• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGETAHUAN DEKLARATIF DAN PROSEDU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PENGETAHUAN DEKLARATIF DAN PROSEDU"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

D. FISIP

Pola Penyesuaian Perkawinan 5 Tahun Pertama Perkawinan Pada Wanita Bekerja Alfiana Indah Muslimah ... 339

Strategi Penanganan Miras Oplosan Di Daerah Urban Studi Kasus: Identifikasi Pola Dan Strategi Penanganan Miras Oplosan Di Bekasi

Andi Sopandi... 355

Penerimaan Diri Dan Kebersyukuran Pada Mahasiswa: Studi Pada Mahasiswa Fisip Universitas Islam “45” Bekasi

Johan Satria Putra... 373

Peran Pengetahuan Deklaratif Dan Prosedural Remaja Dalam Menentukan Identitas Vokasional: Tinjauan Psikologi Kognitif Tentang Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII Di Bekasi

Lucky Purwantini ... 387

Ada Apa Dengan Budaya Riset Kita?

(Sebuah Tinjauan Sosiologis Dan Administrasi Publik)

Mita Widyastuti... 397

Pengaruh Kebahagiaan Terhadap Gaya Pengasuhan Dimensi Emosi Pada Guru Paud Berbasis Posdaya Di Kota Bekasi

Ratna Duhita Pramintari, Siti Nurhidayah ... 411

Pengaruh Motivasi Divisi Karyawan Marketing Terhadap Tingkat Penjualan Di PT. Sinar Griya Utama Bekasi

(3)

PERAN PENGETAHUAN DEKLARATIF DAN PROSEDURAL REMAJA DALAM MENENTUKAN IDENTITAS VOKASIONAL: TINJAUAN PSIKOLOGI KOGNITIF TENTANG KEMATANGAN KARIR PADA

SISWA KELAS XII DI BEKASI

Lucky Purwantini

Universitas Islam “45” Bekasi Email: purwantini.lucky@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kematangan karir remaja dalam menentukan identitas vokasional ditinjau dari pengetahuan deklaratif dan prosedural. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas XII yang mengalami kebingungan dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan observasi. Untuk analisis data menggunakan teknik analisis data model interaktif. Penelitian ini menemukan bahwa subjek mengalami kebingungan memilih jurusan karena ketidakseimbangan antara pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

Kata kunci: Kematangan Karir, Pengetahuan Prosedural, Pengetahuan

Deklaratif, Identitas Vokasional

Abstract

The study aims to determine declarative and procedural knowledge and its roles in adolescence‘s career maturity and vocational identity. Subject are six high school students who do not take a decision yet about their major in college. The study found that the subjects do not take a decision yet about their major in college because there is an imbalance between declarative and procedural knowledge.

Keyword: career maturity, declarative and procedural knowledge, vocational

(4)

PENDAHULUAN

Kuantitas mata pelajaran SMA yang tidak sebanding dengan kuantitas pilihan jurusan di perguruan tinggi menyebabkan mayoritas siswa Kelas XII mengalami kebingungan dalam menentukan jurusan di perguruan

tinggi. Kebingungan mereka

menentukan jurusan di perguruan tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama, mereka tidak mengetahui kemampuan diri sendiri. Ketidaktahuan akan kemampuan diri sendiri, termasuk minat dan bakat,

menyebabkan mereka memilih

jurusan dengan asal-asalan. Yang seringkali terjadi adalah memilih jurusan karena mengikuti teman, padahal belum tentu jurusan yang dipilih teman tersebut sesuai dengan minat mereka. Faktor kedua penyebab kebingungan mereka dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi adalah mereka tidak mengetahui apa yang dipelajari di jurusan tersebut dan bagaimana prospek kerjanya. Ketidaktahuan

mereka menyebabkan mereka

mengira-ngira dan seringkali perkiraan mereka meleset jauh.

