KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
(K2)
PENGERTIAN
Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) adalah upaya
untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman,
nyaman dan sehat bagi pegawai dan outsourcing
dalam melaksanakan kegiatan instalasi atau
kegiatan lain perusahaan dengan tujuan untuk
menurunkan potensi penyakit akibat kerja dan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
a. Standarisasi:
- Pemeliharaan APAR - Pengisian kotak P3K b. Keselamatan:
- Andal dan aman bagi instalasi (Keselamatan Instalasi) - Aman dari bahaya bagi manusia :
* Tenaga Kerja (Keselamatan Kerja)
* Masyarakat Umum (Keselamatan Umum) - Akrab lingkungan (Keselamatan Lingkungan) c. Sertifikasi:
- Sertifikasi laik operasi bagi instalasi penyediaan TL,
- Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL untuk instalasi pemanfaatan TL (instalasi pelanggan),
- Tanda keselamatan bagi pemanfaat TL (alat kerja/rumah tangga) - Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik ketenagalistrikan
KEBIJAKAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN (K2)
Visi :
Instalasi / kegiatan yang aman, andal dan akrab lingkungan
Penerapan Standar Ketenagalistrikan :
- Pemerintah / DJLPE meminta agar selambat-lambatnya pada
akhir 2005, instalasi PLN harus sudah menerapkan SNI
- Tim Standarisasi PLN memproses SPLN menjadi RSNI
(Rancangan SNI), kemudian diajukan ke DJLPE untuk
diproses dan diajukan ke BSN agar ditetapkan menjadi SNI
- Disamping itu Jasa Litbang menganalisa kebutuhan
standar-standar ketenagalistrikan
5
Undang-Undang No 15 Tahun 1985 tentang ketenagalistrikan
- Memperhatikan Keselamatan Kerja & - Keselamatan Umum
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Pasal 87 : Kewajiban perusahaan menerapkan SMK3 yang terintegrasi dalam sistem manajemen perusahaan)
PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah.
PP No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
PP No.10/1992 ttg Pelaksanaan Program Jamsostek (antara lain Pelaksanaan Program Jaminan Kecelakaan Kerja)
Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja
KepMenaker No.5/Men/1996 ttg Sistem Manajemen K3 (SMK3)
6
KEAMANAN
KESELAMATAN
Keamanan (
security
):
-
Menciptakan kondisi penyelenggaraan suatu kegiatan yang
aman, tenteram dan tertib
-
Mencegah terjadinya kerawanan, ancaman dan gangguan
terhadap keselamatan
Keselamatan (
safety
):
-
Menciptakan kondisi untuk manusia yang aman dari bahaya,
untuk instalasi / bangunan / peralatan yang andal dan aman,
serta untuk instalasi / kegiatan yang akrab lingkungan
-
Mencegah terjadinya kecelakaan manusia, kerusakan instalasi
7
Dipersiapkan UU Baru ttg.Ktngltk ( K2 )
Dibatalkan MK
9
SISTEM KETENAGALISTRIKAN YANG AMAN, ANDAL & AKRAB LINGKUNGAN
SNI WAJIB, STANDAR INTERNASIONAL, STANDAR PABRIKAN, IEC/ISO
KESELAMATAN
(PEGAWAI & TK BUKAN PEG)
KECELAKAAN KERJA
• PROSEDUR KERJA (SOP)
• NILAI AMBANG BATAS (NAB)
• ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
• TANDA PERINGATAN/ LARANGAN
• PEMERIKSAAN KES.KERJA
• SERT.PERALATAN BERBAHAYA
• SERTIFIKAT KOMPETENSI
• TANDA KESELAMATAN PRODUK • SERTIFIKAT LAIK
OPERASI • SERTIFIKAT LAIK
OPERASI • SERTIFIKAT
KOMPETENSI • KESIAPAN ALAT
10
PP NO.10 TAHUN 1989
PP NO. 3 TAHUN 2005
• PP NO.10 TAHUN 1989
• PP NO. 3 TAHUN 2005
• PP NO 26 TAHUN 2006
• Per Men ESDM No 0045
TAHUN 2005
• UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
• MENGACU KEPADA PERATURAN
KEMENTRIAN
LINGKUNGAN HIDUP
• KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
NOMOR 1457 TAHUN 2000 TENTANG
• PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN
LEMBAGA - Jasa Non-Konstruksi: MESDM cq. DJLPE Ristek,
UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA
A. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional
B. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat
kerja perlu terjamin pula keselamatannya
C. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien
D. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Dengan peraturan perundangan ditetapkan SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA UNTUK:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya 5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan
8. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
9. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
14
DIBUTUHKAN
DIBUTUHKAN
• SHACKEL STiCK (TONGKAT
HUBUNG)
• ALAT PENTANAHAN
PORTABLE (GROUNDING LOKAL)
• VOLTAGE TESTER • BANGKU ISOLATOR
• RAMBU-RAMBU PENGAMAN /
TANDA-TANDA PERINGATAN
• TOPI PENGAMAN (HELM) • PAKAIAN KERJA
• SARUNG TANGAN
• SARUNG TANGAN TAHAN
TEGANGAN / BERISOLASI
• SARUNG TANGAN UNTUK
PEMELIHARAAN BATERE • SHACKEL STiCK (TONGKAT
HUBUNG)
• ALAT PENTANAHAN
PORTABLE (GROUNDING LOKAL)
• VOLTAGE TESTER • BANGKU ISOLATOR
• RAMBU-RAMBU PENGAMAN /
TANDA-TANDA PERINGATAN
• TOPI PENGAMAN (HELM) • PAKAIAN KERJA
• SARUNG TANGAN
• SARUNG TANGAN TAHAN
TEGANGAN / BERISOLASI
• SARUNG TANGAN UNTUK
PEMELIHARAAN BATERE
• KACA MATA PENGAMAN
• SABUK PENGAMAN
• SEPATU PANJAT
• SEPATU KERJA BIASA
• SEPATU TAHAN TEGANGAN /
BERISOLASI
• RESPIRATOR (MASKER
HIDUNG)
• ALAT PENUTUP TELINGA (EAR
PROTECTOR)
• PERALATAN PERNAFASAN
(BREATING APPARAATUS)
• JAS HUJAN
• PENUTUP DADA UNTUK LAS
LISTRIK, DAN LAIN-LAIN • KACA MATA PENGAMAN • SABUK PENGAMAN
• SEPATU PANJAT
• SEPATU KERJA BIASA
• SEPATU TAHAN TEGANGAN /
BERISOLASI
• RESPIRATOR (MASKER
HIDUNG)
• ALAT PENUTUP TELINGA (EAR
PROTECTOR)
• PERALATAN PERNAFASAN
(BREATING APPARAATUS)
• JAS HUJAN
• PENUTUP DADA UNTUK LAS
1. PENGURUS DIWAJIBKAN MELAPORKAN
TIAP KECELAKAAN yang terjadi dalam
tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja
2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan
2 (dua) factor diatas merupakan GEJALA akibat
buruknya penerpan dan kurangnya KOMITMEN
MANAJEMEN terhadap K3 itu sendiri.
Setiap kecelakaan yang terjadi pasti ada faktor
PENYEBABNYA, diantaranya :
UNSAFE CONDITION
UNSAFE ACTION
Beberapa contoh UNSAFE CONDITION
Peralatan kerja yang sudah usang ( tidak laik pakai ).
Tempat kerja yang acak-acakan
Peralatan kerja yang tidak ergonomis.
Roda berputar mesin yang tidak dipasang pelindung
( penutup ).
Tempat kerja yang terdapat Bahan Kimia Berbahaya yang
tidak dilengkapi sarana pengamanan ( labeling, rambu) dll.
