PAPER ANATOMI FISIOLOGI
Regulasi Tekanan Darah
Dosen Pembimbing: DR. Hariyono, M.Kep
Disusun Oleh
Lydia Dwinanda Kartikasari (171310021)
KELAS B1
REGULASI TEKANAN DARAH
vital ini mencerminkan aspek dasar kesehatan seseorang, bahkan juga kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Tekanan darah dan denyut nadi seringkali dijadikan acuan sebagai tolak ukur sensor yang disebut baroreseptor (mekanoreseptor). Refleks baroreseptor mungkin merupakan refleks yang paling utama dalam menentukan kontrol regulasi denyut jantung dan tekanan darahPada saat tekanan darah arteri meningkat dan arteri meregang, reseptor-reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Pusat vasomotor dihambat, mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga tekanan darah menurun
Sebaliknya penurunan tekanan arteri rata-rata meyebabkan refleks vasokonstriksi dan meningkatkan curah jantung, dengan demikian meningkatkan tekanan darah. Fungsi reaksi cepat dari baroreseptor adalah melindungi siklus sirkulasi darah selama fase akut perubahan tekanan darah.
B. KONTROL TEKANAN DARAH
berkaitan dengan tekanan darah diintegrasikan disini. Apabila
1. Kontrol Jangka Pendek Pada Tekanan Darah a. Sistem saraf
Sistem saraf simpatis mengontrol tekanan darah melalui mekanisme peningkatan curah jantung dan memengaruhi tahanan pembuluh perifer. Tujuan utama pengontrol ini adalah:
1) Memengaruhi distribusi darah sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan bagian tubuh yang lebih spesifik akan darah. Misalnya saat melakukan olahraga maka regulasi darah ke sistem pencernaan dialihkan kebagian tubuh yang terlibat dalam aktivitas tersebut seperti otot rangka dan kemudian panas tubuh dikeluarkan melalui dilatas pembuluh darah kulit.
2) Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure-MAP) yang adekuat dengan memengaruhi diamete pembuluh darah. Sedikit perubahan pada diameter pmbuluh darah dapat meyebabkan perubahan yang bermakna pada tekanan darah. Penurunan volume darah dapat meyebabkan konstruksi pembuluh darah yang memperdarahi jantung dan otak. Tujuannya adalah untuk mengalirkan darah ke organ-organ vital sebanyak mungkin
b. Peranan Pusat Vasomotor
pusat kontroltertinggi di otak juga memengaruhi mekanisme kontrol saraf
Pusat vasomotor yang memengaruhi diameter pembuluh adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan serabut saraf simpatis. Pusat vasomotor dan pusat kardivaskuler bersama-sama meregulasi tekanan darah dengan memengaryhi curah jantung dan diameter pembuluh darah.
Pusat vasomotor mengirim impuls secara tetap melalui serabut eferen saraf simpatis ( serabut motorik) yang keluar dari medula spinalis pada segmen T1 sampai L2 dan masuk
menuju otot polos pembuluh darah dan yang terpenting adalah pembuluh darah arteriol, akibatnya pembuluh darah arteriol hampir selalu dalam keadaan konstriksi sedang yang disebut dengan tonus vasomotor
Derajat konstriksi setiap organ bervariasi. Umumnya pembuluh darah arteriol kulit dan sistem pencernaan menerima impuls vasomotor lebih sering dan cenderung berkonstriksi lebih kuat dibandingkan pembuluharteriol paa otot rangka. Peningkatan aktivitas simpatis meyebabkan vasokonstriksi meyeluruh dan meningkatkan tekanan darah. Sebaliknya, penurunan aktivitas simpatis memungkinkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan meyebabkan penurunan tekanan darah sampai pada nilai basal. Umumnya serabut vasomotor mengeluarkan epinefrin yang merupakan vasokonstriktor kuat, akan tetapi pada otot rangka beberapa serabut vasomotor mengeluarkan asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah (Price, 1996)
c. Refleks Kemoreseptor
terjadilah vasokonstriksi. Selanjutnya peningkatan tekanan
1) Hormon yang dikeluarkan medula adrenal
Selama masa stres, kelenjar adrenal melepaskan norepinefrin dan epinefrin ke dalam darah dan kedua hormon ini meningkatkan repons “fight or flight”
2) Faktor natriuretik atrium
Dinding atrium jantung mengeluarkan hormon peptida yang disebut dengan faktor natriuretik atrial yang meyebabkan volume darah dan tekanan darah menurun 3) ADH ( Hormon Antidiuretik )
Hormon ini diproduksi di hipotalamus dan merasang ginjal untuk meretensi (menahan) air
4) Angiotensin II
Angiotensin II terbentuk akibat adanya renin yang dikeluarkan oleh ginjal saat perfusi ginjal tidak adekuat. Hormon ini meyebabkan vasokonstriksi yang hebat, dengan demikian terjadi peningkatan tekanan darah yang cepat. Hormon ini juga merangsang pengeluaran aldesteron yang akan meregulasi tekanan darah untuk jangka panjang dengan menahan pengeluaran air
5) Endothelium-derived factor
Endotelin bekerja pada otot polos pembuluh darah dan merupakan vasokonstriktor yang kuat.
6) Alkohol
penekanan pada pusat vasomotor, dan dapat meyebabkan vasodilatasi tertama pada kulit
2. Kontrol Jangka Panjang terhadap Tekanan Darah a. Regulasi dari Ginjal
Walaupun baroreseptor bekerja untuk jangka pendek, akan tetapi baroreseptor dengan cepat beradaptasi untuk meregulasi peningkatanatau penurunan tekanan darah yang berlangsung lama atau keadaan yang kronik
Ginjal mempertahankan homeostatis tekanan darah dengan meregulasi volume darah. Walaupun volume darah bervariasi sesuai usia dan jenis kelamin, ginjal akan mempertahankan volume darah kira-kira 5liter.peningkatan volume darah serta tekanan darah,juga merangsang ginjal untuk mengeluarkan cairan filtrasi cairan di ginjal dipercepat. Pada keadaan demikian, ginjal tidak mampu untuk memproses hasil filtrasi lebih cepat dan dengan demikian akan lebih banyak cairan yang meninggalkan tubuh melalui urine, akibatnya volume darah akan menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan darah. Sebaliknya saat tekanan darah atau volume darah menjurun, maka cairan alkan ditahan dan kembali ke sistem aliran darah.
korteks adrenal untuk mengeluarkan aldesteron (suatu hormon yang mempercepat absorbsi garam dan cairan) serta selanjutnya meningkatkan tekanan darah. Mekanisme renin angiotensin merupakan mekanisme ginjal secara tidak langsung
C. SISTEM RENIN-ANGIOTENSIN-ALDOSTERON (RAA)
Perubahan tekanan darah menstimulasi baroreseptor diginjal. Apabila tekanan darah tinggi,maka pelepasan hormon renin berkurang, begitu sebaliknya. Pelepasan renin juga dirangsang leh saraf simpatis. Hormon renin mengontrol pembentukan hormon lain yaitu angiotensin IIRenin beredar dalam darah dan bekerja sebagai suatu enzim yang mengubah protein angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I adalah suatu protein yang terdiri atas 10 asam amino yang segera diuraikan oleh enzim pengubah-angiotensin menjadi angiotensin II. Enzim pengubah angiotensin juga menguraikan hormon vasodilator bradikinin. Penghambatan kerja enzim pengubah angiotensin akan menghambat pembentukan angiotensin dan peguraian bradikinin.
DAFTAR PUSTAKA
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung: Pencegahan serta
Pengobatannya. Yogyakarta: Nuka Medika.
Gray, Huon H dkk. 2005. Lecture Notes: Kardiologi. Terjemah. Agoes Azwar. Penerbit Erlangga ( Buku asli diterbitkan tahun 2002).
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Kasron. 2012. Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuka Medika.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan