• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA UNSUR MELALUI PENERAPAN LESSON STUDY BERBASIS KOOPERATIF JIGSAW PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UHO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA UNSUR MELALUI PENERAPAN LESSON STUDY BERBASIS KOOPERATIF JIGSAW PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UHO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA UNSUR

MELALUI PENERAPAN

LESSON STUDY

BERBASIS KOOPERATIF

JIGSAW

PADA MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UHO

Oleh:

Aceng Haetami, La Rudi, Rustam Musta

1) 1)

Jurusan Pendidikan Kimia FKIP UHO

Email:acengkimia@gmail.com

ABSTRAK: Motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa dalam pembelajaran kimia unsur sangat rendah. Hal ini berimbas pada rendahnya rerata hasil belajar mahasiswa dari tahun ke tahun yang selalu <61. Penerapan

Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar mahasiswa sehingga hasil belajar kimia unsur meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa melalui implementasi Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan kimia unsur. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga

Open Class, masing-masing Open Class terdiri dari tiga tahapaan utama : Plan, Do, See. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan kimia FKIP UHO angkatan 2014 yang berjumlah 72 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan tes essay. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, persentase aktivitas belajar mahasiswa mengalami peningkatan dari Open Class I ke

Open Class II yakni sebesar 15,83% dan dari Open Class II ke Open Class III meningkat sebesar 11,67%. Hasil belajar mahasiswa berkisar 41,67-92,00 dengan rerata 67,33, dimana sebanyak 57 atau 79,17% mahasiswa memiliki nilai ≥ 61 dan 15 atau 20,83 % mahasiswa memiliki nilai ≤ 61. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan Lesson Study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia unsur pada mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP UHO.

Kata kunci: hasil belajar kimia, lesson study, kooperatif Jigsaw

PENDAHULUAN

Mata kuliah kimia dasar merupakan salah satu mata kuliah yang memiliki karakteristik tersendiri dan memerlukan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah ilmu kimia yang berupa teori, konsep, hukum, dan fakta. Mata kuliah kimia dasar perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memahami lebih baik lagi tentang konsep kimia serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep-konsep kimia dasar. Namun tidak semua mahasiswa dapat memahami dan menguasai konsep-konsep kimia tersebut, bahkan ada mahasiswa yang sering mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal kimia, sehingga mereka menganggap bahwa mata kuliah kimia

dasar merupakan mata pelajaran yang sulit dalam artian motivasi dalam pokok bahasan tertentu sangat kurang. Salah satu contohnya yaitu pada pokok bahasan kimia unsur, dimana kimia unsur merupakan materi kimia dasar II yang dirasakan motivasi mahasiswa sangat kurang. Motivasi dan aktivitas belajar yang kurang berimbas pada rendahnya hasil belajar mahasiswa. Hal ini terbukti dalam tiga tahun terakhir, hasil belajar kimia unsur reratanya selalu di bawah 61 (TA 2012/2013 : 58,13; TA 2013/2014 : 57,69; TA 2014/2015 : 59,51). Rendahnya hasil belajar kimia unsur merupakan masalah yang sangat mendesak untuk dicarikan solusinya karena kimia unsur merupakan pokok bahasan inti yang mendasari pokok bahasan kimia dasar selanjutnya.

(2)

proses pembelajaran materi kimia unsur, model pembelajaran yang digunakan masih kurang bervariasi tanpa memperhitungkan kesesuaian antara model pembelajaran yang digunakan dengan materi yang akan diajarkan atau adanya penggunaan model pembelajaran yang berpatokan hanya pada satu model saja yang mana model tersebut lebih cenderung kepada aktivitas dosen. Selain itu dalam menuntaskan materi kimia unsur, seringkali peserta didik hanya ditugaskan membuat makalah baik individu maupun kelompok. Hal ini sangat berpengaruh terhadap akivitas mahasiswa yang juga akan berdampak terhadap hasil belajar mahasiswa sebab dengan model pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada dosen, mahasiswa akan cenderung mendengar, mencatat dan mengahafal sehingga hasil belajar mahasiswa tidak tercapai secara optimal.

Salah satu upaya yang ditawarkan tim dosen yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas adalah dengan implementasi lesson study, dimana lesson study

muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Lesson study

merupakan kegiatan riset untuk mengkaji metodologi yang digunakan selama di kelas dan berbagi hasil observasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Open class Lesson Study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan yaitu tahap perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do) dan refleksi

(See). Tahapan-tahapan ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan mahasiswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran (Lewis et al., 2006). Model pembelajaran yang digunakan dalam penerapan

lesson study ini yaitu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang merujuk

pada berbagai pengajaran dimana para mahasiswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif yang dipilih ialah model pembelajaran kooperatif Jigsaw, karena model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Mahasiswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya, ini memungkinkan mahasiswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual, dan dalam proses pembelajaran di kelas model Jigsaw ini dilengkapi dengan pemberian LKM. Model pembelajaran

Jigsaw ini sesuai dengan pokok bahasan kimia unsur, yang mana pokok bahasan kimia unsur ini membutuhkan ketekunan mahasiswa untuk membaca dan pemahaman konsep (Baskoro et al., 2013).

METODE PENELITIAN

Metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian Lesson Study

berbasis model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Fokus kajian adalah aktivitas belajar mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 20014/2015 di Jurusan Pendidikan Kimia FKIP UHO. Sasaran kajian adalah mahasiswa angkatan 2014 yang memprogramkan mata kuliah Kimia Dasar II. Pelaksanaanya dilakukan dalam 3

open class dengan pokok bahasan kimia unsur. Setiap open class terdiri dari 3 tahapan utama, yaitu tahap perencanaan (Plan), tahap pelaksanaan dan observasi (Do) dan tahap refleksi (See).

Gambar 3.1. Prosedur penelitian PLAN

SEE 2

DO 1 SEE 1

DO 2 PLAN

(3)

1) Tahap Perencanaan (Plan) : secara berkolaborasi kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah

membuat RPP, materi ajar, membuat alat bantu pembelajaran, membuat lembar kerja mahasiswa (LKM), membuat lembar observasi, dan membuat alat evaluasi.

2) Tahap Pelaksanaan (Do/Open Lesson)

Rencana pembelajaran yang telah disusun bersama selanjutnya diimplementasikan oleh dosen model di kelas mulai dari membuka kegiatan pembelajaran, menyampaikan materi dan lain-lain sampai pada menutup pembelajaran. Observer mengamati proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi lebih difokuskan pada aktivitas mahasiswa di kelas.

3) Tahap Refleksi (See)

Tahap ini melibatkan semua tim dalam Lesson Study yang terdiri dari fasilitator, dosen model, dan observer. Tahap ini diawali dengan dosen model mengungkapkan kesan-kesannya terhadap pembelajaran yang dilakukannya, dan respon mahasiswa yang dipandu oleh seorang fasilitator yang juga berperan sebagi observer. Adapun para observer memberikan masukan berdasarkan data yang diperoleh, demi

kebaikan pembelajaran selanjutnya. Hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk perbaikan atau revisi rencana pembelajaran berikutnya.

Teknik Pengumpulan Data

a. Data kualitatif (data mengenai aktivitas dosen dalam mengelola pembelajaran dan data mengenai aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran) diperoleh dengan menggunakan lembar observasi.

b. Data kuantitatif (data mengenai hasil belajar mahasiswa) diperoleh melalui hasil ujian. Teknik Analisa Data

a. Menentukan Persentase Aktivitas Belajar Siswa % Aktivitas belajar siswa

= x 100 %

b. Nilai Hasil Belajar

=

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Aktivitas Belajar Mahasiswa

Aktivitas belajar mahasiswa pendidikan kimia selama pembelajaran berlangsung pada setiap Open Class ditunjukkan pada Tabel 1

Tabel 1. Persentase Aktivitas Belajar Mahasiswa pada setiap Open Class

No. Aspek yang Diamati Persentase (%)

I II III

1. mahasiswa mempersiapkan diri dengan baik untuk

mengikuti pembelajaran. 75 75 100

2. mahasiswa menjawab pertanyaan yang telah disiapkan

dalam LKM. 75 75 100

3. mahasiswa terlibat aktif dalam diskusi untuk

menemukan jawaban soal LKM. 50 50 100

4. Tiap mahasiswa mempertanggung jawabkan hasil

(4)

No. Aspek yang Diamati Persentase (%)

I II III

5. mahasiswa menanggapi jawaban dari kelompok yang

melakukan presentasi. 25 75 100

6. mahasiswa mengajukan pertanyaan apabila ada yang

tidak dipahami. 33,33 75 100

7. Mahasiswa mencatat materi dan terlibat dalam membuat

kesimpulan. 66,67 75 75

8. Tumbuhnya kepercayaan diri mahasiswa setelah

pembelajaran. 50 75 75

% Rerata 59,38 75 93,75

(Sumber: Olahan Data Observasi)

2. Data Hasil Belajar Mahasiswa

Perbandingan hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran kimia unsur setiap open class

terangkum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Karateristik Hasil Belajar Mahasiswa Setiap Open Class

No. Parameter Open Class

I

2. Jumlah mahasiswa bernilai < 81 dan ≥ 61

3. Jumlah mahasiswa bernilai < 61 dan ≥ 41

4. Jumlah mahasiswa bernilai < 41 dan ≥ 21

(Sumber: Olahan Data Hasil Penelitian)

(5)

hasil belajar kimia yang cukup baik yang secara umum mengalami peningkatan nilai pada tiap open class.

Secara umum, karakteristik hasil belajar kimia mahasiswa pendidikan kimia pada pokok bahasan kimia unsur ditunjukkan pada Tabel 3

Tabel 3 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Mahasiswa

Aspek Nilai

Nilai Rata-Rata 67,33 Nilai Maksimum 92,00

Nilai Minimum 41,67

(Sumber: Olahan Data Hasil Penelitian)

Berdasarkan Tabel 3 nilai rata-rata kimia dasar untuk materi kimia unsur yaitu sebesar 67,33,

dengan nilai maksimum sebesar 92,00 serta nilai minimum sebesar 41,67.

Tabel 4. Deskripsi Persentase Ketuntasan Belajar Kimia dari 72 Mahasiswa

Ketuntasan Belajar Mahasiswa

Aspek

Jumlah Siswa Presentase (%)

Tuntas 57 79,17

Belum Tuntas 15 20,83

Tabel 4 menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar mahasiswa secara klasikal sebesar 79,17% atau 57 orang mahasiswa telah mencapai nilai ≥ 60 sesuai standar yang ditetapkan. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada pokok bahasan kimia unsur dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa

Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip Lesson Study yang terdiri dari tiga tahapan utama yaitu tahap perencanaan (PLAN), tahap pelaksanaan (DO) dan tahap refleksi (SEE) dalam setiap open class. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga open class, dimana setiap

open classnya terdiri dari satu kali pertemuan dengan waktu selama 150 menit.

Pada kegiatan do open class pertama, terlihat kesiapan mahasiswa untuk belajar baik fisik maupun mental belum maksimal, terlihat dari persediaan buku yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak semua mahasiswa memiliki buku paket, serta sebagian masih terlihat kurang bersemangat mengikuti proses perkuliahan. Saat memasuki kegiatan inti pembelajaran, hanya terlihat beberapa aktivitas belajar mahasiswa, diantaranya: Pertama,

pada saat dosen menjelaskan secara singkat tentang materi perkuliahan, kebanyakan mahasiswa sibuk mencatat materi sehingga perhatian para

(6)

memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban mahasiswa dari kelompok yang menjawab pertanyaan, maka hanya satu kelompok saja mahasiswa yang memberikan tanggapan dalam kegiatan diskusi kelas tersebut. Pada kegiatan penutup, dosen model mengarahkan mahasiswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari. Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa dari kegiatan do pada open class pertama, aktivitas belajar mahasiswa dalam proses pembelajaran belum maksimal terlihat dari adanya beberapa aspek pada lembar observasi yang belum dilaksanakan oleh mahasiswa, dimana berdasarkan hasil analisis Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase aktivitas belajar mahasiswa hanya mencapai 59,38%,

Memasuki kegiatan do pada open class

kedua, terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa telah siap belajar baik fisik maupun mental, dimana sebagian besar mahasiswa telah memiliki buku paket mata kuliah kimia dasar pokok bahasan kimia unsur. Mahasiswa juga terlihat lebih tenang dan bersemangat mengikuti pelajaran kimia pada kegiatan do kedua ini. Hal ini dikarenakan beberapa aktivitas dosen yang membantu kesiapan belajar mahasiswa mulai terlihat. Upaya dosen yang telah mempersiapkan mahasiswa untuk belajar dengan baik, memberi dampak yang begitu besar terhadap aktivitas belajar mahasiswa. Dimana, beberapa aktivitas belajar mahasiswa yang tidak terlihat pada kegiatan do pertama mulai nampak pada kegiatan do kedua ini. Dengan kemunculan beberapa aktivitas belajar mahasiswa tersebut menyebabkan proses perkuliahan menjadi lebih hidup. Memasuki kegiatan inti, aktivitas belajar mahasiswa semakin berkembang. Beberapa aktivitas belajar mahasiswa yang tidak nampak pada open class pertama, mulai terlihat pada open class kedua, diantaranya: Pertama, respon mahasiswa pada saat dosen menyampaikan materi sangat besar. Hal ini terlihat ketika dosen melakukan tanya jawab, sebagian besar mahasiswa antusias menjawab pertanyaan dosen. Hal tersebut dipengaruhi upaya dosen yang sudah cukup maksimal mempersiapkan mahasiswa dengan baik untuk belajar. Kedua, sebagian besar mahasiswa tidak canggung lagi untuk meminta bimbingan dosen apabila ada soal yang kurang dipahami. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang dilakukan

oleh dosen kepada mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada dosen, sehingga dengan sikap dosen tersebut menumbuhkan rasa keberanian pada diri mahasiswa untuk menanyakan cara penyelesaian soal yang belum diketahui kepada dosen, meskipun masih saja terlihat ada beberapa mahasiswa yang belum memiliki keberanian tersebut. Selain itu juga peran dosen dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang membutuhkan cukup besar, akibatnya sebagian besar mahasiswa mulai bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing. Ketiga, sebagian besar mahasiswa mulai antusias memperhatikan presentasi jawaban kelompok lain. Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang mengangkat tangan ketika dosen memberikan kesempatan untuk menanggapi jawaban kelompok yang tampil presentasi. Pada saat mahasiswa memberikan tanggapannya, kelompok yang melakukan presentasi juga antusias menanggapi kembali tanggapan mahasiswa dari kelompok yang memberikan tanggapan. Akibatnya, kegiatan diskusi kelas menjadi lebih hidup dan lebih menarik. Di akhir diskusi dosen memberikan penghargaan kepada kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memberikan tanggapan. Memasuki kegiatan akhir, dosen mengarahkan mahasiswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari dan sebelum menutup pelajaran, dosen memberikan tugas rumah dan menyampaikan sub pokok materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Pada open class kedua, dosen terlihat lebih yakin dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan memberi kontribusi bagi kegiatan belajar mahasiswa, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang menjadi lebih hidup dan lebih menarik. Selain itu, dosen telah mampu menarik minat dan perhatian mahasiswa serta meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran dibandingkan open class sebelumnya. Aktivitas belajar mahasiswa juga menunjukkan peningkatan sebesar 15,62%, yaitu dari 59,38% pada

open class pertama menjadi 75% pada open class

kedua.

Memasuki kegiatan do pada open class

(7)

diobservasi terlaksana dengan baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen berhasil mempersiapkan mahasiswa untuk belajar dengan baik. Pada tahap ini, dosen lebih mantap dan percaya diri untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, mengingat bahwa pada open class kedua dosen telah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang lebih hidup dan lebih menarik sehingga mampu menarik perhatian mahasiswa serta mampu meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa untuk mengikuti pembelajaran. Begitu pula dalam kegiatan inti, dimana mahasiswa terlihat sangat antusias dan penuh percaya diri mengikuti setiap tahapan pembelajaran, baik dari menjawab pertanyaan dosen sampai terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelas. Hal ini disebabkan karena kepercayaan diri dan motivasi diri mahasiswa sudah terbentuk. Selain itu, mahasiswa juga sudah lebih mampu beradaptasi dengan model pembelajaran yang dibawakan oleh dosen. Akibatnya, dosen tidak mendapat kesulitan yang berarti dalam melaksanakan pembelajaran. Pada tahap ini, mahasiswa tampak senang dan gembira mengikuti proses pembelajaran. Memasuki kegiatan akhir, dosen mengarahkan mahasiswa untuk memberikan kesimpulan materi yang telah dipelajari dan sebelum menutup perkuliahan, menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan sebagai bentuk evaluasi terhadap proses pembelajaran. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa persentase aktivitas belajar mahasiswa pada open class ketiga mengalami peningkatan sebesar 18,75%, yaitu dari 75% pada OC II menjadi 93,75% pada OC III.

Menurut Roosilawati dan Widjayaiswara

dalam Kusuma (2008) bahwa interaksi antara dosen dan mahasiswa dapat menambah percaya diri mahasiswa sehingga termotivasi untuk belajar dan akhirnya dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diperoleh mahasiswa sangat ditentukan oleh interaksi antara dosen dan mahasiswa dengan berbagai aktivitas selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dengan meningkatnya aktivitas belajar mahasiswa maka dapat meningkatkan pula hasil belajar mahasiswa.

Dari Tabel 3 diperoleh rata-rata hasil belajar mahasiswa sebesar 67,33 dengan nilai

tertinggi yaitu 92,00 dan nilai terendah yaitu 41,67 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 79,17% atau sebanyak 57 mahasiswa tuntas belajar secara individual dengan mendapat nilai ≥ 61 (sesuai standar yang ditetapkan) dan 15 orang mahasiswa tidak tuntas belajar secara individual atau sebanyak 20,83%.

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koopertaif tipe Jigsaw memberi manfaat yang sangat besar terhadap mahasiswa Dengan demikian berarti bahwa penerapan lesson study berbasis model pembelajaran kooperatif tipe Jjigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia unsur.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi pada setiap open class dan hasil evaluasi, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Aktivitas belajar mahasiswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkat sebesar 15,62% dimana pada open class I persentasenya yaitu 59,38% dan persentase untuk

open class II sebesar 75% selanjutnya mengalami peningkatan sebesar 18,75% dimana persentase pada open class II sebesar 75% dan persentase

open class III sebesar 93,75%..

b. Rata-rata hasil belajar mahasiswa pada pokok bahasan kimia unsur sebesar 67,33 dengan nilai tertinggi 92,00 dan nilai terendah 41,67 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 79,17 atau 57 mahasiswa dari 72 orang mahasiswa tuntas secara individual dengan memperoleh nilai ≥ 61 (sesuai standar yang ditetapkan).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, dapat diajukan saran bahwa penerapan

Lesson Study berbasis model pembelajaran

(8)

efisiensi waktu, sehingga diskusi kelompok pada kelompok ahli dan kelompok asal tidak optimal. Di samping itu, tidak setiap mahasiswa menguasai permalasahan yang diberikan dalam Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), sehingga usaha yang baik untuk mengatasi permasalahan ini yaitu agar pembelajaran jangan dilakukan pada kelas besar atau dibuat parallel sehingga efisiensi waktu terkendali.

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, Febri., Sulistyo Saputro dan Budi Hastuti, 2013. Upaya Peningkatan Aktivitas Dan

Prestasi Belajar Dengan Model

Pembelajaran NHT (Numbered Head

Together) Dilengkapi LKS pada Materi Kimia \Unsur Mahasiswa Kelas XI IPA-3 SMA Negeri 6 Surakarta. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2.

Kisworo, 2006. Membangun Kompetisis Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lewis Catherine. 2002. Lesson study: A Handbook of Teacher-led Instructional Change. Research for Better Schools. Philadelphia. Suroso, 2011. Peningkatan Daya Ingat Terhadap

Materi Kimia Unsur Melalui Penggunaan Media Pembelajaran. Jakarta : Pelangi Pendidikan.

Susilo, H. Apa dan Mengapa Lesson Study Perlu Dilakukan untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA.

Makalah. Disajikan dalam Seminar

Peningkatan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA melalui Lesson Study, di Singaraja, 25 November 2006.

Sutopo & Ibrahim. 2006. Pengalaman IMSTEP dalam Implementasi Lesson Study. Makalah. Disajikan dalam Pelatihan kemitraan LPTK-Sekolah dalam rangka peningkatan mutu Pendidikan MIPA, di Hotel Yogyakarta, 27-29 Juli 2006.

Yoshida, M. 2010. Developing Effective Use of the

Blackboard through Lesson

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur penelitian
Tabel 1.  Persentase Aktivitas Belajar Mahasiswa pada setiap Open Class
Tabel 2.  Karateristik Hasil Belajar Mahasiswa Setiap Open Class
Tabel 3 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3 juga menunjukkan ukuran window maximum TCP W+e lebih besar dari TCP W+ dan berarti ukuran rata-rata window TCP W+e lebih baik dari TCP W pada

melawati batas normal dimana tekanan darah dan suhu tubuh meningkat, kontraksi uterus yang tidak baik pada kasus NY”I” di dapatkan data objektif berdasarkan

Penelitian tersebut mengkonfirmasi adanya pengaruh positif dari ketiga faktor determinan – Sikap, Norma Subjektif dan Persepsi Kendali Perilaku- terhadap niat seseorang untuk

Konflik merupakan salah satu bentuk proses sosial antara dua orang atau dua kelompok yang masing-masing berusaha menyingkirkan lawannya atau membuatnya

Perspektif Peran Para Pemangku Kepentingan dan Peta Permasalahan Pengembangan Wrsata Desa Sawarna Kabupaten Lebak Provinsi Banten (F/oh. Sofyan Budiarto). Pariwisata di Desa

Setelah data barang yang di pesan di Supplier tersedia kemudian Supplier mengirimkan barang beserta surat jalan ke bagian gudang dan bagian gudang melakukan

Lampiran daftar paket Pemilihan Langsung Pascakualifikasi Penga- daan Barang / Jasa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci Tahun Anggaran 2014.. 1 (satu)

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository