• Dalam melakukan pekerjaan apapun , sebenarnya kita
berisiko untuk mendapatkan gangguan Kesehatan atau
penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
• Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan ,
proses maupun lingkungan kerja.
• Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan
penyakit yang artifisial atau man made disease .
Hal ini merupakan problem bagi para pekerja di berbagai
sektor . Sebagian orang menyadari bahwa penyakit yang
diderita besar kemungkinan karena pekerjaannya ,tetapi
banyak yang tidak menyadari bahwa pekerjaan yang
• Banyak definisi tentang penyakit akibat kerja ,, yang
semuanya terkait dengan alat kerja dan pekerjaan .
• Beberapa di antaranya antara lain ,
“ An occupational
disease may
be defined simply as one that is caused , or
made worse , by exposure at work ” ( Cherry,
1999 )
.
• Di sini menggambarkan bahwa secara sederhana sesuatu
yang disebabkan , atau diperburuk , oleh pajanan di tempay
kerja .
• Atau , “ An occupational disease is health problem caused
by exposure to a workplace hazard ” ( Workplace Safety
and Insurance Board –a, 2005 ) , sedangkan dari definisi
kedua tersebut , penyakit akibat kerja adalah suatu
Dalam hal ini , pajanan berbahaya yang
dimaksud oleh
Work place Safety and
Insurance Board ( 2005 ) antara lain :
• Debu , gas , atau asap
• Suara / kebisingan ( noise )
• Bahan toksik ( racun )
• Getaran ( vibration )
• Radiasi
• Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
• Tekanan udara tinggi atau rendah yang
• Sebenarnya penyakit akibat kerja telah ada
seusia peradapan manusia . Namun , publikasi
akibat kerja baru ditulis oleh
Bernardino
Ramazzini ( 1633 – 1714 ) , seorang
dokter
keluarga D’Este di Modena .
• Bukunya yang berjudul De Morbis Artificium
sangat dikenal dan dianggap sebagai pelopor
dalam kedokteran kerja .
• Waktu itu karyanya tidak banyak dibaca orang ,
bahkan nyaris diabaikan. Barulah pada masa
Revolusi Industri di Inggris , setelah penyakit
• Penyakit akibat kerja merupakan manifestasi dari
kesehatan kerja, atau kondisi kesehatan dari tenaga kerja
atau pekerja.
• Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian
antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya
baik fisik maupun psikis dalam hal cara/ metode kerja,
proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
– Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik,
mental maupun kesejahteraan sosialnya.
– Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.
– Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya darikemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
• Hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasi,
menganalisa serta mengatasi penyakit akibat kerja,
adalah :
– kapasitas kerja, – beban kerja dan – lingkungan kerja.
• Ketiga nya memberikan andil yang sangat besar bagi
timbulnya penyakit akibat kerja.
• Kapasitas kerja , beban kerja dan lingkungan kerja
merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan
kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara
ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan
kerja yang baik dan optimal.
• Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja
dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang
• Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal
awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula
mendapat perhatian.
• Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi
oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain- lain.
• Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental.
Akibat beban kerja terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
• Kondisi lingkungan kerja ( misalnya , panas , bising ,
debu , zat –zat kimia dan lain – lain ) dapat merupakan
beban tambahan terhadap pekerja .
• Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan
oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan
maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan .
• Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status
kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya
oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan
kerja tetapi juga oleh faktor – faktor pelayanan
kesehatan kerja , perilaku kerja serta faktor lainnya.
• Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan
pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di
lingkungan kerja . Dewasa ini terdapat kesenjangan
antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya –
bahaya kesehatan berperan dan usaha – usaha untuk
mencegahnya .
• Untuk mengantisipasi hal ini , maka langkah awal yang penting adalah
pengenalan / identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi , kemudian dilakukan pengendalian .Karena itu ,untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama ( WHO ,1997 ) ,yakni :
1) Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal
( walk through inspection ) , dan ini merupakan langkah dasar yang pertama –tama
dilakukan dalam upaya kesehatan kerja .
2) Evaluasi lingkungan kerja
Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi –potensi bahaya yang mungkin timbul , sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan .
3) Pengendalian lingkungan kerja
Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap agen berbahaya di lingkungan
kerja .Kedua tahapan sebelumnya , pengenalan dan evaluasi , tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat . Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang memadai untuk mencegah efek
KESEHATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PEKERJAAN
• Setiap pekerja akan mampu melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya apabila kondisi Kesehatannya dalam keadaan prima. Agar kondisi Kesehatan kita tetap prima, tentunya kita harus faham tentang faktor-faktor yang dapat mengganggu Kesehatan.
Status Kesehatan seseorang, menurut Blum (1981) ditentukan oleh 4 factor yakni :
1. Genetik,
Yang merupakan faktor bawaan manusia.
2. Pelayanan Kesehatan
Meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Perilaku
Yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
4. Lingkungan
• Interaksi dari berbagai faktor tersebut sangat mempengaruhi tingkat Kesehatan seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja. Dengan demikian, dalam pengelolaan Kesehatan,
keempat factor tersebut perlu diperhatikan, khususnya dalam ketiga aspek terakhir yaitu pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.
Hubungan antara kesehatan dan pekerjaan seseorang mulai dikenal sejak beberapa abad yang lalu, antara lain dengan didapatkannya penyakit akibat cacing atau gejala sesak nafas akibat timbunan debu dalam paru pada pekerja pertambangan.
• Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin banyak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri.
• Pekerjaan mungkin berdampak negative bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan
dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik.
Demikian pula status Kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan
•
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan
agar yang sehat tetap sehat
dan bukan sekedar
mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan
kesehatan atau
penyakit.
• Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan
lebih ditujukan kearah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan
kesehatan seoptimal mungkin. Ditempat kerja,
kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
• Beban kerja , berupa beban fisik, mental dan sosial,
sehingga upaya penempatanpekerja yang sesuai
dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
• Kapasitas kerja yang banyak terga ntung pada
pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran
tubuh, keadaan gizi dsb.
• Ketiga faktor tersebut diatas sangat berpengaruh terhadap
produktifitas seorang pekerja. Sebagai contoh, apabila seorang
pekerja mendapatkan tugas yang biasanya harus diselesaikan oleh dua orang namun saat ini ia harus menyelesaikannya sendiri, maka hal ini akan mempengaruhi kondisi kesehatannya dan juga pada gilirannya akan menurunkan produktifitas pekerja yang
bersangkutan.
Kapasitas kerja seseorang dapat dibedakan dengan seseorang lainnya dengan
melihat dari beberapa hal diantaranya yaitu : • · Status kesehatannya
• · Status Gizi
• · Kesegaran Jasmani
• · KSA ( knowledge, skill & attitute ) • · Motivasi
• · Ukuran tubuh
• Semakin baik faktor- faktor tersebut diatas , maka akan sebakin baik kapasitas seseorang dan semakin baik pula produktifitas kerja
•
Safety in The Process
•
Safety
atau keselamatan kerja merupakan salah
satu faktor utama yang sering
didengung-dengungkan oleh industri-industri beberapa
tahun terakhir ini.
• Kesadaran akan pentingnya
safety
ini didasari
oleh keadaan di mana suatu investasi yang telah
dilakukan, yang umumnya bernilai besar pada
suatu pabrik/
plant
, dapat hilang atau rusak
akibat adanya kelalaian dalam pengoperasian
atau kelalaian terhadap
safety procedure
yang
ada yang juga dapat membahayakan para
• Safety dapat ditinjau dari dua sisi: 1) sisi teknikal dan 2) sisi manajemen.
• Dari sisi teknikal, topik bahasan tentunya akan menjadi sangat beragam. Sebagai contoh, sudut pandang safety dari sisi Teknik Kimia tentu saja akan berbeda jika diihat dari sudut pandang Teknik Industri.
• Teknik Kimia yang lebih banyak bergelut dengan industri proses tentu saja akan lebih banyak bersinggungan dengan faktor safety dari alat-alat (pressured vessel, flare stack, dan lain sebagainya).
• Dalam hal ini tentunya akan ada parameter-parameter standar yang harus dipatuhi seperti (GPSA, API, ASME, ASTM, dan lain-lain) serta mungkin teman-teman akan sering mendengar istilah MAWP
(Maximum Allowable Working Pressure), Mach number (relativitas kecepatan linier fluida terhadap kecepatan suara) dan istilah-istilah lainnya.
• Sedangkan dari sisi Teknik Industri yang lebih banyak berhubungan dengan industri manufaktur, tentunya istilah dan acuan yang
digunakan akan berbeda.
• Walaupun demikian, akan terdapat beberapa kesamaan prosedur
apabila dilihat sisi manajemen. Hal ini didasari akan tujuan safety tiap industri yang tidak terlalu jauh berbeda. Berikut akan dibahas tentang
Safe from the start
• “Safe from the start” ialah suatu jargon yang diharapkan terjadi pada tiap proyek yang dilakukan mulai dari tahapan definition, planning,
preliminary design, detailed design, construction, commissioning , dan hingga ke tahap production operation.
• Banyak parameter yang digunakan dalam menyatakan seberapa patuh dan aware sebuah perusahaan terhadap perihal keselamatan kerja.
• Salah satu parameter yang digunakan di Amerika Serikat adalah
Total Case Incident Rate (TCIR) dimana nilai TCIR ini harus lebih kecil dari 1.0, parameter TCIR ini dikeluarkan oleh US. Occupational Safety and Health Admininstration dan dinyatakan sebagai standar pada tahun 2002.
• TCIR sendiri dihitung berdasarkan kasus injury/illness yang terjadi selama 200,000 man-hour period (1 man-hour dapat didefinisikan sebagai 1 orang dikalikan dengan 1 jam). Pada konteks 200,000
man-hour period ini dianggap ada 100 orang pekerja dengan waktu kerja 50 minggu pertahunnya dan 40 jam perminggunya.
• Untuk mencapai angka kecelakaan kerja yang
kecil, sebagaimana dinyatakan dalam syarat
TCIR diperlukan suatu
safety procedure
yang
baik. Adapun tujuan dari prosedur
safety
ini
antara lain:
• Menghindari kecelakaan, luka, atau penyakit
akibat kelalaian dalam bekerja
• Menghindari adanya dampak buruk terhadap
lingkungan
• Menghindari adanya pelanggaran terhadap
undang – undang keselamatan kerja yang
berlaku
The Safest Company Year 2003
• Salah satu perusahaan yang mempunyai record TCIR yang baik
adalah Honeywell Process Solution (HPS). Perusahaan ini dilaporkan memiliki nilai TCIR sebesar 0.29 dan 0.05 untuk Project Operation Group (bagian dari perusahaan tersebut yang khusus menangani proyek) pada tahun 2003. Berikut beberapa tahapan penerapan
safety yang disadur dari Honeywell Process Solution (HPS):
1. Project Safety Assessment (PSA)
Pada tahapan ini, perusahaan akan membentuk suatu tim khusus untuk meninjau dan mengevaluasi setiap faktor atau kejadian yang mungkin terjadi dan menyebabkan terjadinya hazard. Pada tahapan ini biasanya akan menghasilkan beberapa checklist yang akan
ditinjau lebih lanjut oleh pihak-pihak terkait dalam proyek.
2. Data Gathering and Scope
Checklist yang telah dihasilkan dari tahapan pertama selanjutnya akan diberikan kepada pihak terkait dalam proyek (construction manager) sebagai langkah awal dalam pengumpulan data. Pada tahap ini biasanya akan ada interview dari tim PSA untuk
3. Defining The Action Plan
Setelah semua data terkumpul tim PSA akan membandingkan
hazard yang mungkin terjadi dengan regulasi dan standar operasi yang telah ada untuk mengembangkan safety action plan yang bersifat spesifik terhadap tiap bahaya. Dalam tahapan ini ada 4 langkah yang harus dilakukan :
– Executive overview and project description
– Administrative issues
– Policies and procedures
– Forms
4. Management Sign-Off
Rencana yang telah ditetapkan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari pihak manajemen. Untuk itu perlu adanya komitmen dari pihak manajeman, kontraktor, dan
pelanggan (customer) dalam mengimplementasikan safety
didalam proyek tersebut. Salah satu cara adalah dengan