• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK IND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK IND"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MASA PEMERINTAHAN SOEKARNO (1945 – 1966)

Di awal pemerintahan nya, inflasi yang sangat tinggi disebabkan karena

beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu,

untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di

wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia

Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6 Maret

1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan

sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai

sekutu banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat

harga. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk

menutup pintu perdagangan luar negeri RI. Dan eksploitasi besar-besaran di masa

penjajahan atas sumber daya alam di bumi Indonesia.

Pemerintah pada masa itu sudah melakukan usaha-usaha untuk memperbaiki

ekonomi dengan cara menembus blokade dengan diplomasi beras ke India,

mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade

Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia. Lalu mengadakan

konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan

yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak,

seperti masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status

dan administrasi perkebunan-perkebunan. Kemudian pemerintah juga membuat

Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947

Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan

tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.

Dalam masa ORLA (Orde Lama), politik luar negeri yang dilakukan oleh

Indonesia tidak lepas dari pengaruh dinamika politk internasional pasca Perang

Dunia II yang didominasi oleh Blok Barat dan Blok Timur dalam konteks perang

dingin. Banyak negara-negara di dunia ini pun tak lepas dari arus konstelasi

(2)

Posisi ini cukup membuat Indonesia mengalami masa-masa sulit sehingga terjadi

konflik domestik antara golongan kiri yang pro terhadap Blok Timur dan

golongan kanan yang pro terhadap Blok Barat. Dalam situasi politik seperti itu,

Bung Hatta mencoba merumuskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas

aktif

Praktek nyata dari prinsip tersebut kertuang dalam beberapa hubungan

internasional yang dilakuk oleh Indonesia yaitu, Pembentukan GNB sebagai

wujud ketidakberpihakkan Indonesia kepada Blok AS maupun Blok Soviet

(wujud makna bebas). Adanya penolakan oleh Soekarno atas intervensi AS di

dalam Perang Vietnam (wujud makna aktif), Pencarian pengakuan kedaulatan

pasca kemerdekaan dengan menggunakan jalur diplomasi melalui

perundinganperundingan (wujud makna aktif). Pencarian pengakuan juga Hal

yang berdampak pada kondisi domestik Indonesia yang multidimensi pada masa

transisinya sebagai post colonial states. Sebagai negara yang baru saja

merdeka, fokus utama dalam potiltik luar negeri yang diterapkan Indonesia adalah

pengambilan simpati dukungan dan pengakuan Internasional atas kemerdekaan

Indonesia. Fokus ini sebagai benteng yang dapat digunakan oleh Indonesia untuk

mempertahannya kadaulatannya berdasarkan konsep konstitutif, yaitu pengakuan

dari negara lain bahwa telah lahir suatu negara baru. Berjalan dengan waktu,

pemerintahan Indonesia berjalan kearah pros kiri. Pada masa ini Indonesia dikenal

dengan politik luar negeri konfrontasi dengan Malaysia yang dipandang sebagai

antek dari neo-kolonialisme dan imperialisme Inggris.

Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno di era ini memiliki kecenderungan untuk

menjalin hubungan dengan Uni Soviet yang berhaluan komunis. Sejumlah

monumen persahabatan Indonesia dan Uni Soviet bertebaran di berbagai wilayah

Indonesia yang antara lain :

1. Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK);

2. Pabrik Baja Krakatau Steel;

(3)

Pembangunan SUGBK mendapatkan bantuan lunak dari Uni Soviet sejumlah 12,5

juta Dollar AS. Stadion dibangun mulai tahun 1958 dan pembangunan tahap

pertama selesai pada tahun 1962. Secara jelas terlihat Indonesia pada saat itu juga

cenderung berporos ke Timur dan dekat dengan negara-negara komunis seperti

Cina dan Uni Soviet dibandingkan dengan negara-negara Barat seperti Amerika

Serikat. Presiden Soekarno juga menetapkan politik luar marcusuar di mana

dibuat poros Jakarta-Peking-Phyongyang. Hal ini menyulut kontrofersi dimata

dunia internasional, karena Indonesia yang awalnya menyatakan sikap sebagai

negara non-Blok menjadi berpindah haluan. Hal ini membuat tidak berjalan

dengan efektifnya politik luar negeri bebas aktif saat itu. Kelebihan dari sistem

pemerintahan Orde Lama ini dapat dilihat dari Indonesia berhasil menginisiasi

berdirinya Gerakan Non- Blok melalui KTT Asia- Afrika di Bandung pada tahun

1955 dan mampu membangun integritas nasional serta Indonesia dipandang

merupakan negara yang mempunyai prinsip yang kuat. Namun kekurangan dari

Orde Lama bisa dinilai dari situasi politik yang tidak stabil terlihat dari banyaknya

pergantian kabinet yang mencapai 7 pergantian. Pertentangan ideologi antara

nasionalis, agama dan komunis, dan terjadinya inflasi yang mengakibatkan harga

kebutuhan pokok menjadi tinggi.

MASA PEMERINTAHAN SOEHARTO (1966-1998)

Pergantian kekuasaan dari rezim Orde Lama yang dipimpin Soekarno menuju

rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto memberikan perubahan yang cukup

mendasar dalam sifat diplomasi Indonesia. Soekarno dengan haluan politik luar

negeri yang revolusioner dan anti imperialisme bersifat sangat konfrontatif.

Sebaliknya, setelah memasuki rezim Orde Baru, sifat politik luar negeri Indonesia

yang konfrontatif tersebut berganti dengan politik yang bersifat kooperatif. Pada

rezim Orde Baru, hubungan yang tidak baik dengan Barat mulai diperbaiki. Hal

ini dilakukan terutama karena orientasi politik luar negeri Indonesia berubah

haluan menjadi pembangunan ekonomi dalam negeri melalui kerja sama dengan

(4)

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II

1966 dan konsep akselerasi pembangunan II Soeharto merestrukturisasi politik

dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi

dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI,

dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu

menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

Eksploitasi sumber daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini,

dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia dan terjadi

sentralisasi yang berpusat di Jakarta sebagai ibukota negara. Sebagai tokoh atau

aktor utama pada era Orde Baru yang menghadirkan perubahan dan perbedaan

pada jalannya pemerintahan, latar belakang Soeharto merupakan hal yang perlu

diketahui.

Soeharto yang merupakan anak dari pegawai rendahan di Jawa tengah dan

beristrikan seorang wanita yang merupakan anak dari seorang pejabat

Mangkunegaraan membuat Soeharto hidup dengan jenis budaya abangan atau

priyayi Dapat dipahami bahwa pola pikir Soeharto dalam mengambil keputusan

lebih dominan bersumber dari adat-istiadat klasik Jawa dan bahkan kebatinan

Jawa dibandingkan dengan sumber-sumber Islam. Kepercayaannya adalah suatu

persenyawaan antara ide-ide pra-Islam dan Islam, namun unsur pra-Islam lebih

dominan. Latar belakang Jawanisme yang kuat ini berpengaruh pada sikapnya

pada politik luar negeri Indonesia. Banyak hal yang menunjukkan bahwa

kebudayaan Jawa tercermin dalam gaya kepemimpinan Soeharto. Selain

keputusan dan kebijakan yang tidak terlalu didasari oleh

pertimbangan-pertimbangan Islami, Jawanisme Soeharto membawanya pada suatu nasionalisme

Jawa atau nasionalisme pribumi dimana Jawa dan Indonesia merupakan pusat

dunia dan dapat berperan dominan dalam dunia internasional.

Atas dasar Jawanisme itu pula akhirnya pemerintahan Soeharto tidak terlalu

membuka celah yang lebar bagi rakyat yang berada di bawahnya untuk

(5)

Lama ke Orde Baru dapat dilihat dari orientasi kebijakan luar negeri Indonesia

yang tidak lagi berdiri sendiri atau berorientasi ke dalam dan menutup diri dari

bantuan asing, namun juga berorientasi ke luar yakni berusaha membangun

hubungan persahabatan dengan pihak asing terutama negara-negara Barat.

Orientasi ke dalam berupa pembangunan didukung oleh adanya hubungan dengan

pihak asing bertujuan untuk melancarkan pembangunan itu sendiri. Kebijakan

yang digunakan pun kebijakan pintu terbuka, dengan meningkatkan investasi

asing dan mencari bantuan dana untuk merehabilitasi ekonomi Indonesia.

Soeharto mengupayakan agar Indonesia mampu berperan dominan dalam

permasalahan baik regional maupun internasional. Konfrontasi yang ada pun

dikesampingkan terlebih dahulu dan mengedepankan perdamaian, karena

menurutnya stabilitas regional diperlukan untuk menjamin keberhasilan rencana.

Fokus dan perhatian Indonesia pada faktor stabilitas keamanan ini menunjukkan

bahwa Soeharto mulai tertarik dengan politik luar negeri.

Hal ini diimplementasikan dalam Deklarasi Bangkok dimana Indonesia meminta

pangkalan militer asing di kawasan Asia Tenggara harus bersifat sementara dan

juga masalah intervensi Indonesia di Timor Timur. Pemerintahan Orde Baru ini

juga menunjukkan penyimpangan dari arah politik luar negeri Indonesia yang

bebas aktif. Pada era ini terlihat bahwa Indonesia memiliki kecenderungan untuk

mendekati negara-negara Barat dan menjauhi negara-negara komunis. Sikap ini

dapat dilihat dari hubungan beku antara Indonesia dengan RRC. Latar belakang

Jawa yang kental berpengaruh besar terhadap gaya kepemimpinan Soeharto.

Ekonomi dan militer menjadi sorotan utama pada masa Orde Batu. Ciri khas dari

kepemimpinan Soeharto adalah ekonomi sebagai panglima karena yang menjadi

fokus utama adalah bagaimana memperbaiki kondisi ekonomi dalam negeriSemua

usaha yang diupayakan Soeharto tetap berorientasi pada stabilitas keamanan dan

politik dengan tetap mengedepankan pertumbuhan ekonomi. Semakin baik

hubungan Indonesia dengan negara lain berbanding lurus dengan semakin

lancarnya bantuan asing yang diterima Indonesia. Keberhasilan di masa

(6)

program REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun), Swasembada Pangan,

GN-OTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh), dan stabilitas keamanan melalui

dwifungsi ABRI, banyaknya investasi yang masuk ke dalam negeri juga

mempengaruhi cepatnya laju pembangunan. Namun kesenjangan sosial akibat

sentralisasi pembangunan, ketidakbebasan pers dalam memberitakan sesuatu, dan

arogansi ABRI menjadikan hal-hal itu sebagai kekurangan dalam pemerintahan

Orde Baru.

MASA PEMERINTAHAN BJ HABIBIE (1998-1999)

Habibie yang menjabat sebagai presiden menghadapi Indonesia yang serba parah,

baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Oleh karena itu,

langkah-langkah yang dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk mengatasi krisis

ekonomi dan politik. Dalam menghadapi krisis itu, pemerintah Habibie sangat

berhati-hati terutama dalam pengelolaannya, sebab dampak yang ditimbulkannya

dapat mengancam integrasi bangsa. Untuk menjalankan pemerintahan, presiden

habibie tidak mungkin dapat melaksanaknnya sendiri tanpa dibantu oleh

menteri-menteri dan kabinetnya. Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia

yang ketiga B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet

Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para

menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI. Pada

masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka

umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin

menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk

rasa atau demonstrasi.

Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Habibie menaikkan kembali derajat

kepercayaan internasional terhadap Indonesia. Habibie mampu memperoleh

simpati dari IMF dan Bank Dunia dengan keputusan kedua lembaga tersebut

untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi sebesar

43milyar dolar dan bahkan menawarkan tambahan bantuan sebesar 14 milyar

(7)

domestik tidak terlampau kuat, namun dukungan internasional yang diperoleh

melalui serangkaian kebijakan untuk memberi citra positif kepada dunia

internasional memberikan dukungan bagi keberlangsungan pemerintahan Habibie

saat periode transisi menuju demokrasi dimulai.

Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi

mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta

merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah

pemerintahan Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat

demokratis. Habibie juga membebaskan beberapa narapidana politik yang ditahan

pada zaman pemerintahan Soeharto.

Sidang umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1-27 oktober 1999.

dalam sidang umum tersebut Amien rais dikukuhkan menjadi ketua MPR, dan

Akbar tanjung menjadi ketua DPR. sedangkan pada sidang paripurna MPR XII,

pidato pertanggungjawaban presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui voting

dengan 355 suara menolak, 322 menerima, 9 abstain, dan 4 suara tidak sah. akibat

penolakan pertanggungjawaban itu, Habibie tidak dapat untuk mencalonkan diri

menjadi presiden Republik Indonesia. Kegagalan Habibie menjadi calon Presiden

Republik Indonesia sebagai akibat ditolaknya pidato pertanggung jawabannya,

memunculkan 3 calon presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di MPR

pada tahap pencalonan presiden diantaranya Abdurrahman Wahid (Gus Dur),

Megawati Soekarnoputri, dan Yusril Ihza Mahendra.

Namun detik-detik menjelang dilaksanakan pemungutan suara untuk memilih

presiden tanggal 20 oktober 1999, Yusril Ihza Mahendra mengundurkan diri, oleh

karena itu, tinggal dua calon presiden yang maju dalam pemilihan itu, yaitu

Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri. dari hasil pemilihan presiden

yang dilaksanakn secara voting, Abdurrahman Wahid terpilih menjadi presiden

Republik Indonesia. pada tanggal 21 oktober dilaksanakan pemilihan wakil

(8)

wakil presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri. Adapun

kelebihan-kelebihan dalam masa pemerintahan B.J. Habibie adalah berkaitan

dengan semangat demokratisasi, Habibie telah melakukan perubahan dengan

membangun pemerintahan yang transparan Prinsip demokrasi juga diterapkan

dalam kebijakan ekonomi yang disertai penegakan hukum dan ditujukan untuk

kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola kegiatan kabinet sehari-haripun, Habibie

melakukan perubahan besar. Ia meningkatkan koordinasi dan menghapus

egosintesmi sekotral antarmenteri. Selain itu sejumlah kreativitas mewarnai gaya

kepemimpinan Habibie dalam menangani masalah bagsa. Untuk mengatasi

persoalan ekonomi, misalnya ia mengangkat pengusaha menjadi utusan khusus.

MASA PEMERINTAHAN ABDURRAHMAN WAHID (1999-2001)

Ada beberapa persoalan yang dihadapi yang merupakan warisan dari

pemerintahan Orde Baru seperti masalah praktik KKN yang belum terselesaikan,

Pemulihan ekonomi , Masalah BPPN serta Kinerja BUMN, ada pula Pengendalian

Inflasi dalam Mempertahankan kurs rupiah, serta Masalah disintegrasi dan konflik

antarumat beragama Penegakan hukum dan penegakan Hak asasi manusia

(HAM). Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama,

Presiden Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur

memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu

dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu

Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut

Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan

adanya Keppres No. 6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun

menggelar budayanya secara terbuka seperti misalnya pertunjukan Barongsai.

Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk

Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan

ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Dewan Ekonomi nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim, wakilnya Subiyakto

(9)

pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga mengeluarkan berbagai

kebijakan yang dinilai Kontroversial dengan MPR dan DPR, yang dianggap

berjalan sendiri, tanpa mau menaati aturan ketatanegaraan, melainkan diselesaikan

sendiri berdasarkan pendapat kerabat dekatnya, bukan menurut aturan konstitusi

negara. Kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kontroversial dari berbagai

kalangan yaitu :

1) Pencopotan Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi yang dianggap Orde Baru.

2) Pencopotan Kapuspen Hankam Mayjen TNI Sudradjat, yang dilatarbelakangi

oleh adanya pernyataan bahwa Presiden bukan merupakan Panglima Tinggi.

3) Pencopotan Wiranto sebagai Menkopolkam, yang dilatarbelakangi oleh

hubungan yang tidak harmonis dengan Gus Dur.

4) Mengeluarkan pengumuman tentang menteri Kabinet Pembangunan Nasional

yang terlibat KKN sehingga mempengaruhi kinerja kabinet menjadi merosot.

5) Gus Dur menyetujui nama Irian Jaya berubah menjadi Papua dan mengizinkan

pengibaran bendera Bintang Kejora.

Hal yang paling kontroversial dalam pemerintahan Gus Dur adalah “perdamaian”

-nya dengan Israel. Seperti yang kita ketahui, umat Islam Indonesia sangat antipati

terhadap negara penjajah Palestina tersebut atas dasar solidaritas sesama muslim.

Akan tetapi, bukannya bersikap memusuhi Israel, Gus Dur justru berusaha

membuka hubungan dengan negara tersebut. Tentu saja rakyat Indonesia marah.

Bahkan, duta besar Palestina untuk Indonesia saat itu, Ribbhi Awad, sangat

kecewa. Gus Dur hanya mengatakan, sangat aneh jika Indonesia tidak bisa

bekerjasama dengan Israel, karena negara tersebut berbasis pada agama

sedangkan Indonesia bisa bekerjasama dengan negara-negara ateis seperti RRC

dan Rusia. Gus Dur yang sangat menjunjung tinggi kebebasan umat beragama

sebenarnya menekankan bahwa Islam tidak boleh melihat segala sesuatu yang

berbau Barat adalah kesalahan. Toh bekerjasama dengan Israel bukan berarti

(10)

Israel, bisa jadi sikap Israel akan melunak pada Palestina mengingat Gus Dur

dikenal sebagai jago diplomasi.

Presiden Abdurrahman Wahid memiliki cita-cita mengembalikan citra Indonesia

di mata internasional, untuk itu dia melakukan banyak kunjungan keluar negeri

selama satu tahun awal pemerintahannya sebagai bentuk implementasi dari tujuan

tersebut. Dalam setiap kunjungan luar negeri yang ekstensif selama masa

pemerintahannya, Abdurrahman Wahid secara konstan mengangkat isu-isu

domestik dalam pertemuannya dengan setiap kepala negara yang dikunjunginya.

Termasuk dalam hal ini adalah soal integritas teritorial Indonesia seperti dalam

kasus Aceh dan isu perbaikan ekonomi. Namun muncul dua skandal pada tahun

2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate. Pada bulan Mei, Badan Urusan

Logistik (BULOG) melaporkan bahwa $4 juta menghilang dari persediaan kas

Bulog. Tukang pijit pribadi Gus Dur mengklaim bahwa ia dikirim oleh Gus Dur

ke Bulog untuk mengambil uang.Meskipun uang berhasil dikembalikan, musuh

Gus Dur menuduhnya terlibat dalam skandal ini. Skandal ini disebut skandal

Buloggate. Pada waktu yang sama, Gus Dur juga dituduh menyimpan uang $2

juta untuk dirinya sendiri. Uang itu merupakan sumbangan dari Sultan Brunei

untuk membantu di Aceh. Namun, Gus Dur gagal mempertanggungjawabkan

dana tersebut. Skandal ini disebut skandal Bruneigate.

Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan

Keamanan (Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan

keadaan darurat. Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari

jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1

Juli 2001Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa

MPR akan dimajukan pada 23 Juli Gus Dur kemudian mengumumkan

pemberlakuan dekret yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan

kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun,

dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang

(11)

Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan

Megawati Sukarnoputri.

Tumbuhnya pluralisme dan sikap toleransi yang tinggi antar pemeluk agama

merupakan salah satu keunggulan pemerintahan Gus Dur dengan di sah-kan nya

Konghucu sebagai agama yang resmi dan hari Imlek sebagai hari libur nasional.

Namun Gus Dur tidak mempunya banyak pendukung di akhir masa jabatan nya

sehingga banyak kebijakan beliau yang tidak dilaksanakan. Sikap

kontroversialnya juga banyak memicu ketegangan antara Presiden dengan

MPR/DPR yang dimana Gus Dur selalu bersikap berseberangan dengan kedua

institusi itu. Sikap itulah yang tidak menciptakan kestabilan politik dalam negeri

dan menjadikan kekurangan dalam masa pemerintahannya.

MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI (2001-2004)

Kabinet Gotong Royong adalah kabinet pemerintahan Presiden RI kelima

Megawati Sukarnoputri (2001-2004). Kabinet ini dilantik pada tahun 2001 dan

masa baktinya berakhir pada tahun 2004. Nama gotong-royong diambil Megawati

sebab pemerintahannya adalah hasil koalisi banyak partai. Megawati adalah

presiden kedua yang menjabat pada masa pemilu multipartai pasca tumbangnya

orde baru. Nama gotong royong juga dipilih megawati untuk menguatkan visi

misi utama pemerintahannya, yaitu rekonsiliasi nasional. Indonesia, saat

Megawati terpilih menjadi presiden sedang porak-poranda akibat beragam

konflik, seperti konflik komunal (ambon, poso, sampang) dan konflik politik

(pemakzulan Gus Dur oleh koalisi yang sebelumnya mendukungnya).

Gotong royong adalah kata yang dipilih untuk merekonsiliasi atau mempersatukan

bangsa Indonesia dalam semangat membangun kembali. Melalui Kabinet Gotong

Royong, Presiden Megawati Sukarnoputri telah menunjukkan manuver politik

yang piawai dan berhasil memberikan impresi yang positif pada berbagai lapisan

(12)

termasuk pelaku ekonomi, kalangan birokrasi, pengamat politik, dan masyarakat

kampus bahwa Kabinet Gotong Royong yang dilantik pada hari Jum’at 10

Agustus yang lalu adalah kabinet yang cukup tangguh. Pandangan tersebut

didasarkan atas kenyataan bahwa 26 dari 32 jabatan menteri dan setingkat menteri

dijabat oleh para profesional yang menguasai bidang tugas masing-masing. Akan

tetapi seiring dengan berjalannya Kabinet Gotong Royong dalam menjalankan

pemerintahan, masyarakat sangat dikecewakan. Pasalnya, kinerja dari Kabinet

Gotong Royong tersebut dinilai lamban dalam mengatasi masalah yang terjadi di

negara kita saat itu. Wacana publik tentang efektifitas tim ekonomi Kabinet

Gotong Royong (KGR) dalam menghantarkan Indonesia untuk secepatnya keluar

dari krisis yang telah menggerogoti ekonomi dan kehidupan social-politik selama

lima tahun terakhir ini didominasi oleh pandangan bahwa anggota Kabinet

Gotong Royong bertindak sangat lamban dan tanpa koordinasi yang penuh.

Persepsi ini secara sadar banyak digaungkan oleh kalangan akademisi dan politisi

baik secara kolektif maupun secara perorangan yang pada gilirannya diterima

sebagai suatu realitas oleh masyarakat.

Megawati dilantik menjadi presiden republik indonesia pada tanggal 23 juli 2001.

pada masa pemerintahannya banyak persoalan yang harus dihadapi. Salah satu

masalah yang amat penting adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum.

Era kepemimpinan soeharto telah mewarisi utang luar negri (pemerintah dn

swasta) sebesar US$150,80 MILIAR. Kebijakan megawati dalam mengatasi

masalah ini adalah meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$5,8 miliar

pada pertemuan paris club ke-3 tanggal 12 april 2002. pada tahun 2003,

pemerintah mengakolasikan pembayaran utang luar negri sebesar Rp116,3 triliun.

Melalui kebijakannya tersebut utang luar negri indonesia berkurang menjadi

US$134.66 miliar.

Megawati secara ekstensif melakukan kunjungan ke luar negeri untuk

memperoleh dukungan internasional. Megawati antara lain mengunjungi Rusia,

(13)

Rumania, Polandia, Hungaria, Bangladesh, Mongolia,Vietnam, Tunisia, Libya,

Cinadan juga Pakistan. Tetapi, Presiden Megawati menuai kritik dalam berbagai

kunjungannya tersebut, baik mengenai frekuensi ataupun substansi dari berbagai

lawatan tersebut. Diantara kontroversi tersebut adalah pembelian pesawat tempur

Sukhoi dan helikopter dari Rusia yang merupakan buah dari kunjungan Megawati

ke Moskow. Politik luar negeri Indonesia selama masa pemerintahan Megawati

juga dipengaruhi beragam peristiwa nasional maupun internasional. Peristiwa

serangan teroris 11 September 2001 di Amerika Serikat, pemboman di Bali

2002dan hotel JW Marriott di Jakarta tahun 2003, penyerangan ke Irak yang

dipimpin Amerika Serikat dan Ingris dan juga operasi militer di Aceh untuk

menghadapi GAM merupakan beberapa hal yang mewarnai dinamika internal dan

eksternal Indonesia. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa diplomasi

Indonesia kembali menjadi aktif pada masa pemerintahan Megawati. Dalam

pengertian bahwa pelaksanaan diplomasi di masa pemerintahan Megawati

kembali ditopang oleh struktur yang memadai dan substansi yang cukup. Bahkan

Departemen Luar Negeri mengalami restrukturisasi guna memperbaiki kinerjanya.

