• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAIN JUMPUTAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI SAMPAH PLASTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAIN JUMPUTAN MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI SAMPAH PLASTIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 26

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAIN JUMPUTAN

MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI SAMPAH

PLASTIK

Lia Cundari

*

, Pitri Yanti, Karindah Ade Syaputri

(*) Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya Inderalaya

Jalan Palembang-Prabumulih Km.32 Ogan Ilir Sumsel 30662 Email : icun_hyang02@yahoo.com

Abstrak

Plastik adalah bahan yang digunakan secara luas di masyarakat yang tidak bisa terdegradasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penumpukan sampah plastik dan menjadi salah satu masalah serius yang harus ditangani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkonversi plastik menjadi karbon aktif. kemudian karbon aktif ini diujikan untuk menyerap pengotor yang terdapat dalam limbah cair kain jumputan. Bahan bakunya berupa polyethylene terephtale (PET). Ukuran partikel dari karbon aktif adalah 200 mesh. Variasi yang digunakan adalah jenis aktivasi (tanpa aktivasi, aktivasi kimia, aktivasi fisika, dan kombinasi aktivasi kimia dan fisika) dan jumlah karbon aktif yang ditambahkan (10, 20, dan 30 gram). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karbon aktif yang diaktivasi secara kimia fisika dengan jumlah karbon aktif sebesar 30 gram merupakan variasi terbaik, dengan penurunan COD 98,41% ; BOD 98,73% ; TSS 97,86%.

Kata kunci : jenis aktivasi, karbon aktif, limbah cair kain jumputan, sampah plastik

Abstract

Plastic is a non-degradable material that was widely used everyday. As a result, large quantities of plastic waste is found and became a serious problem. Aim of this research is to convert plastic to activated carbon. Then activated carbon is tested to adsorp harmful contaminant in jumputan wastewater. Plastic of polyethylene terephtale (PET) was raw material. Particle size of activated carbon was 200 mesh. Variation of activation type (without activation, chemical activation, physical activation, and combination of physical and chemical activation) and amount activated carbon (10, 20 and 30 gram) were used. Result shows that combination of physical and chemical activation with 30 grams of activated carbon is the most effective variation. The highest degradation finds COD 98.41 %; BOD 98.73%; and TSS 97.86%.

Keywords: activation type; activated carbon; Jumputan wastewater; plastic waste

1. PENDAHULUAN

Limbah cair yang berasal dari indusrti tekstil skala kecil (home industry) seringkali dibuang langsung ke saluran pembuangan air atau resapan. Limbah cair tersebut masih mengandung bahan yang tidak dapat diolah oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah atau saluran pembuangan. Salah satunya adalah zat pewarna kimia. Industri tekstil kain jumputan menghasilkan limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Pembuangan limbah cair yang mengandung zat warna sintesis tersebut secara langsung dapat menyebabkan kerusakan ekosistem dan penurunana kualitas air.

Penggunaan zat pewarna sintesis dalam pembuatan kain jumputan tersebut tidak dapat dihindari, mengingat harganya yang murah, pilihan warna yang banyak dan warna yang lebih tahan lama dibandingkan dengan pewarna alami.

(2)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 27

dengan Coalite Batubara sebagai karbon aktif didapatkan bahwa dengan waktu aktivasi 20 jam dan konsentrasi HCl 0,1 M serta ukuran serbuk 125 µm dapat mengurangi kadar kromium pada limbah cair kain jumputan sebesar 94,35% (Fuadi ramdja, dkk, 2008).

Dewasa ini penggunaan plastik sangatlah luas, mulai dari keperluan rumah tangga, bidang industri dan banyak lagi lainnya. Penggunaan plastik ini akan menimbulkan limbah apabila sudah tidak terpakai kembali. Berbeda dengan sampah yang berasal dari makhluk hidup (sampah organik) yang dapat terurai oleh mikroorganisme. Gracedewei, dkk (2013) menyatakan limbah sampah plastik, khususnya yang terbuat dari minyak bumi (non-renewable) merupakan sintetik yang tidak dapat terdegradasi dengan mikroorganisme. Maka dari itu timbul pemikiran untuk menggunakan sampah plastik ini sebagai karbon aktif. Hal tersebut didukung dengan adanya unsur karbon yang terdapat didalam bahan utama pembuatan plastik, seperti polietilen, polypropilene atau pun polivinil klorida.

Dalam penelitian sebelumnya mengenai pembuatan karbon aktif dari sampah plastik membuktikan bahwa sampah plastik jenis polietilen dengan temperatur karbonisasi 450 oC

dan aktivasi HCl 1 M seberat 3 gram untuk ukuran 100-200 mesh dapat menurunkan kadar phospat sebesar 45,45% pada limbah laundry

dan karbon aktif untuk ukuran 30-60 mesh dapat menurunkan kadar phospat sebesar 42,70% (Irwan Wisnu, dkk.,2013).

Pada penelitian lain, yaitu penggunaan karbon aktif dari biji buah pinang hias dalam penurunan COD, BOD, TSS, dan krom pada limbah cair kain jumputan membuktikan bahwa kondisi terbaik untuk pembuatan karbon aktif adalah pada temperatur karbonisasi 500 oC dan

aktivasi HCl 0,5 M dapat menurunkan COD 98,61% ; BOD 98,5% ; TSS 87,5% ; Krom 96,30% (Cundari, Lia, dkk., 2015)

Berdasarkan referensi penelitian diatas, maka peneliti mengambil ide untuk membuat karbon aktif dari sampah plastik yang akan digunakan dalam pengolahan limbah cair industri kain jumputan.

Plastik

Plastik merupakan suatu polimer yang memiliki sifat-sifat unik. Polimer yaitu suatu bahan yang terdiri dari molekul-molekul yang disebut dengan monomer. Jika monomernya sejenis disebut dengan homopolimer, dan jika

monomernya berbeda maka disebut dengan kopolimer.

Plastik dapat digolongkan menjadi dua kelompok antara lain yaitu jenis plastik

thermoplast dan jenis plastik thermoset. Jenis plastik thermoplast yaitu plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan diberi panas. Plastik yang termasuk dari jenis plastik

thermoplast antara lain yaitu polypropilene,

nylon, polyethylene terephtale, polyacetal, dll. Jenis plastik thermoset adalah plastik yang apabila pada suatu kondisi tertentu tidak dapat dicetak kembali dikarenakan plastik jenis ini mepunyai bangun polimer berbentuk jaringan tiga dimensi. Plastik yang termasuk plastic thermoset antara lain adalah Poly Urethene,

Urea Formaldehyde, Melamine Formaldehyde,

polyester, epoksi dll.

Polypropilene

Polypropilene merupakan suatu polimer ini mempunyai sifat keseimbangan yang baik yang dapat ditemukan pada berbagai aplikasi antara lain sehari-hari antara lain yaitu pengemasan makanan, perlengkapan rumah tangga, dan peralatan elektronik. Berdasarkan pada ilmu kimia, polypropilene merupakan makromolekul

thermoplastic yang mempunyai rantai jenuh atau tidak memiliki ikatan rangkap yang terdiri dari polypropine sebagai gugus yang berulang (Febrian dan Pratama ,2011) .

Pada kekakuan polimer terhadap temperatur, polypropilene dapat dikelompokkan sebagai polimer termoplastik karena dapat melunak jika diberi panas, mengalir jika diberikan suatu tekanan, dan akan kembali ke sifat padatan jika didinginkan.

Polyethylene Terephtale

Polyethylene terephtale (PET) dibuat dari

etylene glicol (EG) dan terephtalic acid (TPA) atau asam terepthalat (DMT). PET merupakan

family dari family poliester dan merupakan plastik yang bersifat jernih, kuat, lentur, dimensinya stabil, tahan terhadap api, tidak beracun, permeabilitas terhadap gas, maupun air.

(3)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 28

Adsorpsi

Adsorpsi merupakan interaksi antara molekul-molekul baik cairan ataupun gas dengan molekul padatan dimana terjadi gaya tarik menarik antar atom atau molekul yang menutupi permukaan tersebut. Banyak zat yang akan teradsorpsi tergantung dengan jenis pori dan jumlah pori yang dapat digunakan untuk mengadsorpsi. Dalam adsorpsi terdapat istilah adsorbat dan adsorben, dimana adsorbat merupakan substansi yang diserap sedangkan adsorben merupakan media penyerapnya.

Adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika dapat terjadi jika gaya tarik menarik intermolekul lebih besar dibandingkan dengan gaya tarik menarik antarmolekul, dimana gaya tarik antarmolekul merupakan gaya tarik antara molekul-molekul fluida atau gas dengan permukaan padat sedangkan gaya tarik intermoleku merupakan gaya tarik antara fluida itu sendiri. Gaya yang terjadi yaitu gaya

van der waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu permukaan ke permukaan lain adsorben. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut: luas permukaan, jenis adsorbat, struktur molekul adsorbat, konsentrasi adsorbat, temperatur, pH, kecepatan pengadukan, dan waktu kontak.

Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan struktur amorf

yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas dan mempunyai internal surface, dimana luas permukaan karbon sebesar 300-2000 m2/gr.

Karbon aktif dapat diklarifikasikan menjadi dua jenis yaitu karbon aktif fasa cair dan karbon aktif fasa gas, dimana karbon aktif fasa cair dapat dihasilkan oleh material yang memiliki berat jenis rendah sedangkan karbon aktif fasa gas dihasilkan oleh material yang memiliki berat jenis tinggi

Pengujian Mutu Karbon Aktif

Kualitas dari karbon aktif tergantung dari jenis bahan baku, teknologi pengolahan, dan juga ketepatan penggunaannya. Standar mutu untuk karbon aktif tercantum pada Standar Industri Indonesia yaitu pada SII 0258-79 yang kemudian direvisi menjadi SNI 06-3730-1995, seperti terlihat pada Tabel 1 (Asbhani, 2013 ).

Tabel 1. Persyaratan Karbon Aktif

No Parameter Persyaratan 1 Kadar Air Maks. 15 %

Bahan baku terlebih dahulu dikarbonisasi, kemudian dihaluskan, dan diayak untuk selanjutnya diaktivasi dengan cara direndam dengan bahan-bahan kimia tertentu yang bertindak sebagai aktivator. Pada aktivasi kimia ini, karbon aktif terlebih dahulu direndam dengan bahan kimia selama 24 jam lalu dipanaskan dengan temperatur 600-900oC

selama 1-2 jam. 2) Proses Fisika

Bahan baku terlebih dahulu dikarbonisasi, kemudian digiling, diayak, selanjutnya diaktivasi dengan cara pemanasan temperatur 1000°C yang disertai pengaliran uap. Pengaliran uap ini dilakukan dengan gas aktivasi berupa uap air atau CO2 yang dialirkan pada karbon

hasil karbonisasi, proses ini biasanya berlangsung pada temperatur 800-1100oC.

Limbah Cair Industri Kain Jumputan

Tabel 2. Karakteristik Ambang Batas Limbah Cair Kain Jumputan

(4)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 29

Limbah cair industri tekstil seperti limbah kain jumputan mengandung zat warna yang digunakan pada pencelupan kain jumputan. Adapun karakteristik Ambang batas limbah kain jumputan yang di tetapkan pada keputusan Gubernur Sumsel No 16 tahun 2005 tentang bahan baku mutu limbah industri tesktil dapat dilihat pada Tabel 2

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dan analisa dilaksanakan dari 23 November 2015 sampa 22 Februari 2016 di Laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bahan baku sampah plastik yang digunakan berupa polietilen (PE) dan polipropilen (PP), perlakuan aktivasi karbon aktif yaitu tanpa aktivasi, aktivasi kimia, aktivasi fisika, dan aktivasi kimia fisika, serta jumlah karbon aktif yang digunakan 10 gr, 20 gr, da 30 gr.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya serap karbon aktif dari sampah plastik pada pengolahan limbah cair kain jumputan.

Peralatan yang digunakan adalah muffle furnance, ayakan 200 mesh, cawan porselen, erlenmeyer, oven listrik, ph meter, neraca analitis, desikator, magnetik stirrer, alat gelas, kertas saring, dan hotplate.

Bahan yang digunakan yakni plastik (polietilen dan polipropilen), acetone, KOH, limbah cair kain jumputan,, aquadest dan bahan analisa: iodium, natrium thiosulfat, amilum, kalium iodide.

Prosedur Penelitian

a) Tahap Pengecilan Ukuran

Sampah Plastik (Polietilen dan polipropilen) dicuci dan dipotong-potong menjadi kecil. Kemudian dijemur disinar matahari hingga kering.

b) Tahap Karbonisasi

Sampah plastik yang telah kering kemudian dimasukkan kedalam cawan-cawan porselen untuk kemudian di bakar didalam furnance selama 2 jam pada temperatur pembakaran 450oC. Karbon yang terbentuk kemudian diayak

dengan ayakan mekanis, ayakan yang digunakan yaitu 200 mesh.

c) Tahap Aktivasi

a. Aktivasi kimia

Karbon aktif direndam dengan larutan KOH 1M selama 2 jam. Karbon aktif disaring dengan saring, kemudian dicuci dengan aquadest hingga PH = 7. Lalu karbon aktif dikeringkan dengan menggunakan oven pada temperatur 110oC.

b. Aktivasi fisika

Karbon direndam di dalam larutan

acetone selama 24 jam kemudian dikeringkan diudara terbuka. Karbon kembali dibakar dalam muffle furnance

pada temperatur 700oC selama 2 jam.

c. Aktivasi Kimia Fisika

Karbon direndam di dalam larutan

acetone selama 24 jam kemudian dikeringkan diudara terbuka. Karbon kembali dibakar dalam muffle furnance

pada temperatur 700oC selama 2 jam.

Kemudian karbon aktif direndam dengan larutan KOH 1M selama 2 jam. Karbon aktif disaring dengan menggunakan kertas saring, kemudian dicuci dengan menggunkan aquadest hingga PH = 7. Lalu karbon aktif dikeringkan dengan oven pada temperatur 110oC.

Analisa Karbon Aktif

a) Kadar Air

Karbon aktif ditimbang seberat 1 gr dan dimasukan kedalam porselin yang telah dikeringkan, setelah itu dimasukan ke dalam sebuah oven pada temperatur 105 oC selama 1

jam, kemudian karbon aktif didinginkan di dalam sebuah desikator lalu ditimbang. Hitung kadar air dengan persamaan berikut (Jamilahtun S, dkk, 2014)

Kadar air (%) =a a- b x 100%

Dik: a = berat awal karbon aktif (gr) b = berat akhir karbon aktif (gr)

b) Daya Serap Terhadap Iodium

(5)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 30

yang telah diaduk kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Kemudian diambil 10 ml larutan itu dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warnanya bening kekuningan. Tambahkan indikator amilum 1% dan titrasi kembali sampai larutan tidak bewarna. Catat volum natrium thiosulfat yang terpakai.

Daya serap terhadap yodium (mg/g) =

10 – Molaritas Thio (0,1) x ml Thio untuk titrasi Molaritas Yodium (0,1002) ×12,693 ×2,5 0,254

Pelaksanaan Penelitian Limbah Cair Secara Batch

Siapkan karbon aktif yang berbahan baku sampah plastik jenis polietilen dan polipropilen dengan jenis aktivasi berbeda yaitu tanpa aktivasi, aktivasi kimia, aktivasi fisika, dan aktivasi kimia fisika. Kemudian 500 ml limbah dimasukkan kedalam beaker glass dengan karbo aktif sebanyak 10 gr. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan alat jar test selama 60 menit dengan kecepatan konstan yaitu sebesar 150 rpm. Ulangi dengan jumlah karbon aktif berbeda yaitu 20 gr dan 30 gr. Analisa kandungan limbah kain jumputan (COD,BOD, dan TSS).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitia ini, karbon aktif yang digunakan adalah karbon aktif dari sampah plastik. Bahan baku sampah plastik yang digunakan tersebut berasal dari polypropilene dan polietilen therepthalat. Sebelum diujikan pada limbah cair kain jumputan, sampah plastik tersebut diolah terlebih dahulu menjadi karbon aktif melalui proses karbonisasi pada suhu 450oC selama 2 jam didalam muffle furnace.

Hasil yang didapat untuk karbon aktif berbahan baku sampah plastik dari polietilen berupa karbon dengan struktur mengkilat. Untuk karbonisasi yang dilakukan pada bahan baku sampah plastik dari polypropilene pada temperatur 150oC didapatkan berupa minyak

kental dan wax, pada 250oC didapatkan minyak

yang lebih encer ,sedangkan pada 450 oC

berupa minyak encer dengan jumlah yang sedikit karena sebagian sudah teruapkan. Hal ini dapat disebabkan karena Polypropilene (PP) membutuhkan energi aktivasi yang lebih rendah untuk memecah ikatan C – H dari pada

polietilen (PE) karna rantai karbon polimer PP terdiri dari atom karbon tersier yang kurang tahan terhadap degradasi panas. Dikarenakan karbon aktif dengan bahan baku PP tidak dihasilkan, maka untuk selanjutnya hanya digunakan bahan baku PET.

Hasil karbonisasi dari PET dengan ukuran 200 mesh tersebut diaktivasi dengan 4 (empat) perlakuan, yaitu: tanpa aktivasi, aktivasi fisika, aktivasi kimia, dan aktivasi kimia fisika dengan variasi jumlah karbon aktif (10gr, 20gr, dan 30gr) untuk selanjutnya di ujikan ke limbah kain jumputan.

Gambar 1. Kadar Air Adsorben PET

Pengujian kadar air bertujuan untuk melihat sifat higroskopis yang terdapat pada karbon aktif. Gambar 2 menunjukan hubungan antara jenis aktivasi dan kadar air karbon aktif berbahan baku PE berukuran 200 mesh. Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa kadar air karbon aktif yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar antara 0,51 – 5,35 %. Kadar air tertinggi diperoleh karbon aktif dengan perlakuan aktivasi secara kimia yaitu sebesar 5,35% dan kadar air terendah diperoleh oleh karbon aktif dengan perlakuan aktivasi secara fisika yaitu sebesar 0,51%. Dengan demikian karbon aktif yang di aktivasi secara fisika adalah yang paling baik.

Gambar 2. Daya Serap terhadap Iodium Adsorben PET

(6)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 31

diujikan sekitar 558,492 - 990,045 mg/g. Daya serap terhadap iodin terendah diperoleh karbon aktif tanpa perlakuan aktivasi yaitu sebesar 558,492 mg/g dan daya serap tertinggi diperoleh oleh karbon aktif dengan perlakuan aktivasi secara kimia fisika yaitu sebesar 990,045%. Hal tersebut dikarenakan, masih banyak senyawa hidrokarbon yang tertinggal dipori-pori karbon aktif dengan perlakuan tanpa aktivasi, sedangan untuk karbon aktif dengan perlakuan aktivasi kimia fisika senyawa hidrokarbon telah banyak hilang pada saat proses termal fisika dan terikat pada senyawa aktifator pada proses kimia keluar dari mikropori arang, sehingga permukaannya semakin porous. Dengan begitu karbon aktif dengan perlakuan kimia fisika adalah yang paling baik.

Dari Gambar 2 dapat disimpulkan, semakin sempurna proses aktivasi maka daya serap terhadap iodium akan semakin baik. Berdasarkan nilai daya serap iodium karbon aktif yang diperoleh pada penelitian ini maka karbon aktif yang dihasilkan cukup baik digunakan sebagi pemurni, penjernih air, limbah cairan yang berasal dari zat warna dan lain-lain karena sudah memenuhi standar SNI 06-3730- 95, yaitu minimal 750 mg/g.

Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa dari empat jenis perlakuan aktivasi, kadar air yang dihasilkan dari tiga perlakuan penelitian ini sudah memenuhi standar kualitas karbon aktif berdasar SNI 06- 06-3730-199 yaitu maksimal 4,5% untuk karbon aktif bentuk butiran.

Hasil Analisa Awal Limbah Cair Kain Jumputan

Berdasarkan hasil analisa awal limbah cair kain jumputan didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Analisa Awal Limbah Cair Kain Jumputan

Hasil Analisis (mg/L)

COD BOD TSS

1052,58 632 280

A. Daya Serap Terhadap Limbah Cair Kain Jumputan

Chemical oxygen demand (COD)

Gambar 3. Pengaruh jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap chemical oxygen demand

Dari gambar 3 diatas dapat dilihat hubungan jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap penurunan Chemical oxygen demand oleh karbon aktif dengan jumlah 10 gr, 20 gr, dan 30 gr. Dapat dilihat dari gambar bahwa grafik bersifat fluktuaktif, hal ini diduga bahwa pada penelitian tidak hanya ada pengikatan zat organik pada karbon aktif, namun juga adanya pelepasan zat organik oleh karbon aktif karena media telah jenuh.

Berdasarkan gambar 3 diatas, pada jumlah karbon aktif 10 gr dan 30 gr terlihat bahwa proses aktivasi karbon akan menyebabkan kemampuan penyerapannya meningkat dibandingkan dengan karbon tanpa aktivasi. Proses aktivasi akan menyebabkan zat pengotor yang menyumbat pori-pori karbon akan hilang sehingga jumlah pori-pori aktif karbon semakin besar dan menyebabkan nilai Chemical oxygen demand semakin menurun.

Terlihat juga bahwa penyerapan maksimal terjadi pada karbon dengan perlakuan aktivasi kimia fisika 30 gram dan aktivasi kimia 10 gram yaitu sebesar 16,72 mg/L. Hal tersebut dapat disebabkan karena zat pengotor pada karbon aktif terikat oleh senyawa aktivator karbon hidroksida (KOH) dan keluar melalui pori-pori karbon, sehingga permukaannya semakin porous. Permukaan yang porous akan menurunkan angka COD dalam limbah cair kain jumputan.

(7)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 32

Biologycal oxygen demand (BOD)

Gambar 4. Pengaruh jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap biologycal oxygen demand

Biological oxygen demand merupakan

parameter yang menunjukkan banyaknya kandungan senyawa biologis dalam suatu limbah. Dari gambar 4 diatas dapat dilihat hubungan jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap penurunan Biological oxygen demand

oleh karbon aktif dengan jumlah 10 gr, 20 gr, dan 30 gr. Serupa dengan hasil yang diperoleh pada kandungan COD, pada jumlah karbon aktif 10 gr dan 30 gr terlihat bahwa proses aktivasi karbon akan menyebabkan kemampuan penyerapannya meningkat dibandingkan dengan tanpa aktivasi. Hal tersebut disebabkan karena pada saat proses aktivasi, pori-pori karbon akan lebih terbuka. Pada gambar 4 diatas, biologycal oxygen demand yang paling sedikit tertinggal pada limbah yaitu setelah mengalami perlakuan aktivasi kimia fisika dan dengan jumlah 30 gr sebesar 8 mg/L dan biologycal oxygen demand

yang paling banyak tertinggal pada limbah yaitu setelah mengalami perlakuan aktivasi fisika dan dengan jumlah 20 gr yaitu sebesar 95 mg/L.

Dari gambar 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa karbon aktif sampah plastik dengan perlakuan aktivasi 30 gram dapat menyerap BOD yang terkandung pada limbah kain jumputan dengan persentase penurunan BOD sebesar 98,5%.

Total suspended solid

Dari gambar 5 diatas dapat dilihat hubungan jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap penurunan Total suspended solid oleh karbon aktif dengan jumlah 10 gr, 20 gr, dan 30 gr. Dapat dilihat dari gambar 5 bahwa grafik bersifat fluktuaktif, dimana terjadi penurunan nilai dari sample awal yaitu 280 mg/L terhadap

karbon aktif dengan perlakuan tanpa aktivasi, aktivasi fisika, aktivasi kimia, dan aktivasi kimia fisika. Penurunan kandungan TSS yang paling besar terjadi pada limbah cair kain jumputan yang telah diadsorpsi menggunaan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi fisika dan berat 30 gram yaitu 2 mg/L dan penurunan kandungan TSS yang paling kecil terdapat pada limbah cair kain jumputan yang diadsorpsi dengan karbon aktif dengan perlakuan tanpa aktivasi dan berat 10 gr yaitu 20 mg/L.

Gambar 5. Pengaruh jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap total suspended solid

Pada gambar 5 juga dapat dilihat, bahwa limbah cair kain jumputan yang telah diadsorpsi oleh karbon aktif dengan perlakuan aktivasi kimia dan perlakuan aktivasi kimia fisika mempunyai nilai penurunan yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan limbah cair kain jumputan dengan perlakuan aktivasi fisika, hal tersebut dapat disebabkan karena kurang bersihnya pencucian karbon aktif dengan aquades sehingga masih banyak kandungan KOH yang tertinggal di pori-pori karbon aktif.

Dari gambar 5 dapat ditarik kesimpulan bahwa karbon aktif dari sampah plastik dapat menyerap TSS yang terkandung pada limbah kain jumputan dengan persentase penurunan TSS sebesar 99,28%.

4. KESIMPULAN

1. Sampah plastik berbahan baku polietilene tereftalatdapat dijadikan karbon aktif untuk pengolahan limbah cair kain jumputan, sedangkan sampah plastik dari bahan baku poliprolien tidak dapat terbentuk menjadi karbon aktif.

2. Jenis aktivasi yang paling baik pada pembuatan karbon aktif dari sampah plastik PET adalah aktivasi kimia fisika.

(8)

Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 22, Agustus 2016 Page | 33

4. Karbon aktif yang paling baik dalam pengolahan limbah cair industri kain jumputan adalah karbon aktif yang diaktivasi secara kimia fisika dengan jumlah karbon aktif sebesar 30 gram dengan penurunan COD 98,41% ; BOD 98,73% sedangkan untuk penurunan nilai TSS adalah karbon aktif dengan perlakuan aktivasi fisika dan jumlah karbon aktif sebesar 30 gram yaitu 99,28%.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Tuty E dkk. 2011. Pengolahan Air Limbah Pewarna Sintetis Dengan Menggunakan Reagen Fenton.

Prosiding Seminar Nasional AVoER

ke-3 Palembang. Universitas

Sriwijaya: 261- 266.

Ahmad, A. Fuadi dkk. 2008. Pembuatan Karbon Aktif Dari Coalite Batubara Dan Aplikasinya Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Kain Jumputan.

Jurnal Teknik Kimia, 15(1): 1-7. Asbhani. 2013. Pemanfaatan Limbah Ampas

Tebu Sebagai Karbon Aktif Untuk Menurunkan Kadar Besi Pada Air Sumur. Jurnal Teknik Sipil UNTAN, 13(1): 105-113.

