• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktikum Manajemen Pengelolaan Sumberda (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Praktikum Manajemen Pengelolaan Sumberda (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA

PESISIR DAN LAUTAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Praktikum Manajemen Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan lautan mengenai Strategi dan

Kebijakan Pengembangan Sumberdaya Manusia pantai Lekok Pasuruan

Oleh: Kelompok II

Miftakhul Jannah NIM. 201310260311035 Moh. Kayis Akbar NIM. 201310260311052 Qoirun Gatut S. NIM. 201310260311059 R. S. Muniv S. NIM. 201310260311069 Ainul Yaqin Z. NIM. 201310260311080

LABORATORIUM PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekitar 75% dari luas wilayah Indonesia adalah berupa lautan. Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah laut. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah laut memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah pemersatu antara pulau Indonesia yang memiliki sifat dan ciri yang unik. Selain itu laut menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar masyarakat pesisir terutama nelayan. Sesuai dengan salah satu amanat konstitusi, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Secara kuantitas jumlah penduduk Indonesia yang merupakan terbesar kelima di dunia, yaitu lebih kurang 220 juta jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut lebih kurang 60 persen di antaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir, dan sebagian besar di antaranya menggantungkan kehidupannya kepada keberadaan sumber daya alam pesisir dan lautan.

Pemanfaatan sumber daya pesisir dilakukan oleh masyarakat pesisir baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana sebenarnya karakteristik masyarakat pesisir sehingga kebijakan, strategi / konsep dan program pengelolaan sumber daya dapat mengakomodasi karakter masyarakat pesisir yang memang sangat dinamis dan sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya pesisir dan laut di sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, demi menjaga keberlanjutan sumber daya tersebut, maka perlu kiranya dirancang dan diimplementasikan strategi penciptaan sumber daya manusia yang mengerti dan paham akan rambu-rambu atau batasan- batasan eksploitasi disesuaikan dengan keberadaan sumber daya, zonasi dan karakteristik sumber daya serta karakteristik daerahnya (provinsi/kabupaten/kota) sebagai satuan wilayah pembangunannya sehingga sumberdaya tidak tereksploitasi secara tidak optimum, salah, atau malah berlebihan.

(3)

strategi dan arah kebijakan untuk mengembangkan wilayah pesisir sehingga nantinya manajemen pengelolaan pesisir dapat terlaksana dengan baik serta pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai. Untuk itulah praktikum ini dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana kondisi pendidikan masyarakat di pesisir Lekok, Pasuruan? 2) Bagaimana kondisi sumberdaya manusia yang ada di Instalasi Pendaratan

ikan Lekok, Pasuruan?

3) Bagaimana peran Instalasi Pendaratan Ikan Lekok dalam meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia di pesisir Lekok Pasuruan?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui kondisi pendidikan masyarakat di pesisir Lekok, Pasuruan?

2) Untuk mengetahui kondisi sumberdaya manusia yang ada di Instalasi Pendaratan ikan Lekok, Pasuruan?

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 2.1 Kajian Umum Pantai Lekok Kabupaten Pasuruan

Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara 112, 300 hingga 113, 300 Bujur Timur dan antara 70, 300 hingga 80,300 Lintang Selatan. Kabupaten Pasuruan berada pada posisi sangat strategis yaitu jalur regional juga jalur utama perekonomian Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi. Secara administrasi Kabupaten Pasuruan adalah salah satu dari 38 pemerintah kabupaten atau kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Pasuruan diapit oleh beberapa Kabupaten/Kota yaitu sebelah Utara antara Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura, sebelah Selatan adalah kabupaten Malang dan sebelah Timur Kabupaten Probolinggo dan sebelah Barat dengan Kabupaten Mojokerto. Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi 24 wilayah kecamatan salah satu diantaranya adalah Kecamatan Lekok (BPS, 2010).

Kecamatan Lekok memiliki 4 desa pesisir diantaranya yaitu Desa Tambaklekok, Jatirejo, Wates, dan Semedusari. Kawasan pesisir di Kecamatan Lekok mempunyai banyak fungsi yang bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu fungsinya yaitu sebagai kawasan hutan bakau/mangrove yang berfungsi sebagai perlindungan setempat dan perlindungan sempa dan pesisir, serta perlindungan ekosistem pesisir. Selain itu ada yang mempunyai potensi perikanan darat (tambak) dan sebagian perikanan laut (tangkap), yang ditunjang dengan adanya hutan bakau/mangrove sebagai penunjang ekosistem. Ada juga kawasan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai perikanan tambak, perikanan tangkap dan memiliki fasilitas TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di Kecamatan Lekok. (RTRW Kabupaten Pasuruan 2009-2029). Selain itu di Lekok juga terdapat PLTGU Grati PT. Indonesia Power (BPS, 2012).

(5)

ada di wilayah perkotaan. Salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat bertempat tinggal di wilayah perkotaan adalah karena banyaknya lapangan pekerjaan yang ditawarkan. Sedangkan untuk wilayah pesisir, karena mata pencahariannya bersumber dari laut, mereka memilih untuk bertempat tinggal di wilayah pesisir. Potensi dan sumber daya alam di kawasan pesisir yang beraneka ragam menjadi daya tarik masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga terbentuklah permukiman pesisir yang bervariasi sesuai dengan tingkat penghidupan masyarakatnya.

2.2 Kajian Umum Wilayah Pesisir 2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir

Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai 17.508 dan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km (DKP, 2008). Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan masyarakat Indonesia. Secara umum, wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan (Beatly et al, 2002).

Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rancangan Undang-undang Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu mendefinisikan wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan yang menghubungkan ekosistem darat dan ekosistem laut yang terletak antara batas sempadan ke arah darat sejauh pasang tertinggi dan ke arah laut sejauh pengaruh aktivitas dari daratan. Wilayah pesisir memiliki nilai ekonomi tinggi, namun terancam kontinuitasnya. Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi tadi maka wilayah pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka hendaknya wilayah pesisir dalam pembangunannya perlu ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat dikelola secara benar dan berkelanjutan.

(6)

Sebagai wilayah peralihan darat dan laut yang memiliki keunikan ekosistem, dunia memiliki kepedulian terhadap wilayah ini, khususnya di bidang lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable

development).Secara historis, kota-kota penting dunia bertempat tidak jauh dari

laut. Alasannya, kawasan ini memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan, serta memudahkan terjadinya perdagangan antar daerah, pulau dan benua. Selain itu, wilayah pesisir juga merupakan daerah penghambat masuknya gelombang besar air laut ke darat, yaitu dengan keberadaan hutan mangrove

(Muttaqiena dkk, 2009).

2.2.2 Karakteristik dan Batasan Wilayah Laut dan Pesisir

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU No. 6 Tahun1996 tentang Perairan Indonesia, wilayah perairan Indonesia mencakup :

1) Laut teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia,

2) Perairan Kepulauan, adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman dan jarak dari pantai,

3) Perairan Pedalaman adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk di dalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat pada suatu garis penutup. Perairan pedalaman adalah perairan yang terletak di mulut sungai, teluk yang lebar mulutnya tidak lebih dari 24 mil laut dan di pelabuhan (Dayan, 1985).

(7)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Manajemen Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan lautan mengenai Strategi dan Kebijakan Pengembangan Sumberdaya Manusia pantai Lekok Pasuruan dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 Mei 2016 pukul 09.30 WIB-selesai bertempat di Lingkungan sekitar Instalasi Pendaratan Pantai Lekok, Desa Jatirejo Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

(8)

1) Masyarakat Pantai Lekok Pasuruan 2) 3.3 Cara Kerja

1) Menyiapkan Alat dan bahan

2) Menentukan orang yang akan diwawancara

(9)

3) BAB IV

11) Kapan anda memulai profesi nelayan? 12) 5 tahun 13)

2

14) Apa yang menjadi motivasi sebagai nelayan?

15) Melanjutkan jejak orang tua 16)

3

17) Dari mana pengetahuan tentang

nelayan? 18) Otodidak

19) 4

20) Bagaimana peran pemerintah melihat

potensi laut lekok 21) Kurang peduli 22)

5

23) Apakah ada program penyuluhan dari ipp lekok sebagai pengelola pelabuhan? Bagaimana wujud dari penyuluhan

26) Ketika musim timur, bagaimana hasil

tangkapan? 27) Tidak menentu

28)

7 29) Ketika musim barat, bagaimana hasil tangkapan? 30) Tidak menentu 31)

8 32) Saat paceklik, kegiatan apa yang dilakukan? 33) Berdagang, bertani, menganggur 34)

9 35) Bagaimana peran pemerintah daerah saat paceklik? 36) Tidak ada tanggapan pemerintah 37)

1

38) Apakah ada program khusus dari pemerintah untuk solusi mengatasi musim paceklik?

39) Tidak ada 40)

1

41) Pernahkah anda mendengar tentang kelompok lingkungan desa anda dalam 6 bulan terakhir?

42) Ya 43)

1

44) Sebutkan kelompok yang ada di

lingkungan tersebut! 45) Kelompok nelayan 46)

1

47) Pernahkah anda berpartisipasi dalam

kelompok tersebut 6 bulan belakangan? 48) Ya 49)

1

(10)

52)

1 53) Dari mana anda mengetahui kegiatan tersebut? 54) Dari nelayan lain

55) 1

56) Apakah kelompok tersebut bermanfaat untuk menyalurkan saran dan masukan untuk pengelolaan sumberdaya laut dan lingkungan sekitar?

57) Bermanfaat

58) 1

59) Program apa saja yang telah dilakukan untuk peningkatan sumberdaya manusia nelayan dan masyarakat pesisir IPP lekok?

60) Belum ada

61)

1 62) Apakah ada penyuluhan/pelatihan terkait pengolahan dan alat tangkap terbarukan?

63) Pernah ada 64)

1

65) Bagaimana masyarakat menanggapi tentang alat tangkap pukat atau jenis kantong?

68) Bagaimana respons nelayan terhadap oratorium pelarangan alat tangkap

71) Bagaimana kondisi pendidikan di pesisir

lekok? 72) Baik

73) 2

74) Apa saja jenis pendidikan formal di

wilayah lekok 75) SD, SMP, SMA

76) 2

77) Apakah tersedia fasilitas untuk

diadakannya pendidikan nun formal? 78) Tersedia 79)

2 80) Siapa yang menangani kegiatan nun formal tersebut? 81) Swasta 82)

2 83) Bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukan? 84) Kegiatan belajar mengajar di TPA

90) Apa tersedia pendidikan khusus bagi anak nelayan yang kurang mampu?

95) Apa strategi dan kebijakan dalam pengembangan SDM di Lekok? 1. Bagaimana cara mengembangkan

masyarakat lekok?

(11)

2. Bagaimana peran nelayan dalam mengembangkan IPP lekok dan pada bidang apa saja nelayan memiliki peran?

97)

2 98) Setelah berlaku kebijakan tersebut, apakah nelayan menikmati hasil? 99) Tidak tahu 100)

101) 4.2 Pembahasan

102) Hasil jawaban kuesioner dari nelayan Pesisir Lekok menyebutkan bahwa pengetahuan tentang nelayan dan menangkap ikan diperolehnya secara autodidak, yakni tanpa pendidikan formal, tetapi ada program penyuluhan dari IPP lekok sebagai pengelola pelabuhan. wujud dari penyuluhan tersebut antara lain penyuluhan tentang kebersihan lingkungan, tentang pengolahan ikan dan lain sebagainya. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, bahwasanya pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia di bidang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

103)

(12)

yang berdaya guna dan berhasil guna. Seharusnya pemerintah menyediakan program kemitraan antara masyarakat dan dunia usaha serta pemerintah sehingga masyarakat tetap mempunyai pemasukan dari segi ekonomi.

105) Di Pesisir Lekok terdapat juga kelompok-kelompok nelayan yang biasanya hanya digunakan nelayan untuk menyalurkan saran dan masukan untuk pengelolaan sumberdaya laut dan lingkungan sekitar serta melakukan pengajuan bantuan peralatan untuk melaut. Hal ini sudah sesuai dengan pendapat Syarief (t.t), bahwasanya masyarakat haruslah terhimpun dalam suatu kelembagaan yang kokoh untuk memperkuat posisi tawar, sehingga segala aspirasi dan tuntutan mereka dapat disalurkan secara baik. Kelembagaan ini juga dapat menjadi penghubung

(intermediate) antara pemerintah dan swasta. Selain itu kelembagaan ini

juga dapat menjadi suatu forum untuk menjamin terjadinya perguliran dana produktif diantara kelompok lainnya.

(13)

ratus juta rupiah) dan paling banyak Pp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

107) Masyarakat Pesisir Lekok menanggapi serius tentang alat tangkap pukat atau jenis kantong. Menurut mereka, alat tersebut merusak terumbu karang yang hidup di sekitar pesisir Lekok. respons nelayan terhadap moratorium pelarangan alat tangkap tersebut beragam. Nelayan tidak seluruhnya setuju terhadap kebijakan tersebut. Menurut Hutagalung (2010) Terumbu karang mempunyai berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam baik secara ekologi maupun ekonomi. Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning, batu karang, sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati. Jika penggunaan alat tangkap yang tak ramah lingkungan terus dilakukan maka akan berdampak langsung pada hasil tangkapan nelayan di sekitar Pesisir lekok dan abrasi pantai yang semakin menggerus daratan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah mengerti tentang pentingnya terumbu karang bagi kehidupan nelayan.

(14)

(nelayan) ke arah kondisi yang lebih baik. Dengan adanya pendidikan yang sudah baik di Pesisir lekok mengindikasikan adanya perubahan pola pikir masyarakat sehingga nantinya proses transformasi struktural masyarakat pesisir menjadi lebih mudah.

(15)

110) BAB V

111) PENUTUP

112) 5.1 Kesimpulan

1) Kondisi pendidikan di pesisir Lekok pada dasarnya baik karena terdapat berbagai jenis pendidikan di wilayah lekok antara lain setingkat SD, SMP, dan SMAserta terdapat pula fasilitas pendidikan non formal yang dikelola oleh pihak swasta seperti kegiatan belajar mengajar di TPA.

2) Sumberdaya manusia khususnya nelayan yang ada di Instalasi Pendaratan ikan Lekok kurang mendapat perhatian dari pemerintah tetapi pemerintah sedikit banyak sudah berusaha untuk meningkatkan Kualitas sumberdaya manusia melalui penyuluhan dan pendidikan.

3) Instalasi Pendaratan ikan Lekok Pasuruan kaitannya dalam meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia ialah dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat terkait dengan kehidupan pesisir seperti pengolahan dan sebagainya.

113) 5.2 Saran

1) Diharapkan kepada Laboratorium untuk lebih menjadwal acara prakrikum. 2) Diharapkan agar penentuan lokasi praktikum lapang agar lebih

(16)

114) Daftar Pustaka

115) BAPPENAS. 2000. Pengembangan Ekonomi Masyarakat di

Daerah. Laporan ProgramPemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir,

116) Beatly, T., David J. Bower, dan Anna K. Schwab. 2002. An Introduction

to Coastal Zone Management. Island Press.Washington, DC.

117) BPS. 2010. Kabupaten Pasuruan dalam Angka 2010. Kabupaten Pasuruan: BadanPusat

118) Statistik

119) ______. ______. Kecamatan Dalam angka 2012. Kabupaten Pasuruan. BadanPusat Statistik

120) Dayan. La Ode. 1982. Tindak lanjut atas berlakunya Hukum Laut International Tahun terhadap kedaulatan NKRI, kertas karya

perorangan, Kursus Reguler Angkatan XXVIII Lemhamas, 1985

121) DKP. 2008. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil. Artikel On-line Dinas Kelautan dan Perikanan.

122) Hutagalung RA. 2005. Lombok frags-the first sustainable coral

cultivation on Indonesia for trade and reef conservation. The 9th

International Aquarium Fish & Accessories Exhibition & Conference, Aquarama 2005. Singapore.

123) Muttaqiena, dkk.2009. Makalah Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara

Berkelanjut- an Pasca Tsunami Desember 2004.

124)

125) Nurmalasari, Y. 2001 Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisr Berbasis

Masyarakat. www.Stmik-im.ac.id/userfiles/jurnal%20yessi.pdf

126) Syarief, E. T.T. Pembangunan Kelautan Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Koordinasi Pengembangan Ekonomi Lokal

Bappenas. Jakarta

127) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. 128)

129) Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

130) Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Referensi

Dokumen terkait

Archives and Records Service, U.S. General Services Administration, 1984), hlm.. justru hanya akan menambah pekerjaan. Padahal penyusutan berperan penting dalam siklus

Untuk mengaplikasikan dan lebih memahami langkah-langkah dalam proses identifikasi cemaran bakteri koliform fekal yang terdapat di es krim pot berdasarkan tempat penyimpanan dan

Yang dimaksud dengan Monitoring Pengamatan Insidental dalam protokol ini adalah kegiatan ke lapang (laut) sebagai tambahan dari kegiatan monitoring utama yang dilakukan tim monitoring

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk mengetahui manfaat yang dapat didapatkan dari pemeriksaan pencitraan CT-scan dan MRI dalam memprediksi lokasi asal

Hasil penelitian tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa IPAL di RSUD Tulehu tidak efektif dalam menurunkan kandungan MPN Coliform karena jauh dari dari standar

Jumlah Perusahaan Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Provinsi Jambi pada Tahun 2008 sebanyak 96 dan angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 7,29 % dari tahun

Untuk variabel x menunjukkan tanda positif, artinya Kualitas Pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan siswa pada Madrasah Aliyah Negeri 1

Peneliti dalam hal ini mempresentasikan secara cermat pada lirik lagu dengan membahas semua permasalahan dalam lirik lagu yang diciptakan oleh kelompok musik Ungu band yang