• Tidak ada hasil yang ditemukan

JABATAN WAKIL PRESIDEN MENURUT HUKUM TAT (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JABATAN WAKIL PRESIDEN MENURUT HUKUM TAT (5)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JABATAN WAKIL PRESIDEN MENURUT HUKUM TATA NEGARA INDONESIA

Nama : Mega Puspa Kusumojati Kelas : B

NBI : 1311700072

Pada perkembangan terakhir, ada beberapa partai politik yang mengajukan bakal calon wakil presiden yang memiliki energi, lebih besar daripada bakal calon presiden yang diusungnya. Posisi wakil presiden pada hakikatnya, bukan posisi cadangan atau acapkali disebut ban serep atau cadangan, yakni posisi pilihan apabila posisi pertama tidak berwujud. Menjelang pertarungan perolehan kekuasaan dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden usai mengukur keterpilihan dirinya dibandingkan bakal calon lain.

Hal itu tampak dari beberapa calon presiden yang mendeklarasikan diri sebagai bakal calon presiden pada pengelaran pamer pesona menjelang pemilihan umum. Berbagai macam profesi bermunculan menganggap dirinya pantas menjadi presiden Indonesia. tetapi segera putar haluan bersedia menjadi bakal calon wakil presiden dan mendekati bakal calon yang dianggap memiliki tingkat keterpilihan (electability) melonjak.

Beberapa bakal calon presiden berasal dari kalangan birokrasi yang pernah menjabat seperti matan panglima TNI Endriantono Sutarto dan Parmono Edhie Prabowo, dan mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Pati Djalal. Dijajaran menteri tampak sosok Gita Wirjawan dan Dahlan Iskhan. Anis Baswedan dari kalangan akademisi, Hayono Isman dari kalangan anggota DPR, sampai dengan Gubenur Sulawesi Utara Sinyo Harry kalangan sarundajang, serta Ali Maskur Musa anggota BEPEKA mewarnai konvensi Partai demokrat sebagai presiden dan partai bertambang mercy tersebut.

Akhirnya Joko Widodo, masih menjabat sebagai Gubenur Provinsi DKI Jakarta, menerima mandat diajukan sebagai bakal calon presiden dari partai “moncong putih” Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Hanya partai politik Hati Nurani Rakyat yang sejak awal konsiten mengajukan paket bakal calon presiden dan wakil presidennya, yakni Wiranto dan Harry Tanoesudibjo

Mengacu dari beberapa nama tersebut, banyak nama lain yang tidak sepopuler nama – nama tersebut dalam pemberitaan di media massa Indonesia. belum lagi pemilihan umum presiden dan wakil presiden digelar, banyak bakal calon presiden tersebut mulai melakukan pendekatan politik kepada bakal calon presiden tersebut mulai melakukan pendekatan politik kepada bakal calon yang dianggap memiliki tingkat keterpilihan tinggi.

(2)

Persoalan yang mendasar yang dapat di ajukan melihat geliat para bakat calon presiden tersebut yakni terkait dengan motivasi pencalonannya. Bahwa mereka yakin, posisi wakil presiden tentu saja merupakan posisi strategis setelah posisi presiden, bahkan dalam kondisi tertentu posisi wakil presiden lebih operasional daripada posisi presiden.

Wakil presiden merupakan jabatan yang ditemukan pada negara yang berbentuk republik. Demikian juga dengan negara Indonesia. yang menganut bentuk pemerintahan republik ditemukan beberapa ketentuan yang menyebut jabatan wakil presiden dalam konstitusinya. Berikut ini Pasal – pasal yang dimaksud :

1. Pasal 4 ayat (2) UUD 1945, bahwa presiden dalam melakukan kewajiban dibantu oleh satu orang wakil presiden.

2. Pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945 seperti halnya presiden wakil presiden di pilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.

3. Pasal 7 perubahan pertama UUD 1945, masa jabatan dan periodisasi yang sama antara kedua pejabat tersebut, yakni lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan.

4. Demikian juga dengan sumpah atau janji jabatan yang dirumuskan dalam redaksi yang sama antara presiden dan wakil presiden (pasal 9 ayat (1) perubahan pertama UUD 1945 ).

5. Bahkan wakil presiden Republik Indonesia menggantikan presiden jika presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya sebagaimana di atur dalam Pasal 8 ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945.

6. Presiden Republik Indonesia dan atau/ atau wakil presiden Republik Indonesia hanya dapat diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam masa jabatannya menurut undang – undang Dasar sebagaimana diatur pada Pasal 3 ayat (3) perubahan ketiga UUD 1945.

Pasal cara pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden ini tidak konsisten dengan cara pengisian presiden dan/ atau wakil presiden melalui pemilihan langsung rakyat. Pengisian jabatan presiden dan/atau wakil presiden dilakukan dengan demokrasi langsung, sedangkan pemberhentiannya dilakukan dengan demokrasi perwalian.

Tidak terdapat penjelasan sistemik beralihnya sistem demokrasi langsung kepada demokrasi perwalian merupakan salah satu cacat sistematik perubahan Undang – undang Dasar 1945.

Wakil Presiden sebagai jabatan konstitusional seharusnya diatur dalam konstitusi tugas dan kewenangan wakil presiden, pertanggungjawaban, serta hubungannya dengan pejabat negara yang lain.

(3)

presiden dengan Presiden dan dengan lembaga negara lainnya, serta cara pertanggungjawaban wakil presiden.

Cara pertanggungjawaban terkait dengan tugas wakil presiden saat menjalankan tugas, baik pada saat presiden berhalangan maupun saat presiden tidak berhalangan.

Salah satu hal yang menarik untuk dikaji secara yuridis ilmiah terdapatnya perbedaan yang mendasar tentang praktik tugas dan kewenangan serta hubungan kerja antara presiden dengan wakil presiden pada masing – masing periode.

Sampai dengan saat ini, Republik Indonesia memiliki tujuh orang presiden dan sembilan orang wakil presiden. Ketujuh presiden tersebut adalah sukarno (1945 – 1967), soeharto (1967 – 1998 ) Bacharuddin Jusuf Habbie (1998-1999), Abdurrahman Wahid (1999 – 2001), Megawati Soekarnoputri (2001- 2004 ), dan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009 ; 2009 – 2014 ), Joko Widodo ( 2014 – 2019 ).

Selanjutnya sembilan orang wakil presiden antara lain : Mohammad Hatta (1945 -1956), Sri sultan Hamengkubuwono IX (1973-1978 ), Adam Malik (1978-1983), H.R. Umar Wirahadikusumah (1983-1988), Sudharmono (1988-1993), Try Sutrisno (1993- 1998), Bacharrudin Jusuf Habbie (1998-1999), Megawati Soekarnoputri (1999- 2001), Hamzah Haz (2001- 2004), Muhammad Jusuf Kalla (2004 – 2009), serta Boediono (2009 – 2014), dan M. Jusuf Kalla (2014 – 2019).

Serta Mohammad Hatta menjabat sebagai wakil presiden tidak terdapat perbedaan mencolok tugas dan kewenangannya dengan presiden Sukarno, keduanya sering disebut “dwi tunggal .

Bahkan periode 29 Januari 1948 sampai dengan 4 Agustus 1949, serta periode 4 Agustus 1949 telah di susun kabinet presidensial di bawah kepemimpinan wakil presiden Mohammad Hatta sebagai perdana menteri.

Sebetulnya diadakan institut wakil presiden ini bergandengan dengan adanya figur “Dwi Tunggal “ pada waktu UUD 1945 dibentuk. Maka itu bagi wakil presiden tidak disediakan lapang kerja sendiri; ia adalah presiden kedua. Maka itu juga selama RIS tidak diadakan wakil presiden, karena wakil presiden, karena waktu itu sdr. Mohammad Hatta menjadi perdana menteri [sicl] (kursif dari penulis).

Demikian juga keberadaan “Dwi tunggal “ oleh wirjono projidikoro dianggap bahwa presiden dan wakil presiden bersama – sama mengepalai Negara Republik Indonesia. sebagai berikut :

Dalam sejarah, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, yang telah bersama – sama memproklamirkan kemerdekaan Indonesia menjadi presiden dan wakil presiden pertama dari Republik Indonesia, sering dinamakan “Dwi tunggal” yang nampaknya berarti, bahwa mereka dianggap bersama – sama mengepalai Negara Republik Indonesia.

(4)

Pada tahun 1973-1978, Sri Sultan Hamengkubowono IX mendampingi presiden Soeharto selaku wakil presiden.

Tugas wakil presiden pada saat Sri Sultan Hamengkubuwono IX antara lain :

a.) Tugas umum : yang sesuai dengan isi Pasal 4 ayat (2) UUD 1945, yaitu membantu presiden dalam melaksanakan tugasnya.

b.) Tugas khusus : a. memperhatikan secara khusus, menampung masalah- masalah dan mengusahakan pemecahan masalah yang perlu, yang menyangkut bidang tugas kesejahteraan rakyat.

b. melakukan pengawasan operasional pembangunan dengan bantuan departemen-departemen dalam hal ini adalah inspektur – inspektur jenderal departemen yang bersangkutan.

Terkait dengan penggantian presiden pernah ditafsirkan lebih luas oleh Majelis permusyawaratan rakyat sementara (MPRS) melalui ketetapan MPRS RI Nomor XV/ MPRS/1966 tentang pemilihan dan penunjukan wakil presiden dan Tata cara pengangkatan penjabat presiden (5 juli 1968).

Dalam Pasal 1 ketetapan ini dinyatakan bahwa “ Majelis Permusyawaratan Rakyat sementara tidak mengadakan pemilihan wakil presiden “ dan pada pasal 2 ayat (1) ketetapan ini di atur bahwa “Apabila presiden berhalangan maka pemegang perintah 11 Maret 1966 bukan wakil presiden. surat

Berdasarkan UUD 1945 pengganti presiden hanya dapat dilakukan oleh wakil presiden, bukan oleh pejabat lain. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa dasar hukum penggantian presiden Soekarno oleh soeharto dan penggantian presiden Soeharto oleh Bacharrudin Jusuf Habbie sama – sama didasarkan pada pasal 8 UUD 1945. Padahal saat itu soeharto tidak menjabat sebagai wakil presiden, sehingga proses penggantian tersebut jelas tidak konstitusional.

Pada saat itu soeharto memiliki kepastian hukum melalui ketetapan MPRS – RI Nomor XXXIII/MPRS/1967 yang menyatakan bahwa soeharto diangkat sebagai penjabat presiden (suatu penjabat presiden (suatu jabatan yang tidak di atur dalam UUD 1945)

Dan lima belas hari kemudian soeharto dikukuhkan sebagai “ presiden penuh “ (full presidency) yang menurut Harun Alrasid tidak memiliki dasar hukum yang jelas.

Pada saat presiden Soeharto menyatakan berhenti dan wakil Bacharddin Jususf Habbie menggantikan Soeharto ,ketetapan MPR RI yang menyatakan Soeharto sebagai presiden dan Bacharuddin Jusuf Habbie sebagai wakil presiden belum di cabut. Hal ini pula bukti bahwa legitimasi yuridis Bacharuddin Jusuf Habbie sebagai presiden juga belum di peroleh.

(5)

Berbeda dengan pertanggung jawaban pembantu presiden yang lain, seperti Menteri Negara yang harus mempertanggungjawabkan tugasnya kepada presiden sesuai dengan substansi Pasal 17 ayat (3) UUD 1945.

Wakil presiden tidak bertanggung jawab kepada Presiden karena wakil Presiden tidak dipilih dan diangkat oleh presiden melainkan oleh rakyat. Dikaitkan dengan Pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945 yang menyatakan dengan tegas presiden dan wakil presiden dipilih oleh rakyat.

Tidak ada pasal dalam UUD 1945 dan perubahannya yang mengatur pertanggungjawaban wakil presiden, baik sebagai wakil kepala pemerintah maupun sebagai wakil kepala Negara.

Konsekuensi logis dari ketentuan ini bahwa “ yang terpilih mengemban kewajiban pertanggungjawaban kepada yang memilih ; sebaliknya yang milih memiliki kewenangan meminta pertanggungjawaban kepada yang dipilih.

Pertanggungjawaban wakil presiden juga dipengaruhi oleh faktor pencalonan dan pemilihan presiden dan wakil presiden yang dilakukan dengan sistem paket, baik keduanya berasal dari partai politik yang sama, maupun keduanya berasal dari partai politik yang berbeda.

Mengacu pada bakal calon presiden dan wakil presiden yang berlaga pada pemilihan presiden dan wakil presiden 2014, perlu disajikan pengaturan tugas dan kewenangannya dalam penyelenggaraan pemerintahan. pengaturan tugas dan kewenangan tersebut harus didasarkan pada kepentingan sesaat dan subjektif. Kepentingan objektif menurut pendekatan ilmiah diajukan dengan kerangka teoretik sebagai dasar penyusunan pengaturan tugas dan kewenangan.

Teori yang diajukan pada pengaturan tugas dan kewenangan wakil presiden didasarkan pada teori konstitusi sebagai “teori induk “ (grand theory) serta diajukan teori baru dengan istilah “sistem pemerintahan terpadu” (Integrated executive system) sebagai bentuk derivasi dari teori konstitusi.

Ada hubungan substansial antara konstitusi dan sistem pemerintahan dikaitkan dengan hakikat dengan hakikat konstitusi sebagai sarana perbatasan kekuasaan.

Konstitusi sebagai hukum dasar mengatur secara tegas perbatasan kekuasaaan antara pusat – pusat kekuasaan yang terdapat dalam suprastruktur ketatanegaraan

Gagasan penataan ulang antara lembaga negara secara praktis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gerakan reformasi sebagai perwujudan tuntuttan mutahir dari kepentingan politik.

(6)

Konstitusi sebagaimana dikenal dalam berbagai literatur dapat diartikan secara sempit maupun secara luas. Yang dimaksud dengan pengertian konstitusi dalam arti sempit menyangkut dokumen hukum saja, sebaliknya yang dimaksud dengan konstitusi dalam arti luas tidak hanya menyangkut “dokumen hukum”(legal- document) saja melainkan juga “aspek diluar hukum” (non-legal).

Demikian pula dengan pengaturan kerja antara presiden dan wakil presiden Republik Indonesia seharusnya diatur dalam konstitusi, sehingga gagasan pengaturan tugas dan kewenangan wakil presiden Republik Indonesia tidak hanya didasarkan pada kepentingan politik yang bersifat sementara. Wacana demikian harus dikaitkan dengan hakikat konstitusi sebagai perbatasan kekuasaan, bahwa hukum sebagai bingkai politik yang senantiasa berkembang, menjaga agar dinamika politik dapat tersaji secara proposional.

Hal ini harus disadari sebagai jawaban mana antara hukum dan politik yang lebih supermatif. Bahwa hukum sebagai pembatas kekuasaan mampu memberikan kepastian terhadap dinamika politik. Sebaliknya, jika politik yang lebih suprematif terhadap hukum niscaya tidak ada kepastian terhadap dinamika politik, sehingga pengaturan terhadap kehidupan politik pun niscaya sulit tercapai sebagaimana tersirat dalam adagium “ politik harus tunduk pada hukum, bukan sebaliknya”(politea legibus non leges politil adoptandae).

(7)

Referensi

Dokumen terkait

12.3 Silberschatz, Galvin and Gagne ©2005 Operating System Concepts – 7 th.. Edition, Jan

yakni pondok pesantren Darut Tawwabin dalam membina akhlak masarakat yang. tertuang dal am skripsi dengan judul “Peranan Pondok Pesantren

 Nama lain untuk fungsi adalah pemetaan

wada’antara lain: wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayh kamu satu, tiada kelebihan orang arab atas Non Arab, tidak juga Non Arab atas Arab,

Adapun proses konflik India dan Pakistan yaitu konflik yang terjadi sejak bulan Agustus 1947.Peristiwa ini memiliki empat kejadian perang atau konflik ,tiga diantaranya

Profesional Mengembangkan materi pembelajaran penjasorkes secara kreatif Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

Jadi, hasil dari kemampuan berbicara pada siswa kelas sebelas SMK Taman Siswa Kudus tahun pelajaran 2014/2015 sebelum diajarkan menggunakan wayang kulit adalah rendah.

Self organizing maps adalah salah satu metode dalam jaringan syaraf tiruan yang menggunakan pembelajaran tanpa supervisi yang digunakan untuk meng- cluster neuron-neuron