MEMO Negeri untuk KABINET BARU
Pendidikan hendaknya menjadi kekuatan terbesar bagi suatu bangsa untuk maju menghadapi zaman yang serba sulit ini. Akan tetapi, faktanya justru berbeda. Lebih – lebih pendidikan di Indonesia. Negara yang katanya kaya dengan segalanya. Tongkat bahkan kayu di tanam akan menjadi pohon lebat dan berbuah banyak. Ironis memang, negeri yang harusnya mampu bangkit dan melawan keterpurukan, malah semakin jatuh Karena scenario pendidikan yang tambah berbelit-belit. Niat ganti kurikulum agar memperbaiki krisis pemuda, krisis generasi penerus estafet bangsa, malah semakin membuat krisis moral. Pendidikan kini layaknya hanya jadi suguhan pembuka yang sebentar saja terasa kenyang nya, tapi lapar selama-lamanya.
Tak bosan menteri ganti-ganti system dan ganti kurikulum. Tapi progress sama sekali tidak Nampak. Timbul pertanyaan kemudian, apa benar niat ganti kurikulum adalah niat yang tulus demi pembaharuan mental bangsa?. Atau hanya sekadar membuat proyek saja yang bakal menguntungkan segelintir pihak.
“Aneh tapi nyata”. Itulah kalimat yang tepat untuk mengungkapkan rasa keheranan dengan model pendidikan Indonesia sekarang. Padahal pendidikan itu hakikatnya ansih dan tidak tersentuh atau terintervensi oleh apapun. Tapi, malah politik semakin menggerogoti ruh pendidikan Indonesia.
Di dalam undang-undang dasar 1945, dengan jelas dan menyeluruh menerangkan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Lalu, mana pengejawantahan dari amanat undang-undang tersebut ?. dengan merenung sejenak, jawaban yang kini tersedia adalah undang-undang hanya menjadi doa keramat berulang – ulang dibacakan ketika upacara proklamasi atau HUT NKRI diperingati.
Gambaran bangsa di masa depan, generasi muda di masa mendatang dapat dilihat hari ini. Sesungguhnya keadaan pada hari ini adalah refleksi kegagalan di masa lalu, dan apa yang terjadi setelah ini akan berbuah di masa mendatang. Apakah keadaan Indonesia lebih baik, atau bahkan tertatih dalam pendidikan yang statis dan kaku?. Rancangan mekanisme pelaksaan pendidikan terlalu rumit, bak membuat KTP di kantor desa. Lalu apa hasil yang kiranya ingin diharapkan oleh para kabinet ? . output yang mumpuni atau Sumber daya yang tak berdaya di tengah kompetisi global yag luar biasa.
Negara Indonesia hendaknya kembali pada falsafah bangsa. Banyak sekali potensi dan perlu digali. Kekuatan penduduk menduduki nomor empat terbesar di dunia, lebih dari 250 juta penduduk. Harusnya jumlah ini menjadi kekutan (bonus demography), bukan menjadi beban Negara. Tengoklah negeri Tiongkok China. Dengan kapasitas dan didukung kapabilitas china mampu bangkit dan Berjaya pada kompetisi global. Tentu Negara ini tidak langsung mendapatkan puncak kejayaan seperti yang terlihat. Jika ditelusuri maka jelas jawabannya adalah model pendidikan yang baik, dan mumpuni serta menyeluruh.