• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Organisasi Terhadap Perilaku So

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Organisasi Terhadap Perilaku So"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Organisasi Terhadap Perilaku Sosial Individu

THE POWER OF SOCIETY

(2)

Pengaruh Organisasi Terhadap Perilaku Sosial Individu

THE POWER OF SOCIETY

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusunan buku ini dapat dirampungkan setelah mengalami beberapa kali revisi demi memenuhi standar penulisan buku yang baik.

Buku ini berusaha menjawab pertanyaan serta memiliki tujuan untuk menghadirkan berbagai pengorganisasian kerangka kerja dalam memahami proses psikologis yang bertanggung jawab dalam berbagai perubahan sikap pada tahap empiris awal studi perubahan sikap yang dimulai pada tahun 1920, yang banyak mempelajari tentang faktor-faktor penentu dan juga konsekuensi yang mendasari dari berbagai proses perubahan sikap. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap pada individu.

(4)

Selain itu, dalam buku ini diharapkan dapat membantu menjawab berbagai penempatan berbagai teori mini atau minitheories dalam perubahan sikap di wilayah yang tepat pada pelaksanaannya. Misalnya, tingginya upaya proses seperti tanggapan kognitif harus memperhitungkan sikap perubahan yang konteksnya di mana pemikiran diharapkan akan tinggi, sedangkan proses upaya yang lebih rendah seperti keseimbangan yang meneliti sendiri atau heuristic sederhana harus lebih memperhitungkan efek empiris yang didapatkan.

Semoga dengan adanya buku ini akan memberikan manfaat dalam hal memperkaya literatur keilmuan bidang ilmu psikologi sosial. Atas berbagai kekurangan yang terdapat didalamnya, penulis memohon maaf dan juga mengharap masukan dari pembaca. Terima kasih.

Surabaya, Penulis,

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... v Bab 1 Pendahuluan ... 1 1. Status Dasar Manusia ... 2 2. Psikologi Sosial Dalam Arti Sempit

Dihubungkan Dengan Manusia Dan Perubahan Sikapnya ... 3 3. Memahami Perubahan Sikap Pada Manusia .... 3 4. Konsep Dan Teori Dasar Pada Sikap Manusia

Sebagai Individu ... 5 Bab 2 Faktor-Faktor Proses Penentu Yang

Berpengaruh Pada Perubahan Sikap

Individu ... 9 1. Keyakinan Akan Pemikiran Pribadi ... 9 2. Persuasi Pribadi Tanpa Adanya Masukan Dari

Luar ... 11 3. Peranan Dipengaruhi Lingkungan ... 12 4. Persuasi Diri Sendiri Sebagai Hasil Dari Proses

Disonansi ... 14 5. Efek Teori Disonansi ... 16 6. Pembatasan Kondisi Disonansi ... 17 7. Pendekatan Alternatif Yang Tidak Menimbulkan

(6)

8. Pendekatan Kombinatif ... 20 9. Pendekatan Disertai Harapan Beserta Nilai ... 21 Bab 3 Proses Variabel Yang Berdampak Pada Sikap

... 23 1. Proses Upaya Perubahan Sikap ... 24 2. Hasil Kongkrit Dari Adanya Perubahan Sikap

Pada Individu ... 25 Bab 4 Individu Dan Perannya Dalam Organisasi

Serta Kondisi Lingkungan Yang

Mengubahnya ... 26 1. Terbentuknya Kelompok Organisasi ... 27 2. Interaksi Sosial Terhadap Lingkungan

Sekitar ... ... 28

3. Adaptasi Norma Kelompok Dalam

Organisasi ... ... 29

4. Motif Sosial Terhadap Perilaku Sosial Serta Efeknya Pada Individu ... 29 Bab 5 Proses Terbentuknya Seorang Pemimpin Dan Pentingnya Kerja Team Yang Baik Dalam

(7)

1. Kerja Team Yang Optimal Dan Solid ... 34

2. Cara Individu Dalam Memimpin Kelompok Organisasi ... 34

3. Perubahan Sikap Individu Sebagai Pemimpin Yang Dipengaruhi Stimulus Lingkungan .... 36

Rekomendasi Bagi Peneliti Selanjutnya ... 38

Kesimpulan Dan Saran ... 40

Riwayat Pengarang ... 44

Daftar Pustaka ... 45

BAB 1

(8)

Pertama tama saya akan jelaskan pengertian dari psikologi itu sendiri, berasal dari bahasa yunani yaitu “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara epistemologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan seluk beluknya.

Sedangkan sosial disini mengaitkan urgensi hubungan manusia dan masalah yang dihadapinya bisa berupa permasalahan disekitaran anggota kelompok organisasi, kepemimpinan, moral, serta komunikasi antar individu sebagai mahluk sosial.

Jadi dapat ditarik kesimpulan, psikologi sosial merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan seluk beluk antar manusia sebagai subjek utama yang diteliti didalamnya. Masalah mengenai kelompok sosial banyak dibahas didalamnya yang makin menarit minat penulis untuk menulis buku ini.

(9)

Manusia yang berdiri sendiri sebagai individu pada dasarnya merupakan mahluk sosial yang membutuhkan peranan dari individu berupa manusia lain yang berperan sebagai mahluk sosial pula, salah satu hal yang menarik disini adalah pengaruh perilaku organisasi terhadap individu yang saya rasa dapat menjadi salah satu bahasan yang bisa memberikan sedikit pencerahan apabila kita menilik masalah terkait manusia dan lingkungannya.

(10)

2. PSIKOLOGI SOSIAL DALAM ARTI SEMPIT DIHUBUNGKAN DENGAN MANUSIA DAN PERUBAHAN SIKAPNYA

Psikologi sosial diartikan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi perangsang sosial.

Hubungan antara tingkah laku dengan situasi perangsang sosial, sudah barang tentu erat sekali hubungannya diantara manusia dan masyarakat.

Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan pengamatan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial terkait.

3. MEMAHAMI PERUBAHAN SIKAP PADA MANUSIA

(11)

Evaluasi ini secara menyeluruh dapat menjadi positif, negatif, ataupun netral, dan mereka dapat bervariasi dalam tingkat ekstremitas mereka. Misalnya, satu orang mungkin melihat musik jazz dengan cara yang relatif positif, sedangkan yang lain mungkin lebih liar namun tetap positif dan yang lain lagi mungkin agak negatif.

Dalam hal ini negatif diartikan, individu dapat memegang sikap tentang perihal konstruksi luas ataupun hipotetis yang contohnya disini diibaratkan sebagai perilaku anarkis.

Fokus utama pada artikel ini terdapat pada proses-proses yang terlibat dalam hal utama yaitu mengubah sikap individu.

(12)

juga konsekuensi yang berbeda dari tiap strategi yang diterapkan dalam organisasi.

4. KONSEP DAN TEORI DASAR PADA SIKAP MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU

Basis dari sikap sendiri dapat didasarkan pada berbagai jenis informasi. Salah satu konsep populer dari sikap membangun, yang terdapat dalam Teori Tripartit, yang menyatakan bahwa ada tiga jenis utama informasi yang dapat didasarkan dengan sikap (Breckler, 1984; Rosenberg & Hovland, 1960; Zanna & Rempel, 1988) yang pertama adalah kognisi atau berkaitan dengan keyakinan (misalnya, mobil ini dapat dikendarai 10 mil per galon bahan bakarnya), yang kedua mempengaruhi atau berpengaruh pada perasaan (misalnya, Memiliki mobil ini membuat hati saya merasa bahagia), dan yang terakhir berupa tindakan atau perilaku (misalnya, saya selalu didorong merek mobil ini untuk bekerja).

(13)

emosional daripada dengan strategi yang lebih kognitif atau yang rasional (Edwards, 1990; Fabrigar & Petty,1999).

Teori terkait dengan masalah tersebut adalah pembatasan kondisi dari penelitian yang awalnya mendukung hipotesis bahwa disonansi dialami ketika seseorang telah memiliki justifikasi cukup untuk melenyapkan keyakinan atau sikap (Festinger, 1957; Festinger & Carlsmith, 1959).

Disonansi sendiri adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut.

(14)

Sejak perumusan asli dari disonansi mulai digunakan untuk membangun, banyak peneliti telah memberlakukan pembatasan pada kondisi prediksi disonansi dasar. Sebagai contoh, beberapa peneliti menegaskan bahwa komitmen terhadap perilaku yang diperlukan untuk memperoleh disonansi (misalnya, Brehm & Cohen, 1962).

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan kognitif yang tidak konsisteni, tidak perlu, dan tidak cukup untuk menghasilkan disonansi. Dalam sebuah tampilan baru yang berpengaruh di penelitian mengenai desonansi, Cooper dan Fazio (1984) menyimpulkan bahwa disonansi akan memiliki rangsangan apabila seorang individu secara bertanggung jawab terlibat dalam suatu tindakan yang memiliki konsekuensi negatif atau tidak diinginkan oleh individu tersebut.

Tetapi jika seorang individu terlibat dalam aksi

(15)

Demikian pula, bahkan perilaku proattitudinal

yang dapat membangkitkan disonansi jika memiliki sesuatu yang tidak diinginkan, contohnya konsekuensi permusuhan (Scher & Cooper, 1989).

Selain itu, jika individu tidak memiliki rasa bertanggung jawab untuk suatu tindakan karena konsekuensi yang tidak terduga (Mis, Cooper, 1971; Hoyt, Henley, & Collins, 1972), disonansi juga gagal untuk didapatkan.

(16)

FAKTOR-FAKTOR PROSES PENENTU

YANG BERPENGARUH PADA

PERUBAHAN SIKAP INDIVIDU

1. KEYAKINAN AKAN PEMIKIRAN PRIBADI Selain luas dan memiliki banyak pemikiran, penelitian terbaru telah menemukan aspek ketiga dari pemikiran bahwa pengaruh kepercayaan persuasi pada orang berasal dari kognitif mereka sendiri.

Menurut hipotesis diri validasi (Petty, Briñol, Tormala, di tekan), orang berbeda dalam sejauh mana mereka memiliki keyakinan dalam atau meragukan keabsahan pikiran bahwa mereka menghasilkan pesan persuasif.

(17)

Demikian pula pada pemikiran yang tidak menguntungkan serta menurunkan persuasi sebagian besar ketika orang memiliki keyakinan di dalam dirinya, ketika kepercayaan dalam pikiran rendah, pengalaman tidak memprediksi sikap sangat baik bahkan di bawah kondisi pengembangan diri yang tinggi.

Beberapa variabel telah terbukti mempengaruhi kepercayaan orang memiliki dalam pikiran mereka dan dengan demikian pengaruh tingkat perubahan sikap. Misalnya, dalam satu studi (Briñol & Petty, 2001), orang-orang yang menganggukkan kepala mereka (vertikal) sambil mendengarkan pesan yang dilaporkan lebih percaya diri dalam pikiran mereka daripada orang-orang yang yang menggelengkan kepala mereka (horizontal).

(18)

2. PERSUASI PRIBADI TANPA ADANYA MASUKAN DARI LUAR

Pentingnya pikiran sendiri dalam hal memproduksi persuasi yang dihasilkan disorot dalam penelitian menunjukkan selfpersuasion yang dapat terjadi bahkan tanpa adanya masukan dari luar. Sebagai contohnya, penelitian telah menunjukkan dalam hal persuasi yang dengan tidak adanya masukan dari luar dapat terjadi ketika individu diminta untuk aktif hadir atau menghasilkan sesuatu.

Kekuatan dalam pemikiran itu sendiri yang terkadang jauh lebih kuat apabila dipaksa untuk dikeluarkan, terlebih lagi apabila dalam keadaan yang memaksa individu itu sendiri untuk bertindak.

(19)

Dalam salah satu awal demonstrasi peranan, Janis dan Raja (1954) meneliti efek diferensial antara orang aktif hadir persuasif dan berargumen vs pasif mendengar dalil oleh orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta yang aktif dan berargumen yang dihasilkan dan disajikan lebih baik apabila dibandingkan mereka yang hanya pasif mendengarka.

Efek ini telah direplikasi berkali-kali (misalnya, Elms, 1966; Greenwald & Albert, 1968; Janis & Mann, 1965). Sejumlah mekanisme telah diusulkan ke akun untuk efek bermain peran ini. Janis (1968) mengusulkan bias scanning penjelasan dimana individu, dalam proses mendukung, merekrut keyakinan konsisten dan menghambat keyakinan tidak konsisten (lihat juga, Kunda, 1990).

(20)

diperlukan untuk memperoleh permainan peran yang maksimal.

Tetapi, argumen mungkin tampak lebih menarik hanya karena mereka berhubungan dengan diri (yaitu, bias ownness; Perloff & Brock, 1980). Orang mungkin juga akan lebih percaya pikiran bahwa mereka menghasilkan, dan memimpin mereka secara pribadi untuk menjadi lebih berpengaruh daripada argumen yang disampaikan oleh orang lain (Petty, et al., 2002). Konsekuensi sikap pemikiran semata bergantung pada bagian penting dari informasi yang fokus pikiran (Tesser, 1978).

Perubahan sikap kadang-kadang bisa terjadi setelah pemikiran karena individu fokus pada selektifitas kelompok sebagai bagian dari informasi (misalnya, Levine, Halberstadt, & Goldstone, 1996; Wilson, Dunn, Kraft, & Lisle, 1989).

(21)

Akibatnya, mereka mungkin sering terlalu menekankan komponen kognitif mereka terhadap sikap mereka untuk mengabaikan komponen afektif, untuk pergeseran sikap sesaat.

4. PERSUASI DIRI SENDIRI SEBAGAI HASIL DARI PROSES DISONANSI

Kita telah melihat bahwa persuasi secara individu dapat terjadi ketika orang-orang yang diminta untuk berpikir dengan menerima pesan eksternal persuasif, dengan melakukan latihan berperan, atau hanya diminta untuk sekedar berpikir.

Perubahan sikap juga dapat terjadi ketika seseorang sendiri memotivasi dirinya untuk berpikir. Sebuah asumsi umum dari banyak teori persuasi adalah bahwa individu memiliki motivasi standart yaitu, orang ingin memegang sikap yang benar.

(22)

Meskipun sejumlah motivasi ini ada, motif untuk konsisten adalah yang paling banyak dipelajari, dan teori disonansi kognitif adalah yang paling berpengaruh dari teori konsistensi itu sendiri.

Dalam rumusan aslinya (Festinger, 1957), disonansi digambarkan sebagai perasaan permusuhan gairah yang mirip dengan Statedrive yang dialami oleh seorang individu ketika ia secara bersamaan dan terjadi adalah dua kognisi yang saling bertentangan. Yang menghasilkan gairah permusuhan itu diduga menghasut untuk mengembalikan harmoni dalam diri antara dua kognisi yang relevan. Dan upaya untuk mengembalikan konsistensi biasanya melibatkan pemikiran yang sangat aktif tentang objektifitas sikap, dan hasil akhir dari pemikiran ini sering merubah sikap seseorang.

5. EFEK TEORI DISONANSI

(23)
(24)

Sebaliknya, individu menghindari menerima informasi bahkan positif tentang diri mereka sendiri jika sangat berkaitan dengan dissonancearousing yang sedang terjadi, dan ketika paparan tersebut dipaksa, jumlah disonan meningkat pesat dialami oleh individu tersebut (Blanton, Cooper, Skurnik, & Aronson, 1997). 6. PEMBATASAN KONDISI DISONANSI

Pembatasan kondisi disebut salah satu alternatif yang memodifikasi teori desonansi dengan sedemikian rupa. Penelitian awal yang mendukung hipotesis bahwa disonansi sering dialami ketika seseorang memiliki pertimbangan yang cukup untuk melanggar keyakinan atau sikap (Festinger, 1957; Festinger & Carlsmith, 1959).

(25)

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan kognitif yang tidak konsisten yang dirasa tidak perlu dan tidak cukup untuk menghasilkan disonansi. Dalam sebuah tampilan baru yang berpengaruh di disonansi penelitian, Cooper dan Fazio (1984) menyimpulkan bahwa untuk merangsang disonansi, seorang individu harus bertanggung jawab untuk terlibat dalam suatu tindakan yang memiliki konsekuensi negatif atau tidak diinginkan.

Jika seorang individu terlibat dalam aksi

counterattitudinal yang tidak memiliki efek yang jelas (misalnya, Collins & Hoyt, 1972; Cooper & Worchel, 1970) atau efek positif (Scher & Cooper, 1989), efek disonansi tidak dapat terjadi. Demikian pula, bahkan perilaku proattitudinal dapat membangkitkan disonansi jika ada sesuatu yang tidak diinginkan, berupa konsekuensi permusuhan (Scher & Cooper, 1989).

(26)

1971; Hoyt, Henley, & Collins, 1972), disonansi juga gagal untuk didapatkan.

7. PENDEKATAN ALTERNATIF YANG TIDAK MENIMBULKAN PERSELISIHAN

Selain modifikasi disonansi dijelaskan sebelumnya, dua alternatif nondissonance telah diusulkan untuk menjelaskan temuan peneliti disonansi. salah satunya adalah seperti alternatif yang merupakan teori persepsi diri. Seperti dijelaskan sebelumnya, persepsi diri teori (Bem, 1965) menyatakan bahwa individu sering menyimpulkan sikap mereka dari perilaku mereka sendiri.

(27)

Contohnya, berbeda dengan proses disonansi, persepsi diri proses muncul untuk beroperasi ketika perilaku seseorang jatuh, dan dengan demikian memunculkan sedikit permusuhan gairah (Fazio et al., 1977).

Sedangkan disonansi penurunan telah diusulkan untuk meminta kognitif yang memiliki cukup upaya (Festinger, 1957), proses persepsi diri muncul dan melibatkan keputusan atribusi sederhana yang beroperasi di bawah keadaan upaya yang relatif rendah. 8. PENDEKATAN KOMBINATIF

Pendekatan kombinatif menekankan pada cara yang berbeda oleh individu yang memberikan nilai potongan informasi dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam sebuah struktur keyakinan dan sikap.

(28)

9. PENDEKATAN DISERTAI HARAPAN BESERTA NILAI

Teori harapan-nilai mengusulkan bahwa sikap mencerminkan penilaian subjektif individu dari kemungkinan bahwa obyek sikap akan dikaitkan dengan positif ataupun negatif merupakan sebuah konsekuensi atau yang kaitannya dengan nilai-nilai penting dalam pelaksanannya (Puncak, 1955; Rosenberg, 1956; lihat Bagozzi, 1985, untuk review).

Namun, ada kemungkinan bahwa pengambilan dan integrasi dari kemungkinan dan keinginan penilaian dari beberapa hal yang menonjol pada keyakinannya akan membutuhkan usaha dan hanya akan terjadi ketika individu memiliki kemampuan dan motivasi untuk melakukannya.

(29)

Dengan adanya berbagai faktor berupa proses diatas, buku ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk membagi secara teoritis proses yang bertanggung jawab untuk memodifikasi sikap individu kepada mereka yang menekankan pemikiran penuh usaha tentang manfaat pusat dari objektifitas sikap dan orang-orang yang mengandalkan kognitif proses yang dianggap kurang.

Hal ini memungkinkan pemahaman dan prediksi apakah variabel yang dapat mempengaruhi sikap dan dalam situasi seperti apa umumnya mereka melakukan perubahan sikap.

BAB 3

PROSES VARIABEL YANG

BERDAMPAK PADA SIKAP

(30)

tetapi pada beberapa cara yang mana variabel dapat mempengaruhi sikap pada situasi yang berbeda. Kedua, salah satu pembahasan yang paling menarik pada domain baru penyelidikan adalah interaksi antara eksplisit dan sikap implisit.

Dimisalkan disini, apakah cara yang terbaik untuk konsep dan menilai sikap implisit? Dalam kondisi apa adalah sikap implisit dan eksplisit kemungkinan untuk membimbing tindakan? Beberapa proses perubahan sikap yang lebih cenderung pengaruh sikap implisit, sedangkan yang lain lebih mungkin untuk mengubah sikap eksplisit? Bekerja pada topik sikap implisit dalam masa pertumbuhan.

1. PROSES UPAYA PERUBAHAN SIKAP

(31)

tingginya relevansi pribadi, ketika orang-orang yang bertanggung jawab karena penilaian mereka, ketika mereka memiliki pengetahuan yang tinggi pada topik, ketika beberapa gangguan yang hadir, dan sebagainya.

