• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAMAN PENTING DATARAN RENDAH. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TANAMAN PENTING DATARAN RENDAH. pdf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh

Kelompok 4/ Golongan G

1. Triya Sri Lestari (141510601008) 2. Muhammad Rosyid (141510601030) 3. Lelani Ega Nandita (141510601112) 4. Vera Rizky Ananda (141510601060) 5. Siti Fatimah (141510601116) 6. Inas Margi Ali Ridho (141510601120) 7. Ani Domiah (141510601167)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris tentunya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai jenis tanaman yang tersebar luas mendiami tanah air. Oleh karena itu, sektor utama perekonomian Indonesia tidak akan lepas dari bidang pertanian. Petani Indonesia mampu menanam berbagai macam tanaman yang dikehendaki serta mempunyai potensi yang besar untuk bisnis pertanian.

Meskipun demikian, tidak semua tanaman dapat ditanam di sembarang tempat tanpa memperhatikan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang tanaman. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah habitat. Habitat tanaman merupakan faktor yang

paling menentukan keberlangsungan hidup tanaman. Habitat yang tidak sesuai dengan sifat tanaman akan menyebabkan tanaman layu atau bahkan menimbulkan kematian tanaman.

Habitat tanaman tergantung pada topografi atau ketinggian tempat yang akan mempengaruhi keadaan iklim mikro, suhu, intensitas cahaya, kondisi solum tanah, dan lain sebagainya. Topografi tanaman juga akan berpengaruh terhadap jenis tanaman yang hidup pada suatu daerah, taksonomi tanaman, anatomi, serta morfologi tanaman. Tanaman yang hidup di daerah topografi rendah akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi di daerah topografi tinggi, sebaliknya tanaman yang hidup di daerah topografi tinggi juga sulit untuk beradaptasi di daerah topografi rendah. Namun, hal tersebut akan menjadi berbeda apabila telah dilakukan rekayasa lingkungan terhadap tanaman.

Iklim mikro mempunyai andil dalam menjaga keberlangsungan hidup tanaman. Pengelompokan tanaman berdasarkan iklim mikro antara lain tanaman daerah panas/tropis, sedang, sejuk, dan dingin. Setiap daerah tersebut memiliki ketinggian tempat serta jenis tanaman yang berbeda. Daerah panas memiliki

(3)

Faktor suhu juga sangat penting untuk tumbuh kembang tanaman. Kisaran suhu pada setiap ketinggian berbeda-beda. Semakin tinggi suatu tempat, maka kisaran suhu semakin kecil. Daerah panas memiliki kisaran suhu antara 26,3 -

22 , daerah sedang dengan kisaran suhu 22 - 17,1 , daerah sejuk antara

17,1 - 11,1 , serta daerah dingin antara 11,1 -6,2 .

Intensitas cahaya akan mempengaruhi tanaman dalam melakukan fotosintesis. Penyinaran matahari akan berbeda dalam setiap ketinggian tempat tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, intensitas cahaya yang diterima tanaman semakin tinggi.

1.2 Tujuan

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Dantsey-Burry et al (2004) dalam Agronoun et al (2012), sumber varietas tanaman untuk produk makanan dan pertanian adalah berbasis perlindungan makanan secara mendunia. Tanaman menyediakan mata pencaharian untuk semua makhuk di nuka bumi ini. Salah satu angkah yang dapat ditempuh untuk menjadikan tanaman sebagai mata pencaharian adaah dengan melakukan pembudidayaan tanaman.

Menurut Basri (1989) dalam Firmansyah dkk (2009), Pertumbuhan

tanaman dipengaruhi oleh tiga faktor lingkungan utama. Faktor pertama adalah iklim yang meliputi suhu udara, radiasi sinar matahari, angin, dan kelembaban. Faktor kedua adalah tanah dan kandungan unsur hara yang ada pada tanah. Faktor ketiga adalah biotik yang meliputi gulma, hama, dan penyakit tanaman. Cahaya

matahari merupakan sumber energi utama bagi tanaman dan merupakan salah satu unsur iklim yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Menurut Larcher (1995) dalam Widiatningrum dan Pukan (2010), faktor eksternal dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dalam tiga cara yaitu secara induksi, kuantitatif, dan formatif. Secara induksi dilakukan dengan memulai atau menghentikan proses perkembangan sehingga terjadi regulasi temporal. Secara kuantitatif berarti mempengaruhi kecepatan dan ukuran pertumbuhan. Secara formatif yaitu dengan mempengaruhi morfogenesis dan tropisme. Faktor eksternal yang dimaksud terdiri dari ketinggian tempat, suhu, kelembaban dan cahaya yang sesuai kondisi di kedua area penanaman.

Lokasi tanam akan berpengaruh pada suhu udara, sinar matahari,

kelembapan udara, dan angin. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketinggian tempat (topografi) tanaman akan mempengaruhi keempat unsur tersebut (Kusumayadi dkk., 2013).

Ketinggian tempat (topografi) selalu berkaitan dengan suhu setempat.

(5)

serta memantulkannya kembali ke atmosfer. Setiap kenaikan setinggi 100 m, terdapat penurunan suhu rata-rata sebesar 0,6 (Ashari, 1995).

Menurut Las (2007) dalam Surmaini dkk (2011), peningkatan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan transpirasi yang selanjutnya menurunkan produktivitas tanaman, meningkatkan konsumsi air, mempercepat pematangan buah/biji, mendorong berkembangnya hama dan penyakit tanaman serta menurunkan mutu hasil. Peningkatan suhu mengakibatkan semakin banyak kandungan air yang menguap sehingga transpirasi berjalan cepat. Penguapan yang berlebihan mengakibatkan tanaman kehilangan banyak air dan akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Fotosintesis akan berjalan tidak optimal serta hasil fotosintesis tidak maksimal.

Indonesia memiliki dua jenis dataran yang memiliki karakter berbeda yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Dataran rendah berada dalam ketinggian di bawah 700 m dpl sedangkan dataran tinggi berketinggian di atas 700 m dpl.

Dataran rendah dan dataran tinggi memiliki dua jenis tipe iklim yaitu iklim kering dan iklim basah dimana jenis tanaman pada setiap iklim berbeda. Dataran rendah

memiliki kisaran suhu 25 - 35 sedangkan dataran tinggi memiliki kisaran

suhu 12 - 21 . Tanaman yang umum ditanam pada daerah dataran rendah iklim kering antara lain anggur, mangga, srikaya, dan lain sebagainya. Sedangkan pada iklim basah umumnya ditanami durian, rambutan, manggis, duku, pisang, dan lain sebagainya (Sunarjono, 2008).

Tanah merupakan salah satu unsur penting yang mendukung daya tumbuh kembang tanaman sebab tanah menjadi tempat penopang tanaman. Hal yang perlu diperhatikan saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas tanah yang semakin hari semakin rusak akibat bahan-bahan kimia tang masuk ke dalam lapisan tanah. Peningkatan kualitas tanah sangat penting untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas pertanian jangka panjang serta sistem tanam dalam mencapai hasil yang diinginkan (Nyalemegbe et al., 2011).

Belajar dan memahami tentang sifat-sifat tanah dan distribusi mereka

(6)

indikator keberhasilan suatu produksi. Kandungan hara dalam tanah perlu dijaga agar pertumbuhan dapat berlangsung optimal (Alemayehu et al., 2014).

(7)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum acara “Pengenalan Tanaman Penting Dataran Rendah” dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 Oktober 2014 pukul 13.00-14.00 WIB di UPT Agroteknopark.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Tabel Pengamatan 2. Alat tulis

3. Penggaris 4. Meja dada

3.2.2 Alat

1. Tanaman yang diamati

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menetapkan objek tanaman yang diamati

3. Menggambar bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan bagian-bagiannya

(8)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Tabel Pengamatan

LEMBAR KERJA PRAKTEK LAPANGAN MATA KULIAH PENGANTAR ILMU TANAMAN

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

1. Varietas : Buah Naga Merah

Buah Naga Putih

2. Deskripsi Varietas

A. Kingdom : Plantae

B. Divisi : Spermatophyta

C. Kelas : Dicotyledonae

D. Ordo : Cactales

E. Famili : Cactaceae

F. Genus : Hylocereus

G. Species : Hylocereus undatus (daging putih) Hylocereus polyrhizus (daging merah)

3. Cara Pembibitan/Persemaian : Stek batang

4. Cara Pengolahan Tanah : Secara konvensional dengan jarak tanam 3m x 3m dan lubang tanam 40cm x 40cm x 40cm.

5. Cara Penanaman : Konvensional.

6. Sistem Penanaman : Monokultur.

7. Cara Pemeliharaan

A. Pemupukan : Menggunakan pupuk urea, KCl, SP 36, dan Ponska. Awal penanaman menggunakan pupuk organik, masa

(9)

Saat musim penghujan menggunakan pupuk padat sedangkan saat musim kemarau menggunakan pupuk cair. B. Pengairan : Saat musim penghujan tiba

menggunakan air hujan, saat musim kemarau menggunakan air PDAM. C. Pengendalian Penyakit : -

D. Pengendalian Hama : Pestisida kimia. E. Pengendalian Gulma : Secara mekanik.

8. Ciri-ciri Morfologi Ukuran

A. Akar : Bentuk akar tunggang dan bersifat aerial. Pada tanaman muda panjangnya sekitar 20-30 cm dan saat akan

berproduksi memiliki panjang mencapai 50-60 cm.

B. Batang : Berwarna hijau tua, berbentuk segitiga dengan ukuran kurang dari 1 cm.

C. Daun : Berupa duri

D. Bunga : Berbentuk corong berukuran 30cm. E. Buah : Bentuk buah bulat memanjang dengan

tebal kulit kurang dari 2cm. Kulit buah

berwarna merah menyala.

F. Biji : Berbentuk pipih dan kecil seperti buah selasih, berwarna hitam.

9. Pemanenan

A. Ciri-ciri Panen Matang secara fisiologis.

B. Umur Panen 2 bulan (mulai muncul bunga hingga masak).

(10)

D. Penanganan Pasca Panen

A. Domestik/Ekspor : Domestik

B. Tataniaga Pemasaran : Didatangi langsung oleh konsumen

C. Harga (RP/kg atau

Buah naga (Dragon Fruit) merupakan komoditas buah yang relatif langka di Indonesia. Buah ini memiliki bentuk unik dan menarik. Bentuk tanaman buah naga mirip pohon kaktus dengan sulur-sulur yang memanjang seperti lidah naga yang memanjang. Bentuk buah naga mirip nanas tetapi memiliki sulur pada kulitnya. Kulit buah naga berwarna merah jambu dan dagingnya ada yang berwarna putih (Hylocereus undatus), merah (Hylocereus polyrhizus), super merah (Hylocereus costaricencis), dan kuning (Selenicereus megalanthus). Buah

(11)

Menurut Novita (2010) dalam Basri dkk (2013), buah naga ada empat jenis yaitu buah naga merah, putih, super merah, dan kuning. Keempat jenis buah tersebut memiliki keunggulan masing-masing serta ciri yang berbeda sehingga mempunyai perbedaan nilai jual. Kelebihan buah naga berdaging putih adalah ukuran buah lebih besar, warna daging lebih menarik, proses penyerbukan lebih mudah, dan produktvitasnya lebih tinggi dibandingkan jenis yang lain.

Buah naga awalnya berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, kemudian dibawa ke kawasan Indocina (Vietnam) sebagai tanaman hias karena bentuknya yang unik, berbunga indah, dan warnanya mengkilap bersirip.

Buah naga masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000, diimpor langsung dari Thailand, kemudian dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia seperti Malang, Yogyakarta, Mojokerto, Bogor, dan Jember. Buah naga cocok hidup di iklim tropis dengan curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan sekitar 60mm/bln

atau 720mm/tahun. Suhu ideal tanaman buah naga adalah sekitar 26 -36 .

Tanaman ini tidak tahan dengan genangan air. Intensitas sinar matahari yang baik adalah sekitar 70%-80% dan sebaiknya ditanam di lahan tanpa naungan serta memiliki sirkulasi udara yang baik (Basri dkk., 2013).

Buah naga termasuk dalam tanaman kelompok kaktus atau family

(12)

akan digunakan namun bibit yang akan diperoleh diharapkan tetap berkualitas tinggi. Hal ini disebabkan bahan tanam berupa stek yang berasal dari batang atau cabang terbatas jumlahnya dan mahal harganya. Pembibitan dengan cara stek dilakukan pada batang yang tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Apabila batang terlalu muda dikhawatirkan akan mempengaruhi proses pertumbuhan sebab usia batang yang menopause. Sedangkan pada batang yang terlalu tua dikhawatirkan cadangan makanan yang terkandung di dalamnya tidak optimal (Purwati, 2013).

Pengolahan tanah yang dilakukan pada buah naga di Agrotechnopark

Universitas Jember adalah secara konvensional menggunakan cangkul dengan jarak tanam 3m x 3m serta kedalaman lubang tanam 40cm x 40cm x 40cm. Pengolahan tanah menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan budidaya buah naga sebab peran tanah sebagai media penopang yang

menyediakan unsur hara. Oleh karena itu, tanah perlu dijaga pH dan kelembapannya agar buah naga dapat berproduksi secara maksimal.

Tanaman buah naga akan berbuah apabila batangnya menjuntai ke bawah (arah tanah). Oleh karena itu, diperlukan suatu penyangga untuk menopangnya. Fungsi ban yang ada pada tanaman buah naga adalah sebagai penyangga. Penanaman buah naga di Agrotechnopark dilakukan dengan cara konvensional dan sistem penanaman monokultur sebab dalam suatu batasan lahan hanya ditanami dengan tanaman buah naga.

Pupuk yang digunakan dalam budidaya buah naga di Agrotechnopark antara lain pupuk urea, ponska, KCl, dan SP 36. Pemberian pupuk berbeda pada tiap fasenya dimana pada fase awal, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik kemudian memasuki fase vegetative menggunakan pupuk kimia. Bentuk pupuk

yang digunakan berupa pupuk padat dan larutan. Larutan pupuk diberikan pada saat musim kemarau tiba sedangkan pupuk padat disebar saat musim penghujan. Sistem irigasi diterapkan saat musim kemarau menggunakan air PDAM dengan intensitas penyiraman satu kali dalam seminggu, namun saat musim penghujan

(13)

Namun, umumnya penyakit yang menyerang buah naga antara lain busuk pangkal batang, busuk bakteri, dan fusarium. Pengendalian terhadap penyakit tersebut dilakukan dengan menyemprotkan cairan benlate (untuk busuk pangkal batang dan fusarium) dan langsung dicabut bagian yang terserang penyakit (untuk busuk bakteri). Salah satu hama yang menyerang buah naga di Agrotechnopark adalah semut hitam. Pengendalian terhadap hama semut hitam dilakukan dengan menyemprotkan pestisida kimia yang namanya disembunyikan oleh narasumber. Selain gangguan hama, gulma juga turut berperan menjadi pengganggu terhadap tanaman buah naga. Jenis gulma yang menyertai buah naga antara lain gulma

berdaun lebar, gulma berdaun sempit, serta rumput teki. Pengendalian terhadap gulma dilakukan secara mekanik oleh petani dengan cara mencabut langsung gulma yang menjadi pengganggu tersebut.

Morfologi buah naga terdiri dari akar, batang, buah, bunga, biji, dan daun.

Sistem perakaran buah naga bersifat epifit, merambat, dan menempel pada tanaman lain. Memiliki kedalaman yang dangkal hanya sekitar 50-60 cm. Pertumbuhannya mengikuti perpanjangan batang berwarna coklat yang di dalam tanah. Batang buah naga berbentuk segitiga yang di dalamnya mengandung air dalam bentuk lendir. Apabila tanaman mencapai fase dewasa, akan tumbuh lapisan lilin pada bagian batangnya. Daun buah naga berupa duri. Duri-duri tersebut dapat dijadikan dasar dalam membedakan spesies buah naga putih dan merah. Pada buah naga putih, jarak antar duri lebih rapat sedangkan pada buah naga merah jaraknya lebih merenggang. Buah berbentuk seperti buah nanas namun memiliki sulur atau sirip yang biasanya berukuran 2cm. Buah biasanya terletak di dekat ujung batang atau cabang. Kulit buah naga berwarna merah jambu dan memiliki ketebalan 1-2 cm. bunga berbentung corong memanjang

dengan ukuran sekitar 30cm. Bunga buah naga akan mulai mekar pada sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari, sedangkan pada pagi hari, bunga kuncup. Warna mahkota bunga putih bersih dan memiliki benang sari berwarna kuning. Biji buah naga sekilas mirip selasih. Biji berbentuk bulat berukuran kecil

(14)

Pemanenan pada buah naga dilakukan apabila buah naga telah menunjukkan kematangan secara fisiologis. Ciri fisiologis buah naga yang sudah matang adalah warnanya yang merah mengkilap serta sirip kulitnya yang berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Tanaman buah naga mulai berbunga dan berbuah setelah berumur sekitar 1,5-2 tahun dari masa tanam awal. Pemanenan buah naga dilakukan setelah berumur 2 bulan dari bunga mekar hingga buah masak sempurna. Teknik pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai batang yang ada disekitar buah dengan pola segitiga. Pemotongan segitiga ini dilakukan karena dikhawatirkan dari ujung duru tumbuh bunga sehingga dapat mengurangi

produksi.

Pada penanganan pasca panen, buah naga langsung dijual ke konsumen sehingga tidak mengalami pengeringan, pengemasan, pelabelan, sortasi, serta penyimpanan. Buah naga juga tidak diolah menjadi produk lain sebab buah naga

langsung habis terjual dalam keadaan segar sehingga tidak ada pengolahan limbah. Hingga saat ini, buah naga di Agrotechnopark belum pernah mengalami kehilangan panen.

Pemasaran dilakukan secara domestik tanpa melakukan ekspor. Konsumen langsung datang membeli buah naga ke Agrotechnopark sehingga buah langsung terjual habis di tempat. Harga jual buah naga pada saat musim panen tiba sekitar Rp. 12.500 – Rp. 15.000, sedangkan bila musim panen sepi harganya dapat mencapai Rp. 30.000 – Rp. 35.000.

Menurut Hardjadinata (2010) dalam Basri dkk (2011), selain bentuknya yang menarik, buah naga juga banyak memberikan manfaat bagi manusia.secara umum, manfaat buah naga terkait dengan sistem kesehatan dalam tubuh manusia. Manfaat buah naga antara lain dapat menyeimbangkan gua darah, mencegah

(15)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tanaman buah naga berhabitat di dataran rendah dengan ketinggian 0-350 dpl. Meskipun dapat hidup di daerah dataran tinggi, namun produktivitasnya kurang maksimal.

2. Morfologi buah naga terdiri dari akar tunggang, batang tegak berwarna hijau, daun berupa duri, buah bersirip bewarna merah jambu, bunga berbentuk corong, dan biji mirip selasih serta tidak memiliki daun.

3. Buah naga termasuk dalam divisi spermatophyta serta termasuk dalam tanaman dikotil. Buah naga termasuk dalam ordo cactales dari family cactae dan bergenus hylocereus. Terdapat empat jenis species buah naga yaitu buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga putih

(Hylocereus udantus), buah naga super merah (Hylocereus costaricencis), serta buah naga kuning (Selenicereus megalanthus).

5.2 Saran

1. Pengembangan varietas buah naga hendaknya lebih ditingkatkan lagi sehingga bukan hanya buah naga merah dan putih yang terus dikembangkan, melainkan juga buah naga super merah dan kuning juga turut dijadikan komoditas unggulan.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alemayehu, Yacob., H. Gebrekidan, dan S. Beyene. 2014. Pedological Characteristics And Classification Of Soils Along Landscapes At Abobo, Southwestern Lowlands Of Ethiopia. Soil Science And Environmental Management, 5(6): 72-78.

Ashari, Semeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Firmansyah, Ferry., T.M. Anngo, dan A.M. Akyas. 2009. Pengaruh Umur Pindah Tanam Bibit dan Populasi Tanaman Terhadap Hasil dan Kualitas Sayuran Packoy (Brassica camprestis L., Chinensis Group) yang Ditanam dalam Naungan Kasa di Dataran Medium. Agrikultura, 20(3): 216-224.

Kusumayadi, I.W.H., I.M. Sukewijaya, I.K. Sumiartha, dan N.S. Antara. 2013. Pengaruh Ketinggian Tempat, Mulsa dan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Rendamen Minyak Sereh Dapur (Cybopogon Citratus). Agroekoteknologi Tropika, 2(1): 49-55.

Nyalemegbe, K.K., J.W. Oteng, E.O. Darkwa, dan C. Oti-Boateng. 2011. Comperative Study of Lowland Rice-Based Cropping Systems on The Vertisols of The Accra Plainsm of Ghana. Agriculture Science Research, 1(8): 172-177.

Sunarjono, H.Hendro. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Surmaini, Elza., E. Runtunuwu, dan I. Las. 2011. Upaya Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Litbang Pertanian, 30(1): 1-7.

T, Faleye., J. David, O.T. Dada-joel, U.C. Chukwu, dan Y.S. Ademiluyi. 2013. Determination of Energy Consumption in Lowland Rice Production in Nigeria. Agricultural Science and Soil Science, 3(10): 336-342.

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang paling urgent adalah dalam tahap penyusunan standar pelayanan publik (SPP). SPP merupakan standar

Alternatif solusi yang dapat ditempuh dalam mengatasi konflik pada kawasan TNGHS adalah (1) pemberian hak pengelolaan sebagian kawasan konservasi dengan pola HKm untuk

Seperti kita ketahui Linux yang kita kenal dapat kita fungsikan juga sebagai printer dan file sharing, yaitu penggunaan resource perangkat keras komputer secara bersama-sama dalam

keadilan ekonomi dan sosial yang intensitasnya tidak kurang dari persoalan tauhid itu sendiri. Oleh karen itu, peran ini meniscayakan pesantren sebagai intitusi ke-Islaman untuk

Pada pemohon mendalilkan bahwa prosedur pembentukan UU Ketenagalistrikan tidak sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 (pengujian formil) dan undang-undang tersebut

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang umum, dengan sepertiganya tersedia di tingkat universitas atau industri yang banyak memberi kesempatan ==> melalui perwakilan.

Kedua pemimpin sudah menunjukkan keinginan mereka untuk hubungan yang lebih baik namun, upaya normalisasi hubungan tidaklah semudah dibayangkan mengingat hubungan

Perempuan itu adalah ibu tiri, ibu kandung, anak kandung, saudara kandung, saudara seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara