PERKEMBANGAN MORAL PADA ANAK USIA DINI Siti Sarah1 , Dinda Yuliviani2
1Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182
2Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182
ABSTRAK
Piaget membagi perkembangan moral menjadi 3 fase yaitu: (fase absolut)anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya, (fase realitas)anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan bersama, (fase subyektif)anak memperhatikan motif/kesengajaan dalam penilaian perilaku. Perkembangan moral dipengaruhi upaya membebaskan diri dari ketergantungan pada orang tua.
diidentifikasi untuk meniru perilakunya. Menurut penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap anak perlu memiliki sikap moral yang positif. Ada beberapa tahapan dalam perkembangan moral; fase mutlak, fase realistis, fase subyektif.
Kata kunci : Moral , perkembangan, nilai
ABSTRACT
Piaget divides moral development into three phases, namely :( absolute phase) children live rules as something that can be changed, because it comes from respected authorities. (phase reality )children adjust to avoid rejection of others. (subjective phase) children pay attention motif / deliberate in behavioral assessment.hieved optimally.
Factors Affecting the Development of Moral: Changes in the environment change and progress in various fields to bring a shift in moral values and attitudes of citizens amid changes can occur advancement / kemrosotan moral, personality structure Psycho-analysis (Freud) describes the development of personality, including moral. Stages of Moral Development According to Kohlberg there are three stages of moral development, namely: Phase prokonvensional: where rules contain moral standards that created the authority at this stage of development the child is not going to break the rules for fear the threat of punishment from the authorities, the stage of the conventional: the child obey rules made together , so he accepted in a peer group / by authority, Phase pascakonvensional: Children obey rules to avoid punishment his conscience. Attitudes and moral behavior can be studied in the following way: Learning through cob / errata (tryal and error), Education directly undertaken by the way children learn to give certain reactions appropriately in certain situations, as well as carried out by compliance with applicable laws in the family, school , and surrounding communities, identification with the people he admires. This method is usually done unconsciously and without pressure from others. What is important is the example of the person identified to emulate his behavior. According to the explanation of the above it can be concluded that every child needs to have an attitude of positive moral. There are several phases in the moral development; absolute phase, realistic phase, phase subyektif.
PENDAHULUAN
Usia anak-anak merupakan usia yang amat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia tersebut, terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa anak-anak merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, kemandirian, nilai-nilai moral, dan agama. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi sosial yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Bangsa Indonesia telah mengalami kemunduran menyangkut persoalan kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Sehingga bangsa ini butuh kembali menanamkan nilai-nilai moral yang dimiliki bangsa ini. Kemerosotan moral generasi muda, perlu penanganan yang lebih intensif dimana kita perlu menanamkan nilai moral sedini mungkin. Kemerosotan moral yang dialami bila tidak diberikan perhatian khusus akan berakibat buruk bagi generasi mendatang. Pendidikan moral merupakan salah satu pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama dalam penanaman nilai moral pada anak. Pendidikan moral perlu menjadi prioritas dalam kehidupan. Adanya panutan nilai, moral, dan norma dalam diri manusia dan kehidupan akan sangat menentukan totalitas diri individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial, dan kehidupan individu. Oleh karena itu, pendidikan nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai dengan norma-norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya.Akan tetapi, pada kenyataannya banyak terjadi masalah dalam penanaman moral pada anak. Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang signifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial budaya dalam masyarakat. Untuk itu, perlu adanya pendidikan moral dalam usaha penanaman nilai moral pada anak.
PEMBAHASAN
Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapisesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan moral mencangkupaspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk atau benar/salah, dan aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan perkembangan moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.
Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar sosial yang berlaku atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena ketidakacuhan atau pelanggaran terhadap standar kelompok sosial.Sikap adalah perilaku yang berisi pendapat tentang sesuatu. Dalam sikap positif tersirat sistem nilai yang dipercayai atau diyakini kebenarannya.Piaget membagi perkembangan moral menjadi 3 fase yaitu:
a. fase absolut
anak menghayati peraturan sebagai suatu hal yang dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Disini peraturan sebagai moral adalah obyek eksternal yang tidak boleh diubah.
b. fase realitas
anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Peraturan dianggap dapat diubah, karena berasal dari perumusan bersama. Mereka menyetujui perubahan yang jujur dan disetujui bersama, serta merasa bertanggung jawab menaatinya.
c. fase subyektif
lain. Dengan interaksi yang bertambah luas anak makin mampu memahami pandangan orang lain dan berbagi aturan untuk kehidupan bermoral dalam kebersamaan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral :
1. Perubahan dalam lingkungan Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman.
2. Struktur kepribadian Psiko analisa (freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. Dimulai dengan sistem ID, selaku aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moral masyarakat. Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas.
Tahap-Tahap Perkembangan Moral menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral yaitu:
1. Tahap prokonvensional : dimana aturan berisi ukuran moral yang dibuat otoritas pada tahap perkembangan ini anak tidak akan melanggar aturan karena takut ancaman hukuman dari otoritas.
2. tahap konvensional : anak mematuhi aturan yang dibuat bersama, agar ia diterima dalam kelompok sebaya/oleh otoritasnya.
3. Tahap pascakonvensional : Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya.
1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.
3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya.
KESIMPULAN
Menurut penjelasan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak perlu mempunyai sikap moral yang positif. Terdapat beberapa fase dalam perkembangan moral yakni; fase absolut, fase realistis, fase subyektif.Secara umum ada beberapa tahap
perkembangan moral menurut kohlberg yakni, tahap prokonvensional, tahap konvensional, Tahap pascakonvensional dan menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: tahap anomi, tahap heteronomi, tahap sosionomi, tahap otonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga