PENDAHULUAN Latar Belakang
Kacang gude dibudidayakan di Indonesia sejak abad keenam sebagai
tanaman sayuran. Akan tetapi budidaya kacang gude secara luas belum pernah dilaporkan. Daerah pusat pertanaman kacang gude pada umumnya ada-lah
di .lahan kering di Jawa , Bali, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Kacang gude termasuk tanaman semusim dan mempunyai keunggulan di banding tanaman kacang-kacangan lainnya antara lain tahan kekeringan, tahan rebah dan
polong tidak mudah pecah, akan tetapi peka terhadap hama khususnya perusak polong (Mas’ud, 2011).
Maruca testulalis adalah hama penting pada tanaman kacang-kacangan di daerah tropis dan subtropis. Hama ini mengakibatkan kerusakan karena menyerang tunas, bunga dan polong. Kerusakan yang disebabkan hama ini
berkisar antara 9 sampai 51 %. Cara pengendalian hama yang dianjurkan oleh pemerintah adalah pengendalian hama secara terpadu (PHT), yang bertujuan
untuk memanfaatkan metode-metode yang memenuhi syarat-syarat ekonomi, toksikologi dan ketentuan lingkungan (Saragih et al., 2015).
Kendala utama dalam pengembangan budidaya kacang gude di Sulawesi
Selatan adalah perusak polong antara lain Maruca testulalis dan Helicoverpa sp. yang merupakan hama utama yang dapat menurunkan hasil kacang gude sebesar
47%. Usaha penanggulangan yang sering dilakukan antara lain pengaturan waktu tanam, penggunaan/galur toleran, tumpangsari serta penggunaan insektisida. Namun pengendalian tersebutnya biasanya masih memadukan dengan komponen
menunjukkan bahwa meskipun belum ada waktu tanam yang bebas dari serangan perusak polong, namun waktu tanam bulan Januari dapat menekan serangan perusak polong dengan cukup baik (Fathurrahman, 2005).
Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat serangan penggerek polong Maruca testulalis cukup tinggi yaitu sekitar 41,7% pada polong dan 18,7% pada biji. Kerusakan tersebut sangat nyata menurunkan hasil. Apabila tidak dikendalikan Maruca testulalis dapat menurunkan hasil biji 35-53%. Salah satu upaya pengendalian hama adalah dengan penggunaan varietas tahan. Varietas
tahan hama merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang sudah berkembang sejak abad XIX (Wijayanti et al., 2009).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui pengendalian penggerek polong (Maruca testulalis Geyer.) pada tanaman kacang
gude (Cajanus cajan (L.) Millsp). Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Pangan, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
PENGENDALIAN PENGGEREK POLONG (Maruca testulalis Geyer.) PADA TANAMAN KACANG GUDE (Cajanus cajan (L.) Millsp) Botani Tanaman Kacang Gude (Cajanus cajan (L.) Millsp)
Adapun klasifikasi tanaman kacang gude adalah Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Sub divisi: Angiospermae; Kelas: Dicotyledoneae;
Ordo: Fabales; Famili: Fabaceae; Genus: Cajanus ;Spesies: Cajanus cajan (L.) (Susila et al., 2012).
Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tingginya dapat mencapai 3 meter. Tanaman ini memiliki sistem perakaran tunggang (radix primaria) yang berwarna putih kotor. Pada waktu perkecambahan, radikula terus tumbuh menjadi
akar primer, dan akar primer ini terus tumbuh dan bercabang-cabang. Fungsi utamanya adalah untuk menyimpan makanan (Ningsih, 2015).
Batangnya berbulu halus dan bercabang banyak. Jumlah, posisi, dan sudut percabangan ini ditentukan oleh varietasnya. Batangnya berkayu, berbentuk bulat, beralur, serta berwarna hijau kecoklatan (Herbalis Nusantara, 2005).
Daun termasuk tipe trifoliet (berjumlah 3) dengan warnanya yang hijau. Bentuk daun bulat tejur sampai elips, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,
pertulangan menyirip. Panjang daun 5 cm-10 cm dan lebar 2 cm-4 cm dan terdapat bulu di dipermukaannya, baik pada bagian bawah maupun atas. Daun ini tersusun spiral dengan filotaksis 2/5 pada batang (Wijayanti et al., 2009).
Merupakan bunga majemuk, memiliki tangkai bunga yang pendek dan berwarna hijau. Mahkotanya berbentuk kupu-kupu dengan panjang panjang 2-2.5
Buah berbentuk polongan pipih dengan ujung meruncing. Panjangnya 5-9 cm dan lebar 1.2-1.3 cm. Polongan ini berwarna hijau tua dan memiliki bulu pada seluruh permukaannya. Setiap buah dapat berisi 2-9 biji (Ningsih, 2015).
Bijinya kecil dan warna kulitnya bermacam – macam. Ada yang berwarna cokelat, merah, atau hitam. Bijinya berbentuk oval dengan diameter sekitar 8 mm.
Berat 100 biji sekitar 11-13 gram (Cipta, 2008).
Biologi Penggerek Polong (Maruca testulalis Geyer.)
Maruca testulalis tergolong ke dalam Kingdom: Animalia; Kelas: Insecta; Ordo: Lepidoptera, Famili: Pyralidae; Genus: Maruca; Spesies: Maruca testulalis. Terdapat beberapa spesies Maruca, tetapi hanya satu spesies yang penting sebagai
hama utama pada legum yang dibudidayakan, yakni Maruca testulalis (Johan, 2011).
Telur berbentuk oval, berwarna putih, dan menetas dalam tiga hari. Imago
Maruca testulalis lebih suka melakukan peletakan telur di permukaan bunga karena warnanya lebih mencolok sehingga larva muda banyak ditemukan pada
bunga biarpun imago juga meletakkan telur di daun, tunas muda, polong dan permukaan tanaman yang berbulu lebat (Indiati, 2010).
Larva Maruca testulalis yang baru menetas akan langsung menyerang atau
memakan kuncup daun muda, bunga, kemudian menggerek polong dan memakan
biji yang sedang berkembang. Larva Maruca testulalis merupakan stadium yang
bersifat merusak (Wijayanti, 2009).
terbungkus oleh benang-benang halus. Berat pupa dapat mencapai 0.0350 gram; 0.0331 gram; dan 0.0337 gram (Mas’ud, 2011).
Imago memiliki panjang tubuh dan rentang sayap yang tidak berbeda
nyata pada masing-masing varietas. Imago Maruca testulalis meletakkan telur pada kuncup bunga atau bunga pada tanaman kacang-kacangan, meskipun
peneluran pada daun, pucuk tanaman, dan polong juga telah dilaporkan (Cipta, 2008).
Gejala Serangan Penggerek Polong (Maruca testulalis Geyer.)
Maruca testulalis adalah hama penting pada tanaman kacang-kacangan di daerah tropis dan subtropis. Hama ini mengakibatkan kerusakan karena
menyerang tunas, bunga dan polong. Kerusakan yang disebabkan hama ini berkisar antara 9 sampai 51 %. Hama ini menyerang bagian bunga dan polong. Tingkat serangan penggerek polong Maruca testulalis cukup tinggi yaitu sekitar
41,7% pada polong dan 18,7% pada biji. Kerusakan tersebut sangat nyata menurunkan hasil. Apabila tidak dikendalikan Maruca testulalis dapat
menurunkan hasil biji 35-53% (Hidayanti dan Dyah, 2016).
Gejala serangan penggerek polong pada bunga menyebabkan bunga akan mengalami kerusakan, bunga tidak berproduksi dengan baik dan polong juga
mengalami penurunan produksi. Polong berlubang dan bebercak kecil berwarna gelap. Larva yang menyerang pada bunga akan mengganggu penyerbukan bahkan
menyebabkan bunga menjadi gugur. Gejala khas yang tampak bila larva menyerang bunga adalah bagian direkatkan dengan benang sutera, dan bila menyerang polong dicirikan oleh adanya kotoran pada lubang gerek
Sementara itu larva yang menyerang polong akan merusak kualitas polong karena banyaknya lubang-lubang bekas gerekan larva. Polong yang diserang akan tampak lubang-lubang bundar kecil dan bijinya habis dimakan. Serangan
pada bagian bunga dan polong ini berpengaruh langsung terhadap kualitas dan kuantitas produksi. Tingkat kerusakan polong akibat serangan hama ini mencapai
92% bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan puso polong (Susila et al., 2012).
Faktor Yang Mempengaruhi Serangan
Luas serangan pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, jumlah populasi tanaman (makanan) dan jumlah populasi hama
(kepadatan) serta faktor kompetisi antar spesies. Jumlah populasi tanaman menentukan jumlah makanan sehingga sangat mempengaruhi keberadaan suatu spesies hama di lingkungan. Makanan merupakan unsur utama dan sangat
menentukan bagi kelangsungan hidup setiap spesies hama (Masauna et al., 2013) Intensitas kerusakan tanaman oleh hama sangat tergantung pada berbagai
faktor diantaranya faktor lingkungan, tanaman (stadia pertumbuhan), makanan (kualitas dan kuantitas), hama (biologi dan perilaku) dan sebagainya. Faktor suhu lingkungan sangat menunjang bagi keberadaan hama karena hama dapat bertahan
pada kondisi udara yang kering dengan sedikit penyinaran (Johan, 2011). Laju pertumbuhan hama dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian,
faktor lingkungan, kepadatan populasi dan perbandingan antara serangga yang tidak produktif dengan yang masih produktif. Tingkat kelahiran dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya kualitas dan kauntitas makanan. Tingkat kematian di
pada musim kemarau dan berkurang pada musum hujan. Tingkat kepadatan populasi yang tinggi disertai dengan menurunnya tingkat kualitas makanan akan merangsang terbentuknya populasi bersayap yang berfungsi untuk migrasi
sehingga dapat menurunkan kepadatan populasi (Dadang, 2006).
Berbagai faktor mempengaruhi populasi Maruca testulalis di antaranya
adalah curah hujan. Akibat dari siraman air hujan diduga sebagian dari hama yang jatuh ke tanah tidak dapat kembali lagi ke pertanaman sedangkan sebagian hanya dapat kembali hanya sampai batang bawah atau menempel pada ajir tanaman.
Serangga berukuran kecil sehingga sangat rentan terhadap tetesan air hujan (Supriadi, 2013).
Pengendalian Penggerek Polong (Maruca testulalis Geyer.)
Dewasa ini cara pengendalian hama yang dianjurkan oleh pemerintah adalah pengendalian hama secara terpadu (PHT), yang bertujuan untuk
memanfaatkan metode-metode yang memenuhi syarat-syarat ekonomi, toksikologi dan ketentuan lingkungan. Pengendalian hayati, cara bercocok tanam
dan penggunaan varietas yang tahan merupakan teknik pengendalian yang tidak bertentangan dengan fungsi faktor ekologi alami yakni dengan memanfaatkan bahan tanaman dan pemanfaatan berupa bakteri, jamur dan virus sebagai agen
pengendali yang bisa disebut sebagai pestisida biologi (Hidayanti dan Dyah, 2016).
Salah satu metode pengendalian hama yang umum digunakan oleh petani adalah perlakuan dengan insektisida, walaupun insektisida dapat menimbulkan berbagai efek samping baik terhadap hama, musuh alami, maupun lingkungan.
adalah metomil yang efektif untuk mengendalikan beberapa jenis hama dan mempunyai cara kerja ganda yaitu sebagai racun kontak dan racun perut. Penggunaan insektisida sintetik lambdacyhalothrin efektif mengendalikan
penggerek polong Maruca testulalis (Moekasan dan Prabaningrum, 2002).
Beberapa cara pengendalian telah dilaporkan dapat menekan populasi dan
tingkat serangan Maruca testulalis antara lain dengan teknik pemantauan imago menggunakan lampu perangkap dan feromon perangkap yang telah dikembangkan. Dengan teknik ini dapat memperkirakan waktu terjadinya
serangan penggerek polong dan menurunkan kepadatan populasi awal di areal pertanaman. Dosis rekomendasi yang diaplikasikan seminggu sekali sejak
tanaman berbunga efektif menekan serangan penggerek polong dan meningkatkan hasil (Herbalis Nusantara, 2005).
Di antara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada,
pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami merupakan cara pengendalian yang paling aman. Musuh alami yang dapat digunakan adalah
kumbang Coccinellidae, lalat Syrphidae, kumbang Paederus sp., laba-laba (Araneae) dan Formicidae. Ekstrak biji mimba yang diaplikasikan dengan konsentrasi 5 dan 10% efektif terhadap penggerek polong (Maruca testulalis),
hama Thrips (Megalurothrips sjostedti), dan penghisap polong (Clavigralla spp., Aspavia armigera dan Riptortus dentipes). Berhubung komponen pengendalian hama penggerek polong yang efektif belum tersedia, maka dikaji penggunaan insektisida sintetik, ekstrak biji mimba dan Bt komersial untuk menekan populasi dan tingkat serangan hama polong Maruca testulalis (Supriadi, 2013).
alternatif pengendalian terakhir dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), namun kenyataannya di lapangan penggunaan insektisida sering merupakan pilihan utama dan paling umum dilakukan petani. Bahkan dinyatakan
hampir 85% pestisida yang beredar di dunia ini digunakan untuk bidang pertanian. Komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan komoditi yang paling
banyak menggunakan pestisida yaitu sekitar 26%, serealia 15%, padi 10%, jagung 12%, kedelai 9,4%, kapas 8,6% dan sisanya untuk komoditi pertanian lainnya (Wijayanti, 2009).
Salah satu upaya pengendalian hama adalah dengan penggunaan varietas tahan. Varietas tahan hama merupakan salah satu komponen pengendalian hama
KESIMPULAN
1. Kacang gude mempunyai keunggulan di banding tanaman kacangan lain yaitu tahan kekeringan, tahan rebah dan polong tidak mudah pecah, tetapi peka terhadap hama perusak polong.
2. Penggerek polong (Maruca testulalis) merupakan hama utama kacang gude dan mulai menyerang pada stadium larva.
3. Gejala serangan dapat terliat pada polong yang berlubang dan bebercak kecil berwarna gelap. Larva yang menyerang pada bunga mengganggu penyerbukan bahkan menyebabkan bunga menjadi gugur.
4. Faktor yang mempengaruhi serangan antara lain faktor lingkungan, jumlah populasi tanaman (makanan), jumlah populasi hama (kepadatan) dan faktor kompetisi antar spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Cipta, G. 2008. Pengendalian Hama Penggerek Polong Pada Pertanaman Kacang Hijau. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.
Dadang. 2006. Pengenalan Pestisida dan Teknik Aplikasi. IPB, Bogor.
Fathurrahman. 2005. Hasil Biji Kacang Gude (Cajanus Cajan (L.) Millsp) Kultivar Mega Dan Galur Icpl 84031 Akibat Pemulsaan Jerami Padi dan Pemupukan P pada Berbagai Jarak Tanam. Universitas Tadulako, Palu. Herbalis Nusantara. 2005. Cajanus cajan Mill Spaugh. Pusat Pelatihan dan
Pengobatan Herbal.
Hidayanti, E. dan D. Ambarwati. 2016. Pestisida Nabati Sebagai Alternatif Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). BBPPTP, Surabaya.
Masauna, E. D., H. L. J. Tanasaledan H. Hetharie. 2013. Studi Kerusakan Akibat Serangan Hama Utama Pada Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata). Universitas Pattimura, Ambon.
Mas’ud, S. 2011. Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan. Balai Penelitian Tanaman Sereali, Sulawesi Selatan.
Moekasan, T. K. dan L. Prabaningrum. 2002. Teknik Aplikasi Pestisida. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.
Ningsih, I. Y. 2015. Anatomi dan Morfologi Akar. Universitas Jember, Jember.
Saragih, E. S., Y. Pangestiningsih dan Lisnawita. 2015. Uji Efektifitas Insektisida Biologi terhadap Hama Penggerek Polong (Maruca testulalis Geyer.) (Lepidoptera ; Pyralidae) pada Tanaman Kacang Panjang di Lapangan. USU, Medan.
Susila, A.D., M. Syukur, H. P. K. Dharma, E. Gunawan dan Evi. 2012. Tanaman Sayuran Indigenous. Institut Pertanian Bogor, Bogor.