Cundari, Lia dkk. 2015. Pengolahan Limbah Cair Industri Kain Jumputan Menggunakan Karbon Aktif Dari Biji Buah Pinang Hias. Prosiding Seminar

Nasional AVoER ke-7 Palembang.

Universitas Sriwijaya.

Fauziah, N. 2009. Pembuatan Arang Aktif Secara Langsung Dari Kulit Acacia Mangium Wild Dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya Sebagai Adsorben.

Skripsi. Kehutanan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Febrian, M.N dan Angga S.P. 2011. Pabrik

Polipropilen Biodegradable Dari

Propilen Dan Etilen Dengan Proses Polimerisasi Fasa Gas Teknologi Unipol. Program studi D3. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Indonesia, Keputusan Gubernur Sumatera Selatan, 2002, Bahan Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Industri Tekstil, SK Gub. Sumsel No.13 tahun 2002.

Jamilatun, S dan Martomo Setiawan. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair.

Spektrum Industri 12(1): 1-12.

Lokensgard, E. 2004. Industrial Plastics: Theory and Application, 4th Edition.

Delmar Learning: United States of America

Mujiarto, M. 2005. Sifat Dan Karakteristik Material Plastik Dan Bahan Aditif.Traksi 3(2): 65-73.

Ramdja, A. Fuadi. 2008. Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah Kelapa (Cocus Nucifera). Jurnal Teknik Kimia , 15(2): 1-8.

Surrest, Azhary H dkk. 2008. Pengaruh Suhu, Konsentrasi Zat Aktivator Dan Waktu Aktivasi Terhadap Daya Serap Karbon Aktif Dari Tempurung Kemiri. Jurnal Teknik Kimia 15(1):17-22.

Wardhana, Irawan W, dkk. 2013. Penggunaan Karbon Aktif Dari Sampah Plastik Untuk Menurunkan Kandungan Phosphat Pada Limbah Cair. Jurnal PRESIPITASI, 10(1): 30-40.

Gambar

Tabel 2. Karakteristik Ambang Batas Limbah Cair Kain Jumputan
Gambar 1. Kadar Air Adsorben PET
Gambar 3. Pengaruh jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap chemical oxygen demand
Gambar 4. Pengaruh jenis aktivasi dan jumlah karbon aktif terhadap biologycal oxygen demand

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu karakterisasi limbah padat agar, pembuatan karbon aktif dengan berbagai konsentrasi aktivator dan waktu

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi larutan KOH dalam aktivasi kimia terhadap karakteristik karbon aktif dan untuk aplikasinya sebagai adsorben zat

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi larutan NaOH dalam aktivasi kimia terhadap karakteristik karbon aktif dan untuk aplikasinya sebagai

Pengolahan Limbah Cair Industri Kelapa Sawit dengan Menggunakan Komposit Karbon Aktif-Kitosan (Variasi Konsentrasi Aktivator H 3 PO 4 )1. (Iis Meilinda Sari, 2017, 60halaman, 18

Dari uraian diatas penelitian dengan judul pengaruh suhu pirolisis dan jumlah katalis karbon aktif terhadap yield dan kualitas bahan bakar cair dari limbah plastik jenis

Dari hasil tersebut didapatkan bahwa dalam laju alir terbaik dalam penurunan kadar intensitas warna pada limbah cair kain jumputan yaitu pada kecepatan 50 ml/min dengan

Sampel limbah cair tahu yang telah dikoagulasi dengan larutan tawas optimum kemudian dialirkan pada kolom yang berisi karbon aktif, Berdasarkan penurunan

Solms DALAM FITOREMEDIASI LOGAM BERAT Pb LIMBAH CAIR KAIN JUMPUTAN Nur Suci Ramadhani*, Juswardi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas