MAKALAH STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA
TENTANG PSAK 48 (PENURUNAN NILAI ASET)
Disusun Oleh :
Intan Dewi Maharani
023144050
Eka Agfa Yosya
023144056
UNIVERSITAS TRISAKTI
PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “PSAK 48 (PENURUNAN NILAI ASET)” ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Wibowo SE, Ak, MM selaku Dosen mata kuliah Standar Akuntansi Keuangan Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan.Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Jakarta, Maret 2015
Statement of Authorship
“Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Mata Ajaran : Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
Judul Makalah/Tugas : PSAK 48 (Penurunan Nilai Aset)
Tanggal : 23 Maret 2015
Dosen : Wibowo SE, Ak, MM
Tanda tangan :
Intan Dewi Maharani Eka Agfa Yosya
023144050 023144056
KATA PENGANTAR...ii
Statement of Authorship...iii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan Penyusunan...1
1.3 Ruang Lingkup...2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PSAK...3
BAB 3 CONTOH IMPLIKASI PENERAPAN PSAK...5
BAB 4 KESIMPULAN...9
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penurunan nilai atau impairment menjadi bahasa yang semakin populer dalam akuntansi saat PSAK mengadopsi IFRS.Sebenarnya istilah impairment sudah lama dikenal dalam akuntansi khususnya aset tetap.PSAK berbasis IFRS menggunakan istilah penurunan nilai tidak hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk aset tak berwujud, goodwill, aset keuangan dan investasi.
PSAK 16 tentang Aset tetap menjelaskan bahwa Aset tetap dinilai sebesar harga perolehan atau nilai revaluasi terakhir dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan penurunan nilai.Penurunan nilai disebutkan dalam paragraf pengukuran. PSAK 19 tentang aset tak berwujud menyebutkan hal yang sama. Bahkan disebutkan goodwill tidak boleh lagi diamortisasi tetapi diimpairment.PSAK 55 tidak menyebutkan penyisihan piutang untuk piutang yang tidak dapat ditagih tetapi mengistilahkannya dalam bahasa umum sebagai penurunan aset keuangan.Impairment diatur khusus dalam PSAK 48 Penurunan Nilai. PSAK 48 diterapkan untuk semua aset kecuali untuk persediaan (PSAK 14), aset keuangan (PSAK 55), kontrak konstruksi (PSAK 34), kontrak asuransi (PSAK 62), properti investasi yang diukur dengan nilai wajar (PSAK 13), aset tidak lancar dimiliki untuk dijual (PSAK 58) dan aset pajak tangguhan (PSAK 46).
1.2 Tujuan Penyusunan
Adapun tujuan penyusunan makalah adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui peraturan-peraturan yang terkandung di dalam PSAK 48 mengenai penurunan nilai aset
penurunannilai aset dan mengakui rugi penurunan nilai serta menentukan kapan entitas membalik rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.
1.3 Ruang Lingkup
Di dalam PSAK 48 diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai semua aset kecuali :
a) Persediaan PSAK 14
b) Aset yang ditimbulkan dari kontrak konstruksi PSAK 34 c) Aset pajak tangguhan PSAK 46
d) Aset yang timbul dari imbalan kerja PSAK 24
e) Aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55 f) Properti investasi yang diukur pada nilai wajar PSAK 13 g) Kontrak asuransi PSAK 28
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PSAK
Illustration : Impairment Test
Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan.Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat dikurangi dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya. Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat dilakukan.
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas harus mengukur nilai terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari nilai tercatat aset, maka entitas harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan mengakui kerugian penurunan nilai. Entitas memberikan pengungkapan yang memadai atas penurunan nilai tersebut.
berlalunya waktu, perubahan lingkungan seperti teknologi, ekonomi, teknologi, suku bunga pasar dan lingkup operasi entitas. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam entitas dan faktor teknis terkait aset tersebut seperti, keusangan dan kerusakan fisik, kinera aset yang buruk dan perubahan signifikan dalam perusahaan yang menyebabkan aset tidak dimanfaatkan.
Pengujian adanya indikasi penurunan nilai merupakan tahapan awal dalam menentukan penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka aset tidak mengalami penurunan nilai sehingga tidak perlu melakukan pengukuran penurunan nilai. Namun jika aset tersebut memiliki indikasi penurunan nilai, maka dalam pengukuran penurunan nilai dapat dipastikan bahwa nilai tercatat lebih tinggi dari pada nilai terpulihkan.
Khusus untuk aset tak berwujud yang memiliki masa manfaat tidak terbatas dan yang belum digunakan, entitas langsung melakukan pengujian atas penurunan nilai. Entitas tidak perlu melakukan pengujian ada tidaknya indikasi namun langsung membandingkan antara nilai tercatat dan nilai terpulihkan setiap tahun. Pengujian penurunan nilai dilakukan kapan saja dalam periode tahunan, asalkan dilakukan pada saat yang sama setiap tahunnya.
Penentuan nilai terpulihkan dilakukan untuk aset secara individual, kecuali aset tersebut tidak menghasilkan arus masuk indipenden dari aset lain. Untuk aset yang arus kasnya baru dapat ditentukan dalam satu kelompok aset, penentuan jumlah terpulihkan dilakukan untuk satu kelompok aset yang menghasilkan arus kas, disebut sebagai unit penghasil kas.
Kaidah menentukan nilai wajar mengikuti hirarki umum penentuan nilai wajar mulai dari menggunakan harga dalam perjanjian penjualan mengikat, pasar aktif, nilai pasar aset pada transaksi terkini dan nilai pasar aset serupa. Standar tidak menjelaskan perlunya penilai untuk menentukan nilai wajar dalam penurunan nilai, namun entitas dapat menggunakan informasi penilai untuk menentukan nilai wajar jika harga pasar aktif tidak tersedia.
Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut. Contoh biaya penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya pemindahan, biaya tambahan untuk menjadikan aset dalam keadaan siap dijual. Namun biaya pemutusan hubungan kerja dan biaya terkait regorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan bagian dari biaya penjualan.
Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan akan diperoleh entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai langkah yang harus dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut. Estimasi arus kas masa depan harus memperhatikan faktor ketidakpastian, kondisi ekonomi, tingkat dan suku bunga. Asumsi yang digunakan dalam proyeksi harus mencerminkan estimasi terbaik manajemen mengenai kemungkinan yang akan terjadi selama penggunaan aset tersebut. Estimasi arus dan tingkat diskonto harus menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai kenaikan harga yang dikaitkan pada inflasi umum.
pengembalian yang disyaratkan investor jika mereka memilih suatu investasi yang menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu, profil risiko yang sama dengan aset tersebut.
Dalam praktik tidak mudah menghitung nilai pakai suatu aset. Arus kas entitas dihasilkan dari kegiatan operasi yang merupakan gabungan dari sumber daya entitas yang tidak mudah untuk dipisahkan kontribusinya. Untuk aset investasi di perusahaan asosiasi atau anak perusahaan, arus lebih mudah untuk diidentifikasi, namun aset secara individu atau kelompok aset sulit untuk mengidintifikasi dan menghitung arus kas. Sebagai contoh arus kas angkutan pariwisata tidak dapat dilepaskan dari fungsi pemasaran dan kesediaan sumber daya pendukung. Terkadang sulit untuk menentukan secara spesifik arus kas dari sumber daya pendukung, aktivitas tidak langsung dan aktivitas yang dimanfaatkan bersama beberapa aset.
Entitas akan menentukan nilai terpulihkan dengan memilih nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan atau nilai pakai. Dalam kondisi khusus, jika tidak tersedia keduanya atau tersedia namun nilainya tidak dapat diandalkan maka nilai yang tersedia dan dapat diandalkan tersebut merupakan nilai terpulihkan.
Langkah ketiga adalah menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai atau tidak dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Jika nilai tercatat lebih rendah dari nilai terpulihkan, aset tidak mengalami penurunan nilai. Entitas akan mengakui penurunan nilai sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset akan disesuaikan/diturunkan nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam laporan laba rugi periode berjalan. Entitas harus mengungkapkan aset yang mengalami penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan.
jika masih tersisa akan dialokasikan prorate atas aset tetap atau aset tak berwujud selain goodwill yang dimiliki entitas.
BAB 3 CONTOH IMPLIKASI PENERAPAN PSAK
ILUSTRASI 1
PT. Sejahtera melakukan pengujian penurunan nilai terhadap peralatan yang dimilikinya.Nilai tercatat dari peralatan sebesar 150 juta, nilai wajar dikurangi biaya menjual 130 juta dan nilai pakainya 160 juta.
Jawab:
Carrying Amount compared to Recoverable Amount
150 juta < 160 juta
Fair value cost to sell < Value in use
130 juta 160 juta
Tidak ada penurunan nilai karena nilai yang tercatat lebih kecil dibandingkan dengan nilai pemulihannya. Nilai terpulihkan diperoleh dari nilai yang lebih tinggi antara fair value cost to sell dengan value in use. Penurunan nilai dapat terjadi jika nilai tercatat lebih kecil dibandingkan dengan nilai terpulihkan.
150 juta 160 juta
Berdasarkan informasi diatas, perusahaan akan memilih untuk tetap memakai asset tersebut sampai akhir masa manfaatnya daripada menjual asset tersebut.
ILUSTRASI 2
PT. Agung Dunia mempunyai informasi yang sama dengan PT. Sejahtera kecuali nilai pakainya 120 juta.
Jawab:
Carrying Amount compared to Recoverable Amount
150 juta > 130 juta
Fair value cost to sell > Value in use
130 juta 120 juta
Terdapat penurunan nilai sebesar 20 juta. Penurunan nilai ini terjadi karena nilai tercatat lesbih besar dibandingkan dengan nilai terpulihkan. Karena penurunan nilai ini terdapat jurnal untuk mencata kerugian atas penurunan nilai
Dr. Kerugian Penurunan Nilai 20 juta
Cr. Akumulasi Depresiasi Peralatan 20 juta 150
130 120
Berdasarkan informasi diatas, perusahaan akan memilih untuk menjual asset tersebut dibandingkan tetap memakai asset tersebut karena nilai asset tersebut hanya sebesar 120 juta.
ILUSTRASI 3
At the end of 2010, Verma Company tests a machine for impairment. The machine has a carrying amount of $200.000. It has an estimated remaining useful life of five years. Verma company determines the machine’s recoverable amount should be based on use. To determine value-in-use, Verma develops an estimate of future cash flows based on internal company information, based on cash budgets. Verma uses disc rate of 8 %, which pretax rate. Verma’s analysis indicates its future cash flows will be $40.000 each year for five years and a residual value $10.000
The computation of the value-in-use for Vermas’s machine :
The computation of the impairment loss on the machine at the end of 2010
The Verma company records an impairment loss at Dec 31, 2010
\
PV of 5 annual payments of $40.000 ($40.000 x 3.99271) = $159.708,40
PV of residual value of $10.000 ($10.000 x 0,68058) = $ 6.805,80
Value-in-use related to machine $ 166.514,20 PV of 5 annual payments of $40.000 ($40.000 x 3.99271) =
$159.708,40
PV of residual value of $10.000 ($10.000 x 0,68058) = $ 6.805,80
Value-in-use related to machine $ 166.514,20
Carrying amount of machine before impairment loss $ 200.000
Recoverable amount of machine $ 166.514,20
Loss on impairment $ 33.485,80
Carrying amount of machine before impairment loss $ 200.000
Recoverable amount of machine $ 166.514,20
Loss on impairment $ 33.485,80
Dr. Loss on impairment 33.485,80
Cr. Acc. Depr – Machine 33.485,80
Dr. Loss on impairment 33.485,80
ILUSTRASI 4
Perusahaan Tiga Sekawan melakukan review penurunan nilai dari beberapa asset yang dimiliki pada tahun 2014. Sebidang tanah yang bebas digunakan dicatat pada nilai wajar dengan surplus revaluasi senilai Rp 10 juta, aset-aset lainnya dicatat pada nilai historis dikurangi akumulasi depresiasi atau amortisasi.
FV less costs to sell
Value in use Carrying amount
Tanah (nilai wajar) 335 juta 350 juta 370 juta Bangunan, setelah
didepresiasi
675 juta 690 juta 650 juta
Mesin, setelah didepresiasi
15 juta 13 juta 18 juta
Tentukan berapa rugi penurunan nilai dan bagaimanakah jurnalnya? Recoverable
amount Carrying amount Impairment loss Tanah (nilai wajar) 350 juta 370 juta 30 juta
Bangunan, setelah
Kerugian penurunan nilai dikurangkan terlebih dahulu ke surplus revaluasi
Dr. Surplus Revaluasi 10 juta
Dr. Rugi penurunan nilai (30 juta – 10 juta) 20 juta
Cr. Tanah 30 juta
Untuk mengakui kerugian penurunan nilai tanah
Dr. Kerugian penurunan nilai 3 juta
Cr. Mesin 3 juta
Untuk mengakui kerugian penurunan nilai mesin
Pembalikan suatu Rugi Penurunan Nilai
Assume that EY company purchase equipment on Jan 1, 2010 for $300.000, with useful life of 3 years, no residual value.
At Dec 31, 2010, EY determines it has an impairment loss $20.000
Depreciation Expense and Carrying Amount after impairment loss
At the end 2011, EY determines the Recoverable Amount of equipment is $96.000, which is greater than its Carrying Amount $90.000
The recovery of the impairment loss is reported in the “Other income and expense” section of the Income Statement. The carrying amount of EY’s equipment is now $96.000 ($90.000+$6.000) at Dec 31, 2011.
BAB 4 KESIMPULAN
Year Depr. Expense Carrying Amount
2010 100,000 (300.000/3) 200.000
2011 100.000 (300.000/3) 100.000
2012 100.000 (300.000/3) 0
Year Depr. Expense Carrying Amount
2010 100,000 (300.000/3) 200.000
2011 100.000 (300.000/3) 100.000
2012 100.000 (300.000/3) 0
Dr. Loss on impairment 20.000
Cr. Acc. Depr – Equipment 20.000
Dr. Loss on impairment 20.000
Cr. Acc. Depr – Equipment 20.000
Year Depr. Expense Carrying Amount
2011 90.000 (180.000/2) 90.000
2012 90.000 (180.000/2) 0
Year Depr. Expense Carrying Amount
2011 90.000 (180.000/2) 90.000
2012 90.000 (180.000/2) 0
Dr. Acc. Depr – Equipment 6.000
Cr. Recovery of impairment loss 6.000
Dr. Acc. Depr – Equipment 6.000
Entitas setiap akhir periode pelaporan harus melakukan review apakah aset yang dimilikinya mengalami penurunan nilai. Sebelum penurunan nilai dilakukan, entitas menguji ada tidaknya indikasi penurunan nilai, kecuali untuk goodwill.Jika tidak ada indikasi maka penurunan nilai tidak dilakukan. Jika terdapat indikasi, entitas akan menghitung nilai terpulihkan dengan membandingkan mana yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan dan nilai pakai. Kerugian akan diakui sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai terpulihkan.
Dalam praktik, perusahaan cenderung menghindari melakukan penurunan nilai.Dampak penurunan nilai mengurangi laba dan memperkecil nilai aset entitas.Entitas sulit untuk menentukan nilai terpulihkan.Dalam menentukan nilai pakai banyak menggunakan nilai estimasi dan asumsi yang dipengaruhi oleh subyektivitas manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. PSAK 48 tentang Penurunan Nilai Aset
Kieso, Weygandt, Kimmel. 2011. Financial Accounting. IFRS Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.
http://memebali.blogspot.com/2013/08/aset-7-psak-48-penurunan-nilai-aset.html diakses pada 21 Maret 2015
http://www.bapepam.go.id/dana_pensiun/edukasi_dp/Materi_PSAK_48.pdf diakses pada 21 Maret 2015