Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Fakultas Dakwah UNHASY
Tebuireng Jombang
Dosen:
KULIAH ANALISIS TEKS MEDIA
MODEL-MODEL ANALISIS TEKS
MEDIA
Konsep Dasar
1.
Semiotic analysis
adalah analisis tentang
tanda. Semiologi: ilmu tentang tanda.
2.
Semiotic
berusaha mengungkap dan
menyadari kekuatan ‘bahasa’ sebagai
‘wadah’ isi pikiran manusia.
3. Pendekatan dan metode
semiotic
berfokus
pada pencarian jejak-jejak makna,
menemukan kode-kode dan sistem-sistem
yang mengkonstruksi makna.
Bahasa sebagai Sistem Tanda
1. Bahasa merupakan medium utama dari
karya sastra, seni, dan sebagainya.
2. Bahasa sebagai ujaran yang dihasilkan dari
alat ucap dan ekspresi budaya manusia
mengandung kekuatan tanda di dalamnya.
3. Kekuatan tanda itu muncul dari hubungan
tanda dengan tanda (sintaksis), hubungan
tanda dengan maknanya (semantik), dan
hubungan tanda dengan pengguna
(pragmatik).
4. Model-model semanic anslysis (SA) adalah:
a. SA model Charles Sanders Peirce (1839-1914): analisis karya seni (umumnya lukisan dan
sastra),
b. SA model Ferdinand de Saussure (1857-1913): analisis karya seni (umumnya sastra),
c. SA model Roland Barthes (1915-1950): analsis kebudayaan (khususnya mitos),
mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure,
d. SA model Michel Camille Riffaterre
(1924-2006): analisis karya seni (umumnya sastra; puisi).
1.
Semantic Analysis
a. Konsep dasar: analisis karya seni (umumnya lukisan dan sastra)
b. Pierce merupakan seorang ahli filsafat dan logika. Istilah semiotika dimunculkan oleh Pierce sebagai padanan kata logika. Menurut Peirce, logika
mempelajari cara bernalar dan sesuai dengan hipotesisnya. Penalaran dilakukan melalui
tanda-tanda. Menurut Peirce, ”kehidupan manusia dipenuhi dengan tanda, dengan perantaraan tanda-tanda,
proses kehidupan menjadi lebih efisien, dengan perantaraan tanda-tanda pula manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya sekaligus
mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Dengan demikian manusia adalah homo
semioticus” (Ratna, 2004:97).
Teori
Meaning Triangle
Charles Sander
Pierce
1. SA Model Charles Sander Pierce
Representament
Sistem Analisis SA Model C.S. Pierce
1. SA Model C.S. Pierce (Lanjutan)
Hubungan
• Dicent sinsign
1) Qualisign: kualitas terjauh yang dimiliki tanda.
2) Iconic sinsign: tanda yang memperlihatkan kemiripan.
3) Rhematic indexical sinsign: tanda berdasarkan pengalaman.
langsung, yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya.
4) Dicent sinsign: tanda memberikan informasi tentang sesuatu.
5) Iconic legisign: tanda yang menginformasikan norma atau hukum. 6) Rhematic indexical legisign: tanda yang mengacu kepada objek
tertentu.
7) Dicent indexial legisign: tanda yang bermakna informasi dan
menunjuk subjek informasi.
8) Rhematic symbol atau symbolic tanda yang dihubungkan dengan
objek melalui asosiasi ide umum.
9) Dicent symbol atau symbolic: tanda yang langsung
menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak.
10)Argument: tanda yang merupakan inferensi seseorang terhadap
sesuatu berdasarkan alasan tertentu.
Contoh Operasional Semantic Analysis Model C.S. Pierce
Arief Budhiman (Skripsi Fisipol UKI Bandung, 2013)
ANALISIS SEMIOTIK CHARLES SANDER PIERCE MENGENAI LUKISAN ABSTRAK IBU DAN ANAK KARYA AGUNG
WIWEKAPUTRA Objek Penelitian:
Lukisan Abstrak Ibu dan Anak Karya Agung Wiwekaputra
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Representament
Qualisigns Sinsigns Legisigns
Terdapat 2 unsur yang memiliki filosofi, yaitu
gambar seorang ibu dan anaknya. Dari kedua unsur tersebut
mempunyai kesan pertalian kasih
sayang dan perhatian ibu
terhadap anaknya.
Hubungan antara gambar dengan arti
objeknya. Kasih sayang dan perhatian
merupakan ciri
tersendiri dari seorang ibu. Pada dasarnya
wanita mempunyai sifat kelembutan, dan kelembutan tersebut menjadikan identitas pada lukisan abstrak Ibu dan Anak ini.
Kedekatan seorang ibu dengan anaknya dan selalu menjaga anaknya dari kecil hingga dewasa. Inti makna dari lukisan Ibu dan Anak ini adalah ikatan batin yang sangat kuat antara ibu dan anaknya.
Object
Icon Index Symbol
Dalam lukisan
abstrak ini terdapat sosok Ibu yang
sedang
menggendong anaknya yang
dalam keseharian pemaknaan
gambar dalam
lukisan abstraknya ini eksis atau
memang sering terjadi.
Dalam lukisan abstrak Ibu dan Anak ini pelukis memasukkan gambar seorang anak yang
sedang
digendong agar karakter seorang ibu yang penuh kelembutan tidak hilang.
Menyimbolkan kasih sayang, kedekatan dan perhatian ibu terhadap anaknya dengan
menggambarkan ibu sedang
menggendong anaknya, serta menempatkan
warna merah dan kuning.
Interpretant
Rhematic Sinsign Dicent Sinsign Argument
Dalam lukisan abstrak Ibu dan Anak yaitu
terdapat garis-garis yang
membentuk dengan
kelengkungan bidang garis tersebut dan divisualisasikan seperti wujud manusia.
Adanya tulisan “Agung W, 2003”. “Agung W”
menginformasikan pelukis dari lukisan abstrak tersebut, dan “2003” adalah tahun dimana
pelukis membuat lukisan tersebut.
Argument dalam lukisan abstrak Ibu dan Anak adalah sebuah lukisan abstrak dengan objek wujud manusia didalamnya.
KESIMPULAN
1. Representasi pada lukisan abstrak Ibu dan Anak adalah 2 elemen
penting, yaitu objek gambar seorang ibu dan anaknya yang masing-masing elemen tersebut mempunyai arti kedekatan, kasih sayang dan ikatan batin yang sangat kuat di antara keduanya yang divisualisasikan oleh pelukis.
2. Object pada lukisan abstrak Ibu dan Anak adalah digambarkan sosok
seorang wanita berambut panjang dalam keadaan melingkarkan tangannya seolah sedang memegang atau menggendong sesuatu, oleh pelukisnya ini diartikan sebagai seorang ibu yang sedang menggendong anaknya.
3. Interpretant pada lukisan abstrak Ibu dan Anak adalah bentuk dasar
bidang lingkaran, lonjong atau oval, juga setengah lingkaran. Dasar bentuk ini menginterpretasikan sebagai wujud manusia. Terdapat tulisan “Agung W, 2003” yang mengartikan pelukis dari lukisan abstrak Ibu dan Anak serta tahun dibuatnya lukisan tersebut. Warna kuning dan merah, kuning mengartikan kelembutan dan merah mengartikan power atau
2.
Semantic Analysis
Model Ferdinand de
a. Konsep dasar SA model Saussure: analisis karya seni (umumnya sastra).
b.Saussure merupakan ahli linguistik. Menurut Saussure, bahasa dipelajari sebagai sistem tanda. Peirce
menyebut teori tanda sebagai semiotika, Saussure menyebut teori tanda sebagai semiologi. Menurut Saussure, tanda merupakan gabungan antara
penanda dan petanda. Penanda (signifiant)
merupakan citra akustis, sedang petanda (signified) merupakan konsep.
c. Saussure menggunakan pendekatan anti-historis yang melihat bahasa sebagai sistem yang utuh dan harmonis secara internal (language). Ia mengusulkan teori
bahasa yang disebut “strukturalisme”; bahasa adalah
d. Makna tidak saja muncul dari intensi pemberi pesan atau hal yang ditunjuknya tetapi dari lokasi kata tersebut dalam sistem tanda; dari relasi-relasi dalam sistem tanda.
e. Makna muncul dari rangkain pemaknaan yang dapat terjadi akibat kompleksitas sistem tanda. f. Sistem tanda yang berbeda memberi makna
yang berbeda terhadap ‘tanda’ yang sama.
g. Analisis teks: melihat keadaan makna berubah sepanjang waktu, memeriksa perkembangan elemen-elemen dalam sistem tanda.
h. Asumsi: tidak ada realitas dan kebenaran makna yang tetap.
i. Komponen sistem tanda:
(1) penanda (
signifier
), contoh: ‘madu’.
(2) petanda atau sesuatu yang ditandai
(
signified
) selalu bergulir maknanya
secara dinamis; wujud fisik sesuatu
yang ditandai, yaitu ‘madu’.
j. Contoh perguliran makna:
(1) Banyak perempuan yang suka ‘madu’.
(2) Tidak banyak perempuan yang suka
‘madunya’.
(3) Semua perempuan suka berbulan
‘madu’.
3.
Semantic Analysis
Model Roland
a. Konsep dasar SA model Barthes: analsis
kebudayaan (khususnya mitos), mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure.
b. Barthes menggunakan teorinya untuk mengkaji kebudayaan dalam karyanya Mythologies (1957). Dia mengkaji mitos, tetapi bukan mitos yang
dikenal sehari-hari. Mitos menurut Barthes
adalah sistem komunikasi; suatu pesan; Mitos tidak berupa objek, konsep, atau gagasan tetapi berupa model penandaan (signification); suatu bentuk. Dalam dunia modern, mitos dikenal
dengan bentuk feminisme, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan.
Sistem SA Barthes (Tingkatan Makna):
a. Denotatif: makna literer, tingkat perseptual,
tingkat pertama (
first order
):
“Alhamdulillah, rasanya maknyus meskipun
agak masam”.
b. Konotatif: makna dalam tingkatan citra dan
nuansa yang terlekat: “Astaghfirullah,
wajahnya kok masam banget”.
c. Mitologis/alegoris: lebih mendalam
subjektivitasnya, terdapat konotasi
ideologis: “Masya Allah, mendapat rejeki
tidak bersyukur, tapi malah bermuka
masam”.
4.
Semantic Analysis
Model
Michel Camille
a. Konsep dasar SA model Riffaterre: analisis
karya seni (umumnya sastra; puisi).
b.
Sistem SA Model Riffaterre:
1) Pembacaan heuristik, pengubahan bahasa
sastra menjadi bahasa biasa agar lebih
mudah dipahami untuk mempermudah
analisis tahap selanjutnya.
2) Pembacaan ketidaklangsungan ekspresi:
pernyataan suatu hal dengan arti yang
lain yang disebabkan oleh tiga hal; (a)
penggantian arti, (b) penyimpangan arti,
dan (c) penciptaan arti.
(a) Penggantian arti dari kata atau kalimat yang
digantikan dengan arti lain melalui bahasa kiasan: simile, metafora, metonimie, perumpamaan
epos, personifikasi, dan pars pra toto.
(b) Penyimpangan arti yang disebabkan oleh tiga hal: (1) ambiguitas, (2) kontradiksi yang
disebabkan ironi dan paradoks, dan (3) nonsense. (c) Penciptaan arti baru yang disebabkan oleh bentuk
visual puisi: secara linguistik tidak memiliki arti, namun secara semiotik, unsur-unsur tersebut merupakan tanda yang dapat menciptakan makna baru dalam puisi. Penciptaan arti baru disebabkan oleh adanya bentuk visual puisi: rima, enjambemen, dan tipografi.
(1) Rima: perulangan bunyi yang sama dan teratur dalam puisi.
(2) Enjambemen: pemenggalan kata ke
dalam baris berikutnya sebagai penekanan atau penegasan pada baris tersebut.
3) Pembacaan hermeneutik, yaitu pembacaan yang didasarkan pada konvensi sastra (penafsiran)
4) Penentuan hipogram: memahami ruang kosong yang tidak dijabarkan dalam teks secara
eksplisit berupa hipogram potensial (terkandung dalam bahasa sehari-hari) dan hipogram aktual (teks-teks sastra sebelumnya).