GAMBARAN PERILAKU KONSUMTIF
SISWA-I SEKOLAH MENENGAH ATAS
“INTERNATIONAL ISLAMIC BOARDING
SCHOOL REPUBLIC OF INDONESIA”
(SMA IIBS RI)
Rezi Suci Agustia
rezi.agustia@yahoo.com Dosen Pembimbing : Wing Ispurwanto
Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum perilaku konsumtif dan sejauh mana perilaku konsumtif pada subjek siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, serta bersifat deskriptif dan Non-experimental, dimana sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran perilaku konsumtif siswa-siswi SMA IIBS. Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik Quota Sampling. Penelitian menggunakan kuesioner yang mengacu pada teori Perilaku Konsumtif oleh Erich Fromm, yang terdiri dari Pemenuhan Keinginan, Barang di Luar Jangkauan, Barang Menjadi Tidak Produktif, dan Status. Kuesioner disebarkan kepada 60 responden dengan 45 item kuesioner, dengan reliabilitas 0,922, dan menggunakan standar validitas 0,25. Metode pengolahan data menggunakan analisa deskriptif statistik dan multivariate. Dari hasil penelitian menunjukan adanya perilaku konsumtif yang lebih tinggi pada siswa-siswi SMA IIBS kelas 2 dibandingkan pada siswa-siswi SMA IIBS kelas 1. Namun, secara umum perilaku konsumtif siswa-siswi SMA IIBS belum memasuki tahap yang sangat berlebihan, dengan mean temuan 95.13.
Kata Kunci: Perilaku Konsumtif, Remaja, Boarding School
This research objective is to analyze the general view of consumptive behavior and to measure the consumptive behavior occurred among the boarding school student in IIBS High School. The research design is using the quantitative approach, which is descriptive and non-experimental, where it is appropriate with the objective of this research. The taking of the sample is using the Quota Sampling. The research methodology is using the questioner which refers to the Consumptive Behavior theory by Erich Fromm, that consist of fulfillment of want, out of reach commodities, unproductive commodities, and status. The questioner distributed to 60 respondents with 45 questioner items, with 0,922 reliability, and the validity standard of 0,25. The processing method of data is using the descriptive statistics analyze and multivariate. From the result of the research, it shows that the consumptive behavior of the 2nd Grade of IIBS High School is higher than the 1st Grade of IIBS High School. Nevertheless, generally the consumptive behavior of IIBS High School Students is not classified as excessive, with the finding mean of 95.13.
PENDAHULUAN
Berbelanja dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa, akan tetapi apabila dilakukan secara berlebihan dapat mengindikasikan sebagai suatu perilaku yang merugikan (Schiffman & Kanuk, 2004). Saat ini dengan semakin banyaknya pusat perbelanjaan dan teknologi informasi maupun telekomunikasi yang semakin canggih untuk memasarkan suatu produk, maka semakin mudah pula cara untuk menarik konsumen. Hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan daya beli masyarakat. Terjadinya peningkatan daya beli tersebut juga dikarenakan masyarakat tidak lagi berpusat hanya pada pemenuhan kebutuhannya, tetapi juga untuk memenuhi keinginan-keinginannya (Fromm, 1955).
Pola konsumsi seperti ini terjadi pada hampir semua lapisan masyarakat, meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Remaja merupakan salah satu contoh yang paling mudah terpengaruh dengan pola konsumsi yang berlebihan (Loudon & Bitta, 1993). Salah satu industri yang digandrungi para remaja saat ini adalah fashion. Menurut Hemphill dan Suk (2009), fashion menjadi alasan terbesar bagi individu dalam menghabiskan uang mereka. Konsumsi dalam bidang fashion melebihi konsumsi gabungan dari buku, film, dan musik.
Menurut penelitian sebelumnya, yang telah dilakukan oleh Pohan (2010) mengenai Hubungan
Self-Esteem dengan Perilaku Konsumtif terhadap Pembelian Pakaian Model Terbaru pada Remaja Putri,
menyimpulkan bahwa remaja cenderung membeli pakaian terutama model terbaru, yang pada akhirnya hal tersebut mengarah pada perilaku konsumtif. Para remaja membeli barang yang menarik dan mengikuti
fashion yang sedang berlaku, karena jika tidak mereka akan dianggap kuno. Menurut Hasan (dalam
Setyawati, 2010) remaja juga mempunyai kepekaan terhadap apa yang sedang trend, remaja cenderung mengikuti fashion yang sedang beredar. Disamping itu, remaja juga mempunyai orientasi yang kuat untuk mengkonsumsi suatu produk dan tidak berfikir hemat (Loundon & Bitta, 1984). Sehingga hal tersebut mendorong munculnya berbagai gejala dalam mengkonsumsi secara berlebihan.
Perilaku-perilaku yang selalu mengikuti trend fashion, dan tuntutan sosial cenderung menimbulkan pola konsumsi yang berlebihan. Fashion selalu berubah, perkembangan fashion akan selalu berjalan (Hemphill & Suk, 2009). Sehingga hal tersebut akan terus menuntut rasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya, dan mendorong untuk selalu mengkonsumsinya karena takut ketinggalan (Hasan dalam Setyawati, 2010). Akibatnya, para remaja tidak memperhatikan kebutuhannya ketika membeli produk
fashion. Mereka cenderung membeli produk fashion yang mereka inginkan, bukan yang mereka butuhkan
secara berlebihan dan tidak wajar (Fromm, 1995), ini dapat digambarkan sebagai perilaku konsumtif. Pengertian perilaku konsumtif menurut Lubis (dalam Lina & Rosyid, 1997) bahwa perilaku konsumtif melekat pada individu bila membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa yang didasari pada keinginan (want) dan bukan pada kebutuhan (need). Menurut Fromm (1980) seseorang dapat dikatakan konsumtif jika ia memiliki barang lebih disebabkan oleh pertimbangan status, yang dimaksud adalah memiliki barang bukan untuk memenuhi kebutuhannya tetapi karena barang tersebut menunjukan status pemiliknya. Berdasarkan dari pembahasan Erich Fromm (1995), perilaku konsumtif memiliki beberapa dimensi yaitu Pemenuhan Keinginan, Barang di Luar Jangkauan, Barang Tidak Produktif, dan Status.
Menurut Loudon dan Bitta (1993) remaja merupakan kelompok yang berorientasi konsumtif, karena hal tersebut merupakan wujud ekspresi dari perilaku eksperimental yang dimiliki oleh remaja untuk mencoba suatu hal yang baru. Menurut Erick Erickson (dalam Alwisol, 2008), hal tersebut merupakan salah satu bentuk usaha untuk mencari jati diri mereka yang sesungguhnya. Perilaku konsumtif salah satunya dapat timbul melalui lingkungan sosial remaja, karena saat remaja lingkungan sosial atau lingkungan pergaulan remaja mempunyai pengaruh terhadap minat, sikap, pembicaraan, penampilan dan perilaku, yang lebih besar dibandingkan keluarga (Hurlock, 2004). Lingkungan sosial yang dimaksud pada penelitian adalah lingkungan dimana para remaja menghabiskan banyak waktu mereka bersama teman-temannya (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001), salah satunya lingkungan sekolah. Salah satu jenis sekolah yang memberikan pendidikan secara komprehensif adalah jenis sekolah berkonsep asrama atau boarding school. Diantara sekolah-sekolah yang menyediakan model pendidikan sekolah asrama, SMA International Islamic Boarding School Republic of Indonesia atau dikenal dengan SMA IIBS adalah salah satunya.
Berada jauh dari keluarga, memiliki teman-teman yang berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan, serta kemampuan akademik yang sangat beragam. Hal-hal tersebut diasumsikan peneliti memiliki pengaruh pada pola pikir remaja yang bersekolah di boarding school, yang kemudian juga mempengaruhi pola konsumsi pada remaja tersebut.
identik dengan kondisi yang terisolasi dari dunia luar dan memiliki akses ke dunia luar yang lebih sedikit, tetapi tidak menjamin bahwa siswa-siswi akan menjadi individu yang tidak konsumtif. Berdasarkan dari hasil wawancara, menurut pihak sekolah dan asrama di SMA IIBS seperti guru BK dan pembimbing asrama (fellow), pada siswa-siswi di tahun-tahun sebelumnya terlihat bahwa mereka menunjukan adanya perilaku membeli produk secara berlebihan. Terkadang produk-produk yang mereka beli seringkali bukan suatu kebutuhan, melainkan hanya karena keinginan semata seperti ikut-ikutan teman atau trend, alasan lain juga karena mereka berusaha sama dengan teman sekelompoknya.
Berdasarkan latar belakang dan ulasan teori di atas, didukung dengan fenomena-fenomena serta fakta-fakta yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai adanya kecenderungan perilaku konsumtif remaja, yang pada penelitian ini khususnya remaja yang bersekolah asrama di SMA IIBS. Seperti adanya keinginan untuk selalu tampil menarik dengan mengikuti trend fashion yang sedang berlaku. Selain itu, menurut Tambunan (2001) kelompok usia remaja biasanya memiliki karakteristik mudah terbujuk, suka ikut-ikutan teman, mudah tertarik pada fashion, tidak realistis, tidak hemat, dan impulsif. Sehingga, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumtif pada produk fashion, khususnya pada remaja yang bersekolah di SMA IIBS (International Islamic Boarding School Republic of
Indonesia).
Namun, pada penelitian ini tidak menitikberatkan pada kemampuan pasar dan produsen, tetapi lebih mengarah kepada bagaimana kaum remaja membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, yang dalam penelitian ini khususnya produk fashion. Produk
fashion yang dimaksud pada penelitian ini tidak hanya mencakup berbagai macam model pakaian, tapi
juga mencakup sepatu, tas, soft lens aneka warna, kacamata, kawat gigi dengan berbagai warna, serta berbagai macam aksesoris seperti ikat pinggang, jepit rambut, gelang, cincin, kalung, jam, dan lain sebagainya.
Perilaku pembelian secara berlebihan patut dipelajari dan diteliti karena dapat memiliki efek negatif pada individu dan juga masyarakat. Menurut Tambunan (2001), perilaku konsumtif dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif, dan gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Individu dengan pola konsumsi berlebihan tersebut, dapat mendapatkan masalah misalnya menjadi lebih terbebani oleh utang yang dapat menyebabkan kebangkrutan (Faber, O'Guinn, & Krych, 1987). Dengan demikian, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Gambaran Perilaku Konsumtif pada Siswa-i Sekolah Menengah Atas “International Islamic
Boarding School Republic of Indonesia” (SMA IIBS RI).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Seperti apa gambaran umum perilaku konsumtif pada siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS?”. Sedangkan tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui gambaran umum perilaku konsumtif pada siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS, untuk mengetahui bagaimana tingkat perilaku konsumtif pada siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dapat mempengaruhi munculnya perilaku konsumtif khususnya di kalangan siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS, untuk mengetahui sejauh mana perilaku konsumtif siswa-siswi yang bersekolah asrama di SMA IIBS.
Penelitian ini diharapkan memilki beberapa manfaat, manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis, dimana Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi ilmuwan psikologi atau penulis, sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi konsumen maupun psikologi sosial mengenai perilaku konsumtif pada remaja, khususnya pada remaja yang bersekolah di SMA boarding school. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, masukan, dan pemikiran mengenai gambaran perilaku konsumtif pada pihak orang tua maupun sekolah, terutama pada remaja yang menjadi subjek penelitian khususnya yang bersekolah di SMA IIBS, agar dapat membuka pola berpikir dan dapat menelaah dampak positif dan negatif dari perilaku konsumtif, sehingga timbul pemikiran untuk tidak membelanjakan uangnya pada hal-hal yang kurang penting dan hanya untuk keinginan sesaat.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian dan Tehnik Sampling
saku yang diberikan oleh orang tua atau wali. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian ini hanya sebanyak 95 orang, sebanyak 35 orang untuk pilot study atau uji coba alat tes dan 60 orang untuk
field study. Sedangkan untuk tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik Quota Sampling, merupakan tehnik memilih responden secara non-randomly menurut beberapa kuota yang telah
ditetapkan (William, 2006). Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Punch dalam Blaxter, dkk. (2006), penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada pengumpulan dan analisis data dalam bentuk numerik. Penelitian kuantitatif terdiri dari 2 jenis penelitian, yakni penelitian eksperimental dan penelitian non-eksperimental (Seniati, dkk, 2009). Untuk desain penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif non-eksperimental (ex post facto), yaitu penelitian yang sistematis, dimana penelitian ini tidak melakukan manipulasi pada variabel penelitian (Sarwono, 2006). Pada penelitian ini juga merupakan penelitian bersifat deskriptif, Nazir (2005) menjelaskan bahwa penelitian studi deskriptif merupakan studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat.
Alat Ukur Penelitian
Pada penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan uji kuesioner, pernyataan kuesioner sebagai alat ukur, disusun oleh peneliti yang disesuaikan dengan indikator-indikator dan dimensi yang telah ditentukan (lihat Tabel 3.1). Selain kuesioner yang berguna untuk mengukur perilaku konsumtif, juga ditambahkan bagian-bagian lain yaitu: data kontrol, petunjuk pengisian, dan keterangan. Data kontrol berisi seputar identitas responden yang berisi Nama (inisial), Jenis kelamin, Kelas (Kelas 1 atau 2), Usia, Uang saku per-bulan, Rata-rata biaya pengeluaraan per-bulan, Ibu kota tempat tinggal, Asal sekolah, Pekerjaan orang tua, Penghasilan orang tua, dan Hobby.
Tabel 3.1. Dimensi Perilaku Konsumtif
Dimensi Indikator
Pemenuhan Keinginan Membeli produk hanya karena memenuhi keinginan atau mencari kepuasan
Membeli produk hanya karena ingin mendapatkan sesuatu : iming-iming hadiah, potongan harga besar atau murah
Barang di Luar Jangkauan Membeli produk dengan harga yang di luar batas kemampuan Berusaha keras membeli produk di luar jangkauan dengan menggunakan sebagian besar uang saku atau simpanan, hingga meminjam uang.
Barang Menjadi Tidak Produktif Membeli produk tanpa mempedulikan kebutuhan serta manfaat dan kegunaannnya.
Membeli barang atas dasar mencoba produk, dengan membeli beberapa produk (sejenis yang berbeda baik model, warna maupun merk)
Status Membeli produk karena menjaga penampilan, mengikuti perkembangan jaman dan gaya hidup (trend)
Membeli produk karena harga diri.
Sumber : Fromm (1995) dan data pengolahan peneliti
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Pada penelitian ini, menggunakan tipe content validity (validitas isi) dan item validity (validitas butir). Untuk teknik Content validity berkaitan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Pada penelitian ini dalam pengujian content validity, dilakukan dengan expert
judgment. Sedangkan untuk teknik item validity ini digunakan untuk menetapkan validitas dari sebuah
Seluruh total item kuesioner pada penelitian ini terdiri 65 item, namun setelah melakukan pilot
study, item kuesioner yang semula terdapat 65 item dan disebarkan ke 35 responden, berkurang 20 item
sehingga menjadi 45 item kuesioner (lihat Tabel 3.2). Dari hasil penghitungan alat ukur diperoleh
Corrected Item-Total Correlation yang menunjukkan ada beberapa item yang negative dan bernilai 0,0
yang berarti bahwa item tersebut harus dibuang, dan sisanya menunjukkan nilai koefisien validitas
itemnya dibawah 0,25. sehingga peneliti melakukan drop out pada item-item tersebut, total keseluruhan
item yang dihapus adalah 20 item. Setelah melakukan pilot study, peneliti menyebarkan kuesioner kembali ke 60 responden dengan 45 item kuesioner.
Sedangkan konsistensi internal butir diukur dengan menggunakan metode koefisien alpha
cronbach. Menurut Aiken, Groth & Marnat (2006) kriteria yang dapat diacu adalah koefisien reliabilitas
(keajegan) > 0.60 menyatakan tes tersebut acceptable. Dari hasil penghitungan pilot study atau uji alat ukur diperoleh nilai koefisien alpha untuk perilaku konsumtif dengan jumlah 35 responden dan 65 item kuesioner adalah sebesar 0,888. Nilai ini menunjukkan adanya reliabilitas yang kuat atau dapat dikatakan bahwa item-item pada alat ukur perilaku konsumtif sudah reliable (dapat dilihat pada Tabel 3.3). Kemudian setelah melakukan field study diperoleh nilai koefisien alpha untuk perilaku konsumtif dengan jumlah responden 60 dan 45 item kuesioner adalah sebesar 0,922. Dari hasil tersebut masih dapat dikatakan bahwa alat ukur yang dipakai sudah sangat baik reliable-nya, karena mendekati angka 1.00 (dapat dilihat pada Tabel 3.4).
Prosedur
Sebelum peneliti melakukan penelitian, diawali dengan menentukan topik dan variabel penelitian serta masalah penelitian yang akan di angkat dalam penelitian ini, dengan membaca sumber-sumber ilmiah yang terkait dengan topik dan mengumpulkan studi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah itu peneliti mulai mencari fenomena yang terkait dengan topik penelitian tersebut, dengan mencari teori-teori yang mendukung. Dilanjutkan dengan menentukan populasi dan sampel, setelah itu peneliti melakukan ijin untuk penelitian kepada lembaga atau tempat terdapatnya populasi dan sample yang dimaksud. Setelah mendapat ijin, kemudian peneliti mulai menentukan dan menyusun instrumen penelitian untuk uji coba alat ukur serta menetapkan jumlah dan karakteristik subyek penelitian (sampel penelitian). Setelah instrumen alat ukur untuk penelitian ini selesai di susun, peneliti melakukan
pilot study atau uji coba alat tes di SMA IIBS, yang beralamat di Jalan Raya Industri No.1 Hyundai,
Lippo Cikarang.
Pilot study dilakukan pada hari Minggu,15 juli 2012, pukul 10.00-12.00. Sampel peneliti adalah
siswa-siswi SMA IIBS sejumlah 35 orang. siswa-siswi diberikan waktu 15 menit untuk mengisi 60 item kuesioner. Peneliti mengolah data-data yang diterimanya (kuesioner) dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Setelah validitas dan reliabilitas telah sesuai dengan standar, peneliti merancang item-item kuesioner untuk pengambilan data penelitian (field study). Untuk field study total item kuesioner menjadi 45 item. Peneliti melakukan field study pada tempat yang sama, dan dilakukan 2 hari yaitu pada hari Jumat, 20 Juli 2012 dan Sabtu, 21 Juli 2012. Dengan sampel sejumlah 60 orang, dengan waktu pengerjaan yang sama yaitu, 15-20 menit.. Setelah melakukan field study, peneliti kemudian melakukan olah data dan analisa terhadap dari hasil kuesioner tersebut data penelitian tersebut.
Tehnik pengolahan data pada penelitian ini dengan melakukan analisa deskriptif terhadap data informal responden, sedangkan analisis reliabilitas terhadap alat ukur dikembangkan dengan analisis item (butir soal). Metodelogi deskriptif statistik yang digunakan pada penelitian ini seperti frekuensi dan cross
tab, untuk menampilkan profil responden dan menggunakan multivariat untuk melihat perilaku
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Perilaku Konsumtif Siswa-Siswi SMA IIBS
Tabel 4.10. Gambaran Perilaku Konsumtif
Statistics
Perilaku Konsumtif
60 0 95.13 96.50 96 12.647 159.948 57 65 122 5708 Valid
Missing N
Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum
Su mber : data pengolahan peneliti
Dapat dilihat dari tabel diatas, merupakan tabel perolehan skor total responden secara keseluruhan. Besaran mean yang diperoleh dari total skor yaitu sebesar 95.13. Untuk menemukan kategorisasi dari variabel penelitian pada penelitian ini yaitu Perilaku Konsumtif, menggunakan rumus sebagai berikut :
Tabel 4.11. Perhitungan Norma Perilaku Konsumtif
Jumlah item 45
Nilai Minimum 1 x 45 = 45
Nilai Maksimum 4 x 45 = 180
Range 180 – 45 = 135
SD 135/6 = 22,50
(Mean teoritis) 45 x 3 = 135
Sumber : data pengolahan peneliti
Dengan menggunakan hasil perhitungan diatas, pada skala Perilaku Konsumtif diperoleh kategorisasi (lihat Tabel 4.11. Norma Perilaku Konsumtif). Mean temuan pada penelitian ini adalah 95,13 sedangkan tingkatan rendah pada norma tersebut adalah <112,50. Kemudian tingkatan sedang pada mean 112,50 sampai dengan 157,50 dan tingkatan tinggi pada >157,50. Dilihat dari norma tersebut, Perilaku Konsumtif siswa-siswi SMA IIBS pada produk fashion temasuk dalam tingkatan rendah yaitu <112,50.
Min = 45 Max = 180
135
Mean teoritis
<112,50 >157,50
Kategori rendah Kategori tinggi
Gambaran Perilaku Konsumtif Siswa-Siswi SMA IIBS Berdasarkan Cluster
Data responden sebanyak 60 orang dibagi kedalam 2 Cluster (kelompok) berdasarkan kelas (Kelas 1 SMA atau kelas 2 SMA). Dapat dilihat dari tabel diatas, merupakan tabel perolehan skor total responden secara keseluruhan, dengan masing-masing 30 responden, baik untuk cluster 1 maupun cluster 2. Terlihat dari tabel tersebut (Tabel 4.12. Perilaku Konsumtif Berdasarkan Cluster), dimana cluster 2
Sedangkan dapat dilihat dari (Tabel 4.13) menunjukan bahwa dari 60 responden siswa-siswi SMA IIBS, terlihat bahwa 36 responden (60%) memiliki perilaku konsumtif yang tinggi, sedangkan 24 responden (40%) memiliki perilaku konsumtif yang rendah. Pada cluster 1 adanya keseimbangan masing-masing 50% pada perilaku konsumtif tinggi maupun rendah, masing-masing-masing-masing 15 responden. Sedangkan pada cluster 2 terdapat cukup banyak, yaitu 21 responden yang memilikiperilaku konsumtif yang tinggi, dan sisanya 9 responden memiliki perilaku konsumtif yang rendah.
Gambaran Perilaku Konsumtif Siswa-Siswi SMA IIBS Berdasarkan Dimensi Tabel 4.14. Perilaku Konsumtif Berdasarkan Dimensi
Sumber : data pengolahan peneliti
N Mean
Pemenuhan keinginan 60 29.22
Barang di luar jangkauan 60 18.40 Barang menjadi tidak produktif 60 18.22
Status 60 29.30
Berdasarkan tabel 4.14. diatas teori konsumtif yang dipakai pada penelitian ini, terdapat 4 dimensi, diantaranya Pemenuhan Keinginan, Barang di Luar Jangkauan, Barang Menjadi Tidak Produktif, dan Status. Dari masing-masing dimensi, didapatkan nilai rata-rata dari 60 sampel, yaitu : Dari 4 dimensi Perilaku Konsumtif, Dimensi Status memiliki rata-rata yang tertinggi yaitu 29.30.
SIMPULAN DAN SARAN
SimpulanSecara keseluruhan, gambaran perilaku konsumtif siswa-siswi SMA IIBS berdasarkan norma perilaku konsumtif (lihat Tabel 4.11. Norma Perilaku Konsumtif) termasuk dalam tingkatan rendah. Mean temuan pada penelitian ini adalah 95,13 yaitu berada <112,50 yang merupakan tingkatan rendah pada norma tersebut.
Simpulan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Cluster
Berdasarkan hasil temuan secara umum, dapat disimpulkan terdapat 2 cluster yang dikelompokan berdasarkan cluster (SMA Kelas 1 dan SMA Kelas 2). Berdasarkan dari kedua Cluster tersebut, Cluster 2 (SMA Kelas 2) memiliki mean yang lebih tinggi dibandingkan dengan Cluster 1 (SMA Kelas 1). Hal tersebut terjadi karena mereka memiliki waktu yang lebih lama bersama teman-teman seasramanya. Dalam hal pembelian produk mereka seringkali didasari karena ikut-ikutan dan berusaha menyamakan atau menyesuaikan dengan teman sekelompoknya atau yang biasa disebut dengan konformitas.
Simpulan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Dimensi
Berdasarkan dari teori konsumtif yang dipakai pada penelitian ini, terdapat 4 dimensi, diantaranya Pemenuhan Keinginan, Barang di Luar Jangkauan, Barang Menjadi Tidak Produktif, dan Status. Dari hasil perolehan skor pada setiap dimensi Perilaku Konsumtif, dapat dilihat bahwa dimensi yang memiliki mean tertinggi adalah dimensi Status. Pada dimensi Status, terdapat 2 indikator, yaitu ; Membeli produk fashion karena menjaga penampilan, mengikuti perkembangan jaman dan gaya hidup (trend), yang kedua indikator Membeli produk fashion dilandasi harga diri. Dari kedua indikator tersebut didapatkan bahwa 60 responden atau 100% dari seluruh total responden memiliki perilaku konsumtif pada produk fashion, yang didasarkan atas alasan menjaga penampilan, mengikuti perkembangan jaman dan gaya hidup (trend).
Simpulan Perilaku Konsumtif Berdasarkan Data Kontrol
Pada data kontrol Jenis Kelamin, didapatkan hasil temuan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki perilaku konsumtif yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin laki-laki. Kemudian pada data kontrol Usia didapatkan hasil temuan bahwa responden dengan usia yang semakin tinggi yaitu mayoritas pada responden dengan usia 16 tahun memiliki perilaku konsumtif yang tinggi bila dibandingkan dengan responden dengan usia yang lebih muda (14 dan 15 tahun).
Pada data kontrol Uang Saku Per-Bulan (lihat Tabel 4.21. Perilaku Konsumtif Berdasarkan Data Kontrol Uang Saku Per-Bulan), terlihat bahwa semakin besar uang saku responden mempengaruhi semakin tingginya kecenderungan perilaku konsumtif. Untuk data kontrol Rata-rata Pengeluran Per-Bulan (lihat Tabel 4.22. Perilaku Konsumtif Berdasarkan Rata-rata Pengeluran Per-Bulan), terlihat bahwa responden dengan biaya pengeluaran yang lebih besar belum tentu memiliki perilaku konsumtif yang tinggi, begitu juga sebaliknya, bahwa responden dengan biaya pengeluaran yang lebih sedikit belum tentu memiliki perilaku konsumtif yang rendah pula. Terakhir, pada data kontrol Domisili, responden yang berdomisili di jabodetabek atau memiliki domisili yang dekat dengan ibu kota, memiliki kecenderungan untuk berperilaku konsumtif dibandingkan responden yang berdomisili jauh dari ibu kota.
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
REFERENSI
Abdurachman, U. (2004). Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, 6(1), 34-53.
Aiken, R. L, Groth, G & Marnat. (2006). Psychological testing and Assessment. (edisi ke-12). United States of America : Pearson Education group.
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian (Edisi revisi). Malang: UMM Press.
Anastasi, A. & Urbina, S. (2007). Psychological testing. (edisi ke-7). London: Prentice-Hall. Azwar, S (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Blaxter, L., Hughes, C., & Tight, M. (2006). How To Research; Seluk-Beluk Melakukan Riset. (edisi ke-2). PT. Indeks Kelompok Gramedia
Brahim, P. T. (2009) Hubungan antara Frekuensi Membaca Majalah Fshion dan Perilaku Konsumtif
Pada Remaja Putri Di Jakarta Selatan. (Skripsi). Universitas Indonesia.
Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard P. W. (1994). Perilaku Konsumen. (edisi ke-6). Jakarta : PenerbitBinarupaAksara
Engel, J.F., Blackwell, R.D., & Miniard, P.W. (1995). Consumer Behavior. (edisi ke-8). Florida: The Dryden Press.
Evans, M. (1989). Consumer Behaviour towards Fashion. European Journal of Marketing , 23 (7), 7-16. Fernandez, G., & Ruben. (2009). What Is an Elite Boarding School. Review of Educational Research,
79(3). 1090 - 1128
Fromm, E. (1980). To Have or To Be. Bungay Suffol : The Chauser Press Ltd. Fromm, E. (1995) The Sane Society. New York : Reinhart
Grover, A., Kamins, A. M., Martin, I. M., Davis, S., Haws, K., Mirabito, A. M., Mukherjee, S., Pirouz, D., &Rapp, J.(2011). From Use to Abuse : When Everyday Consumption Behaviours Morph Into Addictive Consumptive Behaviours. Journal of Research for Consumers, __(19). 1-8. Guilford, J. P., & Fruther, B. (1978). Fundamental Statistics in Psychology and Education (6th edition).
Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Hays, K. (1994). Practicing virtues moral tradition at Quaker and Military boarding school. Berkeley, CA: University California Press.
Hemphill, C. S., & Suk, J. (2009). The Law, Culture And Economics of Fashion. Stanford Law Review, 61(5). 1147-1199
(2012). Jurnas, diakses 7 Juni 2012.
http://www.jurnas.com/news/46759/Hatta:_Daya_Beli_Masyarakat_Kuat,_Pertumbuhan_Ekono mi_Bisa_Dijaga/2/Ekonomi/Ekonomi
Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Konsumtif terhadap Pembelian Pakaian Model Terbaru pada Remaja Putri. Nathela Hafauni Pohan, 2001 Universitas Katolik Atma Jaya.
Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill. Hurlock, E. B. (2004) Adolescent Development (edisi ke-4). Tokyo: McGraw Hill.
Kahane, R. (1988). Molticode Organization: A Conceptual Analysis of Boarding School. Israel : hebrew university of Jerussalem. Journal of Sociology Aducation, 61(1). 211-226
Keillor, B. D., Amico, M.D., & Horton. V. (2001). Global Consumer Tendencies. Journal of Psychology
& Marketing, 18(1).1-19
Kennedy, R. (2012). What is a Boarding School?. Diunduh dari http://privateschool.about.com/ Kerlinger. N. F. (1986). Foundations Of Behavioral Research. (edisi ke-3). New York: Harcourt Brace
Jovanovich College.
Kotler, P. & Amstrong, G. (2004). Principles of Marketing. (edisi ke-10). New Jersey. Prentice Hall Kotler, P. (1994).Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian.
Jakarta : Erlangga
Kumar, R. (1999). Research Methodology. India: Addison Wesley Longman Australia Pty Limited. Lawn, J. (2004). The Product: It Is What It Is-Or Is It?. Journal of Food Management, 39(10).
Lina & Rosyid, H.F. (1997). Perilaku Konsumtif Berdasarkan Locus of Control pada Remaja Putri. Jurnal
Psikologika, 2(4) : 24-28.
Loudon, L.D., & Della, B. J. A. (1993) Consumer Behavior : Concept and Applications (edisi ke-4). United States Of America: McGraw – Hill,Inc.
Marczyk, DeMatteo, & Festinger. (2005). Essentials of research design and methodology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Marpaung, D.I. (2005). Analisa tingkat kecenderungan Perilaku Hedonisme dan Konsumtifisme pada
Kalangan Remaja SMAN 3 Jakarta. (Skripsi). Jakarta: Universitas katolik Atma Jaya
Monks, F. J., Knoers, A.M.P. dan Haditono, S. R. (2000). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan : Pengantar dalam
berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University Press.
Mowen, J. C. (1995) Consumer Behavior (edisi ke-4). New Jersey: Prentice Hall. Mowen, J. P., & Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen. (edisi 5). Jakarta: Erlangga Nazhir, M. (2005). Metodelogi Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill
Parma, S.A. (2007). Hubungan antara Konsep Diri dengan Peilaku Konsumtif Remaja Putri dalam
Pembelian Kosmetik melalui Katalog di SMA Negeri 1 Semarang. (Skripsi). Semarang : Fakultas
Psikologi Universitas Diponogoro.
Pohan, H. N. (2001). Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Konsumtif terhadap Pembelian
Pakaian Model Terbaru pada Remaja Putri. (Skripsi). Universitas Katolik Atma Jaya
Reaves, C. C. (1992). Quantitative Research For The Behavioral Sciences. Canada: John Wiley & Sons, inc.
Rizkallah, Elias G., Truong, Andrew. (2010). Consumptive Behavior, Promotional Preferences, And Shopping Patterns Of Hispanic Americans : An Empirical Perspective. Journal of Business &
Economics Research, 8(4). 111 -122.
Santoso, S. (2010). Statistik Multivariat : Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Kumputindo.
Santrock, J.W. (2001). Adolescence (edisi ke-8). North America: McGraw-Hill.
Saomah, A. (2006). Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orang Tua Authotitative, Authotitarian,
Indulgent, dan Indifferent dengan Kemandirian Siswa.(Skripsi). Universitas Padjajaran.
Sarwono, Sarlito W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: PT raja Grafindo Persada.
Schiffman, G.L,. & Kanuk, L.L. (2004). Consumer Behaviour (edisi ke-8). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Seniati, Yulianto, & Setiadi. (2009). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.
Setyawati, N. (2010). Hubungan Antara Harga Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja, (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sevilla, C. G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-Press.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (2008). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES Solomon, M.R. (2004). Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. (edisi ke-6). New jersey
:prentice hall.
Soron, D. (2005) Death by Consumption. State Of the World 2004 Special Focus : he Consumer Society. 55 : 197-212. Diakses 29 April 2012 dari http://search.proquest.com/
Sproles, George B. 1985. “Behavioral Science Theories of Fashion.” In The Psychology of Fashion. Ed. Michael R Solomon. Lexington, MA: Lexington Books
Steven, B. L. (1980). The Rise of American Boarding Schools and the Development of a National Upper Class. Social Problems, Vol.28, No. 1 : 63-94
Sumardiono. (2007). Homeschooling a Leap For better Learning “Lompatan Cara Belajar”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Supranto,J. (2007). Teknik Sampling Survey & Eksperimen. (4 edisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Surya (1995). Bina Keluarga (Kumpulan Naskah Pembahasan dalam Acara Psikologi Keluarga di TVRI
Bandung). Bandung: Yayasan Amal Bakti Ibu.
TABS (The Association of Boarding Schools) (2004). The Truth About Boarding School; A Comparative Study of Secondary School Education. Diakses 7 Juni 2012.
http://www.tabs.org/theTruth/truth2.html
Tambunan, R. (2001). Remaja dan perilaku konsumtif. Diakses 7 Juni 2012. http://e-psikologi.com/remaja/191101.htm.
Wijaya, D. S. (2011). Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Kepuasan Pembelian Handphone Blackberry. Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
William M.K. Trochim. (2006). Non- Probability Sampling. Diakses 7 Juni 2012. http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampnon.php
Workman, Jane E. and Laura K. Kidd 2000. “Use of Need for Uniqueness Scale to Characterize Fashion Consumer Groups.”Clothing and Textiles Research Journal 18 (4): 227-236
RIWAYAT PENULIS
PERSONAL DETAILS
Name : Rezi Suci Agustia
E-mail : rezi.agustia@yahoo.com / echi.popo@yahoo.com
Gender : Female
Birth Place/ Date : Jakarta, 28 August 1990
Nationality : Indonesia
ID : Nationality ID - 09.5407.680890.0144
EDUCATIONAL BACKGROUND
Aug 2007 – Nov 2012 Binus University, Jakarta, Indonesia Barchelor (S1), Psychology. with certificated
Jun 2005 – Jul 2007 SMA International Islamic Boarding School Republic of Indonesia (IPS), with certificated.
WORKING EXPERIENCE
Feb – Apr 2011 POSITION – COMPANY NAME
PT. Swakarya Insan Mandiri, DKI Jakarta, Indonesia. Human Resources - Human Capital Staff · (Internship) Job Description : Recruitment and Selecting Process