• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Dialog antar Umat Beragama yang r

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Dialog antar Umat Beragama yang r"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK DIALOG ANTARA UMAT BERAGAMA YANG RELEVAN

TERHADAP HUBUNGAN KRISTEN-ISLAM DALAM KOMUNITAS

YOUNG INTERFAITH PEACEMAKER COMMUNITY

REGIONAL JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan

Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Kristen Pada

Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar

Oleh

FENI FARIDA ATONIS

NPM 09021896

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY

MAKASSAR

(2)

Abstrak

Feni Farida Atonis. “Dampak Dialog antar Umat Beragama yang relevan terhadap Hubungan Kristen-Islam dalam Komunitas Young Interfaith Peacemaker Community Regional Jawa Barat.” (dibimbing oleh Pdt. Andrew Brake. Ph.)

Tujuan penulisan skripsi ini adalah Untuk generasi muda menyadari pentingnya membangun perdamaian melalui dialog antara umat beragama.

(3)

sebab itu, himbauan untuk para mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Jaffray Makassar untuk mengikuti kegiatan ini, agar ada kerjasama untuk mewujudkan perdamaian bersama. Kegiatan Student Interfaith Peace Camp dalam komunitas YIPCI regional Jawa Barat merupakan sarana terbaik untuk saling mengenal teman-teman Muslim secara lebih mendalam. Sebagai pengikut Kristus, salah satu cara untuk mengekspresikan mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan adalah dengan mengasihi sesame kita yang kelihatan. Dan hal ini hanya bias ditemukan di dalam kegiatan YIPCI regional Jawa Barat. Kelima,dalam komunitas YIPCI regional Jawa Barat, peserta bersama-sama belajar 12 nilai perdamaian.Tentu hal ini ada sangkut pautnya dengan belajar dari ayat-ayat dalam Al-Quran, Taurat dan Injil.Hal ini secara tidak sengaja kita memperkenalkan Juruselamat kepada teman-teman dari agama lain.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural dari berbagai aspek, seperti: suku, agama, budaya, ekonomi, sosial, maupun politik.Dan dalam bidang keagamaan di Indonesia berkembang semua agama-agama besar duniadan agama- agama suku yang beraneka ragam kecuali Yudaisme.1Jadi, kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia terletak pada keanekaragaman dari berbagai aspek social yang tersusun menjadi satu kesatuan bangsa yaitu dari segi suku, budaya, ekonomi, geografis, dan dalam bidang keagamaan.

Olaf Herbert Schuman dalam bukunya Agama dan Dialogia menanggapi pernyataan mengenai kemajemukan agama diatas, beliau mengatakan bahwa “Menghadapi realitas kemajemukan agama-agama yang hidup dan

(5)

sikap fanatik terhadap umat agamalain.Sebenarnya keanekaragaman agama-agama di Indonesia seharusnya berlangsung dalam konteks kerukunan beragama.

Kata rukun dalam bahasa Indonesia menunjuk pada adanya hubungan baik, hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara pribadi dan golongan yang ada dalam masyarakat.3 Namun pada kenyataannya setiap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, kemajemukan agama dapat menimbulkan konflik yang berpotensi pada perpecahan hubungan baik bahkan menghancurkan kehidupan manusia.

Kerukunan dari sudut pandang Negara Pancasila, menurut Weinata Sairin mengatakan bahwa: “Wujud nyata dari pernyataan bahwa negara kita bukan negara

agama adalah bahwa negara melindungi, mengayomi, memberi dukungan dan kesempatan, serta bertindak adil terhadap semua agama sehingga semua agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mampu secara terus-menerus dan bersama-sama memberikan landasan spiritual, moral dan etik yang kukuh bagi pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila.”4 Jadi, pancasila sebagai

falsafah bangsa Indonesia, dalam sila ke-5 menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat, negara memberikan kebebasan untuk melakukan hak dan kewajiban

1U.T. Saputra, Iman Di Tengah Masyarakat: Penuntun Kuliah Pendidikan Agama Kristen

(Bandung: Bina Media Informasi, 2004), 89-90.

2Olaf Herbert Schumann, Agama Dalam Dialog(Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1999), 459. 3Weinata Sairin, Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir

(6)

masyarakat. Demikian pula, kebebasan beragama menurut keyakinan masing-masing, negara harus berperan sebagai pelindung, dan bertindak secara adil, memberi kesempatan dan dukungan kepada tiap-tiap agama untuk menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mewujudkan persatuan bangsa Indonesia sebagai tujuan dari bangsa Indonesia itu sendiri. Persatuan Indonesia harus terwujud melalui kerukunan hidup umat beragama.

Kerukunan merupakansuatu keharmonisan hubungan dalam bagianpergaulan dan kehidupan bermasyarakat dalam sebuah lingkungan.Wujud saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing adalah bekerja sama antarapemeluk agama dari berbagai golongan agama dan antara umat beragama dengan pemerintah, yang sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan negara untuk saling bertenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang lain.

Berdasarkan pada sikap saling menghormati kebebasan, maka masyarakat secara langsung membangun hubungan yang harmonis, saling melindungi dan bertindak sesuai dengan pancasila. H. Burhanuddin Lopa yang menyatakan bahwa: “Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan berkewajiban mengabdi kepada-Nya untuk

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”. Ia menambahkan pula bahwa “agar kehidupanberagama di dunia berjalan aman dan tertib, maka Perserikatan

(7)

memilih agama dan keyakinan yang dikehendakinya sesuai dengan UDHR pasal 18 yang berbunyi:

Setiap orang berhak untuk bebas berpikir, bertobat dan beragama; hak ini meliputi kebebasan berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya dalam bentuk beribadat dan menepatinya, baik sendiri maupun dilaksanakan bersama-sama dengan orang lain, baik ditempat umum maupun tersendiri.5

Jadi, Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan satu hal yang sangat penting, karenahak ini diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta.Menyadari akan pentingnya hak asasi manusia, manusia wajib memberi ruang untuk sesamanya menyatakan hak dan kewajibannya.Hak setiap manusia untuk beragama, menyatakan kepercayaan, baik dalam kehidupan beragama dan kehidupan sosialnya.

Demikian pulajika hak ini dikaitkan dengan kebebasan beragama, maka akan ada kerukunan/hubungan yang baik/harmonis antara umat beragama.Karena perbedaan ajaran agama yang ada jika dianggap sebagai penghalang maka persoalan konflik yang terjadi tidak akan terselesaikan apalagi ditambah dengan ajaran agama yang mendukung dengan pemahaman yang salah.

Agama adalah ajaran,sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan keibadatan kepada Tuhan yang Mahakuasaserta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan.6Agama sebenarnya dapat digunakan sebagai alat yang menciptakan hubungan baik dengan Tuhan, diri sendiri,

5 H. Baharuddin Lopa, Alquran & Hak-Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima

Yasa), 84.

(8)

sesama dan lingkungan masyarakat, sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik secara jasmani maupun rohani.Berdasarkan penjelasan tersebut penulis ingin menguraikan secara singkat pemahaman para pemeluk agama dari segi ajaran Islam dan Kekristenan.Dilihat dari segi ajaran Islam, H. Tarmi mengatakan bahwa: “hukum dan akhlak atau kesusilaan merupakan satu rangkaian kesatuan yang

membentuk agama Islam itu sendiri.

Akhlak berasal dari kata khuluq yang berarti perangai, sikap, perilaku, watak dan budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perilaku atau budi pekerti manusia terhadap Khalik (Pencipta alam semesta) dan makhluk.7Agama Islam bukan hanya sebuah agama tetapi agama yang ajaran mutlaknya berfokus pada hukum, kesusilaan dan akhlak atau perbuatan manusia itu sendiri.Panggilan Islam untuk menghadirkan perdamaian merupakan bukti hakikat dari agama Islam itu sendiri yangsumber adalah perdamaian, sehingga harus menghadirkan perdamaian dalam segala aspek kehidupan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Kristen, dilihat dari arti sesungguhnya Kekristenan itu, seorang teolog, Erastus Sabdono mengatakan bahwa: untuk menjawab pertanyaan apakah kekristenan itu harus merunut kata “Kristen”. Kata ini merupakan sebutan bagi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pada awal berdirinya gereja. Sebutan ini pertama kali muncul di Antiokhia, ditujukan kepada

(9)

murid-murid yang belajar Injil yang diajarkan oleh Barnabas dan Paulus.Hal ini tercatat dalam Kisah Para Rasul sebagai berikut: Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kaliya disebut Kristen (Kisah Para Rasul 11:26).

Kata “Kristen” yang digunakan untuk pengikut Kristus disini merupakan

terjemahan dari kata Yunani (Khristianos), artinya “orang yang dihubungkan dengan Kristus” atau dengan kata lain seperti Kristus”. Menjadi Kristen berarti akan mengarungi kehidupan yang sulit, sebab ia harus masuk proses penyempurnaan karakter sampai sempurna seperti Kristus. Perjalanan hidup inilah yang disebut kekristenan. Kekristenan bukan agama, melainkan jalan hidup. Jika mempelajari Injil dengan benar, maka ditemui bahwa kekristenan memiliki sifat-sifat yang tidak sama dengan agama pada umumnya. Secara ritual dalam kekristenan, liturgi gereja hanyalah merupakan ekspresi miniatur dari kehidupan setiap hari yang dijalani. Secara hukum, kekristenan menekankan sikap batiniah, tindakan kasih. Kasih dalam kekristenan pada dasarnya adalah segala tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan, bukan sekedar sesuai dengan hukum.8 Seperti yang dikatakan Paulus dalam surat (I Korintus 13:3) “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala

(10)

sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.”

Jadi, dalam kekristenan, jika kehidupan seseorang menekankan seremoni, hukum, atau syariah, maka berarti mereka tidak memiliki kekristenan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Kekristenan adalah jalan hidup yang menekankan pembentukan manusia batiniah yang lurus seperti karakter Tuhan Yesus sendiri.

(11)

manusia yang membawa agama sebagai kepentingan nafsunya dan mengkambinghitamkan, menggunakan agama sebagai jalan melakukan kekerasan salah satunya adalah perang salib.

Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Yerusalem dan sekitarnya secara berulang-ulang mulai dari abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka. Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan. Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini.10 Perang Salib mungkin adalah konflik terbesar antara umat Islam dan Kristen yang tertoreh dalam sejarah dan takkan pernah terlupakan. Kebencian antara kedua pemeluk agama ini, belakangan sering berakar pada peristiwa sejarah tersebut. Meskipun potensi perbedaan dari sisi keagamaan sudah ada sebelumnya, namun pengaruh perang salib memberikan kontribusi yang besar terhadap ketegangan umat Islam dan Kristen dan

9Leo D. Lefebure, Penyataan Allah, Agama dan Kekerasan (Jakarta: Gunung

Mulia,2003),15-16.

10“Perang Salib” Diakses tanggal 23 Oktober 2015; tersedia

(12)

menjadi salah satu peristiwa yang menyebabkan dendam yang cukup parah mengenai hubungan Kristen dan Islam. Pemberontakan, kekerasan mulai menyebar dan rasa kebencian terhadap pemeluk agama lain menjadi wabah permusuhan hingga saat ini. Sedangkan di Indonesia hubungan ini juga dipengaruhi oleh kolonialisme Barat yang membawa agama Kristen.

Kata koloni berasal dari kata colonia (bahasa Latin) yang artinya tanah pemukiman (jajahan). Jadi koloni berarti pemukiman suatu negara di luar wilayah negaranya yang kemudian dinyatakan sebagai bagian wilayahnya.11Sedangkan kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan dari penguasa yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah di bidang ekonomi, politik, perdagangan, agama dan kebudayaan.

Sejarah mencatat bahwa kedatangan orang-orang Eropa di Indonesia berkaitan dengan penyebaran agama Kristen. Panjajahan politik, ekonomi yang dilakukan Portugis dan Belanda di Indonesia menyertakan sistem kristenisasi. Latar belakang penyebaran agama Kristen tersebut menjadi salah satu fakta penyebab konflik, prasangka antara umat beragama secara khusus umat Muslim membenci umat Kristen apalagi ditambah pergelokan kolonialisme dengan semangat perang salib yang juga memaksa orang Muslim untuk masuk Kristen.

11“Kolonialisme” diakses 6 April 2016; tersedia di

(13)

Jihad mempunyai keutamaan yang besar dalam Islam dan mencakup semua lini kehidupan.Kata “Jihad,” berasal dari bahasa Arab (jahada), yang berarti “mencurahkan segala upaya guna mencapai tujuan kesempurnaan agama”, Q.S.

25:52 ; 22:78).12 Jadi, jihad secara bahasa berarti mengerahkan segala upaya dan kemampuan, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Definisi jihad secara syariah yang paling komperehensif diutarakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Jihad

adalah mengerahkan segala upaya demi mencapai kebenaran yang diinginkan.” Di tempat lain, beliau mengatakan, “Hakikat jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai hal-hal yang diridhai oleh Allah seperti iman dan amal saleh, sekaligus untuk menolak hal-hal yang dibenci-Nya seperti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.”13 Definisi tersebut mencakup semua jenis jihad yang dapat dilakukan

oleh seorang Muslim. Mencakup usaha kerasnya dalam menaati Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Termasuk juga usahanya dalam mengajak orang lain – Muslim atau kafir – untuk menaati Allah, usahanya dalam memerangi orang kafir untuk meninggikankalimat Allah, dan sebagainya. Sebuah upaya dikatakan sebagai jihad jika memenuhi syarat, yaitu dilakukan di jalan Allah. Oleh karena itu, segala upaya yang dilakukan tidak di jalan Allah Ta’ala, maka tidak bisa dikatakan sebagai jihad. Seperti ungkapan George Brasswell

12 Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa,Meniti Kalam Kerukunan: Beberapa Istilah Kunci

Dalam Islam dan Kristen (Jakarta: Gunung Mulia,2010),176.

13Ahmad Tayyeb, Grand Shaikh Al-Azhar, “Pengertian Jihad dalam Islam 1”Diakses 10

(14)

mengatakan bahwa: “Jihad dikenal sebagai “perang suci” Jihad adalah perang yang

dilakukan oleh hati, lidah, lengan dan pedang.

Perang hati adalah pegumulan rohani dan moral untuk menyenangkan Allah. Perang lidah adalah berbicara mengenai kebenaran Islam, lengan menyatakan ungkapan untuk menjadi teladan moral yang baik bagi komunitas, sedangkan perang pedang adalah konflik bersenjata dengan musuh-musuh komunitas Islam.14Jihad secara tepat berarti ‘perjuangan’, ‘usaha atau usaha keras’ dan perjuangan utama

adalah di dalam diri sendiri untuk melakukan kehendak Allah dan memperluas komunitas Muslim dengan cara-cara damai jadi bukan perang yang dilakukan untuk meraih kemenangan dalam sebuah pertempuran atau perang, tetapi jihad merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan oleh seorang Muslim yang taat kepada Allah atau berserah diri kepada Allah, seperti akar kata Islam itu sendiri.

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebagai sebuah ancaman baru keamanan dunia global tidak lebih sebagai efek dominan dari krisis politik Timur Tengah atau dikenal dengan istilah Arab Spring. Kondisi sosial dan politik di Timur Tengah memberi kontribusi tidak langsung bagi muncul dan berkembangnya ISIS. Negara pun menjadi gagal memberikan keamanan, dan menjaga kedaulatan seluruh wilayah. Selain itu, agama sebagai perekat sosial telah mulai pudar, munculnya

14George W. Brasswell JR. Apa Yang Anda Perlu Tahu Mengenai Islam & Orang-orang

(15)

sektarianisme yang lebih kuat daripada semangat persatuan dalam beragama. Dari muncul dan berkembangnya ISIS ini, terjadinya penganiayaan dan pembunuhan yang sangat kejam menjadi salah satu faktor yang mengancam seluruh masyarakat. Membunuh dengan sengaja dan tidak memandang siapa orang itu dari status sosial, usia, agama, dan pendidikan. Islamic State Iraq and Syria (ISIS) bukan hanya membantai manusia dengan berondongan senapan mesin, roket, dan bom, tapi ISIS juga sampai hati menyembelih manusia dan memisahkan kepala dari tubuhnya hanya dengan menggunakan pisau tumpul. ISIS juga akan tetap membunuh para korbannya meski mereka dalam kondisi lemah dan telah meratap minta ampun. Peristiwa tersebut memunculkan klaim dari umat Kristen bahwa kekerasan ini dilakukan oleh umat Muslim. Oleh sebab itu, klaim ini mengakibatkan kesalapahaman, perselisihan dan pertentangan serta dendam.

George W. Braswell JR mengatakan bahwa, “lebih dari 1400 tahun, Islam telah memandang kekristenan sebagai agama yang salah dan cemar. Sebaliknya kekristenan telah memandang Islam sebagai agama sesat, satu sama lain saling memisahkan diri untuk sebagian besar waktu, sehingga timbul kecurigaan, ketidakpercayaan, dan permusuhan telah menjadi ciri dari sejarah hubungan Kristen-Islam.”16 Salah satu cikal bakal konflik yang tidak bisa dihindari adalah adanya

15“Sejarah Isis”Diakses tanggal 21 Oktober 2015; tersedia di

http://damailahindonesiaku.com/isis/sejarah-isis/.

16George W. Braswell JR,ApaYang Anda Perlu Tahu MengenaiIslam & Orang-orang

(16)

perbedaan pemahaman dalam memahami ajaran agama masing-masing pemeluk.Kebencian yang terjadi adalah bahwa kedua belah pihak tidak mampu menerima perbedaan yang ada, dan masing-masing pemeluk kedua agama tersebut mengklaim bahwa agamanyalah yang paling benar dan dapat menyelamatkan.

Suatu konflik yang dimotivasi agama akan berakibat sangat luas, baik fisik maupun mental. Dan akan sangat sulit disembuhkan. Dendam tidak akan pernah selesai dalam satu atau dua generasi. Oleh sebab itu, penyelesaian konflik adalah melalui dialog sebagai salah satu alternatif pemecahan dan pencegahan konflik antara kelompok umat beragama.

Nur Kholis Setiawan & Djaka Soetapa dalam bukunya Meniti Kalam Kerukunanmengutip perkataan Mahmud Ayoub tentang sejarah dialog bahwa:

Dialog antara umat Islam dan Kristiani sudah berusia setua Islam itu sendiri. Menurutnya, ini tampak dalam relasi antara Nabi Muhammad dengan sepupuKhadijah yang beragama Kristen, Waraqah b. Nawfal, dan juga dalam perjumpaan dengan rahib dari Bahira yang bernubuat akan kenabian Muhammad. Tidak berhenti disitu, Gaudeul dalam bukunya, Encounters and Clashes, menunjukan bahwa dialog dengan umat Islam berlanjut pada abad-abad berikutnya. Pada abad ke-8 sampai ke-10, di saat Islam sedang mencapai kejayaan, terjalinlah dialog teologis yang melibatkan beberapa beberapa tokoh.17

Jadi, berdasarkan sejarah dialog antara umat beragama khususnya Kristen-Islam, dialog sudah setua agama Islam itu sendiri dan sudah berabad-abad dilakukan oleh masing-masing tokoh yang mewakili agamanya. Setiap tokoh agama memegang peranan penting dalam memberi pemahaman mengenai ajaran agama dan tidak

(17)

menonjolkan perbedaan. Di dalam Surah al- Hujurat ayat 10 mengatakan bahwa: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah

antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat"18

Jadi, tabiat iman adalah selalu bersatu dan tidak berpecah belah, satu sama lain saling menguatkan. Orang-orang Muslim percaya bahwa Islam adalah perdamaian yang berasal dari penyerahan diri kepada Allah. Sedangkandalam kekristenan, umat Kristen diharuskan melakukan hukum kasih dan damai. Malcoln Brownlee mengutip ungkapan Nicholas Wolstertorff dalam bukunya, Until Justice And Peace Embrace, ia mengatakan bahwa:

Shalom berarti menikmati kehidupan di depan Tuhan, menikmati kehidupan dalam lingkungan alam, menikmati kehidupan beserta sesama, dan menikmati kehidupan beserta diri sendiri, dan dalam masyarakat yang bersifat shalom kalangan-kalangan yang terpisah dipersatukan seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat di Galatia. Dalam suratGalatia 3:28 Paulus mengatakan bahwa: “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.19

Jadi, jelas bahwa setiap agama mengajarkan perdamaian, cinta kasih dan persaudaraan agar dalam kehidupan ada keharmonisan, kesatuan dan tidak memandang perbedaan sebagai salah satu penghalang untuk mencapai kesejahteraan bersama.

18Al-Quran,Surah al-Hujurah, ayat 10.

19Malcoln Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis Bagi

(18)

Walter Wink mengatakan bahwa “…gerakan untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial, serta gerakan pelestarian lingkungan, berakar dari sikap menghormati.”20 Jadi fakta terjadinya konflik adalah minimnya sikap saling menghargai perbedaan. Oleh karena itu, masyarakat perlu memaksimalkan sikap saling menghormati perbedaan agar terjalin perwujudan damai bersama.

Komunitas Young Interfaith Peacemaker Community menghimpun pemuda-pemudi yang memiliki visi dan misi bagi perdamaian Indonesia.Mereka adalah orang-orang yang berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda antara lain dari Sabang sampai Merauke dengan kebiasaan dan suku, budaya, bahasa, maupun agama yang berbeda. Mereka pun adalah orang-orang yang pernah trauma dengan konflik pembakaran gedung-gedung Gereja dan Mesjid. Berdasarkan konflik-konflik tersebut, masyarakat pada umumnya akan mengalami bahaya ancaman dan ketakutan. Oleh sebab itu, kerukunan adalah sesuatu yang didambakan, tetapi sekaligus juga membutuhkan perjuangan berat untuk mewujudkannya.21 Seperti yang dikatakan N. K. Atmadja Hadinoto mengatakan bahwa “menyadari akan bahaya dan prasangka-prasangka yang ada, tentu tidak cukup. Yang diperlukan sekarang adalah mencari tahu hal-hal apa yang dapat menolong orang memahami lebih baik pihak

20Walter Wink, Damai Adalah Satu-Satunya Jalan: Kumpulan Tulisan Tentang

Nir-Kekerasan Dari Fellowship Of Reconciliation(Jakarta: Gunung Mulia,2009),209.

21A.A. Yewangoe, Iman, Agama Dan Masyarakat Dalam Negara P ancasila (Jakarta:

(19)

lain di dalam dialog antara agama. Mutu dialog di antara umat beragama sudah sangat maju dan terus meningkat. Hal ini dapat pula dilihat dalam cara bagaimana perbedaan pendapat ditanggulangi. Jika dulu perbedaan pendapat sering dihadapi dengan emosi, sekarang masing-masing pihak sudah mendasarkan pendapatnya pada argumentasi yang dapat ditanggapi.23 Oleh karena itu, penulis melihat bahwa dialog antara umat beragama menjadi sangat penting dan dapat memberi dampak terhadap hubungan antara Kristen-Islam dalam komunitas Young Interfaith Peace Maker Community (YIPCI) regional Jawa Barat. Karena itu, penulis bermaksud menuangkan masalah ini dalam suatu karya tulis yang berjudul: “DAMPAK

DIALOG ANTARA UMAT BERAGAMA YANG RELEVAN TERHADAP

HUBUNGAN KRISTEN-ISLAM DALAM KOMUNITAS YOUNG

INTERFAITH PEACEMAKER COMMUNITY REGIONAL JAWA BARAT”

Pokok Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan skripsi ini yang menjadi pokok masalah adalah:

Sejauh mana dialog antara umat beragama dapat memberi dampak yang relevan terhadap hubungan Kristen-Islam dalam komunitas Young Interfaith Peacemaker Community Regional Jawa Barat?

22N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi: Keluarga Kristen Dalam Masyarakat

Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), 106.

23 Olaf H. Schumann, Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan (Jakarta:

(20)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan skripsi ini adalah: Untuk menjelaskan dampak dialog yang relevan terhadap hubungan Kristen-Islam dalam komunitas Young Interfaith Peace Maker Community Regional Jawa Barat.

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan skripsi ini adalah: Untuk generasi muda menyadari pentingnya membangun perdamaian melalui dialog antara umat beragama.

Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kuantitatif:

Pertama, menggunakan metode library Research yaitu bedah buku-buku sebagai bahan atau referensi untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Kedua, dengan pembagian angket kepada anggota Young Interfaith Peace Maker Community (Kristen-Islam) dan melakukan wawancara langsung sebagai penguat data.

(21)

Dalam ruang lingkup pembahasan dalam karya tulis ini, penulis lebih mengarah kepada penjelasan mengenai dampakdialog antara umat beragama terhadap hubungan antara Kristen-Islam, khusus di kalangan komunitas Young Interfaith PeaceMaker Community Regional Jawa Barat.

Sistematika Uraian

Sebagai gambaran untuk mengenal skripsi ini, penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, manfaat penulisan, batasan penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab kedua, penjelasan tentangpengertian Dialog, pengetian dialog secara umum dan khusus, kepentingan dialog antara umat beragama, syarat-syarat dialog, bentuk-bentuk dialog antara umat beragama, tujuan dialog, apa itu Young Interfaith Peacemaker Community, profil, sejarah, visi, misi, nilai dasar, tujuan YIPCI serta kegiatan-kegiatan dalam komunitas YIPCI regional Jawa Barat.

Bab ketiga, merupakan metodologi penelitian yang berisi gambaran umum lokasi penelitian yaitu tentang sejarah berdirinya Young Interfaith Peacemaker Community Regional Jawa Barat, prosedur penelitian, jenis penelitian dan teknik pengumpulan data.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

mereka sangat toleran, mereka tidak saling mencampuradukkan. Misalnya ada waktu saat ibadah agama masing-masing dan saling menghargai dan bersikap sewajarnya berteman

Dengan demikian, hirarki-piramidal struktur sosial dalam realitas masyarakat dapat dilihat dari peranan yang dimiliki dalam diri seseorang seperti: tokoh agama, tokoh masyarakat,

Sedangkan menurut masyarakat lainnya berpendapat tentang peran Aqidah dalam konflik tersebut, yaitu bertanggung jawab sebagai umat islam untuk membela agama islam

Dialog antaragama yang dilakukan oleh FPUB bukan berarti tanpa adanya hambatan. Dari informasi di lapangan ditemukan beberapa hambatan dalam upaya FPUB membangun dialog antar

Perbedaan agama atau keyakinan bukan merupakan masalah bagi masyarakat Gading karena sejak dulu sampai sekarang warga setempat saling menjaga keharmonisan hubungan

Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap

Keberhasilan dialog ini antara lain: mereka bisa saling mengenal, lebih mengetahui berbagai problem yang dihadapi, bersedia saling mendengarkan dan saling

Sebagai implementasi dialog Antar agama di FKUB adalah dialog antar tokoh agama di Kota Semarang yang di adakan secara rutin pada Rabu minggu ketiga dalam setiap