BBM Naik, Rakyat Menjerit
Redaksi yang terhormat,
Sepertinya wacana kenaikan BBM bukan hal yang asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Setelah sebelumnya sudah mengalami beberapa kali kenaikan, kini pemerintah pun berencana menaikan tarif BBM kembali. Berbeda dengan kenaikan sebelumnya, kenaikan saat ini dilakukan dengan dua kenaikan harga premium yang berbeda. Harga Rp 4.500/liter untuk motor dan angkutan umum, sementara untuk mobil pribadi Rp 6.500/liter. Penghematan Rp 30 triliun adalah dalih utama kenaikan tersebut. Pasalnya, dari 274,7 triliun subsidi APBN 2013, Rp 193,8 diantaranya dihabiskan oleh subsidi BBM. Itu dirasakan sangat membebani APBN dan berpotensi merugikan Negara.
Jika kita telisik lebih dalam, ternyata dari total APBN yang ada, biaya belanja birokrasi menduduki nilai yang tidak kalah banyak dengan subsidi BBM, bahkan melampauinya, yakni sebesar Rp 400,3 triliun. Selain itu, porsi pembayaran cicilan pokok hutang ditambah bunganya juga sangat besar, totalnya mencapai Rp 171,7 triliun. Padahal jika kita analisa lebih lanjut, sasaran penikmat subsidi BBM lebih banyak ketimbang anggaran belanja birokrasi serta pembayaran hutang Negara. Tapi ternyata, pemerintah lebih mementingkan kepentingan sebagian kelompok tertentu saja dibandingkan dengan kebutuhan semua rakyat Indonesia. Selama dia berkewarganegaraan Indonesia, kaya ataupun miskin, dia tetap rakyat Indonesia, tidak boleh ada perbedaan perlakuan dari pemberian fasilitas umum Negara.
Dari sedikit pengkajian diatas, jelaslah bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah sama sekali bukan untuk kepentingan seluruh rakyat, namun untuk sebagian kalangan saja. Dan hal tersebut akan terus berlangsung jika tidak ada tindakan dan tuntutan keras dari seluruh elemen masyarakat kepada pemerintah secara langsung. Maka, sudah selayaknya lah kita kembali berpikir dan bersikap kritis terhadap segala sesuatu yang diputuskan pemerintah, karena kebijakan tersebut bukan hanya berdampak pada sebagian orang saja, tapi seluruh masyarakat Indonesia. Bukan hanya berdampak pada satu generasi manusia saja, tapi mencakup generasi kita dimasa yang akan datang. Sampai kapan kita akan melihat rakyat menjerit? Jika jawabannya sampai detik ini saja, maka marilah kita bersama-sama menyatukan suara untuk kebaikan Negara ini. Namun sesungguhnya kebaikan itu hanya akan didapat dari aturan yang sempurna, aturan yang dibuat Sang Maha Pencipta. Jadi, tidak ada solusi fundamental lain untuk menyelesaikan carut marut negeri kita ini kecualihanya dengan mengganti aturan yang ada dengan aturan milik sang Pencipta.
Wallohu ‘alam bi ashowab. Tresna Mustikasari