Beberapa contoh UNSAFE ACTION :
Karyawan bekerja tanpa memakai Alat Pelindung Diri
Pekerja yang mengabaikan Peraturan K3.
MENGAPA KARYAWAN MELAKUKAN TINDAKAN
KURANG AMAN (UNSAFE ACTION) ?
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
bertindak kurang AMAN dalam melakukan
pekerjaan, antara lain :
A. Tenaga kerja TIDAK TAHU tentang
1. Bahaya – bahaya di tempat kerjanya
2. Prosedur Kerja Aman
3. Peraturan K3
4. Instruksi Kerja dll.
B. KURANG TERAMPIL ( UNSKILL ) dalam:
1. Mengoperasikan peralatan.
2. Mengemudikan Kenderaan.
3. Mengoperasikan Fire Truck.
4. Memakai alat – alat kerja ( Tool ) dll.
C. KEKACAUAN SISTEM MANAJEMEN K3
1. Menempatkan Tenaga Kerja tidak sesuai
2. Penegakan Peraturan yang lemah
3. Paradikma dan Komitmen K3 yang tidak mendukung
4. Tanggungjawab K3 tidak jelas
5. Anggaran Tdk Mendukung
BAHAYA LISTRIK BAGI MANUSIA
SHOCK
(TERKEJUT)
SHOCK
(TERKEJUT)
PINGSAN
TERBAKAR
TERBAKAR
KEMATIAN
KEMATIAN
BAHAYA YANG DITIMBULKAN OLEH ARUS / TEGANGAN LISTRIK
TERHADAP MANUSIA ADALAH :
BATASAN BESARNYA ARUS LISTRIK YANG
MENGALIR MELALUI TUBUH MANUSIA
SERTA PENGARUH LANGSUNG YANG
DIRASAKAN :
• ARUS PERSEPSI (PERCEPTION CURRENT)
• ARUS MEMPENGARUHI OTOT (LETGO CURRENT) • ARUS FIBRILASI (FIBRILLATING CURRENT)
• ARUS REAKSI (REACTION CURRENT)
BATASAN BESARNYA ARUS LISTRIK YANG
MENGALIR MELALUI TUBUH MANUSIA
SERTA PENGARUH LANGSUNG YANG
DIRASAKAN :
• ARUS PERSEPSI (PERCEPTION CURRENT)
• ARUS MEMPENGARUHI OTOT (LETGO CURRENT) • ARUS FIBRILASI (FIBRILLATING CURRENT)
PENGARUH ARUS LISTRIK PADA TUBUH MANUSIA
BESARNYA ARUS PENGARUH PADA TUBUH MANUSIA BELUM DIRASAKAN PENGARUHNYA 0 ……… 0,9 mA
BARUS TERASA ADANYA ARUS LISTRIK 0,9 ……… 1,2 mA MULAI TERASA SEAKAN-AKAN ADA YANG
MERAYAP DIDALAM TANGAN 1,2 ……… 1,6 mA
TANGAN SAMPAI KESIKU MERASA KESEMUTAN
1,6 ……… 6,0 mA
TANGAN MULAI KAKU, RASA KESEMUTAN MAKIN BERTAMBAH
6,0 ……… 8,0 mA
RASA SAKIT TIDAKTERTAHANKAN PENGHANTAR MASIH DAPAT DILEPASKAN
DENGAN GAYA YANG BESAR SEKALI 13 ……… 15,0 mA
OTOT TIDAK SANGGUP LAGI MELEPASKAN PENGHANTAR
15 ……… 20,0 mA
DAPAT MENGAKIBATKAN KERUSAKAN PADA TUBUH MANUSIA
20 ……… 50,0 mA
BATAS ARUS YANG DAPAT MENYEBABKAN KEMATIAN
1.Education
Tenaga Kerja harus mendapatkan bekal pendidikan &
Pelatihan dalam usaha pencegahan Kecelakaan. Pelatihan K3
harus diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan
sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
Contoh :
Pelatihan Dasar K3 untuk Karyawan baru, Pelatihan K3
Supervisor, Pelatihan Manajemen K3.
2. Engineering
Rekayasa dan Riset dalam bidang Teknologi dan Keteknikan
dapat dilakukan untuk mencegah suatu kecelakaan.
Contoh :
Pemasangan Alat Pemadam otomatis ,
Memberdayakan Robot , Dll
24
3.Enforcement
Penegakan Peraturan K3 dan pembinaan berupa pemberian
Sanksi harus dilaksanakan secara tegas terhadap pelanggar
peraturan K3.
Penerapannya harus konsisten dan konsekuen
4. Emergency Respons
Setiap Karyawan atau orang lain yang memasuki tempat kerja
yang memiliki potensi bahaya besar harus memahami langkah –
langkah penyelamatan bila terjadi keadaan darurat.
Contoh :
Kebocoran Tangki Bahan Kimia, Kebakaran, Bencana alam, Dll
MENENTUKAN TINDAKAN KOREKSI
Tujuan untuk menentukan tindakan koreksi yang paling
cost effective. Hal ini jelas bukan pencarian kesalahan
atau penuduhan korban. Jadi, kita tidak bicara
mengenai investigasi kecelakaan, ini adalah analisis
1. Apakah ada ketidak sesuaian kinerja (
performance discripency
)?
Ketidak cocokan kinerja bisa berupa “kesalahan menuruti
peraturan" atau “kesalahan melalaikan peraturan" seseorang
pekerja bisa gagal untuk menerapkan perilaku aman tertentu
karena mengambil jalan pintas atau seseorang melakukan
perilaku aman tertentu yang bisa menyebabkan seseorang
terluka.
2. Apakah pekerjaan bisa disederhanakan?
Sebelum mendesain atau mengintervensi suatu ketidak
sesuaian kinerja, pastikan dahulu semua pembetulan
enginering telah dilakukan.
3. Apakah pengharapannya jelas?
Harapan manager puncak yang menginginkan keselamatan
harus bisa dipahami oleh lapis bawah yang lebih bersifat
operasional.
"Berbicara masalah keselamatan, biasanya kita cerita tentang
teori dan prosedur. Sekarang mari kita rubah pandangan dan
sikap terhadap keselamatan itu, keselamatan bukan lagi
mengatasi kecelakaan, tetapi peduli keselamatan dan
lingkungan. Peduli keselamatan mengandung arti jangan sampai
pekerjaan kita membuat bencana terhadap diri kita, orang lain
dan lingkungan, harusnya bisa di sampaikan atau di tanamkan
juga pada bawahan-bawahannya. Sehingga akhirnya para
pekerja menyadari kemauan pihak atasan dan akan berusaha
4. Apakah umpan balik berdasarkan perilaku tersedia?
Umpan balik bisa berupa hadiah ataupun hukuman. Hal yang
bisa merendahkan orang berperilaku aman adalah bahwa
perilaku amannya terkadang "dihukum" dengan pekerjaan
lebih, atau bisa jadi perilaku berisiko yang ia lakukan di labeli
dengan pekerjaan yang efisien dan produktif.
5. Apakah saja akibat alami yang ada?
6. Apakah ada ketidak sesuaian kemampuan? Bagaimana jika
memang orang tersebut tidak tahu bagaimana berperilaku
aman? Maka sebuah pelatihan sangat diperlukan.
7. Apakah orang tersebut cocok dengan tugasnya?
Perlu diketahui pula kemampuan fisik, mental, dan minat atau
motivasi para karyawan dengan tugas-tugasnya. Orang yang
memiliki minat, kemampuan fisik yang prima, dan mental yang
bagus akan dapat lebih baik bekerja dibandingkan dengan
orang yang tidak berminat dengan pekerjaannya atau karena
keterpaksaan.
8. Pelatihan apa saja yang dibutuhkan?
Faktor manajemen sangat memegang peranan yang sangat besar
sekali dalam mengadakan sebuah perubahan, dibutuhkan
komitmen dan usaha nyata pihak manajemen untuk dapat
menciptakan pelayanan yang lebih baik lagi kedepannya.
Kinerja yang jelek, pengawasan yang tidak baik, dan manajemen
yang buruk bersatu padu dapat merusak komitmen manajemen
terhadap keselamatan baik petugas maupun masyarakat.
Jangan sampai terjadi bahwa dari sudut perspektif perusahaan,
komitmen manajemen terhadap keselamatan, yang dituangkan
dalam kebijakan K3 dalam Sistem Manajemen K3 (SMK3)
beberapa waktu yang lalu yang telah diterapkan disemua Unit
UPT, hanyalah sebuah kosmetik belaka (
largely cosmetic
).
yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan budaya
keselamatan adalah:
Manajer Unit harus menekankan dengan tegas bahwa
keselamatan adalah bagian dari strategi dalam mengontrol
risiko yang mungkin dihadapi;
Para pengambil keputusan dan para petugas operasional
harus memiliki pandangan realistik bahwa ancaman
keselamatan dalam jangka pendek maupun jangka panjang
akan selalu muncul dalam aktivitas organisasi perusahaan;
Adanya rasa peduli dan perhatian yang tinggi untuk
menyampaikan segala informasi tentang keselamatan di semua
tingkatan dalam organisasi;
Karyawan dididik dan dilatih dengan baik dan mengerti akan
konsekuensi-konsekuensi dari sikap atau kerja yang kurang
baik.
Pimpinan tingkat atas harus menciptakan iklim sikap positif,
yaitu sikap yang terbuka akan kritik, komentar, dan masukan
dari karyawan tingkat bawah dan juga dari masyarakat
eksternal;
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dibutuhkan praktik yang terbaik:
Sikap, hal ini dimulai dari management dan mengalir ke bawah.
Pelibatan, perlu adanya pelibatan dari kalangan pekerja "bawah’, jika mereka tidak "bermain" maka mereka akan celaka.
Mendengarkan, dengarkan para staf.
Aksi, putuskan lingkaran. Buktikan anda mendengar dengan melakukan tindakan saat keluhan, near miss, atau insiden dihadapkan.
Mulai hari pertama, mulai dari hari bekerja yang pertama kali ditanamkan perilaku aman.
Latih, latih, dan latih. Lakukan pelatihan tanggap darurat, tes kebugaran tahunan, pelatihan ruangan tertutup, pertolongan pertaman, atau apapun yang diperlukan.
KESIMPULAN
Dalam melihat kecelakaan kerja yang terjadi, tidak hanya diperlukan penyalahan kepada petugas (aspek manusia) saja, perlu di perhatikan pula aspek perilaku selamat yang diterapkan.
Jika ingin perilaku aman diterapkan, perlu diterapkan terlebih dahulu semua pembetulan enginering atau perbaikan peralatan dan tugas.
Pengharapan atau perilaku selamat yang diinginkan harus diketahui dan jelas dipahami para pekerja.
Perlu juga adanya umpan balik perilaku baik berupa reward ataupun hukuman yang konsisten.
Kecocokan pekerja (minat, kemampuan, keadaan fisik, dan bakat) dengan tugas yang diberikan harus pula diperhatikan.
Pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan.
Untuk menghindari kecelakaan kerja ditempat kerja dibutuhkan komitmen pihak top manajemen yang konsisten dan dibuktikan dengan tindakan yang nyata.
Perbaikan peralatan dan alat kerja mutlak dilaksanakan sebelum perbaikan perilaku para pekerja sehingga alat kerja atau peralatan yang kondisinya buruk perlu diperbaiki terlebih dahulu.
SARAN
Pembentukan perilaku selamat para pekerja perlu dibentuk tidak hanya dengan pelatihan-pelatihan tetapi juga dibentuk kultur atau budayanya.
APA YANG MEMBEDAKAN KEDUA GAMBAR DI BAWAH INI?
TANPA MENERAPKAN K2
40
Tidak memakai helm pengaman
Tidak memakai sarung tangan
41
DENGAN MENERAPKAN K2
Sudah memakai helm pengaman
Sudah memakai sarung tangan
FUSE YANG BENAR???
42
Apakah cara yang ini???
1.Sudah
memakai helm
pengaman
43
Inilah yang sesuai dengan
CARA MENGGUNAKAN SHACKEL STICK
45
Tidak memakai helm pengaman
Tidak memakai sarung tangan
TANGGA
46
Lengkap dengan helm pengaman,
sarung tangan, sepatu berisolasi, dan
SAAT TEMAN KITA
SEDANG BEKERJA DI
ATAS TIANG
Jika tangga
yang dipanjat
tidak dipegangi
oleh orang yang
di bawah, bisa
JANGAN NEKAT JIKA INGIN SELAMAT
DAPAT MEMBAHAYAKAN NYAWA
ANDA
PENGERTIAN PENGUKURAN
Mengukur adalah suatu usaha untuk menyatakan sifat
suatu zat atau benda kedalam bentuk angka atau harga.
Pengukuran adalah suatu upaya untuk mendapatkan
mengetahui dimensi besaran listrik.
Dalam memberikan angka atau harga tersebut dalam
prakteknya dilakukan dengan cara
Membandingkan dengan alat tertentu yang
dianggap standar.
Membandingkan besaran tertentu dengan
suatu besaran skala yang telah dikalibrasi.
PEMAKAIAN ALAT UKUR LISTRIK
Alat ukur listrik dipakai untuk bermacam keperluan dan
untuk bermacam lapangan pekerjaan, yang terpenting
adalah : untuk mengukur arus listrik,
tegangan/potensial listrik, hambatan/resistansi/
tahanan, tenaga listrik, frekuensi dan faktor daya listrik.
Dilihat dari kegunaannya alat ukur besaran listrik dapat
dikatagorikan menjadi : Alat Ukur besaran listrik
(misalnya seperti tersebut diatas) dan Alat Hitung
besaran listrik untuk menghitung jumlah kerja atau
energi listrik (kWh, kVAh dan kVArh)
APAKAH LISTRIK ITU
54
Listrik merupakan salah satu bentuk energi yang tersimpan dalam bentuk magnet, muatan elektron, kimia. Untuk mengetahui suatu benda bersifat listrik maka kita hanya bisa mengenalnya dengan gejala yang ditimbulkan dari benda tersebut.
MUATAN LISTRIK
ALIRAN LISTRIK
KUAT ARUS
Kuat arus merupakan banyaknya muatan listrik (coulomb) yang mengalir pada suatu rangkaian dalam setiap detiknya (coulomb/detik) besarnya kuat arus dinyatakan dalam ampere yang disimbolkan dengan “ I ” yang sering disebut denga arus listrik.
Arus listrik tidak dapat dilihat secara visual tetapi gejala adanya arus listrik dapat diamati / buktikan, Arus Listrik diukur dengan menggunakan amper meter yang dipasang secara seri.
POTENSIAL ATAU TEGANGAN
Istilah beda potensial dalam ilmu listrik kurang lazim, dimana lazimnya disebut dengan tegangan dengan satuan volt.
Sumber tegangan adalah sebesar 1 Volt bila sumber tersebut mengalirkan muatan listrik sebesar 1 coulomb untuk melakukan kerja sebesar 1 joule.
Besaran tegangan yang sering digunakan antara lain sebagai berikut :
Prefix Symbol Decimal
1 kilovolt 1 kV 1000 V 1 millivolt 1 mV 1/1000 V 1 microvolt 1 µV 1/1,000,000 V
Benda atau material yang dapat mengalirkan banyak elektron bebas untuk berpindah atau bergerak secara bebas disebut konduktor, contoh: tembaga, aluminium, perak, besi, sedangkan material yang mengalinkan sedikit elektron bebas untuk berpindah atau bergerak secara bebas disebut isolator, contoh : karet, plastik, gelas , mika , keramik.
HAMBATAN ATAU RESISTAN
Tahanan Listrik atau disebut juga hambatan atau beban merupakan komponen yang menyerap energi listrik untuk diubah menjadi energi lain seperti : energi panas, cahaya, mekanik, kimia. Tahanan atau hambatan dalam rangkaian listrik berfungsi untuk menghambat laju aliran elektron atau untuk menghambat kuat arus listrik.
RESISTANSI DARI SUATU BAHAN LISTRIK
Faktor yang menentukan besarnya nilai Resistansi adalah : 1. Panjang konduktor;
2. Luas penampang;
3. Resistivitas dari bahan/material; 4. Temperatur.
R =
ρ
.
l
/ A ( Ohm / )
Ω
Dimana :
R = resistansi dari konduktor dalam ( )Ω
= resistivitas dari konduktor dalam ( -mm2/m )
ρ Ω
l = panjang dari konduktor dalam ( m )
DAYA ARUS SEARAH
Daya adalah suatu gaya yang menyebabkan sesuatu benda dapat bergerak (berpindah) atau jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satuan waktu dan diberi simbol “ P ” dengan satuan watt atau joule/detik
1 Watt = 1 Joule/detik adalah jumlah kerja yang dilakukan oleh muatan 1 coulomb yang mengalir melalui perbedaan potensial 1 volt dalam setiap detik, atau sebagai daya yang digunakan bila 1 amper arus mengalir melalui perbedaan potensial 1 volt.
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Daya arus searah : P = V . I (Watt)
ENERGI ARUS SEARAH
Energi listrik adalah sejumlah daya listrik yang digunakan atau diserap selama waktu tertentu, energi listrik diukur dengan menggunakan alat ukur listrik : Watt.jam meter (Wh meter) atau kilo Watt.jam meter (kWh meter).
Satuan energi listrik antara lain : Watt.jam, kilo Watt.jam. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
W = V . I . t Watt jam (Wh)
W = P
.
t
HUBUNGAN DAYA, ARUS DAN TAHANAN LISTRIK
I
V
RPada arus bolak-balik dikenal beberapa macam daya, yaitu : 1. Daya AKTIF ( P )
Adalah daya yang terpakai secara efektif, yang diukur dengan Watt meter dengan beban bersifat resistif. Untuk menghitung daya efektif digunakan rumus :
P = V . I Cos
φ
(Watt)2. Daya REAKTIF ( Q )
Adalah daya yang seolah-olah tidak terpakai, tetapi sebenarnya terpakai dan dapat diukur dengan VAr meter dengan beban bersifat induktif atau kapasitif. Untuk menghitung daya reaktif digunakan rumus :
3. Daya SEMU ( S )
Adalah daya yang dibangkitkan (tersedia) di jaringan, daya semu dapat diukur dengan VA meter. Untuk menghitung daya efektif digunakan rumus :
S = V . I (VA)
Faktor Daya Arus Bolak- Balik ( Cos
φ
)Berdasarkan rumus perhitungan daya tersebut diatas, dapat digambarkan segi tiga daya dengan sisi-sisinya S, P dan Q sebagai berikut :
S = V.I (VA)
daya semu Q = V.I. Sin
φ
(VAr) daya reaktifP = V.I. Cos
φ
(Watt) daya aktif / daya nyataKONVERSI DAYA MEKANIK
Dalam ilmu mekanik untuk satuan daya biasa
menggunakan istilah horse power (hp), dimana
1 hp setara dengan 746 watt.
•
Konversi dari daya mekanik menjadi daya
listrik
adalah sebagai berikut :
1 hp = 746 Watt
1 kW = 1.34 hp
atau
ENERGI ARUS BOLAK- BALIK 1 FASE
Energi listrik adalah sejumlah daya listrik yang digunakan atau diserap selama waktu tertentu, jadi :
Energi Listrik = Daya Listrik x waktu
Satuan energi listrik antara lain : Watt.jam, kilo Watt.jam. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
W = V . I . t Watt jam (Wh)
W = P . t
Untuk menghitung besarnya energi listrik yang digunakan oleh konsumen digunakan alat ukur listrik : kWh meter, kVArh meter dan kVAh meter.
ARUS BOLAK BALIK 1 FASE
Bila segitiga daya, sisi-sisinya dikalikan
dengan waktu
t
maka akan diperoleh segitiga
energi listrik, sebagai berikut :
V.I.t (VAh) energi semu
V.I.t Sin
φ
(VArh) energi reaktifV.I.t Cos
φ
(Wh) energi aktif / energi nyataMENGUKUR TAHANAN ISOLASI
Alat yang digunakan adalah Megger
MENGUKUR TAHANAN ISOLASI
Sebelum melakukan pengukuran,
periksa dulu kondisi baterainya!!!
MENGUKUR TAHANAN ISOLASI ANTARA
SISI TM DENGAN BODY TRAFO
74
Hasil pengukuran = 2000 MΩ
MENGUKUR TAHANAN ISOLASI ANTARA
SISI TR DENGAN BODY TRAFO
75
Hasil pengukuran = 900 MΩ
MENGUKUR TAHANAN ISOLASI ANTARA
SISI TM DENGAN SISI TR
76
Hasil pengukuran = 2000 MΩ
MENGUKUR TEGANGAN FASA-NETRAL
MENGUKUR TEGANGAN FASA-FASA
MENGUKUR ARUS LISTRIK
MENGUKUR FAKTOR DAYA LISTRIK
80
Untuk mengukur tegangan (V)
Untuk mengukur
arus (I)
P = V I cos
φ
MENGECEK URUTAN FASA
81
Jika urutan fasa terbalik, maka:
MENGECEK URUTAN FASA
82
Jika urutan fasa benar, maka:
MENGUKUR PARTIAL DISCHARGE
PADA ARRESTER
Partial Discharge merupakan bentuk pelepasan muatan
listrik yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi.
Alat yang digunakan adalah Arrester Default Detector
(ADD).
MENGUKUR TAHANAN PEMBUMIAN
Alat yang digunakan adalah
Earth Tester.
MENGECEK KONDISI MINYAK TRAFO
MENGECEK KONDISI MINYAK TRAFO
86
MENGECEK KONDISI MINYAK TRAFO
87
MENGECEK KONDISI MINYAK TRAFO
88
3. Tekan tombol
“UP SWITCH”
MENGECEK KONDISI MINYAK TRAFO
89
Tunggu sampai terjadi tegangan tembus
yang mengkibatkan alat ukur trip.
Kemudian lihat hasil
pengukurannya. Nilai
tegangan tembusnya
50kV/0,25cm atau
200kV/cm
.
Nilai teg. tembus yang
baik
> 120kV/cm
Nilai teg. tembus yang
buruk
MENGECEK KONDISI MINYAK TRAFO
90
Catatan:
- Pengambilan minyak trafo dibutuhkan 700
ml.
- Sebaiknya pengambilan dilaksanakan pada
saat cuaca kering
I. FUSE CUT OUT / FUSE TABUNG PUTUS 1
PHASA
Cara Penanggulangan:
1. Periksa secara visual kondisi bushing TM/TR
2. Periksa secara visual kabel penghantar sisi TM (dari pengaman s/d bushing TM)
3. Periksa elastimol (khusus) dibersihkan dengan Vecom
4. Periksa secara visual kabel sekunder dari lemari bagi TR, saklar utama, hoder, NT fuse
5. Periksa opstik kabel out going TR dan jumper-nya