BADAN PENYELENGGARA PEMILU
BADAN PENYELENGGARA PEMILU
Independent agencies as
Independent agencies as
the fourth branch of government
the fourth branch of government
Regulatory and monitoring bodies are a new type of autonomous
administration which has been most widely developed in the United
States (where it is sometimes referred to as the ‘headless fourth
branch’ of the government). It takes the form of what are generally
known as Independent regulatory Commissions.
Di berbagai negara, lembaga penyelenggara pemilu dikenal dengan berbagai
sebutan seperti:
Election Commission;
Department of Election;
Electoral Council;
Electoral Management Design
Electoral Management Design
Within the government.Penyelenggaraan pemilu diselenggarakan oleh birokrasi yang memiliki reputasi baik dan imparsial. Sistem ini banyak digunakan di Eropa Barat dan Amerika Serikat
Within a government ministry but supervised by a judicial body. Komisi independen terdiri dari
hakim yang bertugas mengawasi pemerintah yang menyelenggarakan pemilu
An independent election commission.
Terdiri dari para ahli yang dipilih oleh dan bertanggungjawab pada parlemen. Di saat parlemen terdiri dari lebih dari satu faksi, maka lembaga ini akan menjadi sangat kredibel.
A multiparty election commission. Jika terlalu banyak partai politik yang eksis, bentuk lembaga
semacam ini akan mandul. Sistem ini pernah digunakan Indonesia pada Pemilu 1999.
Core Element of EMB
Berbagai tugas utama yang harus dilakukan oleh sebuah Election
Managemen Body:
determining who is eligible to vote;
receiving and validating the nominations of electoral participants (for elections, political
parties and/or candidates);
conducting polling;
State Auxiliary Agencies
State Auxiliary Agencies
Saat ini terdapat 13 Komisi Negara independen dan 40 Komisi Negara di lingkungan
eksekutif.
Dasar pembentukan komisi negara tersebut berbeda-beda. Ada yang dibentuk oleh
UUD,UU, maupun Keppres.
Di satu sisi, keberadaan komisi negara sengaja dibentuk dengan beberapa dasar
pertimbangan. Pertama, alasan untuk lebih memberikan kepercayaan publik dalam hal penyelenggaraan kewenangan tertentu seperti pemilu yang harus dilaksanakan secara imparsial. Kedua, ada pula komisi negara yang sengaja dibentuk untuk menjadi pengawas pelaksanaan UU tertentu, seperti UU KIP yang melahirkan Komisi Informasi.
Terbentuknya KPU dan Bawaslu sebagai lembaga yang berperan dalam penyelenggaraan
KONSEPSI LEMBAGA NEGARA
Konsepsi Lembaga Negara
Konsepsi Lembaga Negara
dalam pengertian luas
Hans Kelsen menguraikan bahwa “Whoever fulfills a function determined by the legal order is an organ”. Hans Kelsen, General Theory of Law and State, (New York: Russell & Russell, 1961), hal.192.
Organ negara tidak selalu berbentuk organik, tetapi setiap jabatan yang ditentukan oleh hukum dapat pula disebut organ asal fungsi-fungsinya itu bersifat menciptakan norma (normcreating) dan/atau bersifat menjalankan norma (norm applying).
Bahkan Hans Kelsen yang menyatakan bahwa semua organ yang menjalankan
fungsi-fungsi ‘law-creating function and law-applying function’ adalah merupakan organ atau lembaga negara. Menurut Kelsen, setiap warga negara yang sedang berada dalam keadaan menjalankan suatu ketentuan undang-undang juga dapat disebut sebagai organ negara dalam arti luas, misalnya, ketika warga negara yang bersangkutan sedang melaksanakan hak politiknya untuk memilih dalam pemilihan umum, dianggap sedang menjalankan undang-undang (law applying function) dan juga sedang melakukan perbuatan hukum untuk membentuk lembaga perwakilan rakyat (law creating function)
William G. Andrews, “
Under constitutionalism, two types of limitations
impinge on govern ment
.
Power proscribe and procedures prescribed”
.
Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan
satu sama lain, yaitu:
Pertama
, hubungan antara pemerintahan
dengan warga negara; dan
Kedua
, hubungan antara lem baga
pemerintahan yang satu dengan lembaga pemerintahan yang lain.
isi konstitusi dimaksudkan untuk mengatur mengenai tiga hal penting,
Organ Negara
Organ Negara
Dalam ketentuan UUD 1945, terdapat lebih dari 35 subjek jabatan atau subjek hukum kelembagaan yang dapat dikaitkan dengan pengertian lembaga atau organ negara dalam arti yang luas:
1) Presiden; 2) Wakil Presiden; 3) Dewan pertimbangan presiden; 4) Kementerian Negara; 5) Menteri Luar Negeri; 6) Menteri Dalam Negeri; 7) Menteri Pertahanan; 8) Duta; 9) Konsul; 10) Pemerintahan Daerah Provinsi; 11) Gubernur/Kepala Pemerintah Daerah Provinsi; 12) DPRD Provinsi; 13) Pemerintahan Daerah Kabupten; 14) Bupati/Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten; 15) DPRD Kabupaten; 16) Pemerintahan Daerah Kota; 17) Walikota/Kepala Pemerintah Daerah Kota; 18) DPRD Kota; 19) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); 20) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); 21) Dewan Perwakilan Daerah (DPD); 22) Komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, yang diatur lebih lanjut dengan undang-undang; 23) Bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya diatur lebih lanjut dengan undang-undang; 24) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); 25) Mahkamah Agung (MA); 26) Mahkamah Konstitusi (MK); 27) Komisi Yudisial (KY); 28) Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan 29) Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI); 30) Angkatan Darat (AD); 31) Angkatan Laut (AL); 32) Angkatan Udara (AU); 33) Satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa; 34) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman, seperti Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan sebagainya; 35) Kesatuan Masyarakat Hukum Adat.
KONSEPSI ORGAN NEGARA
KONSEPSI ORGAN NEGARA
dalam pengertian sempit
Ciri-ciri penting organ negara dalam arti sempit :
Organ negara itu dipilih atau diangkat untuk menduduki jabatan atau
fungsi tertentu yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan;
Dalam menjalankan fungsinya tersebut, yang bersangkutan berhak
untuk mendapatkan perlakuan khusus dari segi keprotokoleran,
anggaran untuk menjalankan fungsinya dan imbalan gaji dari negara.
Lembaga atau organ negara dalam arti sempit dapat dikaitkan
dengan jabatan dan pejabat
public office
dan
public officials
Lembaga Negara
Lembaga Negara
1.
Penafsiran Luas, sehingga mencakup semua lembaga negara
yang nama dan kewenangannya disebut/tercantum dalam UUD
2.
Penafsiran Moderat, yakni yg hanya membatasi pada apa yang
dulu dikenal sebagai lembaga tertinggi dan tinggi negara
3.
Penafsiran Sempit, yakni penafsiran yang merujuk secara implisit
dari ketentuan Pasal 67 UU ttg Mahkamah Konstitusi
DASAR HUKUM BADAN PENYELENGGARA PEMILU
DASAR HUKUM BADAN PENYELENGGARA PEMILU
UNDANG-UNDANG DASAR NRI 1945
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan
undang-undang.
BADAN PENYELENGGARA PEMILU
Sebagaimana diatur dalam
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap,
dan mandiri.
Komisi Pemilihan Umum Provinsi (KPU Provinsi) adalah
Penyelenggara Pemilu di provinsi
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota (KPU
Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
a. merencanakan program dan anggaran serta menetapkan jadwal;
b. menyusun dan menetapkan tata kerja KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, PPLN, dan KPPSLN;
c. menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk setiap tahapan Pemilu setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan DPR dan Pemerintah;
d. mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan; e. menerima daftar pemilih dari KPU Provinsi;
f. memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
g. menetapkan peserta Pemilu;
i. membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu dan Bawaslu;
j. menerbitkan Keputusan KPU untuk mengesahkan hasil Pemilu dan mengumumkannya;
k. menetapkan dan mengumumkan perolehan jumlah kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota untuk setiap partai politik peserta Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
l. mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah terpilih dan membuat berita acaranya;
o. menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Bawaslu; p. menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif kepada anggota
KPU, KPU Provinsi, PPLN, dan KPPSLN, Sekretaris Jenderal KPU, dan pegawai Sekretariat Jenderal KPU yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
q. melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU kepada masyarakat;
r. menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye;
s. melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu; dan
Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilu
Pasangan Presiden dan Wakil Presiden
Idem…kecuali:
g. menetapkan pasangan calon presiden dan calon
wakil presiden yang telah memenuhi persyaratan;
k. mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil
Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah
menyusun dan menetapkan pedoman tata cara penyelenggaraan sesuai
dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
mengoordinasikan dan memantau tahapan;
melakukan evaluasi tahunan penyelenggaraan Pemilu;
menerima laporan hasil Pemilu dari KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota;
menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif
kepada anggota KPU Provinsi yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaran Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Bawaslu dan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh
KPU dalam Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berkewajiban:
a. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan
Pemilu secara tepat waktu;
b. memperlakukan peserta Pemilu dan pasangan calon
secara adil dan setara;
c. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan
Pemilu kepada masyarakat;
e.
memelihara arsip dan dokumen Pemilu serta mengelola barang
inventaris KPU berdasarkan peraturan perundang-undangan;
f.
menyampaikan
laporan
periodik
mengenai
tahapan
penyelenggaraan Pemilu kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat serta menyampaikan tembusannya kepada
Bawaslu
g.
membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU dan
ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU;
h.
menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemilu kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat serta menyampaikan
tembusannya kepada Bawaslu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
setelah pengucapan sumpah/janji pejabat; dan
Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) adalah panitia yang
dibentuk
oleh
KPU
Kabupaten/Kota
untuk
menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan atau
nama lain.
Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah panitia yang
dibentuk
oleh
KPU
Kabupaten/Kota
untuk
menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa atau nama
lain/kelurahan.
Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) adalah panitia
PPK
Untuk menyelenggarakan Pemilu di tingkat kecamatan,
dibentuk PPK.
PPK berkedudukan di ibu kota kecamatan.
PPK dibentuk oleh KPU Kabupaten/Kota paling lambat
6 (enam) bulan sebelum penyelenggaraan Pemilu dan
dibubarkan paling lambat 2 (dua) bulan setelah
pemungutan suara.
Tugas, wewenang, dan kewajiban PPK
membantu KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota dalam melakukan pemutakhiran
data pemilih, daftar pemilih sementara, dan daftar
pemilih tetap;
membantu
KPU
Kabupaten/Kota
dalam
menyelenggarakan Pemilu;
melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan
Pemilu di tingkat kecamatan yang telah ditetapkan
oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota;
menerima dan menyampaikan daftar pemilih
mengumpulkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS di
wilayah kerjanya;
melakukan
rekapitulasi
hasil
penghitungan
suara
sebagaimana dimaksud pada huruf e dalam rapat yang harus
dihadiri oleh saksi peserta Pemilu;
mengumumkan hasil rekapitulasi sebagaimana dimaksud
pada huruf f;
menyerahkan hasil rekapitulasi suara sebagaimana dimaksud
pada huruf f kepada seluruh peserta Pemilu;
membuat berita acara penghitungan suara serta membuat
menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh Panwaslu Kecamatan;
melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu di wilayah kerjanya;
melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang PPK kepada
masyarakat;
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban lain yang
diberikan oleh KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban lain yang
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk
menyelenggarakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara.
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri
Tempat Pemungutan Suara (TPS) adalah tempat dilaksanakannya
pemungutan suara.
Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) adalah tempat
PENGAWAS PEMILU
Sebagaimana diatur dalam
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
Pasal 69
1)
Pengawasan penyelenggaraan Pemilu dilakukan oleh Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas
Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar Negeri.
2)
Bawaslu dan Bawaslu Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat tetap.
3)
Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu
Badan Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas
Pemilu Kabupaten/Kota (Panwaslu Provinsi dan Panwaslu
Kabupaten/Kota) adalah Panitia yang dibentuk oleh Bawaslu
untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi
dan kabupaten/kota.
Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwaslu Kecamatan)
Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh
Panwaslu Kecamatan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu
di desa atau nama lain/kelurahan.
Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yang dibentuk oleh
Tugas dan wewenang Bawaslu
mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilu
menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai
Pemilu;
menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU untuk
ditindaklanjuti;
meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi
kewenangannya kepada instansi yang berwenang;
menetapkan
standar
pengawasan
tahapan
mengawasi pelaksanaan penetapan daerah pemilihan dan
jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
mengawasi pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi
pengenaan sanksi kepada anggota KPU, KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, Sekretaris Jenderal KPU, pegawai
Sekretariat Jenderal KPU, sekretaris KPU Provinsi, pegawai
sekretariat KPU Provinsi, sekretaris KPU Kabupaten/Kota, dan
pegawai sekretariat KPU
Kabupaten/Kota yang terbukti melakukan tindakan yang
mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan
Pemilu yang sedang berlangsung;
mengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu;
dan
melaksanakan tugas dan wewenang lain yang ditetapkan oleh
Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud,
Bawaslu berwenang:
memberikan rekomendasi kepada KPU untuk menonaktifkan
sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g;
memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas
DEWAN KEHORMATAN
DEWAN KEHORMATAN
PENYELENGGARA PEMILU
PENYELENGGARA PEMILU
Dewan Kehormatan
Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu
Penyelenggara Pemilu
Pasal 109
(1) DKPP bersifat tetap dan berkedudukan di ibu kota negara.
(2) DKPP dibentuk untuk memeriksa dan memutuskan pengaduan dan/atau laporan adanya dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota KPU, anggota KPU Provinsi, anggota KPU Kabupaten/Kota, anggota PPK, anggota PPS, anggota PPLN, anggota KPPS, anggota KPPSLN, anggota Bawaslu, anggota Bawaslu Provinsi dan anggota Panwaslu Kabupaten/Kota, anggota Panwaslu Kecamatan, anggota
Pengawas Pemilu Lapangan dan anggota Pengawas Pemilu Luar Negeri. (3) DKPP dibentuk paling lama 2 (dua) bulan sejak anggota KPU dan anggota Bawaslu mengucapkan sumpah/janji.
(4) DKPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. 1 (satu) orang unsur KPU; b. 1 (satu) orang unsur Bawaslu; c. 1 (satu) orang utusan masing-masing partai politik yang ada di DPR; d. 1 (satu) orang utusan Pemerintah; e. 4 (empat) orang tokoh masyarakat dalam hal jumlah utusan partai politik yang ada di DPR berjumlah ganjil atau 5 (lima) orang tokoh masyarakat dalam hal jumlah utusan partai politik yang ada di DPR berjumlah genap.
(5) Dalam hal anggota DKPP yang berasal dari tokoh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d berjumlah 4 (empat) orang, Presiden dan DPR masing-masing mengusulkan 2 (dua) orang.
Kode etik Penyelenggara Pemilu
prinsip-prinsip moral dan etika Penyelenggara Pemilu
berpedoman kepada sumpah janji sebelum menjalankan
tugas sebagai Penyelenggara Pemilu dan asas
Penyelenggara Pemilu yang diberlakukan, ditetapkan oleh
KPU
Evaluasi Badan Penyelenggara Pemilu
Sistem Pemilihan Anggota
Presiden membentuk tim seleksi yang paham pekerjaan KPU
Calon Pilihan Presiden mendapat approval DPR
Pemilihan anggota Komisi dengan menggunakan Staggers election
Institutional Memory
Beaurocratic Reform
END OF SESSION
REFERENCES
REFERENCES
Jimly Asshiddiqie. Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat,
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara FHUI, 2002;
Harmaily Ibrahim. Pemilihan Umum di Indonesia: 1955, 1971 dan 1977. Jakarta: Al
Hidayah, 1974;
“Standar-standar Internasional Pemilihan Umum, Pedoman Peninjauan Kembali
Kerangka Hukum Pemilu”, International Institute for Democracy and Electoral Assistance (IDEA), 2002;
Didik Supriyanto. Menjaga Independensi Penyelenggara Pemilu, Jakarta: Perludem,
2007;
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;