Tetapi pada akhirnya, pengakuan serta ijin pengembangan berkelanjutan tentang berbagai proses perubahan sikap yang memiliki berbagai pemahaman dan prediksi kekuatan diubah menjadi berbagai sikap yang berbeda.

2. HASIL KONGKRIT DARI ADANYA PERUBAHAN SIKAP PADA INDIVIDU

Adanya perubahan sikap merupakan hasil kongkrit dari usaha mental yang cenderung lebih gigih, serta tahan terhadap persuasi lawan, dan prediksi perilaku daripada sikap yang diubah oleh suatu proses usaha mental yang sangat sedikit menilai manfaat utama yang didapat dari obyek.

(32)

eksternal akan dapat dengan mudah mendapat manfaat utama yang didapat dari objek itu sendiri.

BAB 4

(33)

Disini saya rasa contoh masalah serupa sudah dapat ditemukan. Berbagai hal-hal yang saya alami selama berkecimpung dalam dunia organisasi, definisi interaksi sosial disini kita sebagai individu yang diletakkan dalam suatu organisasi harus dapat terus beradaptasi dengan lingkungan organisasi kita, tetapi disisi lain kita juga harus menonjol dan berkembang untuk menunjukkan jati diri kita di organisasi, bukan untuk niatan sombong atau niatan negatif lainnya tetapi demi niatan positif yaitu organisasi yang lebih baik dengan adanya berbagai masukan dari anggotanya yang memiliki berbagai macam pendapat menarik apabila semua individu benar–benar mau untuk menunjukkan dirinya secara gamblang.

1. TERBENTUKNYA KELOMPOK ORGANISASI

(34)

orang untuk bergabung atau berkelompok diterangkan dengan teori nilai tukar sosial atau social exchange theory, yang dikemukakan oleh Thilbaut & Kelly (1959).

Orang cenderung untuk senang berkelompok selalu berkaitan dengan kesenangan yang diperoleh dan kerugian atau biaya yang harus dikeluarkan, mahasiswa yang berpartisipasi dalam suatu kelompok akan memperoleh kesenangan berupa canda gurau, menghadapi masalah bersama, saling tolong menolong tetapi di sisi lain juga harus mengeluarkan materi, meluangkan waktu, tenaga yang terkuras, serta jasa jasa lain yang dianggap sebagai kerugian.

2. INTERAKSI SOSIAL TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR

(35)

lingkungan, serta alam sekitar yang juga berpengaruh terhadap individu.

Salah satu adalah usaha penyesuaian dirinya disebut dengan autoplastis yaitu usaha manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan juga sebaliknya ada juga alloplastis yang artinya kemampuan seseorang untuk mengubah lingkungan agar sesuai keinginannya, dengan kata lain manusia dalam masyarakat bisa berfungsi sebagai objek juga sebagai subjek.

3. ADAPTASI NORMA KELOMPOK DALAM ORGANISASI

Norma kelompok adalah salah satu hal yang penting dalam organisasi, yang menurut Sherif ialah pengertian – pengertian yang seragam mengenai cara dan tingkah laku yang patut dilakukan oleh anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan kelompok tersebut.

(36)

yang ada pada kehidupan kelompok organisasi dengan saran terkait penyelesaian yang hampir sama bagaimana cara penanggulangannya.

4. MOTIF SOSIAL TERHADAP PERILAKU SOSIAL SERTA EFEKNYA PADA INDIVIDU

Sedangkan motif menurut Lindzey, Hall, & Thompson adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku, sedangkan motif sosial menurut Heckhausen (1980) bahwa motif sosial adalah motif yang menunjukkan bahwa tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan orang lain.

Motif sosial ini berkaitan dengan perubahan tingkah laku individu apabila dimasukkan kedalam suatu organisasi atau dia yang merubah organisasi tersebut melalui interaksi yang baik dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan organisasi yang diidamkan atau berupa motif sosial kelompok.

(37)

will choose to work with other who benefit them personally in a situation, and that as the situation is altered persons will alter their choices in such a way that the overchosen manifest characteristics which provide the choosers maximum reward in the situation.

This latter finding is quite important for its support of the fact that person who are found attractive or are liked in one situation may not be preferred under other circumstances. With this thought in mind, we may return to the need-state notions of social attraction, and ask whether a single set of needs is likely to influence choices of companions across all situation, as such notion suggest.

The intuitive answer is that it would not. As situations change, a person’s need and the goals are modified. While a person may generally have a strong desire to nurture others, he might feel quite differently under circumstances in which he was experiencing great personal failure. Mann’s (1959) and sensitivity.

(38)

determining attraction, and that in the future our attention may fruitfully be directed to the interaction of personality and the situation.

Penjelasan paragraf di atas cukup jelas dan hubungannya dengan motif yaitu studi yang dilakukan oleh Israel terhadap perilaku sosial dan efeknya bahwa manusia sebagai mahluk individu selalu menginginkan keuntungan dalam setiap tindakan yang diambilnya, jadi apabila suatu orang disukai di kondisi tertentu belum tentu juga akan disukai pula di kondisi yang lain lagi, jadi individu yang memiliki keunggulanlah yang akan lebih dicari dan disukai.

(39)

BAB 5

PROSES TERBENTUKNYA

SEORANG PEMIMPIN DAN

PENTINGNYA KERJA

TEAM

YANG

BAIK DALAM ORGANISASI

(40)

mengoptimalkan peran dari masing-masing bagian dalam organisasinya merupakan suatu seni yang tidak dapat dengan mudah diraih dikarenakan rumit dan kompleksnya masalah dalam organisasi, disini penulis coba menjabarkan bagaimana hal-hal yang tidak diduga dapat menjadi nyata.

1. KERJA TEAM YANG OPTIMAL DAN SOLID

Keberhasilan Organisasi dalam mengadakan seminar nasional itu saya anggap keberhasilan semua anggota organisasi karena peranan saya sebagai ketua hanyalah sebagai jabatan teknis semata, tetapi pada pelaksanannya semua anggota organisasi dipandang sama dan sederajat. Hal hal itulah yang dialami sebagai hal yang menyenangkan dan tidak bagi seorang pemimpin organisasi.

(41)

dan mau menerima kritik serta saran masukan maupun celaan dari lingkungan sekitar yang dapat bertahan menjadi seorang pemimpin.

2. CARA INDIVIDU DALAM MEMIMPIN KELOMPOK ORGANISASI

Kepemimpinan dalam organisasi saya rasa adalah bahasan yang cukup menarik karena menyangkut banyak perubahan dalam diri saya pribadi dan juga anggota saya secara kelompok, banyaknya individu-individu yang hendak menggabungkan pola pikir serta tujuannya dalam satu arah yang telah disetujui bersama, pada kenyataannya banyaknya masalah yang dialami dan harus dicari solusinya.

(42)

Tentunya dalam proses saya menjadi ketua atau dalam hal ini pemimpin dari 40 mahasiswa dari berbagai tahun angkatan memiliki kesulitan untuk menyatukan anggota yang saya usahakan untuk menjadi satu kesatuan dalam menjadikan acara seminar nasional ini berhasil untuk dilaksanakan, keinginan dan tekat saya untuk membuktikan pilihan yang dijatuhkan kepada saya tepat dan tidak keliru menjadikan saya pribadi yang ulet dan berbeda dari sebelum saya mengikuti organisasi, sifat apatis, sifat individualis yang tinggi saya buang jauh jauh demi memenuhi tujuan organisasi kelompok saya.

(43)

3. PERUBAHAN SIKAP INDIVIDU SEBAGAI PEMIMPIN YANG DIPENGARUHI

STIMULUS LINGKUNGAN

Perubahan sikap dari apatis menjadi mau bersosialisasi yang saya alami di penjelasan sebelumnya merupakan salah satu perubahan terkait stimulus lingkungan yang terkait seperti norma, golongan, keluarga, sahabat, dan sebagainya.

(44)

REKOMENDASI BAGI PENELITI

SELANJUTNYA

Menilik adanya keterbatasan teori dari Festinger & Carlsmith (1957 & 1959) apabila digunakan untuk menyoroti berbagai masalah beserta dengan dampak-dampaknya yang ditimbulkannya tidak terukur, rasa nyaman dan tidaknya setiap individu yang diukur dengan ketakutan dan juga kecemasan berbeda-beda tergantung dari usia, mentalitas, pengaruh lingkungan individu, dan sebagainya.

(45)
(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Tujuan ditulisnya buku ini adalah menghadirkan pengorganisasian faktor-faktor yang berpengaruh untuk memahami adanya berbagai proses psikologis yang bertanggung jawab dalam adanya proses perubahan sikap pada individu.

Dikarenakan penelitian empiris awal studi perubahan sikap telah dimulai pada tahun 1920, banyak yang telah belajar tentang faktor-faktor penentu dan konsekuensi yang mendasari dari berbagai proses perubahan sikap itu sendiri.

(47)

Artikel ini memungkinkan pemahaman serta prediksi variabel apakah yang mempengaruhi adanya perubahan sikap dan dalam situasi umum seperti apa mereka mempengaruhinya.

Kemudian dari sisi organisasi, disini yang sangat menarik serta kompleks dengan segala seluk beluknya dapat dengan signifikan merubah perilaku sosial individu, baik secara positif ataupun negatif tergantung cara pandang dan juga penerimaan masing-masing individu terhadap lingkungan organisasinya.

(48)

macam tanggapan individu dalam menghadapi berbagai tantangan yang kompleks secara bersama sama oleh semua anggota kelompok organisasi demi mencapai tujuan organisasi yang diidamkan.

Kemudian, Artikel ini membantu kelompok organisasi untuk dapat lebih memahami individu sebagai bagian dari organisasi dengan berbagai perubahannya baik secara langsung ataupun tidak langsung pada proses berjalannya organisasi.

Serta dari sisi individu disini dapat lebih memahami bagaimana cara ataupun melalui faktor-faktor dan proses sepert apakah yang dapat merubah sikapnya dalam menjalani proses berjalannya organisasi itu sendiri.

(49)

Meskipun terdapat cukup banyak faktor-faktor yang terlibat dalam proses pengubahan sikap, kita memiliki pegangan yang cukup baik tentang bagaimana proses-proses ini berjalan dan bagaimana ketika mereka beroperasi.

(50)

RIWAYAT PENGARANG

Achmad Baharudinsyah dilahirkan pada tanggal 30 September 1994 di Sidoarjo. Penulis masih berstatus mahasiswa di Universitas Airlangga Surabaya dengan jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2012 yang sedang melakukan penelitian tugas akhir untuk menyelesaikan studinya.

Pada jenjang pendidikan yang telah ditempuh sebelumnya, penulis telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Babatan 2 Surabaya, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 28 Surabaya, dan juga Sekolah Menengah Akhir di SMA Negeri 13 Surabaya.

(51)

yang baik dan benar. Dengan itu, penulis memohon maaf akan kesalahan dan kekurangan yang ada di buku ini.

DAFTAR PUSTAKA

Richard E. Petty, S., Christian Wheeler., and Zakary L. Tormala. (2003). Handbook of Psychology Volume 5 about Personality and Social Psychology. Hoboken, New Jersey. Copyright by John Wiley & Sons.

(Part Three about Social Psychology No.15 Page 353, PERSUASION AND ATTITUDE CHANGE)

(52)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Kemampuan bakteri untuk mendegradasi suatu hidrokarbon dari limbah minyak bumi berbeda-beda, karena komposisi senyawa hidrokarbon yang terdapat di dalam minyak bumi berbeda

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat kesesuaian ukuran kanalis spinalis lumbal berdasarkan ultrasonografi dengan MR myelografi lumbosakral pada penderita NPB pada

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam Kesepakatan Bersama tentang Kerja Sama Pengawasan Obat dan Makanan, dengan ketentuan

Dapat disimpulkan bahwa pemberian penguatan oleh guru dalam berlangsungnya proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, karena dapat memberikan

Secara psikologis, yang menjadi faktor muculnya prilaku ataupun fenomena anak jalanan dalam kehidupan remaja adalah sebuah gejala yang diistilahkan oleh Kartono

!etode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang la8im$ sehingga laporan keuangan untuk kepentingan paak dan masyarakat umum harus dibuat atas