• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan dan Depresi pada Masa Kanak ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kecemasan dan Depresi pada Masa Kanak ka"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KECEMASAN DAN DEPRESI

PADA MASA KANAK-KANAK DAN REMAJA

Untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Umum Bahasa

Indonesia

Disusun oleh:

Vivit Ida Cahyuni Hartono

1511417001

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya lah saya mampu menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Kecemasan dan Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja” ini dengan tepat waktu.

Saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Surahmat, S.Pd, M.Hum selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia rombel 046.

Saya menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, mengharap kritik dan saran dari pembaca serta Bapak/Ibu Dosen demi meningkatkan wawasan dan mutu kualitas makalah ini dan berguna di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menjadi tambahan koleksi makalah-makalah dalam perpustakaan khususnya dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Untuk itu saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih.

Semarang, 01 Desember 2017

Vivit Ida Cahyuni Hartono

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...4 1.2 Rumusan

Masalah...5

1.3 Tujuan...5 1.4 Manfaat...5

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kecemasan...6

2.2 Pengertian Depresi...6

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Gangguan Kecemasan akan

Perpisahan...8

3.2 Perspektif tentang Gangguan Kecemasan di Masa Kanak-kanak...8

3.3 Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja...9

3.4 Korelasi dan Penanganan Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja...10

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan...13 4.2 Saran...14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

4.3 Latar Belakang Masalah

Kecemasan dan ketakutan merupakan ciri normal pada masa kanak-kanak, seperti halnya pada kehidupan orang dewasa. Ketakutan anak-anak terhadap gelap atau binatang kecil merupakan hal biasa dan akan menghilang dengan sendirinya. Kecemasan dianggap tidak normal bila berlebihan dan menghambat fungsi akademik dan sosial atau menjadi sangat menyusahkan. Anak-anak, seperti juga orang dewasa, dapat mengalami berbagai jenis gangguan kecemasan yang dapat didiagnosis, termasuk fobia spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh, dan gangguan mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar. Walaupun gangguan-gangguan ini dapat berkembang pada setiap usia.

Anak-anak dapat pula menunjukkan pola penolakan terhadap interaksi sosial yang lebih umum yang merupakan ciri kepribadian menghindar. Walaupun anak-anak yang secara sosial menolak atau memiliki gangguan kecemasan sosial dapat memiliki hubungan yang hangat dengan anggota keluarga, mereka cenderung pemalu dan menarik diri dari orang lain. Penolakan mereka terhadap orang-orang di luar anggota keluarga dapat mempengaruhi perkembangan sosial mereka dengan teman sebaya. Selain itu, rasa tertekan yang mereka alami saat berkumpul dengan anak-anak lain di sekolah dapat mempengaruhi kemajuan akademik mereka. Menderita gangguan kecemasan sosial selama masa remaja atau dewasa awal akan meningkatkan kemungkinan untuk berkembangnya gangguan depresi di kemudian hari.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1.2.1 Mengapa gangguan kecemasan akan perpisahan dirasakan oleh anak-anak dan remaja?

1.2.2 Bagaimanakah perspektif tentang gangguan kecemasan di masa kanak-kanak? 1.2.3 Mengapa depresi dapat menyerang anak-anak dan remaja?

1.2.4 Bagaimanakah korelasi dan penanganan depresi pada masa kanak-kanak dan remaja?

1.3 Tujuan

Sehubungan dengan makalah ini penulis ingin memaparkan tentang gangguan kecemasan dan depresi yang menyerang anak-anak dan remaja, menyebutkan perspektif tentang gangguan tersebut, penyebab, serta korelasi dan penanganan gangguan kecemasan dan depresi dengan maksud agar dapat membantu mengurangi penderita gangguan kecemasan dan depresi utamanya pada masa kanak-kanak dan remaja karena gangguan ini dapat mempengaruhi perkembangannya menuju tahap berikutnya.

1.4 Manfaat

Makalah ini memberikan pengetahuan akan gangguan mental yang dapat menyerang anak-anak dan ramaja yaitu kecemasan dan depresi, makalah ini dapat membantu orang tua untuk mengidentifikasi apakah dalam diri anak mereka memiliki gangguan kecemasan dan kecenderungan depresi atau tidak. Karena mengetahui lebih dini dapat mempermudah anak untuk terbebas dari gangguan tersebut sehingga mereka tidak sampai antisosial dan merasa tertekan pada banyaknya situasi yang datang.

BAB II

LANDASAN TEORI

(6)

Teori Psikodinamik Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi.

Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Menurut Post (1978), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat.

Menurut Lefrancois (1980) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja, menurut Lefrancois, pada kecemasan bahaya bersifat kabur, misalnya ada ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi, adanya perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran.

Kartono (1981) mengungkapkan bahwa neurosa kecemasan ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun tidak ada rangsangan yang spesifik. sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).

Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.

(7)

proses mental meliputi berpikir, berperasaan dan berperilaku seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas.

BAB III

(8)

Merupakan hal normal bila anak-anak menunjukkan kecemasan bila mereka dipisahkan dari pengasuh mereka. Menurut Mary Ainsworth (1989) yang meneliti tentang perkembangan perilaku kelekatan, mencatat bahwa kecemasan akan perpisahan adalah ciri normal dari hubungan antara anak dan pengasuh yang dimulai sejak tahun pertama. Perasaan aman yang dihasilkan oleh ikatan kelekatan, tampaknya mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka dan secara progresif menjadi mandiri dari pengasuhnya.

Gangguan kecemasan akan perpisahan (separation anxiety disorder) didiagnosis jika kecemasan akan perpisahan tersebut persisten dan berlebihan atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Jadi, anak usia 3 tahun seharusnya dapat mengikuti perkembangan prasekolah tanpa merasa mual dan muntah karena cemas. Anak usia 6 tahun seharusnya dapat mengikuti sekolah dasar tanpa rasa ketakutan yang terus-menerus bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi kepadanya atau orang tuanya. Anak-anak dengan gangguan ini cenderung terikat dengan orang tua. Anak-anak tersebut dapat mengemukakan kecemasan tentang kematian dan memaksa seseorang untuk menemani saat mereka tidur. Ciri lain dari gangguan ini mencakup mimpi buruk, sakit perut, mual dan muntah ketika mengantisipasi perpisahan. Gangguan ini dapat berlangsung sampai dewasa yang dapat menyebabkan perhatian yang berlebihan pada keselamatan anak-anak dan pasangan serta kesulitan menoleransi perpisahan apapun dari mereka.

Pada tahun-tahun sebelumnya, gangguan kecemasan akan perpisahan biasanyadisebut fobia sekolah. Namun, gangguan ini juga dapat terjadi pada usia prasekolah. Saat ini sebagian besar kasus di mana anak-anak menolak untuk pergi ke sekolah dipandang sebagai bentuk dari kecemasan akan perpisahan. Akan tetapi pada masa remaja, penolakan hadir ke sekolah sering kali dihubungkan dengan masalah akademik dan sosial, sehingga label gangguan kecemasan akan perpisahan tidak dapat digunakan.

Perkembangan dari gangguan ini sering muncul setelah adanya kejadian hidup yang menekan, seperti kondisi sakit, kematian anggoa keluarga atau binatang kesayangan, atau perubahan sekolah atau rumah.

3.2 Perspektif tentang Gangguan Kecemasan di Masa Kanak-kanak

(9)

mengancam, mengharapkan hasil yang negatif, dan meragukan kemampuan mereka dalam berhadapan dengan situasi bermasalah.

Teoretikus belajar menyatakan bahwa munculnya kecemasan menyeluruh dapat menyentuh tema-tema yang luas, seperti ketakutan akan penolakan atau kegagalan yang dibawa pada berbagai situasi. Ketakutan terhadap penolakan atau self-perception yang tidak adekuat dapat digeneralisasikan pada hampir seluruh area interaksi sosial dan prestasi. Coyle (2001) berpendapat bahwa faktor genetis dapat pula memegang peranan dalam kecemasan akan perpisahan dan gangguan kecemasan lain..

Apa pun penyebabnya, anak-anak yang merasakan cemas secara berlebihan dapat terbantu melalui teknik-teknik penanganan kecemasan seperti dihadapkan pada stimuli yang menimbulkan fobia secara bertahap dan melakukan relaksasi. Teknik-teknik kognitif seperti menggantikan self-talk yang menimbulkan kecemasan dengan self-talk

yang bersifat coping masalah juga membantu. Penanganan dengan obat-obatan

fluvoxamine, suatu SSRI (selective serotonin-reuptake inhibitor) juga memperlihatkan efek-efek terapeutik yang baik dalam menangani anak-anak dan remaja dengan berbagai tipe gangguan kecemasan.

3.3 Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja

Anak-anak dan remaja dapat menderita gangguan mood, termasuk gangguan bipolar dan depresi mayor. Seperti orang dewasa yang depresi, anak-anak dan remaja ini memiliki perasaan tidak berdaya, pola berpikir yang lebih terdistorsi, kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sehubungan dengan kejadian-kejadian negatif, serta self-esteem, self-confidence, dan persepsi akan kompetensi yang lebih rendah dibandingkan teman-teman sebayanya yang tidak depresi. Mereka sering melaporkan adanya episode kesedihan dan menangis, merasa apatis, sulit tidur, lelah dan kurang nafsu makan. Mereka juga mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri dan bahkan mencoba untuk bunuh diri. Namun, depresi pada anak-anak juga memiliki ciri yang berbeda, seperti menolak masuk sekolah, takut akan kematian orang tua, dan terikat pada orang tua. Depresi juga dapat tersamarkan oleh perilaku yang tampaknya tidak berhubungan langsung dengan depresi. CD, masalah akademik, keluhan fisik, dan bahkan hiperaktivitas dapat bersumber dari depresi yang tidak disadari. Diantara para remaja, agresivitas dan perilaku seksual yag berlebihan juga dapat menjadi tanda adanya depresi.

(10)

Lamanya episode depresi mayor pada anak-anak dan remaja kira-kira 11 bulan, tetapi episode individual bisa berlangsung sampai dengan 18 bulan pada beberapa kasus. Depresi dengan tingkat sedang dapat bertahan sampai beberapa tahun dan amat mempengaruhi prestasi sekolah dan fungsi sosial. Depresi pada remaja diasosiasikan dengan meningkatnya risiko terjadinya episode depresi mayor di masa mendatang dan percobaan bunuh diri pada dewasa. Sekitar tiga dari empat anak yang mengalaminya lagi di masa depan.

Anak-anak yang depresi juga kurang memiliki berbagai keterampilan, termasuk keterampilan akademik, atletik, dan sosial. Mereka merasa kesulitan untuk berkonsentrasi di sekolah sehingga sulit untuk meningkatkan nilai mereka. Mereka sering menyimpan sendiri perasaan-perasaan mereka dan menyebabkan orang tua tidak tidak menyadari masalah yang terjadi dan kemudian mencari pertolongan. Perasaan-perasaan negatif juga dapat diekspresikan dalam bentuk kemarahan, cemberut, atau perasaan tidar sabar sehingga mengakibatkan konflik dengan orang tua yang selanjutnya memperpanjang masa depresi.

Depresi pada anak-anak jarang terjadi dengan sendirinya. Mereka umumnya mengalami gangguan psikologis lain, terutama gangguan keemasan. Gangguan makan juga sering terjadi pada remaja depresi, paling tidak pada remaja perempuan. Secara keseluruhan, depresi masa kanak-kanak meningkatkan kesempatan anak untuk mengembangkan gangguan psikologis lain paling tidak dalam 20 bagian. Persentase yang cukup besar dari remaja depresi antara 20% sampai 40% nantinya akan mengembangkan gangguan bipolar.

3.4 Korelasi dan Penanganan Depresi pada Masa Kanak-kanak dan Remaja

Depresi dan perilaku bunuh diri pada anak-anak sering kali berhubungan dengan masalah dan konflik keluarga. Anak-anak yang dipaparkan pada kejadian-kejadian yang menimbulkan stres pada keluarga, seperti konflik orang tua atau pengangguran, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi, terutama pada anak-anak yang lebih muda. Kejadian-kejadian yang menimbulkan stres dan kurangnya dukungan sosial dari teman dan keluarga juga mempengaruhi remaja yang kemudian menjadi depresi. Depresi pada masa dewasa dapat dipicu oleh kejadian-kejadian seperti konflik dengan orang tua dan ketidakpuasan dengan nilai-nilai di sekolah. Pada anak perempuan, gangguan pola makan dan ketidakpuasan pada tubuh setelah masa pubertas sering kali memprediksi siapa yang akan mengembangkan depresi mayor selama masa remaja. Menariknya, hubungan antara kehilangan orang tua pada masa kanak-kanak dengan depresi pada masa kanak-kanak atau remaja ternyata tidak konsisten; sebagian penelitian menunjukkan hubungan tetapi yang lainnya tidak.

(11)

lebih besar dalam perkembangan depresi. Anak-anak kelas 6 atau SMP yang mengadopsi gaya penjelasan yang lebih tidak berdaya atau pesimistis (mengatribusikan kejadian-kejadian negatif pada penyebab internal, stabil dan umum, serta mengatribusikan kejadian-kejadian positif pada penyebab eksternal, tidak stabil, dan khusus) lebih besar kemungkinannya untuk mengembangkan depresi dibandingkan mereka yang memiliki gaya penjelasan yang lebih otimistik. Para peneliti juga menemukan bahwa remaja-remaja yang depresi cenderung memiliki sikap yang lebih disfungsional dan mengadopsi gaya penjelasan yang lebih tidak berdaya daripada teman sebayanya yang tidak depresi. Seperti hal nya orang dewasa, anak-anak dan remaja depresi cenderung mengadopsi gaya kognitif yang ditandai oleh sikap negatif terhadap diri sendiri dan masa depan. Secara keseluruhan, perubahan kognisi pada anak-anak yang depresi meliputi hal-hal berikut: 2.4.1 Mengharapkan yang terburuk

2.4.2 Membesar-besarkan konsekuensi dan kejadian-kejadian negatif

2.4.3 Mengasumsikan tanggung jawab pribadi untuk hasil yang negatif, walaupun tidak beralasan

2.4.4 Secara selektif hanya memperhatikan aspek-aspek negatif dari berbagai kejadian

Walaupun terdapat hubungan antara faktor kognitif dan depresi, masih belum diketahui apakah anak-anak menjadi depresi karena pola berpikir depresi atau depresi yang menyebabkan perubahan-perubahan pada pola berpikir. Faktor genetis juga tampak memainkan peran dalam menjelaskan simtom depresi, paling tidak diantara remaja. Walaupun demikian, peran genetis pada anak-anak masih perlu diteliti lebih lanjut.

Remaja perempuan menghadapi risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan laki-laki, mungkin karena umumnya mereka menghadapi lebih banyak tantangan sosial dibandingkan remaja laki-laki seperti tekanan untuk mempersempit minat mereka dan melakukan aktivitas-aktivitas yang feminin. Perempuan yang mengadopsi gaya coping di mana anak-anak dan remaja memperoleh pelatihan keterampilan sosial. Misalnya, belajar bagaimana memulai percakapan atau berteman untuk meningkatkan kemungkinan memperoleh reinforcement sosial. Terapi ini biasanya juga mencakup pelatihan dalam keterampilan pemecahan masalah dan cara-cara untuk meningkatkan frekuensi dari aktivitas yang menyenangkan serta mengubah gaya berpikir depresi. Di samping itu, terapi keluarga dapat bermanfaat dalam membantu keluarga dalam memecahkan konflik-konflik dan mengatur kembali hubungan mereka sehingga anggota keluarga dapat menjadi lebih suportif satu sama lain.

(12)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

(13)

kesulitan menoleransi perpisahan apapun dari mereka. Gangguan kecemasan akan perpisahan biasanya disebut fobia sekolah. Namun, gangguan ini juga dapat terjadi pada usia prasekolah. Perkembangan dari gangguan ini sering muncul setelah adanya kejadian hidup yang menekan, seperti kondisi sakit, kematian anggota keluarga atau binatang kesayangan, atau perubahan sekolah atau rumah.

Depresi pada anak-anak memiliki ciri yang berbeda, seperti menolak masuk sekolah, takut akan kematian orang tua, dan terikat pada orang tua. Depresi juga dapat tersamarkan oleh perilaku yang tampaknya tidak berhubungan langsung dengan depresi seperti masalah akademik, keluhan fisik, dan bahkan hiperaktivitas dapat bersumber dari depresi yang tidak disadari. anak-anak atau remaja yang depresi mungkin gagal untuk melabel perasaan mereka sebagai depresi. Anak-anak biasanya tidak mampu mengenali perasaan-perasaan internal sampai mencapai usia 7 tahun. Mereka mungkin tidak dapat mengidentifikasikan perasaan negatif pada dirinya, termasuk depresi, sampai usia remaja. Bahkan para remaja mungkin tidak menyadari bahwa apa yang mereka alami adalah depresi.

Anak-anak yang depresi juga kurang memiliki berbagai keterampilan, termasuk keterampilan akademik, atletik, dan sosial. Mereka merasa kesulitan untuk berkonsentrasi di sekolah sehingga sulit untuk meningkatkan nilai mereka. Depresi pada anak-anak jarang terjadi dengan sendirinya. Mereka umumnya mengalami gangguan psikologis lain, terutama gangguan kecemasan. Gangguan makan juga sering terjadi pada remaja depresi, paling tidak pada remaja perempuan. Depresi dan perilaku bunuh diri pada anak-anak sering kali berhubungan dengan masalah dan konflik keluarga. Anak-anak yang dipaparkan pada kejadian-kejadian yang menimbulkan stres pada keluarga, seperti konflik orang tua atau pengangguran, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi, terutama pada anak-anak yang lebih muda.

Walaupun terdapat hubungan antara faktor kognitif dan depresi, masih belum diketahui apakah anak-anak menjadi depresi karena pola berpikir depresi atau depresi yang menyebabkan perubahan-perubahan pada pola berpikir. Faktor genetis juga tampak memainkan peran dalam menjelaskan simtom depresi, paling tidak diantara remaja. Remaja perempuan menghadapi risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan laki-laki, mungkin karena umumnya mereka menghadapi lebih banyak tantangan sosial dibandingkan remaja laki-laki seperti tekanan untuk mempersempit minat mereka dan melakukan aktivitas-aktivitas yang feminin.

4.2 Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

 Adiarto, Rio. 2012. “Teori Kecemasan”.

http://psikologi-bidar-rio-ps11.blogspot.com/2012/12/teori-kecemasan.html. Diakses pada 15 Desember 2017.

 Ainy, Dara. 2011. “Gangguan Kecemasan”.

http://kuliahpsikologiabnormal.blogspot.com/2011/12/gangguan-kecemasan.html.

(15)

 Sasrawan, Hadi. 2012. “Depresi”. Hedisasrawan.blogspot.com/2012/12/depresi-artikel-lengkap.html?m=1. Diakses pada 16 Desember 2017.

 Nevid, Jefrey S, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menambahkan Task yang baru dapat dilakukan dengan memilih salah satu user story yang ada pada daftar stories, lalu klik icon plus (+) yang ada disamping user story

Besarnya dampak persepi kualitas terhadap keputusan pembelian konsumen pada keripik pedas Maicih adalah sebesar 59% dan sisanya 41% dipengaruhi oleh faktor lain

Rancangan penelitian dilakukan dengan metode eksperimental mengunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu A (salinitas 25 ppt), perlakuan B

pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum broiler fase starter dan finisher dalam penelitian ini menunjukkan angka yang semakin menurun (P < 0,05)

Malang Nomor 7 Tahun 2010 yo Pasal 4 Peraturan Bupati Malang Nomor 7 Tahun 2012 terkait dengan rekomendasi Dokumen UKL- UPL yang dihadapi oleh Badan

Membantu Pengguna Jasa dlm pelaksanaan pengawasan meliputi : Persiapan lapangan, Review Desain bila ada Gb pelaksanaan yang tidak sesuai kondisi lapangan,

Preparasi dan karakterisasi Liquid Natural Rubber (LNR) sebagai kompatibiliser untuk meningkatkan sifat mekanik dan sifat termal kompon karet alam telah dilakukan

151 Akademi Keperawatan RS Efarina 152 Akademi Keperawatan Bidara Mukti 153 Politenik Kesehatan Yapkesbi Sukabumi 154 Politeknik Kesehatan TNI-AU Ciumbuleuit 155 Sekolah Tinggi