• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Aplikasi Informasi Candi berbasis Teknologi Augmented Reality pada Smartphone Android (Studi Kasus: Candi Ngetos, Nganjuk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rancang Bangun Aplikasi Informasi Candi berbasis Teknologi Augmented Reality pada Smartphone Android (Studi Kasus: Candi Ngetos, Nganjuk)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

2651

Rancang Bangun Aplikasi Informasi Candi berbasis

Teknologi

Augmented Reality

pada

Smartphone

Android

(Studi Kasus: Candi Ngetos, Nganjuk)

Diandra Amiruddin Firmansyah1, Herman Tolle2, Aryo Pinandito3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email:1diandrafirmansyah@gmail.com, 2emang@ub.ac.id, 3aryo@ub.ac.id

Abstrak

Candi adalah salah satu bangunan suci peninggalan masa klasik Indonesia yang digunakan sebagai tempat pemujaan oleh umat beragama Hindu maupun Budha. Salah satu candi yang ada saat ini adalah Candi Ngetos yang telah mengalami kerusakan serius. Untuk itu perlu dilakukan penanganan teknis terhadap Candi Ngetos dalam bentuk pemugaran. Namun, proses pemugaran juga membutuhkan studi teknis arkeologis yang memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, sehingga dibutuhkan cara lain dalam pemugaran untuk mengurangi kendala waktu proses pemugaran, salah satunya dengan menggunakan teknologi Augmented Reality (AR). AR adalah teknologi yang digunakan dalam pemodelan dunia nyata ke dalam sistem komputer untuk membantu dan mendukung aktivitas manusia. Dalam penerapannya, AR dapat diimplementasikan dengan algoritme Oriented FAST and Rotated BRIEF (ORB). Algoritme ini dipilih karena bersifat open source. Untuk menerapkan algoritme ini, dibutuhkan library penunjang yang dapat mengimplementasikan semua fungsi-fungsi dari algoritme ORB, dalam penelitian ini menggunakan library OpenCV. Untuk itu peneliti membangun aplikasi informasi candi berbasis teknologi AR pada smartphone android yang menerapkan algoritme ORB. Aplikasi tersebut memindai pola pada gambar yang telah diambil oleh kamera kemudian menampilkan objek 3D candi berdasarkan pola tersebut. Dari aplikasi ini didapatkan hasil objek 3D berupa candi secara utuh yang dapat merepresentasikan bangunan candi yang telah dipugar.

Kata kunci : android, augmented reality, candi, OpenCV, Oriented fast and Rotated Brief

Abstract

Temple is one of sacred buildings that used for worship by Hindus and Buddhists in Indonesia. Ngetos Temple is one kind temple which still exist and has suffered serious damage. Need technical handling for Ngetos Temple restoration. However, the refurbishment process also requires archeological technical studies that require considerable time and cost, there is another way restoration to reduce the time constraints of the restoration process by using Augmented Reality (AR) technology. AR is a technology that used in real-world modeling into computer systems to help and support human activities. AR can be implemented with Oriented FAST and Rotated BRIEF (ORB) algorithm. This algorithm is open source. To implement this algorithm, a supporting library is required for implement all functions of the ORB algorithm, in this study using the OpenCV library. For that researchers build temple information application based on AR technology on android smartphone that implement ORB algorithm. The application scans the pattern on the image that has been taken by the camera then displays the 3D object of the temple based on the pattern. The results of 3D objects in the form of a whole temple that can represent the temple that has been restored.

Keywords: android, augmented reality, OpenCV, Oriented fast and Rotated Brief, temple

1. PENDAHULUAN

Candi adalah bangunan suci peninggalan masa Klasik Indonesia yang digunakan sebagai tempat pemujaan oleh umat beragama Hindu

(2)

kebudayaan. Salah satu candi yang ada saat ini adalah Candi Ngetos. Candi Ngetos telah mengalami kerusakan yang berupa kerusakan struktural, arsitektural dan kerusakan bahan penyusun. Bagian yang mengalami kerusakan yang cukup parah terdapat pada bagian kaki candi karena banyak bagiannya yang hilang yang menyebabkan Candi Ngetos kehilangan bentuk aslinya. Dan apabila dibiarkan, pasti akan membahayakan kelestarian cagar budaya dari Candi Ngetos.

Agar tinggalan arkeologi seperti halnya candi dapat berfungsi sebagai data yang bermanfaat bagi kepentingan ilmiah, budaya dan lain-lain, maka tinggalan arkeologi tersebut perlu dirawat dan dilestarikan keberadaannya serta keutuhannya. Perawatan yang dimaksud meliputi kegiatan perawatan sederhana, konservasi serta dengan melakukan pemugaran. Pemugaran dibutuhkan untuk mengembalikan kondisi fisik bangunan, benda dan struktur cagar budaya yang rusak dengan memperhatikan keaslian tata letak, bahan, bentuk, atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya, dengan cara memperkuat, memperbaiki, dan mengawetkannya melalui pekerjaan rehabilitasi, rekonstruksi, konsolidasi, dan restorasi (UNESCO, 2010). Namun, proses pemugaran juga membutuhkan studi teknis arkeologis yang membutuhkan biaya serta waktu yang tidak sedikit (Sumarno n.d.). Sehingga dibutuhkan cara lain dalam pemugaran untuk mengurangi kendala waktu proses pemugaran, salah satunya dengan menggunakan teknologi Augmented Reality(AR) (Arham, 2012).

Virtual Reality (VR) dan AR adalah teknologi yang keduanya digunakan dalam pemodelan dunia nyata ke dalam sistem komputer untuk membantu dan mendukung aktivitas manusia. Dalam penggunaan teknologi ini, pengguna berada dalam ruang virtual sementara masih memiliki nuansa dalam kehidupan nyata. Teknologi VR dan AR dapat dikombinasikan dengan tampilan 3D (Tolle, 2015). Sehingga dengan menggunakan teknologi AR dapat mengembalikan kondisi fisik bangunan Candi Ngetos dengan cara restorasi. Dalam penerapannya, AR dapat diimplementasikan dengan berbagai algoritme pengenalan objek.

Terdapat beberapa algoritme pengenalan pola pada objek, diantaranya adalah Scale Invariant Feature Transform (SIFT) adalah algoritme yang berfungsi untuk pengenalan objek yang efektif dan tahan dalam penskalaan

dan perubahan rotasi dan perubahan sudut pandang citra. Kemampuan Algoritme ini yakni mendeteksi dan mendeskripsikan fitur lokal dalam gambar dimana hasil pendeteksian tersebut berupa data yang dapat digunakan dalam pemindaian pada objek bergerak (Eka, 2014).

Pengembangan dari algoritme SIFT merupakan algoritme SURF dimana algoritme ini memanfaatkan kecepatan komputasi tapis kotak dengan menggunakan citra integral. Citra matriks 3x3 dengan akumulasi dari nilai piksel atas dan kirinya merupakan citra integral (Purba et al., 2015). Algoritme SURF sendiri dilindungi oleh hak paten yang mengharuskan penggunanya melakukan pembayaran untuk dapat menikmati fasilitasnya (Bradski n.d.).

Algoritme yang akan digunakan adalah Oriented FAST and Rotated BRIEF (ORB) dimana algoritme ini sebagai alternatif yang efisien dari algoritme SIFT maupun SURF. Algoritme ORB dapat bekerja 2 kali lipat lebih cepat dari SIFT saat bekerja pada banyak situasi. Efisiensi ini diuji pada beberapa aplikasi dunia nyata, termasuk deteksi objek dan pathtracking

pada smartphone (Rublee et al., 2017). Algoritme ini dipilih karena dapat digunakan secara umum untuk segala tujuan. Untuk menerapkan algoritme ini, dibutuhkan library

penunjang yang dapat mengimplementasikan semua fungsi-fungsi dari algoritme ORB, dalam penelitian ini menggunakan OpenCV.

OpenCV merupakan library untuk teknologi computer vision secara real time yang berisi fungsi-fungsi pemograman. OpenCV digunakan karena memiliki banyak sub program atau library yang dapat dikombinasikan sehingga memiliki berbagai fungsi dalam pemrograman yang berkaitan dengan pengolahan citra digital (Cahayana, 2014). Oleh karena itu, fokus penelitian adalah AR sebagai salah satu sarana/media untuk restorasi Candi Ngetos dengan memanfaatkan fitur pengenalan objek sehingga dapat mengembalikan kondisi fisik candi.

(3)

pedoman pengembangan aplikasi AR tentang pengenalan pola padaobjek yang menggunakan

library OpenCV dengan menerapkan algoritme ORB. Kemudian hasil penelitian ini dapat membantu pengguna untuk mengetahui bentuk fisik candi secara utuh dan merasakan pengalaman lain dalam mempelajari sejarah candi melalui aplikasi AR.

2. DASAR TEORI

2.1 Candi Ngetos

Salah satu cagar budaya yang perlu dijaga kelestariannya adalah Candi Ngetos, yang terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk. Candi ini merupakan aset budaya penting di Kabupaten Nganjuk selain Candi Lor, yang mencerminkan salah satu fase dalam proses budaya di Indonesia (Sumarno n.d.). Berdasarkan penuturan penduduk setempat, Candi Ngetos dibangun atas perintah Raja Majapahit, yaitu Hayam Wuruk dengan tujuan untuk menyimpan abu jenazahnya setelah ia meninggal. Cerita yang beredar di masyarakat itu diyakini hingga saat ini, sehingga Candi Ngetos dianggap sebagai tempat pendharmaan Raja Hayam Wuruk. Menurut beberapa ahli sejarah, Candi Ngetos dibangun pada abad ke-14 atau pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Hal ini di dasarkan pada bentuk dan gaya seni arsitektur candi tersebut yang mempunyai kesamaan/kemiripan dengan gaya seni bangunan-bangunan yang sejaman.

Secara fisik, bangunan Candi Ngetos terdiri atas bagian kaki candi dan bagian tubuuh, sedang atap candi sudah runtuh/tidak ada. Denah candi yang terlihat saat ini berbentuk persegi berukuran 10m x 10,36m, dan tinggi 10m, dengan arah hadap candi ke arah barat. Di lokasi candi sekarang ini tidak didapati satu arcapun, namun arca yang pernah ditemukan di candi ini yaitu, Arca Siwa dan Arca Wisnu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu (Hinduisme).

Secara teknis Candi Ngetos telah mengalami kerusakan serius, baik kerusakan struktural, kerusakan arsitektural maupun kerusakan bahan penyusun, rangkaian batanya mengalami kerusakan/aus. Kerusakan ini terlihat parah pada bagian kaki candi, dimana bata-bata kulit candi banyak yang hilang sehingga hanya terlihat bata isian saja. Kehilangan bata kulit ini menyebabkan candi Ngetos kehilangan bentuk arsitektur yang sebenarnya/asli. Kerusakan

seperti ini apabila dibiarkan terus menerus, tentu akan membahayakan kelestarian cagar budaya/candi itu sendiri. Untuk itu perlu dilakukan penanganan teknis terhadap Candi Ngetos dalam bentuk pemugaran, agar kita tidak kehilangan bukti perkembangan sejarah masa lalu negara kita.

Gambar 1. Candi Ngetos Diambil pada tanggal 28 September 2017

2.2 Pengolahan Citra Digital

Pengolahan Citra Digital (PCD) adalah ilmu yang mempelajari tentang mengolah suatu citra. Citra dimaksud adalah gambar diam atau foto dan foto bergerak. Digital dimaksud adalah pengolahan citra yang dilakukan dengan komputer. Ada 3 kategori untuk jenis citra digital, black and white image, colour image, binary image. Pada penelitian ini jenis citra digital yang digunakan adalah colour image

yang masing piksel memiliki warna tertentu, dalam Gambar 2 akan dijelaskan tentang colour image yang terdapat warna merah (red), hijau (green), dan biru (blue) yang memiliki range nilai 0-255. Jadi total keseluruhan nilai adalah 2553=16.581.375 (16K) variasi warna yang

berbeda pada setiap gambar. Tiga matriks yang terdiri dari nilai-nilai tiap warna merah, hijau, dan biru untuk setiap piksel dalam colour image

(Kusumanto, 2011). PCD yang digunakan pada sistem ini menerapkan algoritme ORB. ORB adalah descriptor pada string biner yang melakukan penambahan nilai vektor seperti algoritme SIFT dan SURF. Dalam sistem ini PCD digunakan untuk menentukan pembacaan pola pada objek candi yang digunakan sebagai

(4)

Gambar 2.Colour Image

Sumber: (Kusumanto, 2011)

2.3 ORB

Fitur ini diusung atas detector keypoint

yang dikenal dengan FAST, dan dikembangkan menggunakan descriptor BRIEF. Kedua teknik ini menarik karena memiliki kinerja yang baik dengan biaya yang rendah (Rublee, 2017). Dan sebagai keuntungan tambahan yakni ORB tergolong gratis dari batasan lisensi dari SIFT dan SURF. FAST adalah pemilihan algoritme untuk menemukan keypoints dalam keadaan

real-time yang cocok dengan fitur visual. Berbeda halnya dengan operator orientasi pada SIFT, yang dapat menggandakan nilai dalam satu keypoint, dimana operator pusat massa memberikan hasil yang dominan. Parameter yang diambil oleh FAST adalah intensitas permulaan antara tengah pixel dan yang berada dalam lingkaran. FAST tidak menghasilkan perhitungan ukuran cornerness dan FAST memiliki repon besar di sepanjang tepi. Fitur deskriptor yang menggunakan simple binary test

antara pixel dalam smoothed image patch.

Kinerjanya mirip dengan SIFT dalam banyak hal, termasuk ketahanan untuk pencahayaan, blur, dan perspektif distorsi. Namun, sangat sensitif terhadap rotasi in-plane. Untuk membuat ORB descriptor, pendeteksian interest point

pada gambar dan membandingkan pada setiap intensitas pixel yang berada antara interest point dan beberapa titik distribusi disekitar pixel (256 perbandingan pada 32 bit descriptor). Setiap satu bit dibutuhkan untuk mengembalikan hasil dari setiap perbandingan, dan setiap perbandingan sangat cepat untuk dihitung. Pada penelitian ini ORB di representasikan dengan titik yang diberi warna sebagai penanda dari interest point yang dijelaskan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Penyesuaian pola dengan algoritme ORB

Sumber: (Rublee, 2017)

Untuk penerapan algoritme ORB pada skripsi ini adalah dengan menggunakan penandaan pada interest point dengan menggunakan titik yang berwarna-warni pada tiap proses pengenalan pola pada gambar yang dipindai. Titik yang berwarna-warni ini diproses dari pemindaian yang dilakukan oleh kamera pada smartphone android.

2.4 Augmented Reality

Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang keduanya digunakan dalam pemodelan dunia nyata ke dalam sistem komputer untuk membantu dan mendukung aktivitas manusia. Dalam penggunaan teknologi AR, pengguna berada dalam ruang virtual sementara masih memiliki nuansa dalam kehidupan nyata. Teknologi VR dan AR dapat dikombinasikan dengan tampilan 3D(Tolle 2015). AR digunakan untuk proses augmentasi yang membutuhkan memindai gambar dengan menggunakan kamera pada smartphone. Yang nantinya dapat menampilkan bangunan candi untuk proses restorasi pada bangunan candi yang telah hilang. Proses ini dilakukan saat pengguna ingin mengetahui bentuk utuh dari candi dengan cara mengarahkan kamera pada bangunan candi Ngetos di Kabupaten Nganjuk. Dalam tahap ini tools yang akan digunakan adalah Unity dengan library

tambahan OpenCV for Unity. Pada penelitian ini akan diterapkan AR menggunakan ORB. Algoritme ini mempermudah pembacaan image target pada dunia nyata yang nantinya dapat ditampilkan objek 3D. Objek target berupa gambar yang telah ditentukan dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan.

2.5 Marker dan Markerless

Terdapat dua algoritme pengenalan penanda pada AR, yaitu marker dan markerless.

(5)

berhubungan dengan objek secara langsung. Evolusi penanda ditunjukkan dengan perubahan penanda yang dimulai dari bentuk barcode

hingga bentuk nyata di kehidupan. Penanda diklasifikasikan menjadi dua, yaitu marker dan

markerless. Evolusi penanda yang termasuk didalam klasifikasi marker atau yang dikenal sebagai technical markers, yaitu barcode, QR code, dan printed AR marker. Sedangkan yang termasuk kedalam markerless (natural markers), yaitu natural printed AR marker dan

real life marker (Setiawan 2016). Dan pada penelitian ini menggunakan algoritme pengenalan penanda markerless yang dapat membaca objek pada dunia nyata.

3. METODOLOGI

3.1 Studi Literatur

Referensi yang mendukung penulisan penelitian dapat bersumber jurnal, penelitian yang memiliki persamaan atau berhubungan dengan penelitian ini, e-book maupun informasi dari internet. Tahap ini dilakukan pertama kali pada penelitian, dan diharapkan dari tahap ini peneliti dapat memberikan penjelasan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam penelitian yang akan dikerjakan. Studi literatur pada penelitian ini, diantaranya :

1. Kajian Pustaka; 2. Augmented Reality; 3. OpenCV for Unity; 4. Unity;

5. Pengolahan Citra Digital.

3.2 Alur Kerja

Dalam Gambar 4 dijelaskan alur kerja dari aplikasi. Langkah pertama dalam pengimplementasikan adalah memasukkan

library tambahan yaitu OpenCVforUnity yang digunakan untuk proses pendeteksian gambar pada dunia nyata dengan citra digital, serta mengintegerasikan library tersebut dengan algoritme ORB. Lalu membuat rancangan desain aplikasi serta membuat model objek 3D candi. Kemudian build project dalam format APK yang nantinya diterapkan pada smartphone android.

Gambar 4. Alur kerja

4. PERANCANGAN

4.1 Gambaran Umum

Gambar 5. Gambaran Umum Sistem

Gambar 5 merupakan gambaran umum aplikasi aplikasi informasi candi berbasis teknologi AR pada smartphone android (studi kasus: Candi Ngetos, Nganjuk). Pengguna menekan tombol play pada menu, kemudian akan masuk pada halaman pemindaian yang terintegerasi dengan kamera pada smartphone

android. Pengguna dapat mengarahkan posisi kamera smartphone pada image target yang telah ditentukan, kemudian tunggu hingga aplikasi dapat mengenali pola pada input gambar dan model 3D Candi Ngetos dapat ditampilkan.

4.2 Identifikasi Aktor

Identifikasi aktor merupakan tahap hubungan antara pengguna dengan sistem aplikasi yang dibuat. Pada aplikasi ini terdapat satu aktor dalam sistem. Penjelasan aktor akan dijelaskan pada Tabel 1.

Pengembangan di Unity

(6)

Tabel 1. Identifikasi Aktor

Aktor Deskripsi

Pengguna

Aktor ini merupakan pengguna aplikasi yang dapat mengambil gambar sebagai acuan agar model 3D bisa ditampilkan.

Tabel 1 merupakan identifikasi aktor yang digunakan dalam membangun sistem. Identifikasi aktor dalam terdiri dari pengguna yang dapat mengambil gambar sebagai image target.

4.3 Analisis Kebutuhan Fungsional

Kebutuhan fungsional merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar sistem dapat berjalan

.

Kebutuhan fungsional dijelaskan pada Tabel 2

.

Tabel 2. Kebutuhan Fungsional

Identifier Kebutuhan Fungsional Nama Use Case

KF-01

Aplikasi dapat

mengambil gambar dan melakukan pemindaian pola pada objek candi.

Mengambil

image target

KF-02 Aplikasi menampilkan model 3D dari candi.

Menampilkan model 3D

Tabel 2 merupakan kebutuhan fungsional dari aplikasi yang akan dibangun. Kebutuhan fungsional dari sistem terdiri dari 2 kebutuhan, yaitu: mengambil image target dan menampilkan model 3D.

4.4 User Interface

Pada perancangan User Interface (UI) akan dibahas aspek dari interaksi pengguna dengan aplikasi. Semuanya yang terlihat di layar yang berfungsi untuk menghubungkan atau sebagai penerjemah informasi antara pengguna dengan aplikasi, sehingga aplikasi dapat digunakan. UI pada aplikasi ini dapat dilihat dalam Gambar 6.

Gambar 6. User Interface

Gambar 6 merupakan implementasi UI dari aplikasi yang akan dibangun. UI terdiri dari tiga

bagian, yaitu halaman awal aplikasi, halaman untuk pemindaian pola gambar, kemudian halaman untuk pengambilan pola gambar yang dijadikan sebagai image target. UI telah ditetapkan dalam posisi landscape dengan tujuan pengguna lebih leluasa untuk mengarahkan kamera dan posisi tombol tidak mengganggu saat proses pemindaian pola pada gambar.

5. IMPLEMENTASI

Gambar 7. Halaman Home

Gambar 8. Halaman Ambil Gambar

Gambar 9. Pengenalan Pola pada Gambar

(7)

Halaman Awal merupakan halaman utama seperti dalam Gambar 7 ketika sistem dijalankan kemudian halaman pemindaian gambar adalah proses pemindaian pola gambar yang tertangkap oleh kamera pada smartphone menggunakan metode ORB dalam Gambar 8. Setelah pemindaian pola gambar kemudian dilakukan pengambilan gambar sebagai image target yang dijadikan acuan untuk memunculkan objek 3D candi seperti Gambar 9. Setelah menyimpan gambar, secara otomatis akan kembali ke halaman pemindaian pola dan menampilkan objek 3D candi jika pola cocok seperti Gambar 10.

6. PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pengujian dan analisis menjelaskan tentang pengujian dan analisis terhadap aplikasi informasi candi berbasis Augmented Reality

pada smartphone android yang telah dibuat.

6.1 Pengujian Fungsionalitas

Tabel 4. Pengujian Fungsionalitas

Input Hasil yang

Proses analisis hasil pengujian fungsional dilakukan dengan cara melakukan pengecekan terhadap kode program yang sudah diimplementasikan. Berdasarkan hasil pengujian fungsional yang telah dilakukan, bahwa semua kebutuhan fungsional yang dibuat telah valid sesuai dengan rancangan.

6.2 Pengujian Usability

Tabel 5. Pengujian Usability

No. Pertanyaan

Q1 Aplikasi AR dapat berjalan dengan baik

Q2 Interface aplikasi AR yang diberikan mampu untuk menyelesaikan tugas

Q3 Interface aplikasi AR yang diberikan mudah untuk digunakan

Q4 Interface aplikasi AR yang diberikan mudah untuk dipelajari

Q5 Interface aplikasi AR yang diberikan bersifat intuitif

Q6 Interface aplikasi AR yang diberikan bersifat natural

Q7 Interface aplikasi AR yang diberikan tidak memberikan tekanan mental

Q8 Interface aplikasi AR yang diberikan tidak memberikan tekanan fisik

Tabel 6. Data Kuesioner Pengujian Usability

No. R1 R2 R3 R4 R5 Jumlah Rata responden setuju bahwa aplikasi mampu berjalan dengan baik. Sementara dari segi pembacaan objek, responden merasa objek 3D kurang tepat pada Candi. Kesulitan yang didapat dikarenakan terlalu banyak pola pada image target yang dapat dikenali oleh sistem seperti terhalang dahan pohon, dan seharusnya bangunan candi terdapat di tempat yang lebih terbuka. Tetapi, interface yang diberikan mampu memberikan kemudahan untuk dapat dipelajari. Nilai tertinggi pada pertanyaan aplikasi AR dapat berjalan dengan baik dengan nilai rata-rata 8,4 dan nilai paling rendah pada pertanyaan

Interface aplikasi AR yang diberikan mampu untuk menyelesaikan tugas dengan nilai rata-rata 6,8. Dan didapatkan nilai total pada rata-rata sebesar 61,8 dari nilai maksimum 72. Jika dimasukkan dalam presentasi penilaian maka nilai total pada rata-rata adalah 85,83% dari nilai total dibagi dengan nilai maksimum dan dikalikan dengan 100% yang berarti aplikasi dapat digunakan dengan mudah oleh pengguna.

7. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan, implementasi dan pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan berupa:

1. Rancangan dan implementasi aplikasi

(8)

bergerak berbasis smartphone android untuk restorasi Candi Ngetos menggunakan PCD untuk pembacaan pola pada gambar dan sistem AR untuk menampilkan objek 3D Candi Ngetos. Aplikasi dapat dijalankan pada minimum sistem Android dengan API level 21 (Lollipop) dengan standar library

untuk menampilkan live camera atau save photo.

2. Dalam pengujian usability didapatkan hasil bahwa tampilan yang diberikan mudah untuk dipelajari. Nilai tertinggi pada pertanyaan aplikasi AR dapat berjalan dengan baik dengan nilai rata-rata 8,4 dan nilai paling rendah pada pertanyaan

Interface aplikasi AR yang diberikan mampu untuk menyelesaikan tugas dengan nilai rata-rata 6,8. Dan didapatkan nilai total pada rata-rata sebesar 61,8 dari nilai maksimum 72 dengan presentasi nilai 85,83% yang berarti aplikasi dapat dengan mudah digunakan oleh pengguna.

DAFTAR PUSTAKA

Arham, Z., 2012. Pembangunan Virtual Mirror Eyeglasses Menggunakan Teknologi Augmented Reality Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika ( KOMPUTA ). , pp.79–84.

Bradski, G., SURF protected by patent.

http://opencv- users.1802565.n2.nabble.com/SURF-protected-by-patent-td3458734.html. Diakses pada tanggal 14 Agustus 2017

Cahayana, F., 2014. Perancangan Program Penghitung Jumlah Kendaraan Di Lintasan Jalan Raya Satu Arah Menggunakan Bahasa Pemrograman C ++ Dengan Pustaka Opencv Publikasi Jurnal Skripsi Fajar Mit Cahyana. jurnal universitas brawijaya.

Eka, L., 2014. Implementasi Algoritma Sift Untuk Melakukan Klasifikasi Bahan Bakar Kendaraan Roda Empat Pada Spbu Jurnal Ilmiah Komputer Dan Informatika ( KOMPUTA ). Jurnal Universitas Komputer Indonesia.

Kusumanto, R., 2011. Klasifikasi Warna Menggunakan Pengolahan Model Warna HSV. , 2(2), pp.83–87.

Purba, R., 2015. Moving Object Tracking using CAMSHIFT and SURF Algorithm. , 16(1),

pp.103–111.

Rublee, E., 2017. ORB : an efficient alternative to SIFT or SURF ORB : an efficient alternative to SIFT or SURF.

Setiawan, Y., 2016. Evaluasi Template Matching Pada Pelacakanmarkerless Terhadap Kemampuan Perangkat Smartphone. Program Studi Teknik Infomatika, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu.

Sumarno, A., 2014. Studi Teknis Arkeologis Candi Ngetos Kab. Nganjuk.

Tolle, H., 2015. Virtual reality game controlled with user's head and body movement detection using smartphone sensors.

Gambar

Gambar 1. Candi Ngetos
Gambar 3. Penyesuaian pola dengan algoritme
Gambar 5. Gambaran Umum Sistem
gambar dan melakukan

Referensi

Dokumen terkait

Hari ke-28 penyimpanan menunjukkan telur tanpa pelilinan dan disimpan disuhu ruang sudah tidak masuk dalam kategori kualitas karena memiliki nilai HU yang

Sedangkan penokohan berarti lebih luas daripada tokoh, hal ini juga sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, seperti yang dikatakan Jones dalam Nurgiyantoro

Berdasarkan hasil penelitian regresi berganda pengaruh IQ terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Akuntansi yang di buat koefisien regresi menghasilkan

Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atas kepercayaan sehingga dengan demikian pemberian kredit oleh bank dimaksudkan sebagai salah satu usaha bank untuk mendapatkan

PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA..

Terhadap pandangan ulama yang tidak setuju apabila kesehatan dijadikan sebagai syarat perkawinan, maka akan berdampak terhadap putusnya generasi umat Islam apabila menikah

Dukungan sosial yang dipersepsikan bentuknya kurang tepat, jumlahnya kurang atau berlebihan dari sumber dukungan sosial bisa memberikan dampak yang negatif bagi

3.3.4 Hasil Daftar Pemilih Tambahan (DPTb/ Suket) Per Kecamatan 3.4 Penanganan PelanggaranTahapan Pemuktahiran Data.. 3.4.1