• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (sl-ptt) di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (sl-ptt) di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah serta didukung oleh partisipasi masyarakatnya (Mardikanto, 1996). Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian, selain itu sektor pertanian juga berperan dalam penyediaan kebutuhan pangan bagi manusia. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan pada kebutuhan pangan, untuk itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan.

Badan Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi, diantaranya varietas unggul yang sebagian diantaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, badan LITBANG Pertanian juga telah menghasilkan dan mengempangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi

Salah satu upaya dalam peningkatan produksi pangan adalah dengan menerapkan pola Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Pada dasarnya pengelolaan tanaman terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metode/strategi, bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara terpadu dan berkelanjutan. Melalui usaha tersebut diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani padi dapat ditingkatkan serta usaha

(2)

pertanian padi dapat terlanjutkan (BPP Sukoharjo, 2008). Tujuan dari sistem ini adalah untuk meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan, dan efisiensi produksi dengan memperhatikan sumber daya yang ada, kemampuan dan kemauan petani.

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompok tani yang dimaksud adalah kelompok tani yang dibentuk berdasarkan domisili atau hamparan, diusahakan yang lokasi lahan usahataninya masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru oleh petani lainnya.

Peranan masyarakat dalam kegiatan SL-PTT sangatlah diperlukan, tanpa ada partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut maka program tersebut tidak akan berjalan. Adapun fasilitas dalam SL-PTT berupa benih unggul, pupuk organik, pupuk anorganik serta bacteri chorin. Dalam pelaksanaan SL-PTT di Kecamatan Plupuh masih memiliki kendala. Dalam penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti kendala yang dihadapi yaitu tidak semua petani mampu menerapkan sistem jajar legowo yang merupakan salah satu komponen teknologi dalam PTT untuk itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai partisipasi petani dalam kegiatan SL-PTT.

B. Perumusan Masalah

(3)

mencakup aspek yang diperlukan oleh kelompok tani. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian materi antara lain: pertama adalah aspek teknologi: ketrampilan dan pengetahuan, dalam SL-PTT, petani diberikan berbagai ketrampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager dilahan usahataninya sendiri seperti analisis ambang ekonomi hama dan penyakit tanaman, analisis perubahan iklim, analisis kecukupan hara bagi tanaman dan efisiensi penggunaan air dengan sistem pengairan berselang; kedua aspek hubungan antar petani : interaksi dan komunikasi, SL-PTT mendorong petani untuk dapat bekerja sama, melakukan analisis secara bersama-sama, diskusi dan berkomunikasi dengan santun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang lain; ketiga adalah aspek pengelolaan: manajer dilahan usahatani sendiri, dalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai menganalisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentang tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

Adanya program pengelolaan tanaman terpadu diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi serta mampu meningkatkan pendapatan petani. Demi kesuksesan program tersebut diperlukan partisipasi dari para petani agar kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Akan tetapi, kegiatan ini juga mempunyai kendala seperti kurangnya kesadaran dari beberapa petani untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan SL-PTT baik secara konsep maupun praktek? 2. Bagaimana karakteristik petani dalam kegiatan SL-PTT di Kecamatan

Plupuh Kabupaten Sragen?

3. Bagaimana partisipasi petani dalam kegiatan SL-PTT di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen?

(4)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pelaksanaan SL-PTT baik secara konsep maupun paraktek 2. Mengkaji karakteristik petani peserta SL-PTT di Kecamatan Plupuh

Kabupaten Sragen

3. Mengkaji partisipasi petani dalam kegiatan SL-PTT di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.

4. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dan pendorong petani untuk berpartisipasi dalam kegiatan SL-PTT

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai kegiatan sekolah lapang langsung dari lapangan.

2. Bagi Badan Pelaksana Penyuluhan (BPP) dan instansi terkait lainnya, sebagai masukan dalam menyusun program kerja yang lebih baik.

3. Bagi peneliti lain, sebagai pembanding dalam melakukan penelitian sejenis.

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian

Pembangunan merupakan upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah dan ddukung oleh partisipasi masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih (Mardikanto, 1996).

(5)

memperbesar turut campur-tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuhan dan hewan (Hadisapoetro, 1973).

Pembangunan pertanian adalah pembangunan sektor pertanian atau pembangunan usahatani, yang selalu mengacu kepada selalu tercapainya kenaikan produktivitas dan penerimaan usahatani untuk jangka waktu yang tidak terbatas, secara berkelanjutan lestari (Mardikato, 2007).

2. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya serta pelaku usaha pertanian lainnya agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya (Departemen Pertanian, 2005).

Penyuluhan, menurut Van Den Ban (1999), diartikan sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Pendidikan penyuluhan adalah ilmu yang berorientasi keputusan tetapi juga berlaku pada ilmu sosial berorientasi pada kesimpulan. Ilmu ini mendukung keputusan strategi yang harus diambil dalam organisasi penyuluhan. Penyuluhan juga dapat menjadi sarana kebijaksanaan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai sarana kebijakan, hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani.

Penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya (Kartasapoetra, 1994).

(6)

“Extension work is an out-school system of education in which adults and young people learn by doing. It is a partnership between the goverment, the land-grant colleges, and the people, which provides service and education designed to meet the needs of the people. Its fundamental objective is the development of the people” (Kelsey and Cannon, 1955).

Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah di mana orang dewasa dan pemuda belajar dengan mengerjakan. Penyuluhan adalah hubungan kemitraan antara pemeritah, tuan tanah, dan masyarakat, yang menyediakan pelayanan dan pendidikan terencana untuk menemukan kebutuhan masyarakat. Tujuan utamanya adalah kemajuan masyarakat (Kelsey and Cannon, 1955).

Penyuluhan pertanian adalah proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian (Mardikanto, 1993).

Wiriaatmadja (1986) dalam Basriansyah (2009) mengartikan penyuluhan pertanian adalah suatu system pendidikan luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani dipedesaan, dimana merkea belajar sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bias menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluahan pertanian itu adalah suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan dana sarananya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan dan kepentingan baik dari sasaran, waktu maupun tempat. Karena sifatnya yang demikian maka penyuluhan biasa juga disebut pendidikan non formal

(7)

receptive to, and on his own initiative continuously seek, means of improving his farm business and home”.

Penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan informal yang menyediakan jasa untuk pelatihan dan mempengaruhi petani (dan keluarganya) untuk memperbaiki hasil dan produksi ternak, pengelolaan, penyimpanan dan pemasaran. Perhatian utamanya tidak hanya dengan mengajar dan pengawasan adopsi dari fakta-fakta, melainkan dengan harapan adanya perubahan langsung dari petani dimana dia akan menerima dan secara inisiatif pribadi untuk terus mencari untuk meningkatkan bisnis di bidang pertanian.

Soeharto (2005) dalam Kartono (2008) mengatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan bagian dari sistem pembangunan pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) bagi petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri. Selanjutkan dikatakan oleh Salim (2005) dalam

Kartono (2008), bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian, agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.

“Extension is an educational process for bringing about the maximum number of desirable changes among the people, which involves both learning & teaching & needs some tools or methods commonly known as extension-teaching methods” (Krishiworld, 2010).

(8)

belajar dan mengajar dan membutuhkan alat dan metoda yang biasa dikenal sebagai metode mengajar penyuluhan.

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani dipedesaan, perubahan-perubahan itu menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan atau kemampuan sikap dan motif tindakan petani.

a. Perubahan tingkat pengetahuan, meliputi perubahan-perubahan dari apa yang mereka sekarang telah mengetahuinya, sehingga tadinya bersifat kurang menguntungkan menjadi sesuatu yang lebih baik dan lebih menguntungkan.

b.Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan, meliputi perubahan-perubahan dalam hal kecakapan/kemampuan berpikir, apa yang pada mulanya kurang mendapat perhatian, tidak memberi gambaran-gambaran akan adanya hal-hal yang meguntungkan, belum terpikrkan dan tergambarkan daya dan cipta ketrampilan yang lebih efektif dan efisien, kini telah berubah menjadi cakap/mampu memperhatikannya, menggambarkan dan melaksanakan cara-cara dan ketrampilan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.

c. Perubahan sikap, meliputi perubahan-perubahan dalam perilaku dan perasaan yang didukung oleh adanya peningkatan kecakapan, kemampuan dan pemikiran.

(9)

pada umumnya telah melakukan “better farming, better business dan better living” yang artinya:

a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik.

b.Better business, berusaha yang lebih menguntungkan, misalnya menjauhi para pengijon, para lintah darat dan sebagainya.

c. Better living, menghemat, tidak berfoya-foya setelah melangsungkan panenan, menabung, bekerjasama memperbaiki higiene lingkungan, mendirikan industri-industri rumah dengan mengikutsertakan keluarganya guna mengisi kekosongan waktu menunggu panenan. (Kartasapoetra, 1994).

3. Partisipasi

Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan dalam sesuatu yang ditawarkan. Tindakan petani untuk berpartisipasi tidak lepas dari kemampuan diri serta perhitungan untung dan rugi. Dalam keadaan yang sewajarnya petani tidak akan melakukan hal-hal diluar kemampuannya atau yang merugikan dirinya. Kemampuan petani berkaitan dengan situasi

lingkungan serta keadaan yang melekat pada dirinya (Warsito, dalam Supadi, 2008).

(10)

sejak awal tahun 1980-an melalui istilah pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam membangun serta menjaga lingkungan dimana mereka berada. Sedangkan Bank Dunia (1994) dalam Krisnanto (2007) mengartikan partisipasi sebagai suatu proses dimana sebagai pelaku (stakeholders) dapat mempengaruhi serta membagi wewenang dalam menentukan inisiatif-inisiatif pebangunan, keputusan serta pengalokasian berbagai sumber daya yang berpengaruh terhadap mereka.

Mubyarto (1984) dalam Ndraha (1990) mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnyansetiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Participation is simply a process of taking part in different spheres of societal life: political, economic, social, cultural and others (Sidorenko, 2010).

Partisipasi adalah suatu proses yang sederhana dari pengambilan bagian didalam suatu lapisan sosial masyarakat yang berbeda : politik, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya.

Cleaver dalam Cooke dan Kothari (2002) dalam Atmoko (2010) mengatakan bahwa partisipasi adalah sebuah instrumen atau alat untuk mencapai hasil dan dampak program/kebijakan yang lebih baik, sedangkan dalam argumen demokratisasi dan pemberdayaan, partisipasi adalah sebuah proses untuk meningkatkan kapasitas individu-individu, sehingga menghasilkan sebuah perubahan yang positif bagi kehidupan mereka.

Dussel (1981) dalam Mardikanto (2009) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan masyarakat untuk berpartisipasi yaitu : a. Partisipasi spontan, yaitu peranserta yang tumbuh karena motivasi

intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinan sendiri. b. Partisipasi terinduksi, yaitu peranserta yang tumbuh karena terinduksi

(11)

c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhikebiasaan, nilai-nilai atau norma-norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.

d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peran serta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.

Margono Slamet (1985) dalam Mardikanto (1988) menyatakan bahwa tumbuh dan berkem-bangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu: adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi, adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.

a. Kesempatan Untuk Berpartisipasi

Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak, juga sering dirasakan kurangnya informasi yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud disini adalah :

(12)

pemeliharaan dan pemanfaatan hasil pembangunan sejak ditingkat pusat sampai jajaran yang paling bawah.

2) Kesempatan untuk memperoleh informasi pembangunan.

3) Kesempatan untuk memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya. 4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat

guna.

5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan.

6) Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat.

b.Kemampuan Untuk Berpartisipasi

Adanya kesempatan-kesempatan yang disediakan atau ditumbuhkan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat akan tidak berarti bila masyarakatnya tidak mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi. Yang dimaksud dengan kemampuan adalah :

1) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun.

2) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki.

3) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumber daya dan kesempatan lain yang tersedia secara optimal.

c. Kemauan Untuk Berpartisipasi

(13)

1) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan

2) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.

3) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri.

4) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan tercapainya tujuan pembangunan

5) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.

Partisipasi tidak terjadi begitu saja, tetapi harus diniatkan. Seseorang harus mengurus prosesnya selama beberapa waktu, dan memperbolehkan yang lain untuk ikut terlibat dalam pengontrolan. Proses ini dijelaskan dalam 4 fase: Permulaan - Persiapan - Partisipasi – Keberlangsungan (Fleming, 2009).

Yadav (UNAPDI, 1980) dalam Mardikanto (2009) mengemukakan tentang adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat di dalam kegiatan pembangunan, yaitu :

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam paroses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah stempat atau di tingkat lokal.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.

(14)

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.

Bentuk partisipasi yang ditunjukkan masyarakat juga berkaitan dengan kemauan politik (political will) penguasa untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, tentang hal ini Dawam Raharjo (Mardikanto, 2009) mengemukakan adanya tiga variasi bentuk partisipasi, yaitu :

a. Partisipasi terbatas, yaitu partisipasi yang hanya digerakkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu demi tercapainya tujuan pembangunan, tetapi untuk kegiatan tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi stabilitas nasional dan kalangan pembangunan diatasi.

b.Partisipasi penuh (full scale participation) artinya partisipasi seluas-luasnya dalam segala aspek kegiatan pembangunan.

c. Mobilisasi tanpa partsipasi, artinya partisipasi yang dibangkitkan pemerintah, tetapi masyarakat tidak sama sekali diberi kesempatan untuk mempertimbangkan kepentingan pribadi dan tidak diberi kesempatan untuk turut mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi jalannya kebijaksanaan pemerintah.

(15)

a. Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.

b.Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

c. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diupayakan melalui :

a. Pemberian kesempatan yang dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat memiliki kemampuan dan kearifan tradisional kaitannya dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidupnya dan bukannya pemberian kesempatan yang dilandasi oleh prasangka burukagar mereka tidak melakukan pengrusakan

b.Penyuluhan yang intensif dan berkelanjutan, yang tidak saja berupa penyampaian informasi tentang adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, melainkan juga dibarengi dengan dorongan dan harapan-harapan agar masyarakat mau berpartisipasi, serta upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kemampuannya untuk berpartisipasi c. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang disampaikan, perlu

adanya penjelasan kepada masyarakat tentang besarnya manfaat ekonomi maupun non ekonomi yang dapat secara langsung dan atau tak langsung dinikmati sendiri maupun yang akan dinikmati generasi mendatang. Dilain pihak, perlunya ada perubahan pemahaman, bahwa pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian bukanlah biaya sosial (social cost) yang merupakan pemborosan, tetapi merupakan investasi sosial (social investment) yang akan memberikan manfaat untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

(Mardikanto, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain (1980) dalam

Ndraha (1990) berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika :

(16)

yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan

b.Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan

c. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat

d.Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan.

4. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi (Departemen Pertanian, 2009).

Rahman and Nandeesha (2000) in Gaunt (2000) ICM technologies

included the effects of balanced fertiliser, transplanting seedlings (earlier, fewer seedlings per hill and at a wider spacing) and IPM messages to reduce unnecessary use of pesticides

Teknologi pengelolaan tanaman terpadu mencakup penggunaan pupuk yang seimbang, persemaian (menggunakan bibit muda dan lebih sedikit dengan jarak yang lebar) dan pengelolaan hama terpadu untuk mengurangi penggunaan pestisida yang berlebih.

PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan. Tujuan penerapan PTT padi adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT dan iklim secara terpadu

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008).

(17)

sumberdaya pertanian secara optimal sehingga petani memperoleh keuntungan maksimum secara berkelanjutan dalam sistem produksi yang memadukan komponen teknologi sesuai kapasitas lahan. Kata kunci dari pengelolaan tanaman terpadu adalah sinergis. Setiap komponen teknologi sumberdaya alam, dan kondisi sosial ekonomi memiliki kemampuan untuk berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian akan tercipta suatu keseimbangan dan keserasian antara aspek lingkungan dan aspek ekonomi untuk keberlanjutan sistem produksi. Indikator keberhasilan pengelolaan tanaman terpadu yang paling penting adalah rendahnya biaya produksi, penggunaan sumberdaya pertanian secara efisien dan pendapatan petani meningkat tanpa merusak lingkungan. Pengelolaan pertanian terpadu memiliki potensi dan prospek cukup baik untuk mempertahankan produktivitas yang berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Prinsip PTT mencakup empat unsur yaitu integrasi, interaksi, dinamis dan partisipatif.

a. Integrasi

Dalam implementasinya dilapangan PTT mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT dan iklim untuk mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani.

b.Interaksi

PTT berlandaskan pada hubungan yang sinergis atau interaksi antara dua atau lebih komponen teknologi produksi.

c. Dinamis

(18)

lingkungan fisik, biofisik, iklim dan kondisi sosial ekonomi petani setempat.

d.Partisipatif

PTT juga bersifat partisipatif yang membuka ruang bagi petani untuk memilih, mempraktekkan dan bahkan memberikan saran kepada penyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan PTT serta

menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani lain (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008).

5. Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan dilapangan. SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca kegiatan, dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perlu dilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama

dan luas lahan sawah garapan dan studi banding atau kunjungan lapang (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008).

SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha tani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha taninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan (Departemen Pertanian, 2009).

Farmers with limited experience will be able to access other information and techniques in planting from the “better” farmers thereby allowing them to improve on what they are doing (GRDB, 2007)

Petani dengan kemampuan yang terbatas akan memperoleh akses mengenai informasi dan teknik penanaman lebih baik dengan demikian petani dapat mencontoh apa yang dilakukan (GRDB, 2007)

(19)

learner-centred and experiential learning initially tried for rice system is now being adopted for improvement in production of a range of food crops (Winarto, 2010)

Cara petani melakukan pendidikan di sekolah lapang adalah sangat berbeda denga cara guru mengajar muridnya di pendidikan formal atau para alih teknologi. Pembelajaran dilakukan dengan memberikan perhatian pada peserta dan pada awalnya belajar pada pengalaman lalu melakukan perbaikan dalam hasil tanaman.