Ketiga, banyak di antara mereka yang memilih jurusan karena mengikuti keinginan orang tua. Orang tua seringkali memaksakan kehendak pada anaknya untuk

memilih jurusan tanpa

memperhatikan minat dan

kemampuan anaknya (Hamdani, 2014).

Faktor-faktor tersebut

menimbulkan fenomena yang disebut “salah jurusan”, yaitu ketika seseorang memiliki ketertarikan di suatu bidang, tetapi memilih jurusan

di bidang lain, yang seringkali tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Mereka yang masuk dalam fenomena ini pun terkadang tidak menyadarinya. Bagi mereka yang menyadari bahwa mereka salah memilih jurusan, mereka dihadapkan pada kebimbangan: apakah berhenti dari jurusan yang sekarang dijalaninya dan memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan ketertarikan atau melanjutkan kuliah di jurusan tersebut dengan pertimbangan waktu, tenaga, dan biaya yang telah dan akan keluar.

Integrity Development

Flexibility, salah satu biro psikologi pendidikan di Pekanbaru, mencatat bahwa terdapat 87% mahasiswa di Indonesia yang salah memilih jurusan di perguruan tinggi (Anwar,

2014). Fenomena tersebut

mengindikasikan bahwa banyak mahasiswa yang tidak mengetahui minat, bakat, kemampuan, serta jurusan yang sesuai dengannya.

Kesalahan memilih jurusan

berimplikasi pada beberapa hal, di antaranya mahasiswa menjadi tidak termotivasi dalam mengikuti

kegiatan perkuliahan, yang

mengakibatkan indeks prestasi yang diperoleh rendah, sehingga waktu kuliah menjadi lama, sehingga muncul istilah “mahasiswa abadi”. Selain itu, kesalahan memilih jurusan

di perguruan tinggi juga

mempengaruhi mahasiswa dalam menentukan bidang kerja atau karir setelah lulus kuliah (Hamdani, 2014).

(5)

nampak bahwa permasalahan pemilihan jurusan di perguruan vokasional dan mereka tidak

memahami dunia kerja. Menurut Holland, dkk (Khaswneh, dkk., 2007), identitas vokasional adalah gambaran jelas yang dimiliki seseorang mengenai tujuan, minat, bakat, dan kepribadiannya yang akan membuatnya mengambil keputusan dengan tepat dan percaya diri.

Memperhatikan kondisi yang dikemukakan oleh Hamdani (2014) dan McAuliffe, Zagora & Cramer

(Khasawneh, dkk., 2007),

menunjukan bahwa terdapat

kecenderungan mahasiswa tidak memiliki gambaran tentang apa yang akan dicapai dan dilakukan di masa depan.

Terkait dengan pentingnya memilih jurusan pada perguruan tinggi yang menjadi pilihan siswa kelas XII, maka menjadi penting untuk melihat minat, bakat, kemampuan, dan jurusan sebagai awal dari karir siswa. Siswa kelas XII berada pada tahap perkembangan remaja madya (15-18 tahun) yang akan segera memasuki dunia perguruan tinggi. Terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus dicapai remaja, salah satunya adalah memilih dan mempersiapkan karir (Havighurst, 1985). Santrock (1996) menyatakan bahwa salah satu hal yang berperan penting dalam pemilihan karir remaja adalah perencanaan dan pengambilan keputusan karir.

Pada masa remaja, individu memasuki tahap perkembangan kognitif operasional formal menurut Piaget. Pada tahap operasional formal, individu mulai berpikir abstrak dan logis. Pada tahap ini, remaja mulai mempelajari konsep “tahu tentang” dan “tahu

bagaimana”. Tahu tentang disebut juga pengetahuan konseptual atau pengetahuan deklaratif, sedangkan tahu bagaimana disebut juga

pengetahuan prosedural.

Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang terdiri dari rangkaian jaringan konsep inti dalam

bidang tertentu. Sedangkan

pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai langkah- langkah yang harus diambil untuk memecahkan masalah. Terkait dengan pengambilan keputusan karir, pengetahuan deklaratif mencakup pengetahuan tentang kemampuan diri sendiri, termasuk minat, bakat, dan kepribadian. Sedangkan pengetahuan prosedural mencakup perencanaan karir, eksplorasi karir, dan informasi tentang dunia kerja, atau dalam istilah Super (Sharf, 2007) disebut kematangan karir. Menurut Savickas (Powell & Luzzo, 1998), orang yang memiliki tingkat kematangan karir yang tinggi akan memperoleh kesuksesan dan kepuasan dalam karir karena mereka lebih menunjukkan kesadaran pada proses pengambilan keputusan karir, sering berpikir

mengenai karir alternatif,

menghubungkan perilaku mereka saat ini ke tujuan masa depan, dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk mengambil keputusan karir. Dengan demikian, orang yang memiliki kematangan karir akan memiliki identitas vokasional.

Berdasarkan paparan di atas,

(6)

berimplikasi pada motivasi belajar siswa tersebut ketika kuliah hingga dapat mempengaruhinya dalam menentukan bidang kerja atau karir setelah lulus kuliah. Peneliti tertarik meneliti tentang proses pemilihan jurusan di perguruan tinggi dari ranah psikologi kognitif, khususnya

pengetahuan deklaratif dan

procedural, karena dengan

mengetahui kedua jenis pengetahuan itu, dapat membantu mereka untuk memilih jurusan di perguruan tinggi dengan tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kematangan karir remaja

dalam menentukan identitas

vokasional ditinjau dari pengetahuan deklaratif dan prosedural.

Identitas Vokasional

Identitas vokasional

merupakan bagian dari teori pembentukan identitas dari Erik H. Erikson, tokoh perkembangan psikoseksual. Teorinya tersebut berimplikasi kuat pada konsep dan tahap-tahap teori perkembangan karir. Menurut Erikson, identitas merupakan struktur pemahaman individu, mencakup pengendalian diri, kebebasan dan keinginan, konsistensi, koherensi, dan harmoni antara nilai-nilai, keyakinan, dan komitmen. Krisis identitas terjadi ketika seseorang tidak dapat menentukan pilihan apa yang akan dilakukannya di masa depan.

Holland, dkk (Khasawneh, dkk., 2007) mendefinisikan identitas vokasional sebagai gambaran jelas yang dimiliki seseorang mengenai

tujuan, minat, bakat, dan

kepribadiannya yang akan

membuatnya mengambil keputusan dengan tepat dan percaya diri. Smitina (2008) menyatakan bahwa kegagalan membentuk identitas vokasional yang stabil sering menimbulkan keraguan karir.

Identitas vokasional terjadi ketika individu mencapai kesesuaian

antara pengetahuan tentang

kepribadiannya dengan

lingkungannya. Ia berkembang

melalui pengamatan kerja,

identifikasi orang dewasa yang bekerja, lingkungan dan pengalaman umum.

Brown dan Brooks

(Khasawneh, dkk., 2007)

(7)

akan memiliki gambaran yang jelas tentang identitas vokasionalnya. Apabila individu tidak mempunyai identitas vokasional yang jelas, ia tidak akan dapat membuat keputusan yang tetap tentang pilihan karirnya (Khasawneh, dkk., 2007).

mengeksplorasi atau

mencari informasi tentang karir

3. Pengambilan keputusan, yaitu kemampuan untuk menggunakan

ppengetahuan yang

diperoleh untuk membuat perencanaan karir

Berdasarkan paparan teori di 4. Informasi tentang dunia

atas, dapat disimpulkan bahwa kerja, mencakup

identitas vokasional adalah gambaran jelas yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri, yang mana gembaran tersebut dapat membantunya untuk mengambil keputusan terkait karir.

Kematangan Karir

Crites, King, Ohler, Levinson, dan Hays (Levinson, Ohler, Caswell, & Kiewra, 1998) mendefinisikan

kematangan karir sebagai

kemampuan individu untuk membuat pilihan karir yang sesuai, termasuk kesadaran atas apa yang diperlukan untuk membuat keputusan karir dan tingkat realistis dan kokonsistenan atas pilihan tersebut dari waktu ke waktu. Super (Sharf, 2007; Levinson, dkk., 1998) menyatakan bahwa

terdapat beberapa komponen

kematangan karir, yaitu:

1. Perencanaan karir, mencakup apa yang telah

mereka lakukan dan

pikirkan, perencanaan masa depan, pemilihan perguruan tinggi, dan ide tentang jurusan di perguruan tinggi yang potensial

2. Eksplorasi karir, yaitu keinginan untuk

pengetahuan tentang tugas- tugas perkembangan yang penting seperti eksplorasi minat dan kemampuan,

bagaimana individu

mempelajari pekerjaan mereka, serta alasan beberapa orang pindah pekerjaan

mencakup tanggung jawab, wewenang, tugas, kapasitas pendidikan dan kepribadian yang dibutuhkan.

6. Realistis, yaitu kecocokan antara minat, bakat, dan

kemampuan individu

dengan karir yang dipilih

(8)

performa dalam pengetahuan,

keahlian, dan tugas-tugas.

Orang yang memiliki tingkat kematangan karir yang tinggi akan memperoleh kesuksesan dan kepuasan dalam karir karena mereka lebih menunjukkan kesadaran pada proses pengambilan keputusan karir, sering berpikir mengenai karir alternatif, menghubungkan perilaku mereka saat ini ke tujuan masa depan, dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi untuk

mengambil keputusan karir

(Savickas dalam Powell & Luzzo, 1998).

Berdasarkan paparan di atas,

dapat disimpulkan bahwa

kematangan karir adalah kemampuan individu untuk mengambil keputusan terkait karir yang disesuaikan dengan identitas vokasionalnya.

Pengetahuan Deklaratif dan Prosedural

Dalam ranah psikologi kognitif, pengetahuan deklaratif dan prosedural menjadi bagian dari ingatan. Menurut Atkinson dan Shiffrin (dalam Solso, Maclin, & Maclin, 2007), ingatan memiliki tiga area penyimpanan, yaitu ingatan sensori, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang. Pengetahuan deklaratif dan produral berada dalam ingatan jangka panjang.

Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang terdiri dari rangkaian jaringan konsep inti dalam bidang tertentu. Pengetahuan ini tidak disadari hingga terjadi pengambilan kembali informasi dengan tanda seperti pertanyaan.

Tanda yang diberikan hanya akan mengarah pada sebagian kecil informasi yang tersedia. Pengetahuan deklaratif membutuhkan atensi langsung (Berge & Hezewijk, 1999). Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang kita sadari dan kita ketahui.

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai langkah- langkah yang harus diambil untuk

memecahkan masalah. Jenis

pengetahuan ini mengarah pada kegiatan fisik seperti berenang dan (sebagian) keterampilan kognitif seperti bermain catur. Pengetahuan ini sangat sulit ditunjukkan secara verbal. Satu-satunya cara untuk menunjukkan keberadaannya adalah melalui performa (Berge & Hezewijk, 1999). Pengetahuan prosedural memiliki peran yang signifikan dalam membuat struktur

konsep dan mendapatkan

pengetahuan deklaratif. Ia

berhubungan dengan perubahan

Pengetahuan prosedural menjelaskan

bagaimana sebuah tindakan

dilakukan dengan kerangka prosedur yang jelas (Yilmaz & Yalcin, 2012).

(9)

(Willingham, Nissen & Bullemer dalam Yilmaz & Yalcin, 2012).

Berdasarkan paparan di atas,

dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan prosedural dan deklaratif adalah bagian dari proses kognitif individu yang dapat membantunya untuk mengambil keputusan.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam pengambilan sampel, teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling. Teknik ini digunakan

karena pemilihan subjek dan informan penelitian didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat populasi yang memenuhi tujuan- tujuan yang telah ditetapkan (Azwar dalam Herdiansyah, 2007). Adapun ciri-ciri subjek penelitian ini adalah siswa Kelas XII yang mengalami kebingungan dalam menentukan identitas vokasionalnya. Subjek berjumlah enam orang yang berasal dari beberapa SMA di Bekasi.

Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Untuk menganalisis data yang didapat, digunakan teknik analisa data model interaktif dari Miles & Huberman (1994). Analisis model ini terdiri dari reduksi data, penyajian data (display

data), dan kesimpulan/verifikasi (Miles & Huberman, 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan

penelitian, diketahui bahwa keenam subjek memiliki kebingungan dalam menentukan jurusan kendati mereka sudah memiliki ketertarikan pada jurusan tertentu. Salah satu faktor

yang menyebabkan mereka

mengalami kebingungan tersebut adalah karena tidak adanya kesepakatan dengan orang tua tentang jurusan yang ingin dipilihnya, kendati ada subjek yang orang tuanya mendukung apapun pilihannya. Walau demikian, subjek

tersebut masih mengalami

kebingungan.

Penelitian juga menemukan bahwa keenam subjek memiliki prestasi non akademik, yang mana prestasi tersebut lebih terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya di sekolah. Perolehan prestasi di bidang tertentu dapat membuat individu mengetahui kemampuan dirinya. Pada subjek, prestasi yang diraihnya, baik secara akademis maupun non akademis membuat mereka mengetahui potensi apa yang dimilikinya. Pengetahuan tentang kemampuan diri tersebut

menggambarkan bahwa subjek

(10)

mengalami kebingungan dalam

menentukan jurusan dan

rangkaian jaringan konsep inti dalam bidang tertentu. Pengetahuan ini tidak disadari hingga terjadi pengambilan kembali informasi dengan tanda seperti pertanyaan. Tanda yang diberikan hanya akan mengarah pada sebagian kecil informasi yang tersedia. Pengetahuan deklaratif membutuhkan atensi langsung. Pada subjek, pengetahuan deklaratif diantaranya diperoleh melalui kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya sendiri. Walaupun ada orang tua subjek yang

menyarankan subjek untuk

mengambil ekstrakurikuler lain, tetapi subjek tidak mengikuti pilihan orang tuanya tersebut karena subjek tidak memiliki minat dalam ekstrakurikuler tersebut. subjek tidak menyadari apa yang menjadi minatnya hingga disodori daftar kegiatan ekstrakurikuler. Ketika memilih kegiatan ekstrakurikuler, subjek akan bertanya pada diri sendiri apa yang menjadi minatnya. Minat adalah sesuatu yang membuat individu tertarik. Dari ketertarikan itu, subjek memilih ekstrakurikuler yang diikutinya.

Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan mengenai langkah- langkah yang harus diambil untuk

memecahkan masalah. Jenis

pengetahuan ini mengarah pada kegiatan fisik seperti berenang dan (sebagian) keterampilan kognitif seperti bermain catur. Pengetahuan ini sangat sulit ditunjukkan secara verbal. Satu-satunya cara untuk

menunjukkan keberadaannya adalah melalui performa (Berg & Hezewijk, 1999). Terkait dengan pengambilan keputusan karir, pengetahuan prosedural mencakup perencanaan karir, eksplorasi karir, dan informasi tentang dunia kerja, atau dalam istilah Super (Sharf, 2007) disebut kematangan karir.

Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa mayoritas subjek

(11)

Pada dua faktor penyebab tersebut, beberapa subjek tidak mencari informasi tentang prospek kerja jurusan yang ingin dipilihnya. Mereka tidak bertanya pada guru

Bimbingan dan Konseling

dikarenakan merasa tidak dekat dengan guru BK dan guru tersebut sering tidak ada di ruangan.

Berdasarkan temuan

penelitian dan diskusi, dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki pengetahuan deklaratif, tetapi mereka

tidak memiliki pengetahuan

prosedural. Ketidakseimbangan pengetahuan tersebut menyebabkan subjek mengalami kebingungan dalam memilih jurusan. Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian tentang pemilihan jurusan dan mekanisme kognitif, hendaknya menambahkan instrumen penelitian seperti tes minat dan bakat agar didapatkan hasil yang lebih komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. (2014). Kampus-kampus pilihan yang memudahkanmu dapat kerja. Yogyakarta: Laksana.

Berge, T. T & Hezewijk, V. R. (1999). Procedural and declarative knowledge: An evolutionary perspective.

Theory & Psychology 9(5): 605-624.

Hamdani, R.U. (2014). Salah

jurusan: Tentukan pilihan,

temukan tujuan. Jakarta:

TransMedia Pustaka.

Hartaji, R.D.A. (2010). Motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua. Jurnal Ilmiah Psikologi 7(2): 1-17 Havighurst, R. J. (1985). Human

development & education.

Surabaya: Sinar Jaya.

Herdiansyah, H. (2007). Kecemasan dan strategi coping wanita dan (2007). University students‟ readiness for the national workforce: A study of vocational identity and career decision-making. Mediteranian Journal of Educational Studies

121(1): 27-42.

Levinson, E.M., Ohler, D.L., Caswell, S., Kiewra, K. (1998). Six approaches to the assessment of career maturity.

Journal of Counseling and Development 76(4): 475-482.

Miles, M. B & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded

sourcebook. Thousand Oaks:

(12)

Patton, W. Creed, P.A. (2001). Developmental issue in career maturaty and career decision

status. The Career

Development Quarterly 49(4): 336-352.

Powell, D.F., Luzzo, D.A. (1998). Evaluating factors associated with the ccareer maturity of high school students. The Career Development Quarterly

47(2): 145-159.

Sharf, R. S. (2007). Applying Career

Development theory to

counseling. New Zealand:

Thomson Wadsworth.

Santrock, J.W. (1996). Adolescence:

Perkembangan remaja.

Jakarta: Erlangga.

Smitina, A. (2008). Student‟s Risk to Drop Out and Relation to Vocational Identity. Journal of Management Education 1(1): 17-27.

Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. (2007). Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga. Yilmaz, I., Yalcin, N. (2012). The

relationship of procedural and declarative knowledge of science teacher candidates in Newton‟s Laws of Motion to underrstanding. American

International Journal of

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Model yang secara intrinsik linier tidak dipertimbangkan sebagai penduga model hubungan diameter dan tinggi untuk jenis jambu-jambu meskipun mempunyai nilai R 2 yang jauh lebih

Mengacu pada potensi energi surya di Surabaya, pola dan besaran konsumsi energi harian, serta aturan yang berlaku tentang PLTS atap maka dilakukan simulasi untuk kapasitas PLTS

7) Setelah waktu yang telah ditentukan tiba, ambil sampel dari sampling point pada masing-masing tabung alat disolusi dengan menggunakan spuit injeksi. Lalu masukkan ke

Deformasi plastis dapat meningkatkan energi dalam pada material karena dislokasi semakin merapat sehingga laju korosi akan meningkat. Merapatnya dislokasi pada

menjadikan peserta didik memulai berpikir reflektif. Peserta didikakan menyadari sesuatu yang seharusnya dipikirkan dan dirasakan terhadap materi yang

Apbila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi

Penelitian tentang kesehatan fisik pada mahasiswa Akademi Keperawatan Makassar menunjukkan hasil sebagian besar responden memiliki kesehatan fisik dalam keadaan sehat

Berdasarkan pembahasan penelitian ini, diperoleh hasilnya adalah adanya pelaksanaan dan jenis – jenis pemeriksaan dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk