• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH MANGROVE Xylocarpus granatum SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT PARASIT Dactylogirus sp.PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH MANGROVE Xylocarpus granatum SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT PARASIT Dactylogirus sp.PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

PENGARUH PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH MANGROVE Xylocarpus granatum SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT PARASIT Dactylogirus

sp.PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

1Nindriani 2Syamsuddin3Ade Muharam

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Negeri Gorontalo

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh penggunaan ekstrak mangrove Xylocarpus granatum dalam penanggulangan parasit Dactylogirussp. Pada ikan mas (Cyprinuscarpio) dan Menghitung Prevalensi dan Tingkat Intensitas parasit Dactylogirus sp. pada Organ Insang Ikan Mas.Penelitian ini dilaksanakan diBalai Benih ikan kota Gorontalo. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dan pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan analisis Statistik. Metode pengujian dilakukan dengan cara perendaman ekstrak buah mangrovepada ikan masselama 1 jam. Perlakuan A (kontrol), perlakuan B (5 ml), perlakuan C (10 ml), dan perlakuan D (15 ml). Pengamatan meliputi prevalensi parasit Dactylogirus sp, intensitas parasit Dactylogirus sp, pengamatan gejala klinis dan kualitas air. Proses pengamatan gejala klinis pada saat sebelum perendaman, selama perendaman dan setelah perendaman selang waktu 3 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai prevalensi parasit Dactylogirus sp. untuk perlakuan A 100 %, perlakuan B 100 %, perlakuan C 95 % dan perlakuan D 98,3 %. Sedangkan tingkat intensitas parasit Dactylogirus sp. Pada perlakuan A yaitu 9,622 Ind/ekor, perlakuan B 8,122 Ind/ekor, perlakuan C 6,956 Ind/ekor, dan perlakuan D 6,622 Ind/ekor. Hasil Anova memberikan indikasi bahwa tidak berpengaruh terhadap parasit Dactylogirus sp. Sehingga tidak dilakukan uji lanjut Tukey. pengamatan Gejala klinis sebelum perendaman masih dalam kondisi normal, kemudian selama proses perendaman menunjukkan kurang normal, dan setelah proses perendaman hewan uji ini masih kurang merespon Pakan yang diberikan dan habitat berada didasar. Parameter kualitas air selama penelitian masih dalam kondisi normal untukkehidupan ikan mas (Cyprinus carpio).

Kata Kunci :Mangrove, Prevalensi, Intensitas dan Dactylogirus sp.

(3)

3 PENDAHULUAN

Ekosistem Mangrove merupakan komposisi dari berbagai spesies mangrove yang habitatnya terletak pada pasang surut, pinggiran pantai maupun daerah estuari.Habitat mangrove ini bermanfaat bagi kehidupan biota-biota laut terutama sebagai tempat pemijahan, tempat asuhan dan tempat mencari makan.Selain itu, mempunyai manfaat sebagai bahan pangan, kayu bakar, serta obat-obatan (Kordi, 2012).

Mangrove Xylocarpus granatum sudah digunakan masyarakat pesisir sejak lama untuk kebutuhan diantaranya adalah mangrove Xylocarpus granatum dijadikan sebagai bedak dan obat.Salah satu yang menjadi sumber antibiotik alami adalah tumbuhan mangrove, yang merupakan kekayaan alam potensial.Tumbuhan mangrove mengandung senyawa seperti alkaloid, flavonoid, dan saponin.Golongan senyawa ini merupakan bahan obat-obatan modern (Eryanti et al., 1999 dalam Oktavianus, 2013).

Salah satu bahan mangrove adalah Xylocarpus granatum sebagai bahan bioaktif untuk penanggulangan penyakit parasit Dactylogyrus sp.pada ikan mas (Cyprinus carpio) karena Xylocarpus granatum memiliki aktivitas antimikroba.Aktivitas ini berkaitan dengan kandungan racun tanaman cukup tinggi sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri.penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini menyatakan bahwa kandungan racun tanaman bakau berkaitan erat dengan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya (Cutler 2000 dalam Utami, 2007).

Ikan mas merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang tersebar hampir diseluruh Indonesia. Pada awalnya ikan air tawar diketahui telah dibudidayakan di Indonesia sejak tahu 1900-an namun dalam kegiatan budidaya saat ini, pembudidaya sering mengalami kendala yang serius karena adanya timbulnya penyakit. Penyakit ditimbulkan berupa Dactylogirussp. yang menyerang bagian insang. (Wahyuni, 2014).

Salah satu penyakit ikan yang sering menyerang ikan air tawar adalah parasit Dactylogyrus sp. yang biasa dikenal dengan sebutan cacing monogenea.Berbagai cara pengobatan telah dilakukan para pembudidaya diantaranya dengan pemberian kimia sintesis seperti methylen blue dan malachite green. Penggunaan bahan kimia ini kemungkinan akan dapat menimbulkan residu kimia dan berdampak negatif terhadap lingkungan. Aplikasi penggunaan ekstrak mangrove sebagai alternatif pengobatan ikan, khususnya ikan mas masih sangat terbatas. Penggunaan ekstrak mangrove ini untuk menghambat dan membunuh parasit Dactylogyrus sp. diprediksi lebih aman untuk mengendalikan penyakit dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia.Oleh karena itu, perlu dilakukan inovasi teknologi budidaya untuk menguji penggunaan ekstrak mangrove untuk menanggulangi penyakit ikan jenis parasit.

Penelitian tentang penggunaan ekstrak mangrove Xylocarpus granatum terhadap penanggulangan penyakit parasit Dactylogirussp. pada ikan mas (Cyprinus carpio) belum kami dapatkan. Untuk itu dilakukan suatu penelitian karena bahan tumbuhan buah mangrove Xylocarpus granatum berkhasiat sebagai bahan obat-obatan.

(4)

4 METODE PENELITIAN

Penelitian di Laksanakan Bulan September Tahun 2014, Lokasi Penelitian di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Gorontalo dan Laboratorium Parasit Stasiun Karantina Ikan Kelas I Djalaludin Gorontalo. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wadah plastik, Batu aerasi, Selang, Kertas lakmus, Thermometer, Mikroskop Binokuler, Mikroskop Trinokuler, Timbangan, DO Meter, Cawan Petri, Aquadest, Blender, Tissue, Kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan mas sebagai hewan uji, ekstrak buah mangrove dan pakan untuk makanan ikan.

Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing tiga kali ulangan.

Pelaksanaan Penelitian dilakukan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut: 1. Proses Ekstrak Buah Mangrove Xylocarpus granatum

Sampel buah mangrove (Xylocarpus granatum) dicuci dengan air hingga bersih Ditimbang sebanyak 10 gram, Kemudian ditambahkan air sebanyak 500 ml dan di haluskan dengan menggunakan blender Hasil dari proses blender diperas menggunakan kain penyaring Setelah itu diendapkan dan di dinginkan dipendingin/kulkas agar air ekstrak mangrovenya tetap awet dan tidak mengalami proses.

2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan

3. Diisi air kedalam wadah yang sebelumya telah disiapkan dan dibersihkan, masing-masing wadah diisi air sebanyak 8 liter.

4. Wadah yang telah disiapkan diaerasi selama 24 jam

5. Setelah wadah diaerasi selama 24 jam selanjutnya dilakukan penebaran benih ikan mas dan diaklimatisasi

6. Pada tahap aklimatisasi selama 4 hari benih Ikan diberikan pakan FF-999 sebanyak 3 kali dalam sehari, yakni pagi, siang dan sore hari, dan dilakukan penyiponan, pengukuran kualitas air dan pengamatan gejala klinis.

7. Sebelum perendaman diamati gejala klinis dan pengukuran kualitas air.

8. Dilakukan proses perendaman ekstrak buah mangrove selama 1 jam setiap hari diamati gejala klinis dan kualitas air.

9. Setelah perendaman diganti air yang baru hampir 100 % dan diamati kembali gejala klinis dan pengukuran kualitas air suhu, pH dan DO.

10. Diamati dan dihitung prevalensi dan intensitas parasit Dactylogyrus sp.

Analisis Data 1) Prevalensi

untuk menghitung prevalensi digunakan rumus (Kabata, dkk 1985 dalam Alifuddin, 2003), yaitu :

Prevalensi = Jumlah ikan yang terserang parasit

Jumlah ikan yang diperiksa

X 100

2. Intensitas

untuk menghitung intensitas digunakan rumus (Kabata, dkk 1985 dalam Alifuddin, 2003), yaitu

(5)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi Parasit

Identifikasi parasit yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap identifikasi awal yang menggunakan 4 ekor ikan sebagai sampel pertama. Berdasarkan hasil identifikasi awal ini diperoleh hasil bahwa dominan terdapat parasit Dactylogirus sp.pada organ insang ikan mas (Cyprinus carpio) dan tidak ditemukan jenis parasit lain. Selanjutnya dilakukan identifikasi parasit tahap kedua yaitu dengan mengamati 15 ekor Dari 150 ekor ikan mas (Cyprinus carpio) yang diperiksa pada bagian sirip, sisik, lendir dan organ insang. Dari hasil pemeriksaan tersebut sebagian besar teridentifikasi jenis parasit yang sama pada seluruh (15 ekor) sampel ikan yang diamati yaitu Dactylogirus sp. pada organ insang ikan mas. Sedangkan pada pengamatan organ sisik dan lendir hanya sebagian kecil terdapat jenis parasit Tricodina sp. Identifikasi parasit ini dilakukan dengan mengamati bagian pengait (Anchor) dan bagian organ mata dari parasit Dactylogirus sp. Parasit Dactylogirus sp. Memiliki 2 pasang pengait dan 2 pasang mata. Identifkasi parasit Dactylogirus sp. Dengan mencocokkan parasit yang ditemukan dengan buku identifikasi Hofman,G.L., (1999) yang digunakan dilaboratorium Parasit karantina ikan kelas 1 Djalaluddin Gorontalo.Berdasarkan hasil identifikasi parasit maka penelitian difokuskan pada parasit Dactylogirus sp. yang menginfeksi organ insang ikan mas (Cyprinus carpio).

2. Pengamatan Gejala Klinis Selama Proses Perendaman Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Menggunakan Ekstrak Mangrove (Xylocarpus granatum).

Berdasarkan hasil pengamatan gejala klinis ikan mas (Cyprinus carpio), sebelum perendaman, selama perendaman, dan setelah perendaman dengan mengunakan ekstrak buah mangrove (Xylocarpus granatum) diamati secara umum, dicantumkan pada tabel 4. berikut ini ; dan diuraikan secara matris pada lampiran 8.

Tabel 4. Pengamatan Gejala Klinis Hewan Uji

No. Gejal klinis Sebelum Selama Sesudah

1 nafsu makan - - kurang

2 Habitat tengah dasar dasar

3 Warna cerah Cerah Cerah

4 gerakan renang Normal Tidak seimbang normal

(6)

6

ikan kehilangan keseimbangan yaitu gerakan lambat bahkan kadang-kadang diam didasar wadah, tanda- tanda ini telihat pada hampir seluruh perlakuan bahan, pada perlakuan kontrol sisiknya terlepas dan mudah rontok. Hal ini sesuai Ulfatul (2007), menyatakan bahwa ikan yang telah diinfeksi terlihat keseimbangannya hilang ditandai dengan ikan berenang tidak seimbang bahkan cenderung diam.

3. Prevalensi Parasit Dactylogirus sp. pada Organ Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Berdasarkan hasil dari rata- rata prevalensi tersebut bahwa yang memiliki nilai prevalensi yang tertinggi yaitu pada perlakuan A, B yaitu 100 % karena pada perlakuan ini ekstrak dosis diberikan belum berpengaruh terhadap keberadaan parasit Dactylogirus sp. Sedangkan pada perlakuan C 95 %, D 98,3 % sudah menunjukan penurunan prevalensi parasit Dactylogirus sp. Meskipun masih memiliki nilai prevalensi yang tidak berbeda jauh, hal ini diduga karena tingginya jumlah parasit Dactylogirus sp. yang menyerang hewan uji dan dosis ekstrak yang diberikan masih belum optimal.

Gambar1. Prevalensi dan Hari Perendaman setiap Perlakuan

Hasil analisa one-way of variance (ANOVA) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan prevalensi parasit Dactylogirus sp.

Berdasarkan gambar 1. diatas bahwa prevalensi pada setiap perlakuan A,B,C dan D dihari ke-0 sampai hari ke-5 perendaman menunjukkan nilai yang sangat tinggi meskipun pada hari perendamann ke 2 sampai ke 5 sudah diberikan dosis ekstrak akan tetapi masih belum menunjukkan nilai prevalensi yang menurun diduga karena sangat tingginya parasit Dactylogirus sp. Pada benih ikan mas sehingga dosis yang diberikan juga masih belum berpengaruh terhadap keberadaan dari parasit Dactylogirus sp.

(7)

-7

4. Intensitas Parasit Dactylogirus sp. pada Organ Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio).

Hasil penelitian tentang intensitas pada masing-masing perlakuan menghasilkan presentase yang tidak mengalami perubahan selama penelitian, yaitu pada perlakuan A (kontrol) dengan rata-rata 9,62 Ind/ekor. perlakuan B (5 ml) dengan rata-rata 8,12 Ind/ekor, perlakuan C (10 ml) dengan rata 6,956 Ind/ekor, dan perlakuan D (15 ml) dengan rata-rata 6,62 Ind/ekor.

Gambar2.Tingkat Intensitas dan Hari Perendaman pada setiap perlakuan

Berdasarkan hasil pengamatan tingkat intensitas pada setiap perlakuan dan hari perendaman ke-0 bahwa perlakuan A sampai perlakuan D sebelum perendaman menunjukkan tingkat intensitas yang tinggi karena pada perlakuan masih belum menggunakan ekstrak mangrove Xylocarpusgranatum. Sedangkan pada hari perendaman ke-1 bahwa pada masing-masing perlakuan A sampai D menunjukkan nilai yang tinggi yaitu perlakuan A sebesar 13,67, . Hal ini diduga karena pada perlakuan control ini belum diberikan ekstrak mangrove. Untuk hari perendaman hari ke-3 sampai hari ke-5 menunjukkan nilai yang terendah pada perlakuan C dan D pada hari perendaman ke 4 dan ke 5 karena pada perlakuan ini sudah diberikan dosis ekstrak mangrove sehingga dapat menyebabkan tingkat jumlah parasit cenderung menurun.

5. Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas yang baik bagi kehidupan benih ikan mas.

1. Suhu

(8)

8

Tabel 9. Nilai rata-rata pengukuran suhu (0C) 3 kali sehari selama penelitian

Hari ke 1 sampai ke5 Perendaman Selama Penelitian

Dosis/Perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3

A (0 ml) 28,5 28 27,5 28

B (5 ml) 28 29 28,5 28,5

C (10 ml) 28 28 28 28

D (15 ml) 28,7 28 28,5 28,4

Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa suhu selama penelitian dari setiap perlakuan diatas masih dalam kisaran normal untuk kehidupan ataupun pengobatan ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu pengukuran berkisar antara 28,22oC. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sitti Rudiyanti dan Astri Diana (2009) menyatakan bahwa kisaran suhu selama penelitian masih dalam batas kelayakan untuk kehidupan ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu 30-31 oC.

2. pH

Hasil pengukuran pH yang dilakuan 3 kali sehari selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 4.Dari data lampiran 6.tersebut dapat diketahui nilai rata-rata pengaruh pH sebagai berikut:

Kisaran pH selama perendaman menggunaan ekstra buah mangrove pada benih ikan mas (Cyprinus carpio) untuk semua perlakuan yaitu 7, sedangkan kisaran pH setelah proses perendaman tetap sama dengan pada saat perendaman. Sehingga kondisi media ini masih sangat menunjang kehidupan dari ikan tersebut atau masih normal dalam proses pengobatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryani dan Rosita, (2006) menyatakan bahwa kisaran pH selama pengobatan pada ikan mas menunjukkan kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu 7-8. Selanjutnya Effendi,dalam Sarwin Tamadu (2013) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5.

3. DO (Disolved Oxygen)

(9)

9

Tabel 10. Nilai rata-rata pengukuran DO (mg/l) awal dan akhir perendaman

Dosis perlakuan

(ml)

Hari pengukuran

pengukuran 1 (awal)

jumlah pengukuran 2 (akhir) Jumlah

1 2 3 1 2 3 akhir penelitian. kisaran oksigen terlarut dalam proses penelitian pada awal dan akhir penelitian selama proses perendaman ekstrak buah mangove pada benih ikan mas (Cyprinus carpio) berkisar antara 4,00-6,21 mg/l . Hal ini sesuai pernyataan (Ulfatul, 2007) menyatakan bahwa DO air media pada ikan mas diperoleh nilai kisaran 6,3-6,6 ppm dan Pada ikan mas DO tidak boleh kurang dari 3 ppm dan DO yang baik adalah 6 ppm, sehingga DO pada penelitian ini masih normal.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukanmaka disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai prevalensi parasit Dactylogirus sp. Pada ikan mas (Cyprinus carpio) dengan perendaman ekstrak buah mangrove (Xylocarpus granatum),denganlama perendaman 1 jam menujukkan hasil yaitu perlakuan A 100 %, perlakuan B 100 %, perlakuan C 95 % dan perlakuan D 98,3 %.

2. Tingkat Intensitas parasit Dactylogirus sp. Pada ikan mas (Cyprinus carpio) menunjukkan yaitu perlakuan A 9,62 ind/ekor, perlakuan B 8,12 ind/ekor, perlakuan C 6,95 ind/ekor, dan perlakuan D 6,62 ind/ekor.

3. Hasil uji Anova bahwa selama penelitian pada perendaman menggunakan ekstrak mangrove Xylocarpus granatum tidak berpengaruh nyata terhadap Nilai prevalensi dan Tingkat intensitas parasit Dactylogirus sp.

DAFTAR PUSTAKA

(10)

10

Amira, S., 2008. Pendugaan Biomassa Jenis Rhizophora Apiculata BI. Dihutan mangrove batu ampar. Skripsi. Departemen konservasi sumber daya hutan dan ekowisata. Fakultas kehutanan. Institut pertanian bogor.

Afifah, B., Abdulgani, N., dan Mahasri, G. 2014. Efektifitas Perendaman Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dalam Larutan Perasan Daun Api-api (Avicennia marina) terhadap Penurunan JumlahTrichodina sp.Jurnal sains dan seni pomits vol.3, no 2. Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Airlangga.

Bachtiar, Y., 2002. Pembesaran Ikan Mas diKolam Air Deras.PT Agro Media Pustaka. Jakarta.

Gunarto. 2004. Konservasi mangrove sebagai pendukung sumber hayati perikanan pantai. Balai riset perikanan budidaya payau. Maros.sulawesi selatan.

Hofman, G. L. 1999. Parasites of north american freshwater fishes Edisis ke 2. Cornell university.

Kordi, M.G.H., 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit ikan. Bina Adiaksara dan Renika Cipta. Jakarta.

Kordi, M.G.H., 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, fungsi, dan pengelolaannya. RINNEKA cipta. Jakarta.

Kusmana, C., 2009. Pengelolaan sistem mangrove secara terpadu. Departemen silvikultur. Fakultas kehutanan. IPB. Bogor.

Kurniawan, A., 2012. Penyakit Akuatik. UBB Pres. Pangkalpinang.

Laili, U., 2007. Pengaruh pemberian ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap prevalensi dan kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophyla.Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi.Universitas Islam Negeri Malang.

Laporan Pemantauan. Stasiun Karantina Ikan Kelas 1. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Hang Nadim Batam.

(11)

11

Oktavianus, S., 2013. Uji daya hambat ekstrak daun mangrove jenis avicennia marina terhadap bakteri vibrio parahaemolyticas. Skripsi. Fakultas ilmu kelautan perikanan. Universitas hasanudin. Makassar.

Rudiyanti, S., dan Ekasari, D.A. 2009.Pertumbuhan dan survivar rate ikan mas (Cyprinus carpio Linn) pada berbagai konsentrasi pestisida.Jurnal Saintek Perikanan. Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

Sukardjo, S., 1984. Ekosistem mangrove. Laboratorium botani laut. Pusat penelitian biologi laut. Lembaga oseanologinasional. LIPI. Jakarta.

Sugianti, B., 2005. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional dalam Penanggulangan Penyakit Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS-702). Sekolah Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Utami, D., 2007. Sitotoksisitas dan Genotoksisitas Anti Bakteri Dari Ekstrak Methanol Xylocarpus granatum. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 4. Pengamatan Gejala Klinis Hewan Uji
Tabel 9. Nilai rata-rata pengukuran suhu (0C) 3 kali sehari selama penelitian

Referensi

Dokumen terkait

77 Karena Allah telah mengasihi segala yang ada dengan men- ciptakan segala yang ada, orang Kristen pun mengasihi dan menjadi sahabat bagi segala sesuatu yang ada karena Allah.. 78

Även om litteratu- ren visar att alfaxalon kan vara lämpligt till katt (Campagna et al. 2015) visar journalgranskningen i den här studien att stor del av kattungarna

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 01 Matan Hilir Utara Ketapang, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran musik kreatif untuk siswa- siswi SD 1 Trirenggo dapat dilaksanakan dengan baik dan

Tabel 3 Hubungan antara jenis kelamin, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, dan status gizi dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang tahun

S1 Karyawan memiliki skill yang cukup baik dan terlatih karena pihak hotel melakukan banyak sekali pelatihan membuat mereka menjuluki hotel mereka dengan Surabaya Plaza

Evaluasi harga penawaran terendah sebagai kriteria dengan bobot yang paling besar ini otomatis menekan penyedia jasa pemborongan untuk lebih mengembangkan sistem

Pencemaran terhadap sungai menimbulkan akibat yang lebih luas lagi/, tidak saja merusak tanaman padi di- sawah tetapi juga menimbulkan pengotoran terhadap su-