Kegiatan SL-PTT merupakan salah satu upaya pendampingan petani dalam rangka pelaksanaan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Salah satu bentuk pendampingannya berupa kegiatan sekolah lapangan. Tujuannya, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, kelompok tani dalam budi daya padi, memantapkan kesadaran petani dalam peningkatan melalui P2BN (Lampung Post, 2009).

Komponen dasar Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) terdiri dari 12 komponen yaitu :

a. Varietas unggul b.Benih bermutu

c. Pengolahan tanah terpadu

d.Persemaian yang baik dengan benih efisien dan

e. Benih umur muda 14-18 hari dengan satu lubang satu-dua tanaman f. Pola tanam jajar legowo

g.Penggunaan pupuk organik

h.Penggunaan pupuk an organik yang sesuai kebutuhan i. Pengairan yang intermiten (terputus putus)

j. Pengendalian gulma

k.Pengendalian hama dan penyakit

l. Panen (penggunaan power threaser dan terpal lebar) dan pasca panen (penyimpanan yang baik)

(20)

Luas satu unit SL-PTT adalah berkisar antara 10-25 ha, satu unit LL (laboratorium lapangan) seluas minimal 1 ha. Pemilihan letak petak LL yang berada didalam areal SL-PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak dibagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal diluar SL-PTT, diharapkan penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT. Lokasi LL dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan kering dan pasang surut yang produksinya masih bisa ditingkatkan, diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan kebanjiran dan sengketa, unit SL-PTT diusahakan berada dalam satu hamparan yang stategis dan muda dijangkau petani serta dipasang papan pelaksanaan SL/LL. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT mendapat bantuan benih dan areal yang digunakan sebagai unit LL akan mendapat bantuan benih, pupuk urea, NPK dan pupuk organik. Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua peserta yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan. Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama-sama di petak percontohan/laboratorium lapangan, mendeskripsikan dan membahas temuan-temuan lapangan.

(21)

kelompok tani SL-PTT ditetapkan dengan surat keputusan kepala dinas pertanian tanaman pangan/yang membidangi tanaman pangan kabupaten/kota.

Mekanisme pelaksanaan SL-PTT meliputi persiapan SL-PTT; mengorganisasikan kelas SL-PTT; menerapkan metode belajar orang dewasa, adapun tahapan belajar dalam SL-PTT adalah peserta memilih materi sesuai dengan teknologi spesifik lokasi, memacu peserta untuk berperan aktif dalam berdiskusi kelompok ataupun kegiatan lain dalam SL-PTT dan proses belajar melalui pengalaman dimulai dengan penghayatan langsung (pengamatan langsung) diikuti dengan pengungkapan pengalaman, pengkajian hasil dan pengambilan kesimpulan; menciptakan suasana yang menyenangkan; menghidupkan dinamika kelompok; monitoring dan evaluasi oleh pemandu lapangan, kegiatan monitoring dan evaluasi ditujukan untuk mengikuti, mengetahui kemajuan, pencapaian tujuan ataupun sasaran serta memberikan umpan balik upaya-upaya mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam SL-PTT dengan langkah-langkah: menilai tingkat partisipasi peserta pada setiap periode maupun selama periode kegiatan dari tingkat kehadiran maupun pencapaian materi, membandingkan ketepatan penerapan teknologi oleh peserta antara petunjuk dengan praktek lapang dalam LL, membandingkan tingkat pemahaman dan ketrampilan peserta sebelum dengan sesudah mengikutikegiatan, menyusun pertanyaan berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan lapangan yang berkaitan dengan penerapan teknologi budidaya setelah itu pertanyaan diberikan secara tertulis maupun lisan kepada peserta sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. serta membuat laporan oleh pemandu lapangan (Dinas pertanian, 2009).

B. Kerangka Berpikir

(22)

yang sesuai dengan kondisi sumber daya setempat secara siergis dan berwawasan lingkungan. Dalam pelaksanaan pengelolaan tanaman menurut PTT, diarahkan untuk menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien berdasarkan spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Dalam kegiatan SL-PTT petani akan dipandu untuk mengalami, mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Untuk tercapainya keberhasilan SL-PTT diperlukan partisipasi petani dalam kegiatan tersebut, agar peningkatan produksi dapat tercapai.

Dari penelitian pendahuluan, diperoleh informasi mengenai keunggulan dari program SL-PTT diantaranya dapat meningkatan produksi, meningkatkan kualitas hasil usahatani, menumbuhkan lingkungan pertanaman yang sehat serta sebagai sarana untuk memandirikan kelompok tani dan juga merupakan salah satu faktor yang mendorong petani untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Untuk berpartisipasi dalam kegiatan SL-PTT diperlukan kemauan, kemampuan dari petani itu sendiri selain itu juga diperlukan kesempatan yang berupa informasi mengenai kegiatan tersebut. Adapun alur kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut :

Kondisi Internal

Keunggulan konsep dan praktek :

(23)

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Partisipasi Petani Dalam Kegiatan SL-PTT di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.

C. Dimensi Penelitian

1. Kondisi internal merupakan kondisi yang ada dalam petani itu sendiri meliputi pendidikan formal, pendidikan non formal luas penguasaan lahan dan pendapatan dan kondisi eksternal adalah kondisi yang berasal dari luar petani meliputi lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi.

(24)

3. Partisipasi petani dalam kegiatan SL-PTT adalah bentuk keikutsertaan petani dalam kegiatan meliputi:

a. Lingkup keterlibatan yaitu seberapa besar petani ikut menyumbangkan masukan berupa tenaga atau materi dalam melaksanakan sekolah lapang b.Tingkat kesukarelaan yaitu kesukarelaan petani untuk terlibat dalam

kegiatan SL-PTT

c. Bentuk partisipasi adalah bentuk partisipasi yang dilakukan oleh petani dalam kegiatan sekolah lapang

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kasus tunggal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, Kirk dan Miller (1986) dalam Moleong (2001) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam persistilahannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yang memusatkan perhatian pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya (Nawawi dan Mimi, 2005). Studi kasus tunggal digunakan karena kasus yang diangkat menyatakan kasus penting dalam menguji suatu teori yang telah disusun dengan baik. Teori tersebut telah menspesifikan serangkaian proposisi yang jelas serta keadaan dimana proposisi-proposisi tersebut diyakini kebenarannya (Yin, 2000).

B. Lokasi Penelitian

(25)

disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Adapun jumlah desa terbanyak yang mengikuti pelaksanaan SL-PTT adalah di Kecamatan Plupuh dan Tanon. Pemilihan lokasi Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dilakukan secara purposive yaitu di Kecamatan Plupuh dengan pertimbangan karena jumlah desa yang mengikuti kegiatan SL-PTT di Kecamatan Plupuh merupakan salah satu jumlah desa terbanyak dibanding kecamatan lainnya. Selain itu, dibandingkan Kecamatan Tanon jumlah anggota peserta SL-PTT lebih banyak di Kecamatan Plupuh yaitu sebanyak 1.470 anggota sedangkan Kecamatan Tanon 1.315 anggota. Adapun rincian data jumlah desa yang mengikuti kegiatan SL-PTT dapat dilihat dari Tabel 1.dibawah ini :

Tabel 1. Data Jumlah Desa yang Mengikuti Kegiatan SL-PTT

No Kecamatan Jumlah dusun yang mengikuti kegiatan SL-PTT Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sragen

(26)

C. Teknik Cuplikan (Sampling)

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive, hal ini digunakan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Pemilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.. Dalam penelitian ini jumlah sampling tidak ditentukan karena pada penelitian kualitatif yang penting bukan jumlahnya tetapi kelengkapan dan kedalaman informasi yang bisa digali.

Penentuan informan di lapang dilakukan dengan snowball sampling.

Snowball sampling adalah penarikan sampling bertahap yang makin lama jumlah informannya semakin besar. Adapun informan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kepala BPP Plupuh, penyuluh pertanian di Kecamatan Plupuh, petani serta informan lain yang berkaitan dengan penelitian.

Tabel 2. Rincian Sampel Penelitian Sampel

Informan

a. Dinas pertanian b.Koordinator BPP

Keterangan

Orang yang mengetahui informasi mengenai kegiatan tapi tidak terlibat langsung

Subyek a. PPL

b.Ketua Kelompok Tani c. Petani

Orang-orang yang mengetahui informasi dan terlibat langsung dalam kegiatan

D. Jenis dan Sumber Data

(27)

berkaitan, seperti monografi dan data-data lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

Tabel 3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan Sifat Data Sumber Data Pr Sk Kn Kl

Informan adalah seseorang yang memiliki informasi mengenai objek yang sedang diteliti, kemudian dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut (Amirin, 2009). Adapun informan dalam penelitian ini antara lain : Koordinator BPP Kecamatan Plupuh dan Dinas Pertanian Kabupaten Sragen

2. Subyek

(28)

orang-orang yang mengetahui informasi dan yang terlibat langsung dalam suatu kegiatan. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah :

a. Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) BPP Condrodimuko Kecamatan Plupuh dengan pertimbangan karena merupakan pihak yang berkaitan langsung dengan adanya kegiatan penyuluhan.

b. Ketua kelompok tani

c. Petani yang terlibat langsung dalam kegiatan 3. Arsip atau dokumen

Dokumen atau arsip biasanya merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu, sumber ini kebanyakan merupakan rekaman tertulis namun juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu (Sutopo, 2006).

Arsip atau dokumen yang di analisis pada penelitian ini yaitu yang berasal dari BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Plupuh. Dokumen tersebut antara lain seperti programa penyuluhan BPP dan data monografi Kecamatan Plupuh.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Goetz dan Le Compte (1984) dalam Sutopo (2002) menyatakan strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua cara, yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan non interaktif. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi. Sedang yang non interaksi meliputi kuisioner, mencatat dokumen atau arsip (content analysis) dan juga observasi tak berperan.

(29)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan content analysis :

1.Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara secara tidak terstruktur atau wawancara secara mendalam dimana pertanyaan yang diajukan bersifat mengarah pada kedalaman informasi. Wawancara tidak terstruktur bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua responden, tetapi kata-kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Informasi yang digali dalam penelitian ini terkait dengan pelaksanaan SL-PTT, partisipasi petani serta kondisi intern dan ekstern petani. Wawancara tidak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Instrumen yang digunakan adalah paduan wawancara.

2.Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Dalam penelitian ini akan dilakukan observasi berperan pasif dimana kehadiran peneliti diketahui oleh orang yang akan diteliti. Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian secara langsung. Kegiatan ini juga dilakukan bersamaan dengan wawancara dengan informan. observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan sekolah lapang, selain itu peneliti juga mendatangi lahan percontohan yang digunakan petani sebagai tempat belajar, serta kegiatan evaluasi yang diberikan. Instrumennya adalah alat perekam dan kamera. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan hasil observasi.

3.Content Analysis merupakan pencatatan dokumen penting yang tersurat dalam arsip atau dokumen serta memberikan makna yang tersirat. Dokumen tersebut berupa data monografi kecamatan, buku petunjuk pelaksanaan SL-PTT dan data pelaksana kegiatan SL-SL-PTT.

F. Validitas Data

(30)

trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang (Sutopo, 2002). Ada empat macam trianggulasi yang dikemukakan Patton (1984) dalam Sutopo (2002), yaitu (1) trianggulasi data (data triangulation), (2) trianggulasi peneliti (investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologis (methodological triangulation), dan (4) trianggulasi teoritis (theoretical triangulation).

(31)

Trianggulasi Metode. Teknik trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti lain. Trianggulasi teori dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahn yang dikaji.

Dalam penelitian ini, digunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi data yaitu di dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan data yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.

Gambar 2. Skema Trianggulasi Data

Sedangkan trianggulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data yang sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Adapun bagan trianggulasi metode dapat dilihat dari gambar berikut:

Data Wawancara

(32)

Gambar 3. Skema Trianggulasi Metode

Review informan kunci dilakukan pada waktu peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengap dan berusaha menyusun sajian datanya, walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan dengan informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan). Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang bisa disetujui mereka (Sutopo, 2006). G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2001).

Miles da Huberman (1984) dalam Sutopo (2006) mengatakan bahwa dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan serta verifikasinya.

1.Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen yang pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi dari semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (fieldnote).

2.Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan

Data

Wawancara

Content analysis

observasi

(33)

simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan menggakan kalimat dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan lebih mudah dipahami. Sajian data merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi atau ditemukan di lapangan, sehingga memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan atas pemahamannya tersebut.

3.Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan verifikasi yang merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat. Verifikasi juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian. Verivikasi bahan juga dapat dilakukan dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan replikasi dalam satuan data yang lain. Pada dasarnya makna data harus diuju validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan alam

Kecamatan Plupuh merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Sragen. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah 18.887, 41 Ha yang terdiri dari tanah sawah pengairan teknis seluas 2.103 Ha, tanah sawah pengairan setengah teknis 233,9 Ha, tanah sawah pengairan sederhana 308, 97 Ha, tanah sawah tadah hujan 5.449,97 Ha, tanah tegal 3.954,71 Ha, tanah pekarangan 4.846,28 Ha dan lain-lain 2.054,85 Ha.

(34)

Pungsari dan Desa Jembangan. Yang datar meliputi Desa Gentan, Desa Mbanaran, Desa Karangwaru, Desa Karungan, Desa Karanganyar, Desa Dari, Desa Sambirejo, Desa Plupuh, Desa Gedongan, Desa Jabung, Desa Sidokerto. Sedangkan jenis tanah di Kecamatan Plupuh adalah Gromusol, Aluvial, Mediteran, Latosol dan Laterit Merah.

Jarak dari Ibukota Kabupaten Sragen ± 24 km ke arah barat daya dan di utara sungai Bengawan Solo. Ketinggian tempat ±140 sampai dengan 144 dpl. Adapun batas-batas Kecamatan Plupuh adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Tanon

Sebelah Barat : Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Sungai Bengawan Solo/ Kecamatan Masaran

B. Keadaan penduduk

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

Jumlah penduduk di Kecamatan Plupuh yaitu sebanyak 46.293 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan umur berguna untuk mengetahui umur rata-rata penduduk dan perbandingan antar berbagai golongan usia. Adapun penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk yang belum produktif dan penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok penduduk umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif (Mantra, 1995).

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Plupuh

No. Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk (Orang)

Prosentase (%)

1. 0 – 4 5.772 12,47

2. 5 – 9 5.161 11,15

3. 10 – 14 5.172 11,17

4. 15 – 19 5.186 11,20

5. 20 – 24 4.503 9,73

6. 25 – 29 4.105 8,87

7. 30 – 34 3.581 7,74

(35)

8. 35 – 39 2.900 6,26

Sumber : Kecamatan Plupuh Dalam Angka Tahun 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk usia produktif yang terdapat di Kecamatan Plupuh adalah sebanyak 28.122 jiwa atau 60,74 % dari total penduduk. Dengan cukup banyaknya penduduk usia produktif di Kecamatan Plupuh diharapkan mampu meningkatakan pembanguan di wilayah tersebut. Dari tabel 4tersebut juga dapat dihitung rasio beban tanggungan (Dependency Ratio) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : harus menanggung 64,61 penduduk yang tidak produktif.

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Merupakan jumlah penduduk di Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen berdasarkan kelompok tingkat pendidikan dari Belum/ tidak sekolah hingga perguruam tinggi.

(36)

No. Uraian Jumlah Prosentase (%)

1. Tidak tamat SD 4.654 10,7

2. Belum tamat SD 15.467 35,54

3. Tidak / belum sekolah 2.204 5,06

4. SD 12.104 27,82

5. SLTP 5.810 13,36

6. SLTA 2.802 6,44

7. Akademi/Perguruan Tinggi

471 1,08

Jumlah 43.512 100

Sumber : Kecamatan Plupuh Dalam Angka Tahun 2008

Dari Tabel 5, dapat dilihat bahwa pendidikan penduduk di Kecamatan Plupuh masih sangat rendah, dilihat dari banyaknya penduduk yang tidak tamat SD dan tamat SD. Adapun jumlah penduduk yang tamat SD sebesar 27,82%. Pendidikan merupakan salah satu faktor pelancar pembangunan, dengan tingginya tingkat pendidikan suatu wilayah diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan wilayah tersebut. Dengan pendidikan yang tinggi juga akan berdampak pada pembangunan pertanian, dimana masyarakat tidak merasa asing lagi terhadap berbagai informasi yang ada, sehingga masyarakat tidak pernah tertinggal informasi berkaitan dengan pertanian mereka.

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Merupakan jumlah penduduk di Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen berdasarkan berbagai kelompok mata pencaharian. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian berguna untuk mengetahui mata pencaharian rata-rata sebagian besar penduduk, untuk selanjutnya juga berguna untuk menerapkan suatu program pembangunan yang menyangkut pemenuhan kebutuhan masyarakat pada umumnya.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kecamatan Plupuh

No Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan

19.517

(37)

3. Perdagangan dan Akomodasi 2.833

4. Angkutan dan Komunikasi 355

5. Jasa & Sosial 5.511

Jumlah 30.405

Sumber : Kecamatan Plupuh Dalam Angka Tahun 2008

Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk di Kecamatan Plupuh sebagian besar adalah sebagai petani dan mata pencaharian terbesar kedua adalah dalam bidang perdangangan dan akomodasi. Adanya beragam jenis pekerjaan yang dimiliki merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks

C. Keadaan pertanian dan peternakan

Sektor pertanian memerankan peranan penting dalam penyediaan pangan serta lapangan pekerjaan untuk rakyat. Adapun rata-rata produksi tanaman padi dan palawija di Kecamatan Plupuh dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Rata-rata Produksi Di Kecamatan Pupuh No. Komoditas Luas Panen

(Ha)

Produksi (Kw)

Rata-rata (Kw/Ha)

1. Padi 5.122 295.320 57,66

2. Jagung 451 26.320 58,36

3. Ubi Kayu 57 903 16

4. Kacang Tanah 1.723 22.830 13,25

Sumber : Kecamatan Plupuh dalam angka tahun 2008

(38)

Untuk menunjang perekonomian masyarakat selain mengusahakan tanaman pangan dan palawija masyarakat juga mempunyai ternak. Adapun jumlah ternak besar dan kecil dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Jumlah Ternak Besar Dan Kecil Di Kecamatan Plupuh

No. Jenis Ternak Jumlah (Ekor)

1. Sapi 5.904

2. Kambing 3.184

3. Domba 3.616

4. Ayam Kampung 33.706

5. Itik 380

6. Itik Manila (Entok) 195

Sumber : Kecamatan Plupuh Dalam Angka Tahun 2008

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa jenis ternak yang paling banyak di usahakan oleh masyarakat adalah ayam kampung dengan jumlah 33.706 ekor dan ternak kedua yang paling banyak diusahakan adalah sapi sejumlah 5.904 ekor untuk jenis ternak yang paling sedikit diusahakan adalah entok atau itik manila sebanyak 195 ekor untuk itu kegiatan penyuluhan harus dilakukan secara merata tidak hanya dilakukan penyuluhan untuk komoditas pangan melainkan juga melakukan penyuluhan untuk budidaya ternak agar ada perbaikan dalam melakukan budidaya sehingga perekonomian masyarakat juga menjadi lebih baik.

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Sarana perekonomian sangat penting bagi masyarakat untuk memperlancar kegiatan ekonominya. Adapun sara perekonomian yang ada di Kecamatan Plupuh adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Jumlah Sarana Perekonomian Di Kecamatan Plupuh

No Sarana Perekonomian Jumlah

1. Pasar 5

2. Toko 103

3. Kios 134

4. Warung 106

5. KUD 2

6. Kosipa 2

7. Badan Kredit 3

(39)

Jumlah 371 Sumber : Kecamatan Plupuh Dalam Angka Tahun 2008

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa sarana perekonomian yang paling banyak dijimpai adalah kios dengan jumlah 134 hal ini menunjukkan bahwa kios merupakan tempat yang paling sering terjadi pertukaran barang dan uang.

E. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Condrodimuko merupakan salah satu kelembagaan penyuluhan pertanian yang ada di Kabupaten Sragen. BPP Condrodimuko berada di wilayah Kecamatan Plupuh. Dengan ketinggian tempat antara 140 s/d 144dpl. Adapun jenis tanah di wilayah BPP Condrodimuko antara lain: gromusol, gromusol kelabu tua, mediteran coklat (volkan dan burit lipatan), aluvial kelabu, aluvial cokelat kekuningan, latosol dan laterit merah. Keadaan tanah sebagian datar dan sebagian bergelombang dan miring dengan kemiringan antara 0 s.d 35.

BPP Condrodimuko Kecamatan Plupuh mempunyai 16 PPL yang dipimpin oleh seorang Koordinator. Koordinator dibantu oleh PHP (Pengamat Hama dan Penyakit). Masing-masing Desa diberikan seorang penyuluh dan penyuluh desa tersebut berkantor di Kelurahan Desa masing-masing. Adapun struktur organisasi BPP Condrodimuko Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut :

Koordinator PPL Soewardi, A.Md

PHP Sumirin

Sambirejo

(Dwi S ,SP)

PPL PPL

Ngrombo (Sukarno)

Gedongan (Samidi)

(40)

Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Condrodimuko Kecamatan Plupuh.

Tugas-tugas dari Koordinator Penyuluh adalah mengadakan hubungan dengan kepala penyuluh lainnya, sebagai penasihat PPL lainnya, mengembangkan ketrampilan/keahlian, mengumpulkan informasi serta memberi bahan informasi kepada PPL lainnya. Sedangkan tugas-tugas dari Penyuluh Pertanian adalah mengajarkan PKS (Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap ) kepada petani dan melakukan percobaan, mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, menyusun programa penyuluhan pertanian, membantu mengajar pada kursus tani, membantu pelaksanaan pengujian, survei dan evaluasi, melatih dan membimbing penyuluh pertanian di bawahnya, membuat percontohan, membantu menyiapkan petunjuk informasi pertanian, menulis karya ilmiah, merumuskan arah kebijaksanaan pengembangan penyuluhan.

(41)

A. Sajian Data

1.Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Secara Konsep

Sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) pada dasarnya merupakan suatu proses pembelajaran dimana kegiatan ini dilakukan secara bersama dilahan petani dimana petani dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan selama semusim dengan adanya kurikulum yang berbasis pada kondisi spesifik lokasi serta adanya pendampingan yang intensif dari penyuluh. Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani dilokasi setempat.

Sekolah lapang tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajarnya dapat dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit laboratorium lapang yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani anggota kelompok tani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT dilahan tersebut. Adapun ketentuan pelaksana SL-PTT antara lain lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan, mempunyai potensi peningkatan produktivitas dan anggota kelompok taninya responsif terhadap penerapan teknologi, peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15-25 petani yang berasal dari satu kelompok tani yang sama. Sedangkan persyaratan kelompok tani peserta SL-PTT antara lain kelompok tani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan, telah menyusun RUK, kelompok tani peserta SL-PTT diutamakan belum menerima bantuan SL-PTT tahun anggaran 2008, memiliki rekening yang

(42)

masih berlaku (rekening bank dapat berupa rekening bank setiap kelompok tani ataupun rekening bank gabungan kelompok tani (gapoktan)).

Pertemuan-pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8 kali pertemuan, oleh karena itu perlu dijadwalkan secara periodik dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta sehingga dapat dihadiri dan tidak mengganggu/ merugikan waktu petani. Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT, tempat pertemuan dilokasi pelaksana SL-PTT, peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh pemandu lapangan. Adapun materi pertemuan kelompok antara lain:

a. Teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan tipologi lahan dan komoditi yang akan ditanam.

b.Penanaman dengan memilih benih atau bibit yang baik, jarak tanam yang tepat, jumlah bibit/benih per lubang yang sesuai.

c. Pemupukan dengan tepat, yaitu tepat jenis dan dosis, tepat waktu pemberian didasarkan pada fase pertumbuhan tanaman dan sifat pupuk. d.Pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan tanaman akan air, cara dan

waktu yang tepat.

e. Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip pengendalian hama terpadu dengan melakukan tindakan pencegahan dan mengembangkan musuh alami yang terdapat dialam itu sendiri serta aplikasi kimiawi secara bijaksana.

f. Penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan cara yang tepat dan benar yaitu dengan mempertimbangkan kemasakan biji, ketepatan dalam penggunaan alat panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan sehingga mampu mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil.

Komponen teknologi yang diterapkan dalam SL-PTT terdiri dari komponen PTT dimana tiap komponen PTT tersebut memiliki peran antara lain :

(43)

perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang baik.

b. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragamserta hasil yang tinggi.

c. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhantanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.

d. Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah kebagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya sterss pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan air dan kelebihan air.

e. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu. Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku hingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.

(44)

kadar air, dan penampakan visual hasil sesuai dengan deskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer.

Adapun Keuntungan Penerapan Teknologi PTT antara lain : a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usaha tani

b.Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi

c. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga

(45)

SL-PTT serta kelompok tani SL-SL-PTT ditetapkan dengan surat keputusan kepala dinas pertanian tanaman pangan atau yang membidangi tanaman pangan kabupaten atau kota. Organisasi yang paling berperan dalam kegiatan sekolah lapang adalah kelompok tani karena dalam pelaksanaanya lahan percontohan yang digunakan diusahakan milik ketua kelompok tani atau orang yang paling berpengaruh dalam kelompok tani tersebut sehingga diharapkan suatu inovasi teknologi tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekitar

2.Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Secara Praktek

Pelaksanaan SL-PTT awalnya diadakan PRA (partisipatory rural appraisal) dimana anggota kelompok tani dikumpulkan kemudian masing-masing anggota diminta untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi baik berupa air, tanah, OPT (organisme pengganggu tanaman) maupun sarana produksi kemudian permasalahan tersebut ditampung, setelah ditampung lalu oleh petugas PHP (pengamat hama dan penyakit) diberi skor. Dari data tersebut lalu disimpulkan mana yang memiliki skor yang tinggi itu yang akan dilaksanakan. Adapun contoh permasalahannya seperti misalkan ada suatu masalah terkait dengan tanah yaitu strukturnya lengket maka perlu dilakukan penambahan pupuk organik, bila suatu daerah terdapat keong mas maka dianjurkan tanam bibit muda lebih dari satu per lubang serta dibuatkan saringan pada saluran air yang masuk ke sawah sehingga keong yang kecil tidak masuk atau pemberian kapur tohor. Pendekatan PRA memiliki beberapa keunggulan diantaranya :

a. Memposisikan petani sebagai pusat kegiatan pembangunan

b.Memposisikan petani sebagai narasumber utama dalam memahami kondisi dan situasi agroekosistem sekitarnya.

c. Fasilitator atau tenaga pendamping berproses membaur masuk sebagai anggota mayarakat bukan sebagai tamu asing.

d.Fasilitator atau tenaga pendamping harus memperhatikan jadwal petani bukan sebaliknya

(46)

Sebelum kegiatan SL-PTT dimulai diadakan pertemuan dalam rangka untuk merencanakan segala sesuatu yang menyangkut dengan pelaksanaan kegiatan sekolah lapang. Dalam tahap perencanaan ini petani diarahkan oleh penyuluh terkait teknologi yang akan diterapkan memberikan gabaran secara umum teknologi yang akan diterapkan, pada tahap ini informasi yang diperoleh petani belum begitu maksimal sehingga untuk pertemuan selanjutnya perlu dibahas lagi hingga saat pelaksaanaan sekolah lapang. Sosialisasi sudah mulai dilaksanakan pada bulan maret saat pertemuan rutin kelompok dengan menggunakan teknik ceramah dalam penyampaian informasi terkait SL-PTT tersebut. Dalam pertemuan ini memnahas tentang rencana pembagian bibit persemaian, pupuk organik dan angorganik serta penelitian keadaan dilapang. Penentuan kelompok tani penerima bantuan SL-PTT dilakukan dengan melihat kondisi kelompok tani dimana kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani yang masih hidup.

Pelaksanaan kegiatan sekolah lapang dalam 1x musim tanam terdiri dari 8x pertemuan dimana lokasi pertemuan itu dilaksanakan di laboratorium lapang (LL) yang dimiliki setiap kelompok ada juga pertemuannya dilaksanakan di rumah kelompok tani untuk mensosialisasikan kegitan tersebut kepada petani lain serta mengatur waktu pertemuannya sehingga ada kesepakatan antara petani dan penyuluh1. Beberapa komponen teknologi yang diterapkan dalam SL-PTT adalah penggunaan varietas unggul (penggunaan benih unggul diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit), pengolahan tanah yang baik (pengolahan tanah yang baik bertujuan untuk membenamkan dan melapukkan jerami, gulma dan bahan organik lain

1

Seperti halnya diungkapkan oleh bapak Soewardi, A.Md selaku koordinator PPL :

Gambar

Tabel 1. Data Jumlah Desa yang Mengikuti Kegiatan SL-PTT
Tabel 3. Jenis dan Sumber Data
Gambar 2. Skema Trianggulasi Data
Gambar 3. Skema Trianggulasi Metode
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil ini dapat dilihat, tutupan mangrove optimal bagi pertumbuhan udang windu adalah luas tutupan mangrove sedang yaitu sekitar 30-60 % dari luas tambak,

Dari wawancara yang dilakukan dengan pengurus pondok pesantren Santriwati tersebut dituturkan beberapa hal yang dikeluhkan, secara umum para santri pondok pesantren yang baru

Metode yang dilakukan ialah mengambil data pada beberapa kategori dan kondisi serta menghitung perbandingan selisih nilai antara Radial, Cortoid, termometer dan

Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala ini, penelitian

Hasil analisis tentang hubungan antara intensitas getaran, umur, masa kerja, lama kerja, kebiasaan olahraga, dan sikap kerja dengan keluhan Musculoskeletal

Senyawa dominan yang terkandung pada bio-oil tandan kosong sawit dengan penggunaan rasio berat katalis Ni/NZA 7% dan rasioi kadar logam 3% terlihat pada Tabel

Tantangan ke depan dalam pengembangan jarak pagar sebagai bahan bakar nabati diantaranya (1) mendapatkan varietas yang tingkat produktivitasnya tinggi di atas 2 kg

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus karena berkat kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan studi praktik kerja yang berjudul “Uji Pengendalian