Restrukturisasi ini sangat tepat waktu mengingat perubahan global terjadi begitu

cepat, terutama setelah peristiwa 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Perubahan cepat ini memaksa setiap negara untuk mampu beradaptasi dan

mengelola arus perubahan tersebut.

Salah satu keputusan megawati yang sangat penting pula adalah indonesia

mengakhiri kerjasamanya dengan IMF. dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan menekan nilai inflasi, presiden megawati menempuh langkah yang

sangat kontroversi, yaitu melakukan privatisasi terhadap BUMN. Pemerintah

menjual indosat pada tahun 2003. hasil penjualan itu berhasil menaikan

pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi 4,1% dan inflansi hanya 5,06%.

Privatisasi adalah menjual perusahaan negara didalam periode krisis. Tujuannya

adalah melindungi perusahaan negara dari interversi kekuatan-kekuatan politik

dan melunasi pembayaran utang luar negri. Tetapi meskipun hal itu sudah

(14)

karena terkait dengan masalah keamanan, seperti dalam kejadian pemboman

beruntun sejak tahun 1998 sampai tahun 2002. Masalah pertumbuhan ekonomi,

investasi dan pengangguran adalah gambaran yang paling suram di bawah kabinet

gotong royong ini. Sentuhan kebijakan ekonomi tidak jelas sehingga memberikan

signal yang tidak jelas pula pada masyarakat dan kalangan investor di dalam

maupun di luar negeri. Signal tersebut menjadi lebih buruk lagi ketika pemerintah

sama sekali gagal menyediakan jasa publik yang paling mendasar, yakni

keamanan. Faktor keamanan juga menjadi ganjalan serius yang menghalangi

proses pemulihan ekonomi. Justru persoalannya sampai saat ini karena faktor

ekonomi dan faktor non ekonomi tidak saling mendukung. Tetapi di samping

semua itu Menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan

tingkat suku bunga pada sektor riil serta pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000

sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar

3,0 % sampai dengan 4,0 %. Naiknya PDB per kapita atas dasar harga berlaku

pada tahun 2001 mencapai Rp. 7,2 juta menjadikan tolak ukur kelebihan masa

pemerintahan Megawati. Namun, Banyaknya aksi teror dan pengeboman yang

terjadi dimana-mana di tanah air yang secara otomatis membuat para calon

investor asing takut untuk berinvestasi. Terjualnya salah satu BUMN kepada

pihak asing akibat tidak mampunya membayar hutang dan banyaknya aset negara

yang di anggap menjadi korban untuk membayar utang negara menjadi

kelemahannya.

MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

(2004-SEKARANG)

Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden

pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf

Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004

dengan mengusung agenda “Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan

Demokratis”, mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara

(15)

menjadi Presiden. Pada tanggal 20 Oktober 2009, Dr. H. Susilo Bambang

Yudhoyono kembali di lantik sebagai Presiden RI untuk periode 2009-2014,

setelah bersama pasangannya Prof. Dr. Boediono memenangkan Pemilihan

Umum Presiden pada 8 Juli 2009 dalam satu putaran langsung dengan

memperoleh 60,80%, mengalahkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo

Subianto dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Sebelum dipilih rakyat dalam

pemilihan presiden langsung, Presiden Yudhoyono melaksanakan banyak

tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertambangan dan Energi serta

Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan pada Kabinet Persatuan

Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau juga bertugas sebagai

Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong di

masa Presiden Megawati Soekarnoputri.

Pada saat bertugas sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia

internasional karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme.

Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono terdapat kebijakan

kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan

harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia.

Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan,

serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua,

yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT

tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai

masalah sosial. Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan

perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji

memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian

Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan

para investor dengan kepala-kepala daerah. selama masa pemerintahan SBY,

perekonomian Indonesia memang berada pada masa keemasannya. Indikator yang

(16)

Sejak tahun 2005-2009, inflasi berhasil ditekan pada single digit. Dari 17,11%

pada tahun 2005 menjadi 6,96% pada tahun 2009. Tagline strategi pembangunan

ekonomi SBY yang berbunyi pro-poor, pro-job, dan pro growth (dan kemudian

ditambahkan dengan pro environment) benar-benar diwujudkan dengan turunnya

angka kemiskinan dari 36,1 juta pada tahun 2005, menjadi 31,02 juta orang pada

2010. Artinya, hampir sebanyak 6 juta orang telah lepas dari jerat kemiskinan

dalam kurun waktu 5 tahun. Ini tentu hanya imbas dari strategi SBY yang pro

growth yang mendorong pertumbuhan PDB.

Imbas dari pertumbuhan PDB yang berkelanjutan adalah peningkatan konsumsi

masyarakat yang memberikan efek pada peningkatan kapasitas produksi di sector

riil yang tentu saja banyak membuka lapangan kerja baru. Pada masa reformasi ini

perekonomian Indonesia ditandai dengan adanya krisis moneter yang berlanjut

menjadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda ke

arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun

1997 dan 5,5% untuk tahun 1998 dimana inflasi sudah diperhitungkan namun laju

inflasi masih cukup tinggi yaitu sekitar 100%. Pada tahun 1998 hampir seluruh

sektor mengalami pertumbuhan negatif, hal ini berbeda dengan kondisi ekonomi

tahun 1999.

Namun sejak masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, perekonomian

Indonesia mulai membaik. Perekonomian Indonesia boleh dibilang tengah berada

pada masa keemasannya. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin

membuktikan ketangguhan perekonomian Indonesia. Di saat negara-negara

superpower seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan, Indonesia justru

mampu mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada tahun 2009. Dan

sekarang terkait kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap beliau dan

beberapa menteri-nya, pemerintah mengeluarkan kebijakan luar negeri terkait isu

tersebut antara lain menghentikan sementara kerjasama militer dan arus

pertukaran informasi intelijen, dan me-review kembali kerjasama-kerjasama yang

(17)

diterapkan sesudah masyarakat Indonesia banyak mengecam melalui media sosial,

dan mengkritik ketegasan dan kelambanan presiden SBY dalam mengambil

keputusan. Sikap lamban ini yang kerap menjadi kekurangan SBY dalam

pemerintahan nya, tetapi dibalik semua itu prestasi pemerintahan SBY patut di

apresiasi seperti proses perdamaian GAM dengan pemerintah Indonesia,

pemberantasan korupsi oleh KPK yang semakin hari semakin banyak menangkap

koruptor kelas kakap, terlaksan nya dengan baik event-event internasional seperti

KTT APEC 2013 yang baru saja diselenggarakan di Bali dan hal itu dapat

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Djelantik, Sukawarsini. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta, Graha Ilmu : 2008

Lampu Kuning buat Pemerintahan Megawati, Kompas, 21 Januari 2003.

Lesmana, Tjipta. Dari Soekarno sampai SBY-Intrik & Lobi Penguasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Soerapto, R. Hubungan Internasional : Sistem, Interaksi dan Perilaku, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, hlm 200-201.

http://forum.detik.com/showthread.php?t=57109

http://www.gatra.com/2003-07-08/artikel.php?id=29848

http://www.politikindonesia.com/readhead.php?id=352&jenis=plt,http://www.sua ramerdeka.com/harian/0306/23/nas9.htm

https://www.causes.com/causes/294893-tokoh-kita-megawati-soekarnoputri- prabowo-subianto/updates/181878-kinerja-ekonomi-presiden-megawati-soekarnoputri-lebih-baik

http://www.voaindonesia.com/content/ktt-apec-hasilkan-7-poin-kesepakatan/1765090.html

http://www.apec2013ceosummit.com/

http://finance.detik.com/read/2013/08/26/101425/2340225/4/5/ini-6-jurus-ekonomi-dari-soekarno-hingga-sby-di-mata-chairul-tanjungf991104featured

http://debuh.com/berita-kuliner/plus-minus-masa-pemerintahan-gus-dur/21273/

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Debt Equity Ratio (DER) terhadap

SMK Negeri1 Batang yang terletak tidak jauh dari kota Batang tepatnya di jalan Ki Mangunsarkoro No.2 merupakan tempat praktikan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan

[r]

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa disiplin adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu dengan berdasar pada beberapa

[r]

ELT classrooms in Indonesia, mixed levels of ability of knowledge small groups based on zone of proximal development concept may provide two major advantages, among others (1)

nasional adalah, “untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

- Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat