• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KELOMPOK 3 KELAS D MATERI KEDUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KELOMPOK 3 KELAS D MATERI KEDUA"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN BUAH SEMUSIM (SEMANGKA, MELON, LABU)

DOSEN PENGAMPU: Ir. Koesrihati, MS

Kelompok D3:

1. Liri Sari Tarigan 155040201111068 2. Marcelina Melvyn 155040201111089 3. Fridia Arintya A 155040201111100

4. Meilani Afsari 155040201111103

5. Ati Setiawati P 155040201111112 6. Erna Triyanti Sihotang 155040201111116

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MINAT BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN...3

1.1 Latar Belakang...3

1.2 Tujuan...3

1.3 Manfaat...3

2. TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1 Teknologi Produksi Tanaman Semangka...4

2.2 Teknologi Produksi Tanaman Melon...17

2.3 Teknologi Produksi Tanaman Labu...26

3. KESIMPULAN...37

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian tanaman musiman adalah tanaman atau tumbuhan yang masa hidupnya hanya satu musim saja dan juga ada beberapa tanaman yang bisa hidup beberapa musim,contoh tanaman yang hidup dalam satu musim adalah tanaman padi jangka waktu tanaman padi disemai hingga panen adalah 3 sampai 4 bulan setelah itu padi akan di panen dan kemudian padi akan layu dan mati maka dari itu tanaman musiman biasanya berumur 3 sampai 4 bulan. Namun ada juga tanaman musiman atau semusim yang bisa kita panen berkali kali dan masa hidupnya bisa lebih dari 3 bulan dan bahkan tanaman tersebut bisa hidup sampai setahun sebagai contoh tanaman cabe dan jenis tanaman terong terongan,sebagai petani banyak memanfaatkan tanaman musiman ini untuk di budidayakan alasanya adalah petani bisa memprediksi kapan waktunya tanaman tersebut panen. Dalam melakukan budidaya tanaman semusim, perlu adanya teknologi pengolahan tanaman yang dilakukan agar tanaman tersbut mendapatkan perlukan yang baik

1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengertian tanaman semusim

2. Melakukan analisa terhadap budiaya yang dilakukan 3. Mengetahui karakter tanaman melon dan Labu kuning

1.3 Manfaat

1. menemukan penyakit yang menyerang tanaman melon, semangka, dan labu kuning

2. dapat melakukan proses budidaya tanaman melon, semangka dan labu kuning 3. dapat melakukan budidaya tanam sesuai dengan syarat tumbuh

(4)

2.1 Teknologi Produksi Tanaman Semangka

Di Indonesia, buah keluarga labu-labuan telah berkembang seperti di negara-negara lain yang telah lebih dahulu membudidayakan tanaman dengan jenis yang sama, walaupun masih sedikit agak ketinggalan. Dikarenakan, sebelum tahun 1970, pertanian di negara kita lebih mengutamakan kebutuhan pangan pokok, yakni beras. Tahun 1970 ini pula yang menjadi titik-tolak perkembangan tanaman pangan selain beras (padi). Dengan terobosan-terobosan baru dan kemajuan teknologi, pemerintah telah mendirikan balai-balai penelitian tanaman pangan. Hal ini sedikit banyaknya tentu memberikan andil yang positif dalam penyebarluasan daerah penanaman keluarga labu-labuan ini (Budi Samadi, 1996).

Gambar 1. Tanaman Semangka (BAPPENAS, 2005).

Balai-balai sejenis itu bermunculan di beberapa daerah di Indonesia pada tahun 1984. Meningkatnya perhatian terhadap budidaya tanaman hortikultura tadi, didasarkan atas terbukanya peluang untuk memasarkan semangka ke luar negeri, terutama hasil budidaya tanaman pangan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

(5)

Karena itulah kita perlu mengembangkan teknik-teknik budidaya di tanah air kita untuk mengejar ketinggalan dari teknik budidaya tanaman di negara lain.

Budidaya tanaman semangka di tanah air. masih sebatas dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Tetapi tidak menutup kemungkinan kita mampu bersaing di kancah pasaran internasional. Faktor-faktor yang menjadi tolok ukur naik-turunnya harga pasaran buah semangka di dalam negeri adalah karena panen yang bersamaan sehingga hasil panen melebihi kebutuhan pasar sehingga hargapun menjadi turun. Menurut Kemal Prihatman (2000), daerah-daerah penghasil semangka yang paling banyak di Indonesia adalah:

a) Jawa Tengah : Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo.

b) Jawa Barat : Karawang, Indramayu. c) Jawa Timur : Malang, Banyuwangi. d) Sumatera : Lampung.

Di samping untuk memenuhi pasaran lokal bagi masing-masing daerah penghasil buah semangka, buah hasil panen juga dikirim ke daerah lain yang memungkinkan, karena di daerah lain belum tentu tanaman sedang berbuah ataupun malah belum lazim dibudidayakan. Masuknya bibit-bibit semangka impor mempunyai daya tarik yang kuat, sebab buah semangka tersebut mampu merebut pasaran sejajar dengan buah-buahan jenis lain yang sebagian masih di import dari luar negeri. Buah semangka yang berkualitas baik telah banyak dipasarkan di super market di kota-kota besar dan yang menjadi pelanggannya adalah masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Dengan kenyataan yang demikian menjadikan permintaan pasar buah semangka semakin meningkat. Terlebih lagi pada saat hasil panen buah dari daerah-daerah penghasilnya menurun jumlahnya, sehingga harganya pun melonjak beberapa kali lipat. (Budi Samadi, 1996).

(6)

Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang hidupnya merambat dan memiliki anekaragam jenis seperti semangka merah, semangka kuning, semangka biji dan semangka non biji.

Gambar 2. Buah Semangka (BAPPENAS, 2005).

Menurut Rukmana (1994), klasifikasi ilmiah semangka adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Violales Familia : Cucurbitaceae Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus vulgaris

(7)

Gambar 3. Bagian-bagian Tanaman Semangka (Syukur, 2009).

Menurut Endang Dwi Purbajanti (2013), pertumbuhan adalah kenaikan dalam bahan tanaman, suatu proses total yang mengubah bahan mentah secara kimia dan menambahkannya dalam tanaman. Pertumbuhan tanaman terjadi pada tingkat mikroskopik saat sel membesar dan membelah sehingga terjadi pengembangan bagian tanaman yang dapat terlihat. Dari pengertian pertumbuhan tanaman di atas, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Pertumbuhan Tanaman adalah suatu proses penambahan ukuran, penambahan jumlah sel dan penambahan jumlah daun yang tidak akan kembali lagi pada bentuk semulanya. Pertumbuhan tanaman terdiri atas 2 fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif.

Pada fase pertumbuhan vegetatif menghendaki suhu sekitar 25 derajat celcius. Pada suhu tersebut tanaman semangka akan tumbuh cepat dan kuat sehingga akan diperoleh tanaman yang berbatang kuat dan ukuran daun besar. Tanaman dengan kondisi fisik kuat dan didukung dengan perawatan yang baik akan menghasilkan buah yang berkualitas tinggi

Sesudah itu pada fase generative terutama pada proses pemasakan buah, tanaman semangka menghendaki suhu udara harian sekitar 30 derajat celcius untuk pembentukan gula pada daging buahnya. Jika pada periode ini kondisi suhu terlalu rendah, kadar gula pada daging buah juga akan rendah dan umur panen lebih lama. Buah semangka yang diproduksi pada kondisi panas dan kering memiliki kadar gula sekitar 11%. Sebaliknya pada kondisi dingin kadar gulanya hanya mencapai 8 % (BAPPENAS, 2005).

(8)

matahari sejak terbit sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya kemunduran waktu panen. Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu 25OC (siang hari). Suhu udara yang ideal bagi pertumbuhan tanaman semangka adalah suhu harian rata-rata yang berkisar 20–30 mm. Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal penanaman, berarti udara kering yang miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman semangka, sebab di daerah asalnya tanaman semangka hidup di lingkungan padang pasir yang berhawa kering. Sebaliknya, kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya jamur perusak tanaman (Doring, dkk. 2006)

Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah dikeringkan. Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah tersebut. Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka. Sedangkan untuk ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah: 100-300 m dpl. Kenyataannya semangka dapat ditanam di daerah dekat pantai yang mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas perbukitan dengan ketinggian lebih dari 300 m dpl (Sarpian, 2003).

Menurut Wihardjo S. (1993) dalam melakukan budidaya tamanam buah semangka tentunya harus mengetahui tahapan-tahapan dalam tekni budidaya yang terdiri antara lain pembenihan. Benih semangka yang baik adalah bentuk tidak keriput, tidak mengapung jika direndam. Sebelum disemai, ujung benih semangka dipotong (untuk semangkan tanpa biji) terlebih dahulu menggunakan gunting kuku, untuk mempermudah proses pertumbuhan. Selanjutnya benih direndam dalam air hangat suhu 20-25°C yang telah ditambah fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi 2 ml/l. Setelah direndam 10-30 menit, diangkat dan ditiriskan sampai air tidak mengalir lagi. Kemudian bibit siap dikecambahkan.

(9)

dilipat. Masukkan bungkusan tersebut ke dalam kaleng atau stoples yang dilapisi pasir dan kertas koran basah. Untuk memberikan suasana hangat, kaleng diberi penerangan lampu pijar 15 watt, pada jarak 5-10 cm di atas bungkusan. Pemeraman dilakukan selama 24-48 jam. Setiap 4-6 jam sekali perlu pengontrolan kelembaban. Jika kondisi kering, segera semprotkan air menggunakan hand sprayer kecil. Benih yang telah diperam, dimasukkan ke dalam polibag kecil (ukuran 12 x 12 cm) yang telah berisi media tanam yaitu campuran tanah dan pupuk kandang (1:1). Kedalaman lubang tanam 1,5 cm. Setalah ditanam, lubang ditutup dengan tanah halus yang dicampur abu sekam (2:1). Kemudian polibag polibag tersebut ditutup karung goni selama 2-3 hari (Samadi, 1996).

Polibag-polibag diberi disungkup (kanopi) plastik transparan serupa rumah kaca mini dan salah satu sisi yang terbuka. Sungkup ini juga dilengkapi dengan naungan paranet. Bibit yang masih muda diberi sinar matahari pagi saja, maksimum hingga pukul 09.00. Tiga hari sebelum pindah tanam, sungkup harus dibuka total, sehingga bibit mendapatkan matahari penuh. Penyiraman dilakukan rutin untuk mempertahankan kelembaban. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk daun, untuk memacu perkembangan bibit, dicampur dengan fungisida, dilakukan rutin 3 hari sekali. Setelah bibit berumur 12-14 hari dan telah berdaun 2-3 helai, dipindahkan ke areal penanaman yang telah diolah.

(10)

bedengan 30-50 cm, lebar parit 30-50 cm. Kemudian pemberian pupuk dasar untuk semangka tanpa biji, kebutuhan pupuk per tanaman adalah 85 g ZA, 50 g urea, 30 g SP-36, 85 g KCl dan 2 g Borate. Sedangkan untuk semangka berbiji, kebutuhan pupuk per tanaman adalah 80 g ZA, 40 g urea, 30 g SP-36, 70 g KCl dan 2 g Borate (Prajnanta, 1996).

Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm atau mulsa plastik dengan lebar plastik 110-150 cm agar menghambat penguapan air dan tumbuh liar. Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama, sampai 812 bulan pada areal terbuka (2 - 3 kali periode penanaman). Plastik berwarna perak akan memantulkan sinar matahari sehingga mengurangi serangan hama yang bersembunyi di bawah daun tanaman.

Gambar 5. Jarak Tanam Semangka (Syukur, 2009).

(11)

adalah sebagai berikut, kantong plastik dilepas hati-hati supaya akar tidak rusak; bibit dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan; lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan; terakhir lubang disiram air agar media bibit menyatu dengan tanah (Sarpian, 2003).

Menurut Rukmana (1994), tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan. Apabila tanaman tumbuh terlalu lambat atau tanaman mati dilakukan penyulaman dengan bibit baru yang telah disiapkan tetapi penyulaman tidak boleh dilakukan lebih dari 10 hari setelah tanam. Pada kegiatan penyulaman, perlu diperhatikan penyebab kematian bibit. Bila disebabkan oleh bakteri atau jamur, bibit harus dibongkar bersama tanahnya, agar tidak menular ke bibit lain yang sehat. Selain itu adanya gulma di sekeliling tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan mengurangi produksi selain itu gulma juga dapat dijadikan inang bagi hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan penyiangan secara rutin.

Pembubunan tanah dilakukan dengan menimbun kembali tanah yang tererosi karena penyiraman, agar akar-akar tidak muncul ke permukaan tanah. Pembumbunan hanya dilakukan untuk penanaman sistem tanpa mulsa.Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak kekurangan air. Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation: air dialirkan melalui saluran diantarabedengan Frekuensi pemberian air pada musim kemarau adalah 4-6 hari (Samadi,B. 1996).

Pada budidaya tanaman semangka juga dilakukan pemupukan yang bertuuan untuk membantu pertumbuhan dari tanaman semangka tersebut. Pupuk yang digunakan untuk tanaman semangka antara lain, Pupuk kandang, TSP, ZA dan KCl. Setlah di berikan pupuk tersebut, tanaman semngka juga membutuhkan pemberian pupuk susulan yang diberikan pada saat, Masa daun kedua sampai dengan ketiga, Masa sulur mulai menjalar sekaligus membumbun, Masa bunga betina yang pertama, Masa buah sebesar tinju, Masa buah 15 hari menjelang panen. Berikut adalah dosis pemupukan yang diberikan untuk tanaman semangka :

Tabel 1. Dosis pupuk dan waktu pemberiannya / Ha (BAPPENAS, 2005). Nama Pupuk Pupuk Pupuk Susulan ( Kg )

(12)

Dasar borak 5 Kg untuk per Ha. Pupuk susulan ditugalkan 10 – 15 Cm dari batang. Pemberian pupuk cair SEPRINT dari 10 CC dilarutkan dalam 5 l air dan semprotkan pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam dan diulang 7 hari sekali sampai 15 hari menjelang panen

(13)

tanam. Biasanya pada umur ini tanaman baru memiliki 4-5 helai daun. Hal ini dilakukan untuk mempercepat tumbuhnya cabang. Cabang-cabang yang tumbuh dibiarkan sampai berumur 3 minggu. Pada usia 3 minggu, dipilih lagi dua cabang utama yang pertumbuhannya baik. Pada umur 6 minggu, cabang sekunder dipangkas. Cabang sekunder yang dipangkas adalah cabang sekunder di bawah ruas ke-14 dan disisakan masing-masing hanya dua daun. Alat pangkas yang digunakan harus dalam keadaan steril. Sebelum dan sesudah pemangkasan, alat direndam fungisida dengan konsentrasi 2 ml/l (Duljapardan Setyowati, 2000). Pengikatan cabang mutlak dilakukan pada penanaman sistem turus, agar tanaman dapat tumbuh merambat pada turus-turus yang telah disediakan. Pengikatan dimulai ketika tanaman berumur 3 minggu. Bahan pengikat dapat berupa tali rafia atau tali dari pelepah pisang batu.

Penyerbukan buatan hanya dilakukan kalau semangka yang ditanam sebagian besar merupakan jenis tidak berbiji. Penyerbukan buatan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 06.00-10.00, saat bunga betina dalam kondisi mekar. Umur tanaman yang dapat dilakukan penyerbukan buatan sekitar 21-28 hari setelah tanam. Untuk penanaman sistem turus, penyerbukan hanya dilakukan pada bunga betina yang berada pada ruas ke-13 dan ke 20, hal ini disebabkan bunga pada ruas-ruas tersebut yang kelak menjadi buah dapat pas dengan para-paranya. Sedangkan penanaman tanpa turus tidak ada ketentuan tersebut. Cara penyerbukan buatan ini diawali dengan pengambilan dan pengumpulan bunga jantan dari semangka berbiji. Selanjutnya, dipilih bunga betina yangakan diserbuki, yaitu bentuknya sempurna dan tidak cacat. Setelah dipilih, oleskan bunga jantan pada putik bunga betina.

Seleksi buah bertujuan untuk memperoleh ukuran dan bentuk buah yang seragam dan besar. Seleksi buah dilakukan setelah tanaman berumur 40 HST.Buah yang dipilih adalah buahyang pertumbuhannya baik, sedangkan yang jelek dibuang dengan menggunakan gunting. Banyaknya buah yang dipelihara masksimal 2 buah per tanaman agar didapat buah yang besar.

(14)

bawahnya terkena sinar matahari. Pembalikan buah dilakukan minimal sekali hingga buah siap panen, yaitu pada umur 44-51 HST.

Penyemprotan campuran obat (fungisida, insektisida dan pupuk daun) dilakukan rutin setiap minggu, untuk tindakan pencegahan. Jika terdapat serangan hama atau penyakit, maka waktu penyemprotan ditingkatkan menjadi 3 hari sekali dengan bahan yang sesuai dengan hama atau penyakit tersebut. Adapun jenis hamadan penyakit yang sering menyerang yaitu Thrips (Thrips parvispinus Karny), Layu (Fusarium ),Bercak daun, Busuk buah,Ulat perusak daun (Spodoptera litura), Tungau merah merah (Tetranychus cinnabarinus) dan Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)dll.

Menurut Sarpian (2003), menentukan saat panen dapat melaui tiga cara yaitu pengamatn visual, pengamatan dari suara saat buah diketuk, dan umur tanaman. Secara visual, buah semangka yang sudah siap panen dicirikan oleh warna kulit buah yang terang, bentuk buah bulat berisi, dan sulur di belakang tangkai buah sudah berubah warna menjadi coklat tua. Warna buah menjadi terang karena lapisan lilin yang menyelimuti kulit buah sudah hilang. Suara buah dapat digunakan sebagai tanda tingkat ketuaan buah. Suara buah ini muncul setelah buah diketuk. Bila nyaring, buah tersebut masih muda. Sebaliknya, bila agak berat dan sedikit bergetar, buah tersebut sudah masak atau tua.

Varietas tanaman dan ketinggian tempat mempengaruhi umur panen tanaman. Pada ketinggian tempat antara 700-900 m dpl, semangka dapat dipanen pada umur 90-100 hari setelah tanam. Sementara di dataran rendah buah dapat dipanen pada umur 85 hari. Cara panen buah semangka adalah dengan memotong tangaki buah. Setelah dipotong, buah dapat diangkat dan diletakkan langsung ke dalam keranjang. Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga permukaan kulit buah dalam kondisi kering, agar tahan selama dalam penyimpananan (Sarpian, 2003).

(15)

dilakukan sebagai berikut: Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4°C, dan kelembaban udara antara 80-85%; Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan kadar O2 dan kadar CO2) dengan asumsi oksigen atau menaikan kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi (Rukmana, 1994).

Pemberian mulsa bermanfaat dalam hal kompetisi dengan tanaman pengganggu (gulma) untuk memperoleh sinar matahari. Agar dapat berkecambah, benih gulma membutuhkan sinar matahari. Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma tidak mendapatkan sinar matahari. Kalaupun ada sinar matahari, misalnya pada mulsa jerami atau plastik transparan, pertumbuhan gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Menurut Prihatman (2000), manfaat pemasangan mulsa dalam budidaya tanaman adalah menekan kompetisi hara dengan gulma, menjaga kestabilan agregat tanah, menjaga ketersediaan air, menekan erosi, menurunkan suhu tanah dan memudahkan dalam budidaya tanaman

Mulsa di atas permukaan tanah dapat menahan energi air hujan sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa memiliki kemampuan menahan hantaman butiran air hujan. Oleh karenanya, semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.

Pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Proses transpirasi ini merupakan proses normal yang terjadi pada tanaman. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang di dalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.

(16)

kemungkinan suhu tanah dapat diturunkan, sementara efek kedua ialah memperperbesar radiasi matahari yang dapat diterima oleh daun-daun tanaman sehingga kemungkinan proses fotosintesis dapat ditingkatkan dan mengurangi serangan hama (seperti Thrips dan Aphis) dan penyakit. Permukaan hitam dimaksudkan untuk lebih membatasi radiasi matahari yang menembus sampai ke permukaan tanah sehingga keadaan permukaan tanah menjadi gelap total. Keadaan ini akan menekan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) (Umboh, 1999).

Setelah pupuk kimia diaduk rata bercampur dengan tanah, bedengan dirapikan dan disirami air secukupnya agar pupuk segera bereaksi. Pemasangan mulsa dilakukan tepat setelah pemupukan kimia selesai. Bila pemasangan mulsa dilakukan sehari setelah pemupukan, sebagian pupuk sudah menguap.

(17)

Gambar 7. Mulsa PHP (BAPPENAS, 2005).

Gambar 8. Mulsa jeramih (BAPPENAS, 2005). 2.2 Teknologi Produksi Tanaman Melon

(18)

kecil dan dagingnya kurang mengandung air. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter di atas permukaan laut, maka tanaman ini tidak akan berproduksi secara optimal (Soedarya, 2010).

Tanaman melon termasuk dalam kelas tanaman biji berkeping dua. Klasifikasi tanaman melon adalah sebagai berkut (Soedarya, 2010) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta/Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledoneae Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Violales

Familia : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis melo L.

(19)

penyerbukan buatan. Penyerbukan buatan ini dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.30-10.00 di mana waktu tersebut bunga betina sedang mengalami tahap mekar sempurna (Sobir, 2010).

Tanaman melon memiliki beberapa syarat tumbuh, yaitu: 1.Iklim

Tanaman melon dapat beradaptasi pada berbagai iklim. Tanaman melon tidak tahan terhadap angin yang bertiup kencang karena tangkai daun, batang dan buah akan patah. Bila pada waktu berbunga, tanaman melon kekurangan air, bunga yang tumbuh banyak yang gugur hingga tidak terjadi buah. Itulah sebabnya, di daerah yang beriklim kering dan di tegalan yang tidak terdapat sumber pengairan, tanaman melon harus ditanam menjelang akhir musim kemarau atau awal musim penghujan (Soedarya, 2010).

Salah satu faktor tumbuh bagi tanaman melon adalah kesesuaian iklim. Faktor iklim di antaranya adalah sinar matahari, kelembaban, suhu, keadaan angin dan hujan. Tanaman melon perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Pada kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu optimal untuk tumbuh tanaman melon adalah antara 25-300C. Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon dan hujan yang turun terus menerus juga akan merugikan tanaman melon. Tanaman melon tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m dpl.

(20)

di malam harinya. Penanaman melon pada umumnya dilakukan pada awal musim kemarau (Rukmana, 1993).

2. Kesuburan Tanah

Tanah yang baik untuk melon adalah tanah liat berpasir yang memiliki lapisan bunga tanah yang tebal, serta banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Tanaman melon lebih peka terhadap air tanah yang menggenang atau kondisi aerasi tanah kurang baik daripada tanaman semangka. Di tempat yang kelembaban udaranya rendah atau kering dan ternaungi, tanaman melon sulit untuk berbunga. Tanaman ini lebih cepat tumbuh di daerah terbuka tetapi sinar matahari tidak terlalu terik, yaitu cukup dengan penyinaran 70% (Buditjahjono, 2007).

Adapun cara budidaya tanaman melon ialah: 1. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk penanaman terlebih dahulu dibersihkan dari sisa tanaman dan sampan, kemudian dilakukan pembajakan dengan kedalaman 20 - 30 cm. Lahan dikering-anginkan selama 5-7 hari. Bila masih ada bongkahan tanah, haluskan dan dibiarkan selama 4-5 hari. Pembuatan bedengan dengan ukuran panjang maksimum 15 m, tinggi 30 50 cm, lebar 100120 cm dan lebar parit 50 -60 cm. Tinggi dan lebar parit disesuaikan dengan keadaan musim saat penanaman. Pada musim hujan, usahakan tinggi bedengan ± 50 cm, agar perakaran tanaman tidak terendam air sewaktu hujan (Rukmana, 1993).

Tanah dikerjakan bersamaan dengan kegiatan pesemaian, agar pada saat pengolahan tanah selesai, bibit tanaman dari pesemaian dapat langsung dipindahkan ke lapang. Pekerjaan yang pertama adalah membuat bedengan, bedengan perlu lebih luas yaitu kurang lebih 2 meter. Tanah dicampur dengan kedalaman 20-30 cm. Setelah itu dibuat lubang dengan ukuran kira-kira 20x20x20 cm untuk tempat pupuk kandang. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lain adalah 50 cm (Tjahjadi, 1989).

(21)

dibawahnya dan putih perak di atasnya. Pemasangan mulsa PHP ini dilakukan minimal 3-5 hari sebelum tanam. Didalam pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan di siang hari, karena pada siang hari plastik lentur dan mudah pemasangannya, dan tidak usah ditarik terlalu kencang karena mulsa akan terlalu tipis dan mudah sobek, mulsa PHP dapat dipakai 2-3 kali periode tanam maka supaya dirawat sebaik-baiknya (Soedarya, 2010). Pembukaan lahan dilakukan agar tanah tersebut dapat digunakan sebagai tempat penanaman tanaman melon. Sebelum dibajak lahan yang akan digunakan digenangi air terlebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan dengan cara pencangkulan atupun pembajakan.

Dalam agribisnis yang berorientasi komersial, seperti pasar supermarket, hasil lebih sempurna apabila pada tanah dipasang mulsa plastik. Mulsa adalah bahan yang digunakan sebagai penutup tanah yang berfungsi melindungi tanah dari terpaan butiran hujan, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, mengurangi evaporasi dan menaikkkan simpanan air tanah. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik, agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat Pemasangannya hanya cukup melibatkan 2 orang untuk satu bedengan (Sobir, 2010).

2. Persemaian

(22)

kedalaman 2 cm dengan letak calon akar atau bagian benih yang runcing berada di bawah (media semai dalam keadaan basah). Setelah berumur 10-14 hari atau telah memiliki 2 - 3 pasang daun sempurna, benih dipindahkan ke lapangan. Penanaman benih dilakukan pagi atau sore hari pada bedengan yang sehari sebelumnya telah disiram air terlebih dahulu sampai basah (Rukmana, 1993).

Benih yang sudah berkecambah harus segera dibibitkan atau disemai dalam media pembibitan. Penyemaian benih dapat menggunakan kantong plastik bening atau polybag berakuran 7x10 cm. Media semai yang digunakan berapa campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah matang dengan perbandingan 2:1. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang sedalam 2 cm, lalu benih dimasukkan ke dalam lubang, kemudian benih ditutup dengan tanah (Sobir, 2010). Benih yang sudah berkecambah harus segera dibibitkan atau disemai dalam media pembibitan. Penyemaian benih dapat menggunakan kantong plastik bening atau polybag berukuran 7x10 cm. Media semai yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah matang dengan perbandingan 2:1. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang sedalam 2 cm, lalu benih dimasukkan ke dalam lubang, kemudian benih ditutup dengan tanah (Sobir, 2010). 3. Penanaman

Bibit tanaman melon siap untuk ditanam saat berumur 10-14 hari setelah semai. Kriteria bibit yang siap tanam adalah jika bibit tersebut sudah memiliki daun 2-3 pasang dan berwarna hijau segar. Untuk meningkatkan keseragaman ukuran buah, bibit dipilah dan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan kesehatannya. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman di lapang seragam dan buahnya juga akan seragam (Sobir, 2009).

Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari, hal ini ditujukan untuk menghindarkan tanaman dari stres karena terik matahari. Sesaat sebelum tanam, media tanam dalam plastik semai disiram sampai basah agar tidak pecah/berhamburan ketika plastik dibuka.

(23)

media tanam dalam plastik semai disiram sampai basah agar tidak pecah/berhamburan ketika plastik dibuka. Untuk meningkatkan keseragaman ukuran buah, bibit dipilah dan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan kesehatannya. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman di lapang seragam dan buahnya juga akan seragam (Sobir, 2009).

4. Pemeliharaan a. Pemasangan lanjaran

Khusus pada sistem tanam yang dirambatkan, seawal mungkin dilakukan pemasangan lanjaran dari bilah bambu ukuran panjang lanjaran 175 cm -200 cm dan lebar 3-4 cm, dipasang berjajar dekat batang tanaman melon, sehingga membentuk segitiga. Antara lanjaran satu dengan lanjaran yang lain, semua lanjaran dihubungkan dengan gelagar arah mendatar (horizontal) dan diikat dengan kuat. Keterlambatan pemasangan lanjaran dapat menggangu perakaran tanaman melon (Samadi, 2010).

b. Pengairan

Pemberian air pada tanaman melon sangat bergantung pada musim yang sedang berlangsung dan fase pertumbuhan tanaman. Musim hujan tidak perlu dilakukan pengairan, tetapi saluran-saluran drainase harus diperbaiki agar tidak terjadi penggenangan air hujan disekitar tanaman. Air yang tidak segera dibuang akan mengganggu sistem perakaran tanaman. Sebaliknya musim kemarau tanaman melon perlu mendapatkan pengairan yang cukup terutama pada periode pertumbuhan (Samadi, 2010).

c. Penyulaman

(24)

secara langsung berfungsi sempurna, terutama dalam menyerap air, sehingga bila terkena panas matahari akan mudah kehilangan air dan tanaman menjadi layu (Rukmana, 1993).

Sejak bibit berumur lima hari setelah tanam, pertumbuhan bibit harus selalu dipantau. Apabila ditemukan bibit yang mati atau lamban pertumbuhannya, maka harus segera diganti dengan bibit yang baru dan bagus. Umur bibit melon yang digunakan sebagai bibit sulaman sebaiknya sama dengan umur bibit yang lainnya, sehingga pertumbuhannya akan seragam. Untuk kepentingan tersebut maka pada saat pembibitan, harus disediakan bibit sebagai cadangan sebanyak ±10% dari total kebutuhan bibit (Samadi, 2010).

Kegiatan penyulaman sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman tidak mengalami stres karena panas matahari. Pada saat bibit sulaman ditanam, akar–akar belum mampu secara langsung berfungsi sempurna, terutama dalam menyerap air, sehingga bila terkena panas matahari akan mudah kehilangan air dan tanaman menjadi layu. Ketersediaan air (penyiraman) merupakan salah satu faktor penting dalam awal pertumbuhan bibit (Trubus, 2000).

d. Sanitasi

Pengendalian gulma dilakukan pada saat gulma mulai tumbuh. Gulma yang tumbuh di sepanjang parit di luar lubang tanam dibersihkan dengan sabit, cangkul atau secara manual (tangan) minimal seminggu sekali. Pembersihan gulma pada lubang tanam dilakukan secara intensif minimal 3 hari sekali (Sobir, 2010).

e. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menyediakan hara - hara yang dibutuhkan tanaman bagi pertumbuhan tanaman dan produksi buah yang berkualitas tinggi, yang tidak dapat disediakan oleh tanah pada lokasi penanaman. Mengacu pada hal tersebut maka dosis tepat pupuk tergantung pada tingkat kesuburan tanah. Pupuk utama yang harus disediakan adalah pupuk Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) (Isnaini, 2005).

f. Pemangkasan

(25)

pertumbuhan vegetatif yang maksimum sehingga pertumbuahan tanaman optimum. Pemangkasan cabang dilakukan dari ruas pertama sampai dengan ruas ke 8 dan di atas ruas ke 11 dengan menyisakan satu helai daun. Cabang pada ruas ke 9-11 tidak perlu dipangkas karena akan dijadikan sebagai tempat munculnya calon buah yang akan dibesarkan (Sobir, 2010).

g. Persilangan

Penyerbukan dapat dilakukan secara alami dan secara buatan. Penyerbukan buatan pada tanaman melon dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Menyiapkan bunga jantan melon pada satu wadah yang diambil dari bunga pada tanaman itu sendiri atau tanaman lain dalam satu area pertanaman.

- Menyapukan serbuk sari bunga jantan pada kepala putik bunga betina dengan menggunakan kuas dengan gerakan memutar secara merata. Penyerbukan bunga betina dilakukan sebanyak-banyaknya 4 bunga, pada ruas ke 9-11 sehingga dalam satu tanaman terdapat 4 calon buah melon.

- Menyerbuki mahkota bunga betina dengan cara menjepit dengan kertas alumunium foil.

- Keberhasilan penyerbukan akan terlihat pada keesokan harinya. Penyerbukan dianggap berhasil jika mahkota bunga layu dan bakal buah semakin membesar. Bakal buah yang berwarna hitam legam dan rontok menandakan penyerbukan gagal sehingga harus diulang pada bunga betina pada ruas di atasnya (Sobir,2010).

h. Hama dan Penyakit

(26)

yang dapat menyerang tanaman melon adalah kutu daun Aphis, kumbang mentimun, ulat pemakan daun, ulat perusak buah, lalat buah Dacus, tungau serta trips (Tjahjadi, 1989).

1. Panen

Panen dilakukan pada pagi hari, antara pukul 08.00-11.00 karena panen pada pagi hari mengurangi kelayuan buah akibat panas matahari. Pemanenan hanya dilakukan pada buah yang sudah masuk kriteria panen yaitu buah memiliki net tebal dan rata, daun sudah menguning dan sulur berwarna coklat, sehingga dalam satu hamparan dapat dilakukan panen secara bertahap. Panen dianjurkan untuk dilakukan dalam 2 tahap dengan selang 2-3 hari. Batang tempat tangkai dipotong hati-hati dengan pisau sehingga membentuk huruf T dan diletakkan miring agar getah tidak menetes pada buah. Buah yang sudah dipanen disimpan dalam wadah dan diletakkan di tempat yang terlindungi dari sinar matahari langsung. Penumpukan buah dilakukan maksimum 7 lapis dan masing-masing lapis diberi alas jerami. Lahan yang sudah dipanen harus segera dibongkar dan dimusnahkan (Sobir, 2010).

2. Pasca Panen

Kegiatan yang dilakukan setelah panen di antaranya adalah sortasi dan pengkelasan. Kriteria melon yang bagus adalah kulitnya mulus, bentuk normal, tidak cacat karena hama dan penyakit, tidak ada noda getah, serta tidak ada luka memar (Isnaini, 2005). Penanganan pasca panen buahmelon sangat berpengaruh terhadap kualitas akhir buah tersebut. Kualitas buah yang baik pada saat panen akan menjadi rendah apabila penanganan pasca panen dilakukan dengan tidak memperhatikan faktor yang mempengaruhi proses kerusakan buah. Proses pasca panen meliputi sortasi, grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Apabila proses pasca panen tersebut dilaksanakan secara baik, maka kualitas buah yang dipanen juga akan baik.

(27)

panen tersebut dilaksanakan secara baik, maka kualitas buah yang dipanen juga akan baik (Rukmana 1993).

2.3 Teknologi Produksi Tanaman Labu

1. Klasifikasi dan Morfologi

Labu kuning atau pumpkins (Cucurbita moschata) termasuk jenis tanaman menjalar dari famili Cucurbitaceae yang telah dikenal diberbagai negara .Tanaman tersebut terdiri atas batang dan daun tidak begitu berbulu; tangkai bunga keras, bentuk buah sempit buah pir, eliptik sempit, dan berbentuk seperti kacang. Ada tiga jenis labu yang paling terkenal di dunia yaitu Cucurbita moschata, Cucurbita maxima dan Cucurbita pepo. Labu kuning merupakan salah satu jenis labu yang cukup populer di Indonesia meski buah ini berasal dari Mexico Tengah dan menyebar ke Benua Amerika. Labu kuning dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Labu kuning merupakan sumber karotenoid, pektin, vitamin dan senyawa-senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan (Juna et al., 2006). Taksonomi tanaman labu kuning adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

(28)

Sub-Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales Famili : Cucurbitaceae Genus : Sechium

Spesies : Cucurbita moschata (Noelia et al., 2011)

Penanaman labu dapat dilakukan di tanah tegalan, pekarangan, maupun di sawah setelah panen padi, baik monokultur maupun tumpangsari. Labu ditanam di tanah petak-petak, dengan mengatur tanaman berjajar, jarak tanam antara 1–1,5 meter. Dalam satu hektar dapat ditanami sekitar 5.000 tanaman. Untuk jenis lokal, buah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan, sedangkan jenis hibrida, seperti labu kuning taiwan, pada umur 85-90 hari. Apabila ditanam secara monokultur, tiap hektar lahan dapat menghasilkan buah sekitar 50 ton per musim.

2. Syarat Tumbuh

(29)

3. Penyerbukan

Bunga labu kuning berbentuk lonceng (companulatus), bersifat beraturan (regularis). Kelopak (calyx) berlekatan (gamosepalus) hampir sampai pangkalnya dengan jumlah kelopak kebanyakan berjumlah lima berbentuk garis, ujungnya agak melebar, bergerigi tidak teratur.Mahkota bunga (corola) berbentuk lonceng (companulatus), berwarna kuning, mahkota bunga kebanyakan berjumlah lima saling berlekatan pangkalnya tinggi mencapai 15 cm (Syukur, Sujiprihati dan Yunianti, 2012).

(30)

bunga berbentuk bulat sampai lonjong di bawah kelopak bunga (calyx) sehingga bunga betina ini lebih pendek, bulat dan menebal. Bakal buah terdapat pada pangkal bunga betina. Dalam melakukan penyerbukan dapat dibantu oleh angin ataupun serangga (Tjitrosoepomo, 2010).

4.Teknik Budidaya

Tanaman labu kuning tumbuh baik didaerah tropis, dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi hangat dengan temperatur 18- 270

C . Tanaman ini menyukai sinar matahari sehingga cocok bila ditanam ditempat terbuka. Air yang cukup untuk harus disediakan untuk menunjang perkecambahan, pertumbuhan awal, dan pembentukan buah. Selain itu labu kuning mudah diserang hama dan penyakit, oleh karena itu perlu pengelolaan yang baik dengan cara pemberian pupuk organik dengan dosis yang cukup, pengaturan tanam yang tepat (Maret-April), pengelolaan tanah secara sempurna, dan pengapuran tanah (limming) bila keadaan tanah asam.

Membudidayakan tanaman labu kuning boleh dibilang cukup mudah, baik pada saat penanaman maupun selama perawatan hingga masa panen. Mengingat tanaman yang satu ini praktis tidak membutuhkan perlakuan istimewa, disamping memiliki daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Adapun langkah-langkah membudidayakan labu kuning adalah sebagai berikut:

a) Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk budidaya labu dapat berupa lahan tagelan atau ladang. Lahan baru yang ditumbuhi pepohonan atau semak belukar perlu dilakukan penebangan pohon-pohon yang tidak diperlukan, kemudian dilakukan pengumpulan pada satu tempat.Tujuan dari pengolahan tanah adalah sebagai berikut :

 Pemecahan dan pengemburan tanah yang padat.

 Pemecahan bongkahan-bongkahan tanah yang besar menjadi

(31)

 Pembenaman sisa-sisa tanaman ke dalam tanah.

Percampuran dan pembenaman pupuk dan atau pengapuran (amelioran) kedalam tanah asam.

 Pemberantasan gulma yang ada sebelum penanaman.

 Pemerataan tanah.

Dengan pengolahan tanah struktur tanah menjadi lebih gembur dan porositas tanah menjadi lebih baik. Sehingga kondisi tanah tersebut akan membuat keseimbangan antara infiltrasi dan penguapan air dari tanah, peredaran udara dan suhu tanah menjadi optimal sehingga akan menjamin aktivitas biologi tanah, perkecambahan benih dalam tanah menjadi baik serta pertumbuhan akar tanaman lebih baik sehingga dapat menjangkau unsur hara dan air disekitarnya.

b) Pembibitan:

Pastikan benih tanaman memiliki kualitas yang baik. Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas tersebut, dilakukan dengan cara ;

 Memilih buah labu kuning yang umurnya cukup tua.

 Buah labu tersebut selanjutnya dipotong melintang untuk diambil bijinya.

 Biji-biji tersebut kemudian dicuci bersih dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3-4 hari.

 Setelah dijemur, kadar air benih akan mencapai sekitar 8 – 10 %.

Biji yang telah dijemur tersebut sudah bisa dimanfaatkan untuk benih. Namun, jika tidak ingin memanfaatkannya untuk benih secara langsung, atau ingin

menyimpannya dalam waktu lama, biji atau benih tersebut harus dikemas dalam kertas atau lebih baik lagi menggunakan kemasan alumunium foil, karena memiliki sifat kedap udara. Penyimpanan akan lebih baik lagi jika udara yang terdapat dalam kemasan alumunium foil, dihisap keluar menggunakan alat penghisap seperti vacuum, agar kadar air benih awal dapat dipertahankan.

Benih yang terbungkus kemasan tersebut kemudian disimpan dalam stoples atau wadah yang telah diberi bahan desikan, seperti arang, silika gel, atau abu gosok. Menjadi lebih baik lagi jika penyimpanannya dilakukan di tempat yang memiliki suhu dan kelembaban yang dapat diatur (t= 18 ˚C; RH= 30 %).

c) Penanaman

(32)

tanah galian sehingga membentuk gundukan kecil. Seminggu setelah gundukan tanah tersebut terbentuk, lakukan penanaman dengan membenamkan 2 biji benih labu. Benih atau biji labu yang ditanam tersebut selanjutnya ditaburi dengan abu sekam atau dapur, guna menghindari serangan hama bekicot serta cacing. Abu dapur dipakai sampai pertumbuhan tanaman mencapai tinggi 25 cm.

d) Pemeliharaan

Labu kuning yang terus tumbuh tersebut batangnya akan terus memanjang, demikian pula dengan cabangnya. Jika sulur dari batang dan cabang tersebut dibiarkan merambat di tanah, tanaman ini sebenarnya masih dapat berbuah, namun kuantitas dan kualitas buahnya tidak dapat maksimal.

Selama masa pemeliharaan, lakukan beberapa hal perawatan seperti ; - Penyiangan

Penyiangan lahan tanam 2 – 3 kali, dari rumput-rumput liar. Penyiangan dapat dilakukan ketika tanaman berumur 10 hari, 3 minggu, serta 6 minggu. Pada waktu tanaman berumur 3 minggu dan 6 minggu, selain disiangi tanaman juga harus dibumbun.

- Pemupukan

Untuk pemupukan, tanaman labu kuning sebenarnya tidak membutuhkan pupuk lagi selama masa pemeliharaan. Tapi jika terus dibiarkan tumbuh dan berproduksi sampai lebih dari 6 bulan, maka agar produktifitasnya tetap tinggi, setiap 3 bulan sekali perlu diberi tambahan berupa pupuk kandang atau kompos sebanyak 5 kg untuk setiap tanaman.

(33)

Tanaman labu kuning mulai dapat dipanen pada umur 50-60 hari setelah tanam. Panen dapat dilakukan terus-menerus dengan interval 2-3 kali per minggu. Buah labu yang sudah masak memiliki warna kuning dengan tangkai buah yang telah mengering. Cara memanen labu dilakukan dengan memotong tangkainya menggunakan pisau.

5. Hama dan Penyakit a) Busuk Daun

Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang terpenting pada labu-labuan dan dapat timbul pada macam-macam anggota dari suku ini. Busuk daun tersebar di seluruh dunia. Penyakit ini sudah dikenal di Jawa sejak tahun 1902. Menurut Suhardi (1988) di daratan rendah penyakit busuk daun umum terdapat pada mentimun dengan intensitas penyakit 5-20%, sedang pada gambas 2-40%. Penyakit ini juga dianggap sebagai penyakit penting di Filipina, Malaysia, Thailand, Papua Nugini, Negara-negara Pasific, dan India.

(34)

membulat bergaris tengh 10-13 µm. diragukan apakah cendawan ini dapat membentuk oospora (Singh, 1969).

Daur penyakit busuk daun ini mengingat Pseudoperonspora cubensis tidak dapat hidup sebagai saprofit pda sisa-sisa tanaman, dan tidak membentuk spora atau alat tahan lainnya, diduga bahwa cendawan bertahan pada tanaman labulabuan yang selalu ada. Spora dipancarkan oleh angin, dan infeksi terjadi melalui stomata. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit dintaranya kelembapan dan akan berkembang hebat jika terdapat benyak kabut dan embun. Infeksi hanya akan terjadi bila kelembapan udara 100%, suhu 10-20 ˚C, dengan suhu optimum 16- 22 ˚C. Upaya pengelolaan untuk mengurangi sumber infeksi dianjurkan agar tanaman yang terserang bert dibongkar kemudian dibakar atau dipendam. Sisasisa tanaman lama dibersihkan dan jangan menanam di dekat tanaman tua. Mengurangi kelembapan dalam pertanaman, misalnya dengan mengatur jarak tanam dan drainasi yang baik. Busuk daun dapat dikendalikan dengan penyemprotan fungisida nabam, zineb, atau maneb. Namun pada umumnya usaha ini dianggap kurang menguntungkan, mengingat rendahnya nilai hasil tanaman. Tanaman labu-labuan kurang tahan terhadap tembaga dan blerang, oleh karena itu fungisida tembaga dan blerang tidak dianjurkan untuk pengendalian penyakit ini (Knott dan Deanon, 1967; Tindall. 1987).

b) Embun Tepung

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah permukaan daun dan batang muda terdapat lapisan putih bertepung, yang terdiri atas miselium, konidiofor dan konidium cendawan penyebab penyakit. Bercak kemudian menjadi kering dan akhirnya mongering. Jika penyakit berat, daun dan batang muda dapat mati. Jika semua daun pada tanaman bersangkutan terinfeksi, tanaman menjadi lemah, pertumbuhan terhambat, dan buahnya dapat terbakar matahari, atau masak sebelum waktunya.

(35)

(Singh, 1969). Di daerah yang mempunyai musim dingin membentuk askokarp yang membentuk kleistotekia, yang di dalamnya terdapat askus dengan askospora. Cendawan bertahan dari musim kemusim pada tanaman hidup. Hal ini karena cendawan tersebut memiliki kisaran inang yang luas, diantaranya selada, tembakau, bunga matahari, mangga, bermacam-macam kacang-kacangan dan gulma. Konidium dipencarkan oleh angin.Konidium dapat berkecambah dan menginfeksi tanpa adanya air, dengan kelembapan udara sedikit dibawah 100%. Lapisan putih mulai kelihatan setelah baik 8-10 hari. Penyakit berkembang paling baik pada musim kemarau yang sejuk pada suhu udara antara 20 dan 24oC dan bila tanah dalam keadaan kering.

Pengelolaan penyakit ini dengan cara tanaman yang sakit parah dicabut dan dipendam untuk mengurangi sumber infeksi. Pengedalian gulma yang menjadi tumbuhan inang, penyemprotan dinokap atau penyerbukan belirang, atau menggunakan pestisida.

c) Antraknosa

Gejala yang pada daun umumnya bercak mulai dari tulang daun, yang meluas menjadi bercak coklat, bersudut-sudut atau agak bulat, garis tengahnya mencapai 1 cm atau bahkan dapat lebih. Daun yang masih berkembang dapat menjadi tidak rata. Beberapa bercak dapat bersatu dan dapat menyebabkan matinya seluruh daun. Bercak pada tangkai dan batang agak mengendap, memanjang berwarna coklat tua. Bercak pada buah muncul pada saat buah mulai masak. Di sini bercak berbentuk bulat, melekuk, tampak kebasah-basahan dan dapat sangat meluas. Pada cuaca lembap di tengah bercak terbentuk masa spora yang berwarna merah jambu.

(36)

rambut-rambut kaku (seta) berwarna coklat, berdinding tebal, bersekat 2-3, panjangnya 90-120 µm, jumlahnya tidak tentu.

Cendawan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit, dan ada tanda-tanda terbawa biji. Karena terikat dalam massa lendir, konidium dipencarkan oleh air. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit daintaranya cuaca lembap dengan banyak hujan akan membantu pembentukan konidium, pemencaran konidium, dan infeksi. Perkecambahan dan pertumbuhan paling baik terjadi pada suhu 22-27oC. Pengelolaan dapat dilakukan dengan cara menanam benih yang sehat, mengadakan pergiliran tanaman, atau dengan penyemprotan fungisida.

4. Busuk Bunga

Gejala timbul sehabis berkembang mahkota bunga ditumbuhi oleh cendawan putih yang lebat, yang terutama terdiri dari konidiofor yang masih muda. “kepala-kepala” konidium berkembang dengan cepat, setelah masak berwarna hitam ungu, berkilat seperti logam.

(37)

3. KESIMPULAN

Labu kuning merupakan salah satu jenis labu yang cukup populer di Indonesia meski buah ini berasal dari Mexico Tengah dan menyebar ke Benua Amerika. Labu kuning dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis. Labu kuning merupakan sumber karotenoid, pektin, vitamin dan senyawa-senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Penanaman labu dapat dilakukan di tanah tegalan, pekarangan, maupun di sawah setelah panen padi, baik monokultur maupun tumpangsari. Labu ditanam di tanah petak-petak, dengan mengatur tanaman berjajar, jarak tanam antara 1–1,5 meter. Hama dan Penyakit pada tanaman labu antara lain busuk daun, embun tepung, antraknosa, dan busuk bunga

Tanaman melon merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada ketinggian 300–1000 meter di atas permukaan laut. Melon dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah sub tropis dan tropis. Tanaman melon dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 300-1.000 meter di atas permukaan laut. Selama perkecambahan idealnya pada suhu 28°-30°C, sedangkan pada periode pertumbuhan kisaran suhu yang ideal 25°-30°C. Adapun jenis-jenis patogen yang biasanya menyerang tanaman melon adalah Fusarium, Pseudoperonospora, Erysiphe, bakteri virus, nematoda serta beberapa cendawan tanah penyebab busuk akar seperti Pythium, Phytophthora, Sclerotium dan Sclerotinia serta Verticillium. Sedangkan hama yang dapat menyerang tanaman melon adalah kutu daun Aphis, kumbang mentimun, ulat pemakan daun, ulat perusak buah, lalat buah Dacus, tungau serta trips

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Asbabbul,2014.Persiapan Budidaya Tanaman Labu Kuning. dikutip dari https://asbabbul.wordpress.com/2014/11/19/persiapan-budidaya-tanaman-labu-kuning/ pada tanggal 21 Februari 2018

Bappenas.2005. Budidaya pertanian semangka (Citrullus vulgaris). Jakarta. Penebar Swadaya.

Budi, Samadi.1996. Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta: Kanisius.

Doring T., U. Heimbach, T. Thieme, M. Finckch, H. Saucke. 2006. Aspect of straw mulching inorganic potatoes-I, effects on microclimate, Phytophtora infestans, and Rhizoctonia solani. Nachrichtenbl. Deut. Pflanzenschutzd. 58 (3):73-78.

Endang Dwi Purbajanti. 2013. Rumput dan Legum Sebagai Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu

Isnaini, A. 2005. Model dan Strategi Pemasaran. NTP Press, Mataram

Juna, H., Leeb, C. H., Songc, G. S., & Kima, Y. S. (2006). Characterization of the pectic polysaccharides from pumpkin peel.

LWT-Food Science and Technology, 39(5), 554-561.

http://dx.doi.org/10.1016/j. lwt.2005.03.004

Noelia, J.-V., Roberto, M.-J. M., Jesús, de Z.-M. J., & Alberto, G.-I. J. (2011). Physicochemical, technological properties, and health-benefits of Cucurbita moschata Duchense vs. Cehualca: A Review. Food Research International 44, 2587–2593. doi:10.1016/j.foodres.2011.04.039

Prajnanta, F. 1996. Agribisnis Semangka Non-biji. Jakarta. Penebar Swadaya. Prajnanta, F. 1999. Kiat sukses bertanam semangka berbiji. Jakarta. Penebar

Swadaya.

Primasari, A. 2006. Kajian Pemanfaatan Puree Waluh (Cucurbita Pepo linn.) dalam Pembuatan Cookies. Skripsi S1. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor

Rukmana, R. 1994. Budidaya Semangka Hibrida. Yogyakarta: Kanisius. Samadi, B. 1996. Semangka Tanpa Biji. Yogyakarta: Kanisius

Samadi, Budi. 2007. Melon Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Buku Pustaka Utama.

Sarpian, T. 2003. Pedoman Berkebun dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: kanisius

Sigh, K.G. (1980), A Checklist of Host and Disease in Malaysia. Min. Agric., Malaysia, 280 p

Sobir, dkk. 2010. Budidaya Melon Unggul.Jakarta : Penebar Swadaya Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Soedarya, Arif. 2010. Agribisnis Melon. Pustaka Grafika. Bandung.

(39)

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Bogor. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. 284 hal.

Tindal, H.D. (1987), Vegetables in the Tropics. MacMillan, London, 533 p. Tjahjadi, Nur. 1989. Bertanam Melon. Kanisius. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Tanaman Semangka (BAPPENAS, 2005).
Gambar 2. Buah Semangka (BAPPENAS, 2005).
Gambar 3. Bagian-bagian Tanaman Semangka (Syukur, 2009).
Gambar 4. pembenihan hingga pembibitan (Syukur, 2009).
+4

Referensi

Dokumen terkait