bestows the best provision.15

Rasulullah sendiri juga banyak mengingatkan kita akan pentingnya bagi kita untuk berhati-hati

dalam kehidupan kita bagi mempersiapkan kehidupan yang akan kita lalui setelah mati

sebagaimana terlihat pada hadith berikut ini:

Anas b. Malik reported: There passed a bier (being carried by people) and It was lauded in good

terms. Upon this the Apostle of Allah (may peace be upon him) said: It has become certain, it has

become certain, it has become certain. And there passed a bier and it was condemned in bad

words. Upon this the Apostle of Allah (may peace be upon him) said: It has become certain, it has

become certain, it has become certain. ‘Umar said: May my father and mother be ransom for you!

There passed a bier and it was condemned in bad words, and you said: It has become certain, it

has become certain, it has become certain. Upon this the Messenger of Allah (may peace be upon

him) said: He whom you praised in good terms, Paradise has become certain for him, and he

whom you condemned in bad words, Hell has become certain for him. You are Allah’s witnesses in

the earth, you are Allah’s witnesses in the earth, you are Allah’s witnesses in the earth.16

Pemakaman merupakan salah satu bentuk arsitektur dari prinsip ini. Agak sulit menemukan

literatur berkenaan dengan teori dan konsep pemakaman dalam konteks Arsitektur Islam karena

biasanya dianggap tabu atau tidak penting. Namun kalau kita lihat berbagai hadith Rasulullah

berikut ini, kita akan mendapati bahwa pemakaman merupakan elemen yang sangat penting dan

perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius.

It is narrated on the authority of ‘Amir ibn Rabi’a (may Allah be pleased with him) that the

Prophet (may peace be upon him) said: Whenever you see a funeral procession, stand up for that

until it moves away or is lowered on the ground.17

It is reported on the authority of Ibn Juraij that the Holy Prophet (may peace be upon him)said:

Should anyone amongst you see a bier he must stand up so long as it is within sight in case he

does not intend to follow it.18

Pemakaman merupakan suatu bangunan yang penting,karena ia dibangun bukan untuk orang yang

sudah mati namun sebagai pengingatan bagi orang yang masih hidup. Karenanya perletakkan

pemakaman haruslah diletakkan di tempat yang mudah terlihat dari kehidupan sehari-hari.

Manusia perlu untuk senantiasa diingatkan bahwa mereka akan mati sehingga lebih berhati-hati

dan lebih tenggang rasa dengan masyarakat sekitarnya. Apabila lahan yang mahal menjadi alasan

dari pemilihan lokasi untuk perletakkan pemakaman maka mungkin dapat digunakan simbol atau

monumen untuk mengindikasikan bahwa di tempat tersebut terdapat pemakaman.

15

QS Al-Hajj: 58 16

Sahih Muslim Vol. II, hal 451

17

Sahih Muslim Vol. II, hal 454 18

(28)

xxviii

Mengingat pentingnya pemakaman bagi kehidupan keseharian sebagaimana dijelaskan diatas.

Pemakaman perlu dirancang dan didesain sehinggamemudahkan orang untuk datang dan berziarah

disana. Perlu juga disediakan fasilitas yang mendukung fungsi utama ini seperti toilet dan

ruang-ruang untuk bersitirahat. Perlu juga disediakan ruang-ruang-ruang-ruang yang dapat digunakan secara khusyuk

bagi orang-orang untuk mengingat kematian dan meningkatkan ketaqwaan.

II.5 Prinsip Pengingatan akan Kerendahan Hati

Islam mengajarkan seorang Muslim untuk merendahkan diri di hadapan Tuhannya. Seorang

pemimpin haruslah merendahkan dirinya di hadapan orang yang dia pimpin. Seorang panglima

harus merendahkan diri dari tentara yang dipimpinnya. Pelajaran akhlak ini terlihat dengan jelas

dari keseharian Rasulullah SAW, sebagaimana terlihat pada hadith berikut:

Narrated Anas bin Malik: While we were sitting aith the Prophet in the mosque, a man came

riding on camel. He made his camel kneel down in the mosque, tied its foreleg and then said:

“Who amongst us you is Muhammad?” At that time the Prophet was sitting amongst us (his

Companions) leaning on his arm. We replied, “This white man reclining on his arm. The man then

addressed him, “O Son of ‘Abdul Muttalib.” The Prophet said , “I am here to the Prophet “I want

to ask you something and will be hard in questioning. So do not angry want.” The man said, “I ask

you by your Lord, and the Lord of those who came before, has Allah sent you as an Apostle to all

the mankind?” The Prophet 1 replied, “By Allah, yes.” The man further said, “I ask you by Allah.

Has ordered you to observed fasts during this month of the year (i.e Ramadan)?” He replied. “By

Allah, yes.” The man further said, “I ask you by Allah/ has Allah ordered you to Zakat from from

our rich people and distribute it to amongst our poor people?”The Prophet replied, “By Allah,

yes.” There upon that man said, “I believe in all that with which you have been sent by my people

as a messenger, and I am Dimam bin Tha’laba from the brothers of Bani Sa’ad bin Bakr.”19

Dari hadith ini terlihat bahwa orang yang ingin bertemu dengan Rasulullah tersebut tidak dapat

mengenali Rasulullah diantara para sahabatnya. Dari sini dapat kita asumsikan bahwa rasulullah

pasti tidak berbeda dengan sahabat yang lain. Ia tidak mengenakan mahkota, tidak mengenakan

baju kebesaran, tidak duduk di tempat yang khusus melainkan bercampur dan berpenampilan

sebagaimana sahabat yang lain. Dari sini terlihat akhlak kerendahan hati Rasulullah dan

bagaimana ia menghormati para sahabatnya sebagai saudara se-iman. Pada beberapa kisah

dibawah ini diceritakan beberapa kisah tentang kerendahan hati Rasulullah yang walaupun

menjadi seorang pemimpin tetap memperhatikan dan mengasihi orang-orang yang dipimpinnya.

It is narrated on the authority of Abu Huraira that a dark-complexioned woman (or a youth) used

to sweep the mosque. The Messenger of Allah (may peace be upon him) missed her (or him) and

inquired about her (or him). The people told him that she (or he) had died. He asked why they did

not inform him, and it appears as if they had treated her (or him) or her (or his) affairs as of little

19

(29)

xxix

account. He (the Holy Prophet) said: Lead me to her (or his) grave. Their led him to that place

and he said prayer over her (or him) and

then remarked: Verily, these graves are full of darkness for their dwellers. Verily, the Mighty and

Glorious Allah illuminates them for their occupants by reason of my prayer over them.20

Narrated Ibn ‘Abbas A person died and Allah’s Apostle used to visit him. He died at night and (the

people) buried him at night. In the morning they informed the Prophet (about his death). He said,

“What prevented you from informing me?” They replied, “It was night and it was a dark night and

so we dislike to trouble you” The Prophet went to his grave and offered the (funeral) prayer.21

Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang sangat besar. Ia berbicara tentang

bagaimana seharusnya kita meletakkan dan menyusun massa bangunan dalam konteks

lingkungannya. Ukuran bangunan sebagaimana kita belajar dari penampilan Rasulullah tadi tidak

seharusnya berdiri terlalu besar secara kontras dibandingkan bangunan sekitarnya. Pemilihan

bahan dan material bangunan pun harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terkesan terlalu

mewah yang akhirnya akan banyak menghabiskan uang untuk perawatannya. Kesan monumental

pada bangunan (biasanya terjadi pada Masjid atau bangunan pemerintahan) yang seringkali justru

menyebabkan pemborosan lahan dan menghabiskan banyak biaya harus dihindari karena ia akan

memberikan imej yang negatif terhadap Islam (sebagai agama yang feudal, penuh dengan

pemborosan, haus kekuasaan dan terbelakang),namun kita harus berusaha memberikan imej Islam

sebagai agama yang demokratis, progresif dan siap menerima berbagai perubahan. Bangunan pun

tidak seharusnya mengacaukan komposisi alami dari lingkungan alaminya dengan memaksakan

komposisi simetri yang seringkali justru dipaksakan demi alas an simbolik atau formalitas saja.

Dalam perancangan rumah sendiri, hadith berikut ini secara tergas menjelaskan tentang prinsip

kerendahan hati ini:

20

Sahih Muslim Vol. II, hal 453 21

Sunan Abu Dawud Vol.2, hal 192

(30)

xxx

Anas bin Malik said: the Apostle of Allah (may peace be upon him) came out and seeing a

high-domed building and said: What is it? His companions replied to him: It belongs to so and so, one

of the Ansar. He said: He said nothing but kept the matter in mind. When its owner came and gave

him a salutation among the people, he turned away from him. When he had done several times, the

man realized that anger was connected with him and the turning away was because of him. So he

complained of that to his companions, saying: T swear by Allah that I cannot understand the

Apostle of Allah (may peace be upon him). They said: He, went out and saw your domed building,

so the man returned to it and demolished it, leveling it to the ground. One day the Apostle of Allah

(may peace be upon him) came out and did not see it. He asked: What has happened to the domed

building? They replied: Its owner complained to us of your turning away, and when we informed

him about it, he demolished it. He said: Every building is a misfortune for its owner, except what

cannot, meaning except what cannot be done without.22

II.6 Prinsip Pengingatan akan Wakaf dan Kesejahteraan Publik

Sebagaimana semangat dan prinsip yang telah disebutkan sebelumnya, Islam mengajarkan agar

umatnya berinteraksi dan saling menolong dalam masyarakat. Islam tidak pernah memerintahkan

umatnya untuk menyendiri dan mencari keshalehan untuk dirinya sendiri. Dalam Islam terdapat

beberapa amalan pribadi seperti I’tikaf dan sholat sunnah namun kesemuanya dibingkai oleh

kerangka kehidupan bermasyarakat. Karenanya aktivitas dan fasilitas sosial merupakan suatu

elemen penting dalam kehidupan masyarakat Muslim. Hal ini dapat dilihat pada beberapa hadith

berikut:

Abu Shuraih att-Ka’bi reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: He who

believes in Allah and the last Day should honour his guest. Provisions for the road are what will

serve for a day and night hospitality extends for three days; what goes after that is sadaqah

(charity). And it is not allowable that a guest should stay till he makes himself an encumbrance.23

Narrated Abu Huraira: Allah’s Apostle (may peace be upon him) said, “The poor person’s is not

the one who goes round the people and ask them for a mouthful or two (meals) o a date or two but

the poor is that who has not enough (money) to satisfy his needs and whose condition is not know

to others that others may give him something in charity, and who does not beg of people.24

Dari hadith ini terlihat bahwa Rasulullah sangat memperhatikan kehidupan sosial dari umatnya.

Pada hadith yang pertama rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati tamu dan menjaga

fasilitas umum, ini menunjukkan bagaimana Islam sangat menggalakkan kegiatan dan aktivitas

sosial. Hadith yang kedua menyuruh kita agar memperbanyak sedekah dan kontribusi kepada

masyarakat melalui sebuah perumpamaan yang unik. Dari sini kembali terlihat bagaimana

22

Sunan Abu Dawud, Vol. III, hal 1444-1445 23

Sunan Abu Dawud, Vol.III, hal 1058 24

(31)

xxxi

perhatian Islam terhadap kehidupan bermasyarakat umatnya. Pentingnya menjaga fasilitas sosial

dan anjuran untuk melakukan kegiatan sosial juga dapat dilihat pada beberapa hadith berikut ini:

Abu Sa’id al-Khudri reported the Apostle of Allah (may peace be upon him) as saying: Avoid

sitting in the roads. The people said: Apostle of Allah I must have meeting places in which to

converse. The Apostle of Allah (may peace be upon him) said: If you insist on meeting, give the

road its due. They asked: What it the due of roads, Apostle of Allah? He replied: Lowering the

eyes, removing anything offensive, returning salutations, commanding what is reputable and

forbidding what is disreputable.25

‘Umar b. al-Khattab quoted the Prophet (may peace be upon him) as saying on the same

occasion: Help the oppressed (sorrowful) and guide those who have lost their way.26

Dalam dunia arsitektur prinsip ini membawa implikasi yang sangat besar. Yang pertama, bahwa

fasilitas umum dan fasilitas sosial perlu mendapatkan prioritas yang utama. Berbeda dengan

perancangan bangunan dewasa ini yang seringkali mengutamakan aspek komersial dari suatu

bangunan dengan mengetepikan fasilitas dan kebutuhan umum untuk masyarakat. Dalam sebuah

mall seringkali fasilitas umum seperti tempat bermain anak, tempat duduk, taman atau masjid

menjadi bagian dari bangunan yang terpinggirkan karena dianggap tidak memiliki nilai komersial.

Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip dan hadith diatas, sehingga kita perlu merekonstruksi

pola pikir dan pemahaman kita dari sebuah pola perancangan yang berorientasi kepada

materialistik ke pemikiran yang lebih sosial dan mengutamakan kepentingan publik.

Bangunan-bangunan yang merupakan institusi sosial seperti rumah jompo, rumah orang cacat dan

orang-orang yang miskin perlu ditingkatkan fasilitasnya. Masyarakat digalakkan untuk saling

membantu tanpa kecuali termasuk terhadap orang-orang di luar Islam. Islam menggalakkan

tanggung jawab komunitas bukan hanya perseorangan.

II.7 Prinsip Pengingatan terhadap Toleransi Kultural

Sejarah telah mencatat Islam sebagai satu-satunya agama yang memiliki toleransi yang luar biasa.

Di negara-negara dimana Islam menjadi umat mayoritas, toleransi dan kerjasama antara satu

agama dengan agama yang lain berjalan dengan baik dan berkembang. Hal ini membuktikan

bagaimana Islam sebagai sebuah sistem hidup menjadi rahmat bagi seluruh alam sebagaimana

dinyatakan oleh Allah berikut ini:

We sent thee not, but as a Mercy for all creatures.27

We have not sent thee but as a universal (Messenger) to men, giving them glad tidings, and

warning them (against sin), but most men understand not.28

Sikap toleransi Rasulullah terlihat jelas pada hadith berikut:

25

Sunan Abu Dawud, Vol. III, hal 1346 26

Sunan Abu Dawud, Vol.IV, hal 1347 27

QS Al-Anbiya: 107 28

(32)

xxxii

It is narrated on the authority of Ibn Abu Laila that while Qais b. Sa’d and Sahl b. Hunaif weer

both in Qadisiyya a bier passed by them and they both stood up. They were told that it was the bier

of one of the people of the land (non_Muslim). They said that a bier passed before the Holy

Prophet (may peace be upon him) and he stood up. He was told that he (the dead man) wasa

Jew. Upon this he remarked: Was he not a human being or did he not have a soul? And in the

hadith transmitted by ‘Amr b. Murra with the same chain of transmitters, (the words) are: “There

passed a bier before us”.29

Sejarah telah mencatat bagaimana bencinya umat Yahudi kepada Rasulullah dan umatnya hingga

hari ini. Namun pada hadith diatas terlihat bagaimana penghormatan dan penghargaan Rasulullah

kepada mereka. Bahkan kepada orang yang sudah mati sekalipun. Allah telah menciptakan

manusia terdiri dari berbagai bangsa dan ras, namun hal ini tidak menjadi sumber perpecahan

karena dalam Islam ukuran derajat seseorang di mata Allah terletak pada ketaqwaan dan

keimanannya sebagaimana terlihat pada ayat berikut:

O mankind! We created you from a single (pair) of a male and a female, and made you into

nations and tribes, that ye may know each other (not that ye may despise (each other). Verily the

most honoured of you in the sight of Allah is (he who is) the most righteous of you. And Allah has

full knowledge and is well acquainted (with all things)30

Ayat tersebut juga mengajarkan kita untuk saling mengenal satu sama lain dan bekerja sama bagi

kesejahteraan bersama. Dalam Arsitektur, hal ini menegaskan akan kewajiban kita untuk

menghormati budaya dan kehidupan sosial masyarakat dimana bangunan tersebut berdiri. Selama

tidak bertentangan dengan Islam kita diperbolehkan mempergunakan bahasa arsitektur masyarakat

setempat dengan memanfaatkan potensi dan material yang ada di tempat tersebut. Hal ini tentu

menjadi prinsip yang menjamin flesibilitas perancangan bangunan dalam Islam.

Dalam perancangan masjid misalnya, dari hasil kajian yang luas di berbagai negara terhadap

perancangan sebuah masjid, kita akan mendapati berbagai variasi dan kreasi yang sungguh luar

biasa. Masjid dibuat dengan teknologi, biaya dan sumber daya yang disesuaikan dengan kondisi

regional dimana ia berdiri, tanpa sebuah keharusan untuk meletakkan elemen tertentu. Dari sini

perancangan masjid yang bercorak Timur Tengah di negara yang beriklim tropis seperti Indonesia

dan Malaysia tentu harus dikaji kesesuainnya.

29

Sahih Muslim Vol. II, hal 454 30

Gambar

Tabel 1.1 kegiatan dakwah untuk mahasiswa muslim UNS
Gambar 2.1 Contoh beberapa bangunan yang dirancang oleh Frank Lloyd Wright
Gambar 2.2 Beberapa contoh bangunan yang dibangun secara monumental   (dari kiri ke kanan):Taj Mahal di India, Versailles di Prancis
Gambar 3.1 Peta lokasi Pesma/i Ar Royan
+7

Referensi

Dokumen terkait

*alam am per perusah usahaan aan man manufa ufaktu ktur r ya yang ng pro produk duksin sinya ya ber berdas dasark arkan an pes pesana anan, n, pen pencata catat t

Dengan cara pemberian ini dapat dihindari efek samping obat yang biasa terjadi pada pemberian dosis tinggi seperti aplasi sumsum tulang, pigmentasi kulit, amenore dan

Secara umum galat baku untuk metode IGLS sedikit lebih kecil dari metode TSLS.untuk ukuran sampel 200 kedua metode juga memberikan hasil yang tidak terlalu

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Sosial tentang Penghapusan Barang Milik Negara Berupa 1 (Satu) Paket

Overlap sudu yang bisa menangkap kecepatan angin dengan baik, maka putaran poros akan semakin besar.. Torsi yang semakin besar, maka daya akan semakin

Rasio Murid Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Terhadap Sekolah, Kelas dan Guru menurut Kabupaten/Kota Ratio of Pupils in Junior High School To Schools, Classes, and. Teachers

Hasil penelitian ini mengembangkan hipotesis pertama yaitu penilaian kinerja berpengaruh positif dan signifikan pada pengembangan karir di PT Bali Biasa Indah

今回の調査においては,数千名に も及ぶ方々に ご回答いただきま した。これ らの方 々に あ らためてお礼を 申し上げ