Judul : Resiko Likuiditas pada Bank BUMN Di Indonesia 2015-2016 Yuliana, Aurelia
Universitas Trilogi
A. Latar Belakang
Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada sektor perekonomian, bank melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Dari banyaknya jenis bank yang ada di Indonesia, Bank BUMN lebih banyak diminati oleh masyarakat sebagai tempat untuk menyimpan atau
menginvestasikan dana yang mereka miliki karena dianggap lebih aman dimana Bank BUMN dimiliki oleh negara.
Dalam perkembangannya, kegiatan usaha bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Risiko merupakan suatu ketidakpastianyang terjadi akibat dari keputusan dan kondisi saat ini. Risiko-risiko yang dihadapi bank sebagai lembaga intermediasi yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu risiko likuiditas 2. Untuk mengetahui apa itu Bank BUMN
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk usaha BUMN 4. Untuk mengetahui risiko likuiditas pada BUMN
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi risiko likuiditas C. Literatur
1. Pengertian Risiko Likuiditas
mendefinisikan bahwa resiko likuiditas sebagi resiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau likuid berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan keuangan.
2. Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang permodalannya
seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh Pemerintah. Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005,BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaansecara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
3. Bentuk-bentuk usaha BUMN 1. Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan Jawatan (Perjan) adalah BUMN yang seluruh modalnya termasuk dalam anggaran belanja negara yang menjadi hak dari departemen yang bersangkutan. Tujuan perjan adalah pengabdian dan melayani kepentingan masyarakat yang ditujukan untuk kesejahteraan umum. Sekarang sudah tidak ada perusahaan BUMN yang
menggunakan model perjan karena besarnya biaya untuk memelihara perjan-perjan tersebut sesuai dengan Undang Undang (UU) Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN.
Contoh BUMN yang dahulunya Perjan, yaitu Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) yang berada di bawah Departemen Perhubung, tahun 1991 berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), kemudian menjadi Perusahaan Negara Kereta api (Penka), terakhir berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (PT.KAI). Serta Perjan Pegadaian yang berada di bawah Departemen Keuangan Berubah menjadi Perum Pegadaian. Dengan demikian, sejak tahun 2003 tidak ada lagi BUMN yang berbentuk Perjan.
2. Perusahaan Umum (Perum)
Contoh Perum diantaranya Perum Pegadaian (Perusahaan Umum Pengadaian), Perum DAMRI (Perusahaan Umum Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia), Perum Jasatirta, Perum Peruri, Perum Perumnas, Perum Balai Pustaka, dll.
3. Perseroan
Perusahaan perseroan (perseroan) adalah perusahaan negara yang modalnya berbentuk saham dan sebagian dari modal tersebut milik negara. Perseroan bergerak pada bidang usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. Perangkat perseroan terdiri dari RUPS, direksi, dan komisaris.
Contoh perseroan milik negara yaitu PT PLN, PT Pos Indonesia, PT Kereta Api Indonesia, PT Telkom, dan sebagainya.
4. Resiko Likuiditas Terhadap BUMN
Berdasarkan hasil perhitungan resiko likuiditas diketahui bahwa bank BUMN memiliki resiko likuiditas rendah. Dalam operasionalnya Bank memerlukan cadangan dana untuk transaksi nasabah yang dilakukan sewaktu-waktu. Bank BUMN memiliki resiko yang lebih kecil karena masih terdapat campur tangan pemerintah didalamnya karena sebagian saham dari bank BUMN sebagian besar dimiliki oleh pemerintah. 5. Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Likuiditas
1. Pada saat terjadi penarikan dana simpanan berjumlah besar, bank BUMN tidak memiliki cukup dana dan sumber pendanaan cepat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut.
2. Ketika bank BUMN telah memiliki komitmen pembiayaan dalam jumlah besar yang belum terealisasi dengan debitur dan pada saat realisasi, bank BUMN tidak memiliki dana yang cukup.
3. Terjadi penarikan simpanan yang cukup besar dan bank BUMN tidak memiliki aset yang dapat segera dicairkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
nasabah.
Dalam perbankan manajemen likuiditas adalah salah satu hal yang penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Untuk itu setiap bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.
Dalam manajemen likuidtas bank berusaha untuk mempertahankan status rasio likuiditas, memperkecil dana yang menganggur guna meningkatkan pendapatan dengan resiko sekecil mungkin, serta memenuhi kebutuhan cashflownya.
E. Kesimpulan
Setiap jenis usaha pasti memiliki berbagai jenis resiko, tak terkecuali bank BUMN. Salah satu resikonya adalah jenis resiko likuiditas. Resiko ini mengharuskan bank untuk bisa mengelola aset-asetnya dan mengontrol jumlah asset yang likuid guna memenuhi kewajiban bank, dalam menghadapi resiko likuiditaas bank memiliki manajemen tersendiri, proses manajemen resiko likuiditas yang baik bank harus dimulai dari tahapan mengukur likuiditas sampai dengan tahap mitigasi serta diakhiri dengan berbagai strategi guna mengelola
likuiditas pada bank BUMN.
Manajemen resiko likuiditas sangat diperlukan bagi keberlangsungan sebuah bank, kurangnya likuiditas pada bank tentu akan menggagu stabilitas kas pada sebuah bank, akan tetapi likuiditas yang berlebihan juga tidak baik bagi sebuah bank, karena dengan banyaknya asset yang dicadangkan maka akan mengurangi profitabilitas bank tersebut
F. Referensi
1. Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189
2. Ningrat, Arya D. 2017. Contoh makalah bumn, (online),
https://aryadningrat.wordpress.com/2017/03/30/makalah-bumn/, diakses pada 11 Desember 2017
3. Windi, Hayati. 2016. Contoh risiko likuiditas pada bank bumn, (online),
http://www.academia.edu/30188981/fix_Risiko_Likuiditas_Bank_BUMN.docx