• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pemanfaatan Ruang dan Pengendali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pedoman Pemanfaatan Ruang dan Pengendali"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Ringkasan Eksekutif

| 1

1.1. Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur merupakan kebutuhan turunan sebagai konsekuensi logis dari perencanaan tata ruang, dimana infrastuktur merupakan unsur pembentuk struktur ruang wilayah. Dengan demikian rencana tata ruang yang ada dapat diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan karakteristik wilayah yang ada. Dalam hal ini infrastruktur juga dapat berfungsi sebagai alat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, agar tidak terjadi penyalahgunaan lahan maupun pengembangan yang tidak sesuai dengan rencana. Dengan demikian kawasan yang dalam rencana diperuntukkan sebagai kawasan lindung tidak dapat dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya, karena infrastruktur yang dibutuhkan tidak tersedia.

Pembangunan Infrastruktur Jalan tol merupakan alternatif prasarana transportasi darat yang dibangun untuk melengkapi sistem jaringan jalan dan

sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Di samping itu, terutama di kota-kota besar dan metropolitan pembangunan jalan tol dilakukan untuk mendukung perkembangan ekonomi dan pembangunan daerah, karena secara fungsional jalan tol dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan jasa distribusi produk kegiatan ekonomi dari pusat pengolahan ke pusat pemasaran. Rencana jaringan jalan tol dengan demikian senantiasa memperhatikan keserasian dan keselarasan dengan rencana jaringan jalan lainnya. Oleh karena itu pembangunan jalan tol perlu memperhatikan rencana tata ruang wilayah (RTRW).

Keberadaan jalan tol akan berdampak terhadap pemanfaatan ruang kawasan disekitarnya, antara lain berkembangnya berbagai kegiatan pemanfaatan ruang seperti pembangunan perumahan, perdagangan dan industri, serta persoalan-persoalan seperti: cepatnya alih fungsi lahan, perubahan guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, menurunnya kualitas lingkungan, dan sebagainya, yang selanjutnya akan berdampak juga kepada menurunnya fungsi dan kapasitas pelayanan jalan tol.

Dalam pasal 8 ayat 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, Pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang dan /atau menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, mencakup norma, standar, dan manual atau norma, standar, pedoman, kriteria dalam bidang penataan ruang (NSPK), berupa ketentuan teknis sebagai acuan dalam pelaksanaan penataan ruang, dan berupa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sebagai acuan operasional dalam pelaksanaan penataan ruang.

Saat ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sedang melaksanakan pembangunan Jalan Bebas Hambatan /Freeway /Tol sepanjang 241 kilometeryang meliputi ruas jalan Penajam - Balikpapan - Samarinda - Bontang -

Sangata - Maloy, Samarinda – Tenggarong, dimana di dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Nasional 2008-2028 telahditetapkan sebagai Sistem Jaringan Jalan Bebas Hambatan /Freeway /Tol di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu pada ruas jalan :

(2)

Ringkasan Eksekutif

| 2

 Balikpapan-Samarinda; dan

 Samarinda-Tenggarong.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 567/KPTS/M/2010 Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional Tanggal 10 Nopember 2010, maka ruas jalan Balikpapan-Samarinda ditetapkan sebagai Jalan Nasional Jalan Tol.

Dengan dilaksanakannya pembangunan jalan tol tersebut, maka akan membawa dampak (konsekuensi logis) terhadap pola kegiatan, pembangunan, perubahan penggunaan lahan, dan pemanfaatan ruang yang tidak tertata dengan baik pada kawasan di sekitar jalan tol tersebut mulai dari kawasan di sekitar gerbang tol pintu masuk (enter tol gate), kawasan sekitar sempadan kiri-kanan jalan tol hingga kawasan di sekitar gerbang pintu keluar (exit tol gate).

Maka dari itu, untuk dapat mengantisipasi ketidakberaturannya (kesemerawutan) pola kegiatan, pembangunan, perubahan penggunaan lahan, dan pemanfaatan ruang di kawasan sekitar jalan tol tersebut, perlu segera dilakukan penyusunan norma, standar, pedoman dan kriteria (NSPK) pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan sekitar jalan tol terutama pada ruas jalan Samarinda-Bontang.

NSPK ini merupakan buku pegangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sebagai acuan dalam melakukan penanganan terhadap kegiatan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan sekitar jalan tol Samarinda-Bontang saat ini maupun 20 (dua puluh) tahun mendatang, seperti kegiatan apa saja yang diperbolehkan dan apa saja yang tidak diperbolehkan, ketentuan umum dan ketentuan teknisnya, dan pola kelembagaannya.

1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran

1.2.1. Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Penataan Ruang bermaksud membuat petunjuk teknis (juknis) pedoman /norma, standar, pedoman dan kriteria (NSPK) pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di sekitar jalan tol

(Samarinda-Bontang) bagi para pelaku pembangunan (stakeholders) dalam upaya

pelaksanaan pembangunan, sebagai tindak lanjut terhadap pedoman /NSPK bidang penataan ruang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26

tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah sebagai arahan dan pedoman teknis yang operasional dan implementatif sebagai acuan dalam mengatur kawasan sekitar jalan tol yang belum terbangun maupun yang telah terbangun, agar tercapai pemanfaatan ruang yang optimal bagi berbagai kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang Provinsi Kalimantan Timur.

1.2.3. Sasaran

Sasaran dari penyusunan pedoman ini adalah untuk :

1. Memberikan arahan dalam mengatur kawasan sekitar jalan tol yang belum

terbangun maupun yang telah terbangun;

2. Memberikan arahan dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan

sekitar jalan tol;

3. Menyusun arahan pengaturan zoning kawasan disekitar jalan tol;

4. Mengidentifikasi kebutuhan kawasan disekitar jalan tol; dan

5. Tercapainya penyusunan dokumen Pedoman/NSPK Pemanfaatan dan

Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Sekitar Jalan Tol Samarinda-Bontang, yang menjadi dasar untuk setiap tahapan pelaksanaan pembangunan dan tahapan pengawasan/penertiban dari kegiatan pembangunan tersebut

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan penyusunan dokumen Pedoman Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Jalan Tol Samarinda-Bontang Provinsi Kalimantan Timur ini akan dibagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi materi.

1.3.1. Ruang Lingkup Materi

(3)

Ringkasan Eksekutif

| 3

Pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya di sekitar jalan tol akan menjadi lebih tertata, dan tidak menimbulkan dampak langsung terhadap pelayanan jalan tol.

1.3.2. Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah penyusunan dokumen Pedoman Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Jalan Tol Samarinda-Bontang

Provinsi Kalimantan Timur ini mencakup wilayah Jalan Tol Samarinda –

Bontang, yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kabupaten /Kota di Provinsi Kalimantan Timur yaitu Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan

Kota Bontang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1.

1.4. Dasar Hukum

Landasan hukum kegiatan penyusunan dokumen Pedoman

Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Jalan Tol Samarinda-Bontang Provinsi Kalimantan Timur, adalah berdasarkan kebijakan sebagai berikut :

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang;

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas Dan Angkutan Jalan;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2003 tentang

Penatagunaan Tanah;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang

Jalan Tol;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Jalan; dan

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol; dan

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang.

(4)

Ringkasan Eksekutif

| 4

2.1 Deliniasi Kawasan Pemanfaatan Ruang Kawasan Tol Samarinda

Bontang

Wilayah kajian pedoman ini mencakup sekitar jalan tol Samarinda-Bontang, yaitu kabupaten /kota di Provinsi Kalimantan Timur yang meliputi: Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang. Kawasan di sekitar jalan tol yang dimaksud dalam pedoman ini, merupakan ruang di luar milik jalan (rumija) pada kedua sisinya, yang mempunyai pengaruh terhadap jalan tol. Dengan panjang ruas jalan tol segmen Samarinda-Bontang yang direncanakan adalah sepanjang 89,16 Km termasuk jalan akses jalur masuk /keluar jalan tol.

Dasar pertimbangan dalam mendeliniasi kawasan pemanfaatan ruang kawasan tol Samarinda-Bontang adalah sebagai berikut:

1. Pedoman mengenai pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

ruang kawasan sekitar jalan tol, kawasan disekitar jalan tol merupakan ruang di luar ruang milik jalan tol (rumija) pada kedua sisinya, yang

mempunyai pengaruh terhadap jalan tol. Batas kawasan secara kuantitatif ditetapkan sesuai dengan fungsi kawasan.

2. Disesuaikan dengan studi sebelumnya, yaitu terdapat beberapa studi yang dapat menjadi acuan terhadap penetapan deliasi ini yaitu:

a. Studi Analisis mengenai dampak lingkungan jalan baru (highway)

Balikpapan-Samarinda-Bontang sepanjang 162,153 Km dengan lebar Rumija 70 m, dengan ruang sebaran dampak yang diakibatkan diperkirakan berjarak 300 m sebelah kanan dan kiri Rumija; dan

b. Studi Penyusunan Pemanfaatan Ruang jalan tol Balikpapan-samarinda

menetapkan 300 m ruas kiri dan kanan Rumija, didalamnya termasuk penetapan batas lahan Ruwasja minimum 40 m yang diukur dari Rumija dan penetapan jarak batas kawasan budidaya dengan batas terluar Rumija jalan tol minimum 20 m.

Merujuk pada pertimbangan diatas

sehingga untuk deliniasi kawasan

pemanfaatan ruang kawasan tol Samarinda-Bontang adalah 300 m pada kedua sisi di batas terluar Rumija, didalamnya termasuk penetapan batas lahan Ruwasja minimum 40 m yang diukur dari Rumija dan penetapan jarak batas kawasan budidaya dengan batas terluar Rumija jalan tol minimum 20 m (lihat

Gambar 2.1 berikut).

2.2 Kondisi Fisik Dasar

2.2.1 Topografi

Wilayah sekitar jalan tol Samarinda

– Bontang pada umumnya didominasi oleh

dataran yang memiliki kelas lereng 2-15% yaitu sebesar 62,26% dari total wilayah atau seluas 3.003,26 Km2. Sedangkan kelas lereng diatas 25% hanya sebesar 0,78% yang 0,03% merupakan wilayah dengan kelas lereng >40%. Dengan

kondisi kelerengan seperti itu, maka pengembangan jalan tol ruang Samarinda –

Bontang tidak akan mengalami hambatan yang begitu besar, karena lokasi yang relatif datar.

Untuk lebih jelasnya mengenai kelas lereng di wilayah sekitar jalan tol Samarinda – Bontang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.2.

Gambar 2. 1 Konsepsi Deliniasi

(5)

Ringkasan Eksekutif

| 5

Tabel 2. 1 Kemiringan Lereng Wilayah Sekitar Jalan Tol Samrinda - Bontang

Kelas Lereng Luas (Km2) Persentase

0 - 2 % 1.541,35 31,79%

2 - 15 % 3.003,26 62,26%

15 - 25 % 245,95 5,17%

25 - 40 % 35,20 0,75%

> 40 % 1,56 0,03%

Jumlah 4.827,32 100,00%

Sumber : Hasil analisa 2012

2.2.2 Geologi

Formasi geologi yang terdapat dikawasan sekitar jalan tol Samarinda – Bontang didominasi oleh alluvium yang merupakan batuan sediment yang dibentuk atau diendapkan oleh sungai-sungai.Batuan ini dapat kita lihat di

tepi-tepi sungai atau muara sungai. Total formasi geologi alluvium adalah sebesar

1.808,64 Km2 atau 37,39%

dari total luas wilayah sekitar jalan tol Samarinda-Bontang.

Selain alluvium,

terdapat pula formasi geologi lainnya seperti pamaluan yang merupakan batupasir

kuarsa dengan sisipan

batulempung, serpih

batugamping dan batulanau;

berlapis sangat baik.Batu

pasir kuarsa merupakan

batuan utama, kelabu

kehitam-kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik,

butiran membulat-bulat

tanggung, padat, karbonan dan gamping. Kemudian juga terdapat formasi balikpapan,

pulau balang, bebulu,

alluvium tua, kampung baru

dan bojongmanik. Untuk

lebih jelasnya mengenai kondisi geologis kawasan sekitar jalan tol ini, dapat dilihat pada Table 2.2.dan Gambar 2.3.

Tabel 2. 2

Formasi Geologi Kawasan Sekitar Jalan Tol Samarinda – Bontang

No Formasi Geologi Luas (Km2) Persentase

1 Bojongmanik 0,49 0,01%

2 Alluvium 1.808,64 37,39%

3 Alluvium Tua 47,74 0,99%

4 Bebulu 3,65 0,08%

5 Kampung Baru 978,42 20,23%

6 Pamaluan 1.282,43 26,51%

7 Balikpapan 253,52 5,24%

8 Pulau Balang 461,94 9,55%

Jumlah 4.827,32 100

Sumber : Hasil analisa 2012 Gambar 2. 2.

Peta Kelas Lereng

(6)

Ringkasan Eksekutif

| 6

2.2.3 Jenis Tanah

Jenis tanah yang mendominasi kawasan sekitar ruas jalan tol Samarinda– Bontang adalah tanah jenis Orgaosol Glei Humus seluas 2.219,32 Km2 atau 45,91% dari luas keseluruhan. Selain itu terdapat pula tanah dengan jenis organosol glei humus dan podsolik merah kuning. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis tanah di kawasan sekitar jalan tol Samarinda – Bontang, dapat dilihat pada Gambar 2.4.

2.2.4 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di kawasan sekitar jalan tol Samarinda – Bontang berdasarkan dari hasil interpretasi citra dan foto udara, penggunaan lahan yang

dominan adalah semak belukar dan rawa yang memiliki luas sebesar 2.153,73 Km2 atau 44,62 % dari luas wilayah keseluruhan, diurutan berikutnya

adalah lahan pertanian baik pertanian lahan basah maupun pertanian lahan

kering yang memiliki luas sebesar 492,80 Km2 atau 10,21% dari luas seluruh wilayah. Untuk lebih jelasanya mengenai penggunaan lahan dimasing-masing kecamatan di wilayah sekitar jalan tol, dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan

Gambar 2.5.

2.3 Kondisi Kependudukan dan Sosial Budaya

Jumlah penduduk yang berada di dua kota dan satu kabupaten yang dilewati oleh ruas jalan tol Samarinda – Bontang pada tahun 2010 berjumlah 1.497.863 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kota Samarinda

dengan 727.500 jiwa dan kepadatan penduduk 1.013 Jiwa/Km2, sedangkan

jumlah penduduk paling sedikit adalah Kota Bontang dengan 143.683 jiwa dan untuk kepadatan terendah berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, yaitu hanya 23 jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Table 2.4.

Gambar 2. 4. Peta Jenis Tanah

(7)

Ringkasan Eksekutif

| 7

Tabel 2. 3 Penggunaan Lahan Sekitar Jalan Tol Samarinda – Bontang Berdasarkan

Wilayah Administrasi Kecamatan Tahun 2011

Sumber : Interpretasi Citra 2011

Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Wilayah Kabupaten dan Kota yang dilalui Ruas Jalan Tol Samrinda – Bontang Tahun 2010

No Wilayah Luas Jumlah

Sumber : BPS Kabupaten Kukar, Kota Bontang dan Kota Samarinda * Data Kota Samarinda sebelum pemekaran kecamatan

2.3.1 Potensi Ekonomi Wilayah

Potensi ekonomi di wilayah sekitar jalan tol Samarinda – Bontang sangatlah beragam, jika dilihat dari administrasi wilayahnya, maka sesuai dengan nilai PDRB masing-masing kabupaten dan kota, maka dapat dilihat bahwa potensi ekonomi terbesar berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan produksi minyak dan gas nya, kemudian di Kota Bontang dengan sektor industri pengolahannya, kemudian Kota Samarinda dengan sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel. Khusus untuk sektor pertambangan batu bara, wilayah jalan

tol Samarinda – Bontang akan melalui kawasan potensial pertambangan batubara

seluas 858,30 Km2 dengan wilayah terluas berada di Kecamatan Marangkayu 364,63 Km2 atau lebih dari 42,48% dari luas seluruh kawasan tambang. Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan tambang di kawasan sekitar jalan tol, dapat dilihat pada Table 2.5 berikut.

Tabel 2. 5 Luasan Kawasan Tambang Batubara Sekitar Jalan Tol Samarinda – Bontang

No. Kecamatan Pertambangan Luas (Km2)

1 Kec. Anggana Batubara 73,70

2 Kec. Marangkayu Batubara 364,63

3 Kec. Muara Badak Batubara 190,64

4 Kec. Palaran Batubara 50,22

5 Kec. Samarinda Utara Batubara 139,20

6 Kec. Sambutan Batubara 39,70

7 Kec. Sungai Pinang Batubara 0,20

Jumlah Total 858,30

Sumber : Hasil Analisa 2012

Penggunaan Lahan Luas ( Km2) Persentase (%)

Awan 0,62 0,01

Bandara 0,41 0,01

Danau 8,14 0,17

Dermaga 0,05 0,00

Emplacement 2,94 0,06

Fasilitas Sosial Kota 1,31 0,03

Hutan 118,38 2,45

Hutan Kota 1,72 0,04

Hutan Lahan Kering Sekunder 4,65 0,10

Hutan Lindung 38,98 0,81

Hutan Mangrove Sekunder 607,59 12,59

Hutan Rawa Sekunder 7,78 0,16

Hutan Tanaman 99,83 2,07

Industri 5,95 0,12

Jalan 9,68 0,20

Kanal 0,26 0,01

Kebun Raya Samarinda 3,11 0,06

Kolam 0,18 0,00

Pelabuhan Khusus 0,02 0,00

Pelabuhan Umum 0,19 0,00

Pemerintahan 0,6 0,01

Perdagangan dan Jasa 5,33 0,11

Pergudangan 0,25 0,01

Perkebunan 85,15 1,76

Perluasan Bandara 2,82 0,06

Pertambangan 11,62 0,24

Pertanian Lahan Basah 46,1 0,96

Pertanian Lahan Kering 446,7 9,25

Perumahan 57,64 1,19

Rawa 7,51 0,16

RTH 13,84 0,29

RTH Olahraga 1,69 0,04

Rumput 0,29 0,01

Semak Belukar 1815,39 37,61

Semak/Belukar Rawa 338,36 7,01

(8)

Ringkasan Eksekutif

| 8

3.1 Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang

3.1.1 Tinjauan Kebijakan RTRW Provinsi Kalimantan Timur

3.1.1.1 Rencana Struktur Ruang Provinsi Kalimantan Timur

A. Arahan Sistem Perkotaan

Hirarki fungsional pusat-pusat pembentuk struktur ruang wilayah Provinsi Kalimantan Timur hingga tahun 2030 direncanakan sebagai berikut :

 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu pusat yang melayani seluruh

wilayah Provinsi Kalimantan Timur serta wilayah nasional dan internasional yang lebih luas. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN di Provinsi Kalimantan Timur adalah kawasan

perkotaan Balikpapan –Tenggarong–Samarinda – Bontang dan Kota

Tarakan.

 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), yaitu pusat yang melayani

wilayah strategis provinsi maupun Nasional, PKSN dibagi menjadi dua bagian yaitu PKSN yang akan dikembangkan pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua. Adapun yang termasuk dalam PKSN 5 tahun pertama adalah Nunukan (Kabupaten Nunukan) dan Simanggaris (Kabupaten Nunukan) dan PKSN 5 tahun kedua adalah Long Midang (Kabupaten Nunukan), Long Pahangai (Kabupaten Kutai Barat) dan Long Nawang (Kabupaten Malinau).

 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu kawasan perkotaan yang

diklasifikasikan sebagai PKW memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa kabupaten. PKW juga dibagi menjadi dua bagian yaitu PKW pada 5 tahun pertama dan PKW pada 5 tahun kedua. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW 5 tahun pertama di Provinsi Kalimantan Timur adalah Sangatta (Kabupaten Kutai Timur), Tanjung Redeb (Kabupaten Berau),dan Nunukan (Kabupaten Nunukan). Sedangkan kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW 5 tahun kedua adalah Tanah Grogot (Kabupaten Paser), Sendawar (Kutai Barat), Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), MalinauKota (Kabupaten Malinau), dan Tau Lumbis (Kabupaten Nunukan). Kota Penajam(Kabupaten Penajam Paser Utara)yang berada di sebelah Selatan Teluk Balikpapan dan berbatasan dengan Kota Balikpapan dan Kabupaten Paser, serta Kota Tidung Pale(Kabupaten Tana Tidung)di kawasan pesisir utara Provinsi Kalimantan Timur direncanakan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan (PKWp) sebagai wilayah yang dipacu pertumbuhannya.

 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditujukan untuk melayani satuan ruang yang

efektif sesuai dengan kemampuan dan potensi setempat (lokal) yang ada, terutama kawasan pedalaman, perdesaan, dan perbatasan. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Kalimantan Timur adalah:

- Long Ikis, Kuaro, Muara Komam, Batu Kajang, Long Kali (Kabupaten

Paser);

- Melak (Kabupaten Kutai Barat);

- Muara Badak, Muara Jawa, Kota Bangun, Kembang Janggut

(9)

Ringkasan Eksekutif

| 9

- Muara Bengkal, Muara Wahau, Sangkulirang (Kabupaten Kutai

Timur);

- Merancang, Tepian Buah, Tanjung Batu, Talisayan, Mangkajang,

Labanan (Kabupaten Berau);

- Long Pujungan, Mahak Baru (Kabupaten Malinau);

- Sekatak Buji, Tanah Kuning, Karang Agung, Bunyu Tengah, Long Bia

(Kabupaten Bulungan);

- Petung (Kabupaten Penajam Paser Utara); dan

- Sungai Nyamuk, Long Bawan, Long Layu, Atap, Mensalong,

Pembeliangan (Kabupaten Nunukan), dan Sesayap (Kabupaten Tana Tidung).

3.1.1.2 Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Timur

Dari daratan Provinsi

Kalimantan Timur seluas 19.844.117 Ha, kawasan lindung menempati sekitar 24,3% dari luas daratan provinsi dan 75,7% merupakan kawasan budidaya. Walaupun lahan potensial bagi kegiatan budidaya

berdasarkan kesesuaian lahan

mencakup hampir 80% dari luas daratan Provinsi Kalimantan Timur,

namun mempertimbangkan

kepentingan akan fungsi

perlindungan dan pelestarian

lingkungan, maka ketersediaan

lahan potensial tidak selalu

dimanfaatakan bagi kegiatan

budidaya dan pengembangan

kegiatan budidaya dilakukan

dengan tetap mempertahankan

fungsi perlindungan lingkungan

kawasan yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan lahan di Kalimantan Timur, rencana pola ruang di wilayah ini dapat dilihat pada Table 3.1 dan Gambar 3.1 di bawah ini:

Tabel 3. 1 Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Timur

Sumber : RTRW Provinsi Kalimantan Timur

(10)

Ringkasan Eksekutif

| 10

3.1.2 Tinjauan Kebijakan RTRW Kota Samarinda

3.1.2.1 Rencana Struktur Ruang Kota Samarinda

Rencana pengembangan pusat-pusat pelayanan dalam rangka pemerataan pembangunan wilayah Kota Samarinda adalah sebagai berikut :

Hirarki I dengan skala pelayanan regional dan kota di Pusat Kota;

Hirarki II dengan skala pelayanan bagian kota di Pusat PPK;

Hirarki III dengan skala pelayanan sub bagian kota di Pusat Sub PPK; dan

Hirarki IV dengan skala pelayanan lingkungan di Pusat Lingkungan.

Untuk lebih jelas mengenai Pembagian PPK dan Sub PPK Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Pembagian PPK dan Sub PPK Kota Samarinda

No. Kecamatan Luas Wilayah (km²)

Jumlah penduduk 2030

Jumlah PPK (Buah)

Jumlah Sub PPK

(Buah)

Unit Lingkungan

(PKL)

1. Palaran 221,29 45.571 1

2. Samarinda Ilir 17,18 62.600

3. Samarinda Seberang 12,49 42.294 1

4. Loa Janan Ilir 26,13 44.733 1

5. Sambutan 100,95 38.566 1

6. Sungai Kunjang 43,04 97.755 1

7. Samarinda Ulu 22,12 107.107 1

8. Samarinda Kota 11,12 33.273 1 1

9. Sungai Pinang 34,16 88.867 1

10. Samarinda Utara 229,52 71.881 1

Kota Samarinda 718 632.647 1 2 7

Sumber : RTRW Kota Samarinda

Untuk mengembangkan kota-kota di Kota Samarinda baik hirarki maupun fungsinya, maka diperlukan kebijaksanaan pengembangan menurut skala pelayanan, yaitu sebagai berikut :

1. Pengembangan Pusat Kota yang mempunyai pelayanan regional dan kota

2. Pengembangan Sub Pusat Pengembangan Kawasan (SPPK)

3. Pengembangan Unit Lingkungan

Untuk lebih jelasnya mengenai Struktur Ruang, Pengembangan Pusat-Pusat Pelayanan Kota Samarinda dan Fungsi Hinterland dapat dilihat pada

Gambar 3.2.

(11)

Ringkasan Eksekutif

| 11

3.1.2.2 Rencana Pola Ruang Kota Samarinda

A. Kawasan Lindung

Hutan Lindung

Hutan lindung Kota Samarinda berdasarkan hasil analisis kemampuan wilayah terdapat di 8 SPL, yaitu SPL 9, 10, 20, 23, 24 dan 28 seluas 16.195,57 Ha (23,02 %). Wilayah yang mempunyai kemiringan > 40 % dan sesuai dengan Inmendagri No. 8/1985, wilayah tersebut dijadikan kawasan hutan yang berfungsi lindung, yaitu di SPL 4, 10, 14, 20, 24, dan 28 yang mencapai luas 22.018,89 Ha (31,29 %).

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat yang mencakup sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau /waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau termasuk di dalamnya hutan kota.

Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas, yang merupakan habitat alami yang member perlindungan bagi perkembangan flora fauna yang khas dan beraneka ragam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka marga satwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.

Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana di Kota Samarinda adalah seringnya terjadi banjir. Banjir adalah genangan air yang lama tergenang dengan volume dan luasan yang besar. Kawasan rawan bencana banjir dan genangan ini sangat merugikan infrasutruktur, pertanian, dan sektor-sektor ekonomi lainnya

Penyebab terjadinya genangan di Kota Samarinda terutama dikarenakan kondisi fisik dasar dan aktivitas manusia.

B. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya terbagi atas dua bagian, yaitu kawasan budidaya hutan dan kawasan budidaya non-hutan. kawasan budidaya hutan meliputi kawasan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan konversi, dan APL (Areal Penggunaan Lain). Sedangkan kawasan budidaya non-hutan terbagi menjadi dua bagian lagi, yaitu pertanian dan non-pertanian, yang termasuk kedalam pertanian antara lain, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,

perkebunan, hutan rakyat, perikanan dan peternakan. Sedangkan kawasan non-pertanian diantaranya ada lah, pertambangan, permukiman, dan industri perdagangan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3

3.1.3 Tinjauan Kebijakan RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara

3.1.3.1 Rencana Sruktur Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara

A. Rencana Sistem Kegiatan

Pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang mengacu pada RTRWN dan RTRW Provinsi Kalimantan Timur menetapkan:

1. PKN berupa Kawasan Perkotaan Balikpapan – Tenggarong – Samarinda –

Bontang;

(12)

Ringkasan Eksekutif

| 12

2. PKL meliputi:

a) Perkotaan Kota Bangun;

b) Perkotaan Muara Badak;

c) Perkotaan Muara Jawa; dan

d) Perkotaan Kembang Janggut.

3. PKLp meliputi:

a) Perkotaan Samboja; dan

b) Perkotaan Tenggarong Seberang.

4. PPK meliputi:

a) Perkotaan Sanga – Sanga;

b) Perkotaan Loa Janan;

c) Perkotaan Loa Kulu;

d) Perkotaan Muara Muntai;

e) Perkotaan Muara Wis;

f) Perkotaan Sebulu;

g) Perkotaan Anggana;

h) Perkotaan Marang Kayu;

i) Perkotaan Muara Kaman;

j) Perkotaan Kenohan; dan

k) Perkotaan Tabang.

Untuk lebih jelas mengenai sistem dan fungsi Perkotaan di Kabupaten Kutai Karanegara dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.4 berikut.

3.1.3.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara

A.

Rencana Kawasan Lindung

Kawasan Hutan Lindung

Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Kutai Kartanegara seluas 210.330,90 Ha, dengan sebaran sebagai berikut:

1.

Kecamatan Kembang Janggut;

2.

Kecamatan Marang Kayu;

3.

Kecamatan Samboja; dan

4.

Kecamatan Tabang.

Kawasan Perlindungan Setempat

Menurut klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten, kawasan

perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, dan kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.

Tabel 3. 3 Sistem dan Fungsi Perkotaan di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara

No Pusat Kegiatan Lokasi Fungsi

1 PKN Perkotaan Balikpapan –

Tenggarong – Samarinda – Bontang

- Pusat pengolahan migas - Pusat pengolahan batubara - Pusat pemerintahan kabupaten - Pusat perdagangan regional

- Pusat koleksi dan distribusi barang regional - Pusat pengembangan perkebunan sawit dan

pengolahan hasil sawit

2 PKL Kota Bangun - Sebagai pusat pendukung kegiatan PKN

Tenggarong

Muara Badak - Sebagai pusat pendukung kegiatan PKSN Samarinda

Muara Jawa - Sebagai pusat pendukung kegiatan PKSN

Samarinda dan PKN Balikpapan

Kembang Janggut - Sebagai pusat pendukung kegiatan PKSN Long Pahangai

3 PKLp Samboja - Pusat pelayanan perkotaan

- Pusat transportasi regional dan lokal - Pusat pengembangan pertanian - Pusat pelayanan pariwisata, dan

- Pusat pelayanan industri dan jasa perdagangan terbatas

Tenggarong Seberang

4 PPK Sanga-Sanga - Pusat pelayanan perkotaan

- Pusat transportasi antar kecamatan dan/atau lokal kecamatan

- Pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian - Pusat kegiatan perikanan

(13)

Ringkasan Eksekutif

| 13

Kawasan lindung dalam lingkup wilayah Kabupaten Kutai Kartangara mencapai total luas 332.662,70 Ha atau 24 %, dan kawasan budidaya, yaitu 2.322.997,26 Ha atau 74 % sedangkan sisanya sebesar 70.650,04 Ha atau 2% merupakan tubuh air. Uraian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Gambar 3.5.

Tabel 3. 4 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

No Jenis Penggunaan Luas %

A Kawasan Lindung 332.662,70 12,20

1 Hutan Lindung 210.330,96

2 Cagar Alam 31.442,03

3 Taman Hutan Raya 52.461,64

4 Taman Nasional 38.428,08

B Kawasan Budidaya 2.322.997,26 85,21

1 Hutan Produksi 597.246,41

2 Hutan Produksi Terbatas 540.866,55

3 Hutan Produksi yg dpt Dikonversi 40.101,36

4 Pertanian Lahan Basah 12.763,63

5 Pertanian Lahan Kering 63.656,63

6 Kawasan Budidaya non Kehutanan 104.616,55

7 Kawasan Perkebunan 118.133,25

8 Tanaman Tahunan 317.347,95

9 Perikanan 20.293,10

10 Kawasan Pertambangan 436.460,61

11 Permukiman Perdesaan 49.049,49

12 Permukiman Perkotaan 22.461,74

C Tubuh Air 70.650,04 2,59

Luas Total 2.726.310,00 100,00

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara

3.1.4 Tinjauan Kebijakan RTRW Kota Bontang

3.1.4.1 Rencana Struktur Ruang Kota Bontang

Sistem Perwilayahan

Sistem perwilayahan adalah adalah organisasi wilayah pengembangan berupa Bagian Wilayah Kota yang selanjutnya disebut dengan BWK. Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota Bontang terdiri dari:

Selangkapnya fungsi dan struktur dan Pola ruang perwilayahan Kota Bontang dapat dilihat pada Tabel 3.6,Gambar 3.6. dan Gambar 3.7.

Gambar 3. 4 Peta Struktur Ruang

(14)

Ringkasan Eksekutif

| 14

Gambar 3. 5

Peta Pola Ruang Kabupaten Kutai Kertanegara

Tabel 3. 5 Fungsi Perwilayahan Kota Bontang

Bagian Wilayah Kota (BWK)

Pusat BWK Skala Pelayanan

Kegiatan Utama

Kegiatan Penunjang BWK I Bontang Baru Skala Regional

dan Kota

Perdagangan dan jasa Permukiman, Pariwisata, Pelabuhan, Kawasan Konservasi, Perikanan

BWK II Telihan Skala internasional, regional dan kota

Industri strategis kota, pelabuhan dan pergudangan

Permukiman, Pariwisata,Perikanan, Kawasan Militer, Kawasan Lindung/Konservasi, Alur Pelayaran

BWK III Bontang Lestari

Skala kota Pusat pemerintahan kota, industri polusi ringan, dan pusat kegiatan olahraga.

Perikanan, permukiman, pariwisata, kawasan lindung, alur pelayaran, perikanan dan bandara

Sumber: RTRW Kota Bontang

Gambar 3. 7 Peta Struktur Ruang

Kota Bontang

Gambar 3. 6 Peta Pola Ruang

(15)

Ringkasan Eksekutif

| 15

4.1 Konsep Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Dalam kaitannya dengan rencana tata ruang, ada tiga jenis pelanggaran/perubahan terhadap dokumen rencana tata ruang, yaitu:

1) Perubahan fungsi, yaitu perubahan yang tidak sesuai dengan fungsi lahan yang telah ditetapkan dalam rencana, yaitu fungsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

2) Perubahan blok peruntukan, yaitu pemanfaatan yang tidak sesuai dengan arahan peruntukan yang telah ditetapkan, yaitu perubahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) tiap blok. 3) Perubahan persyaratan teknis, yaitu pemanfaatan sesuai fungsi dan peruntukan,

tetapi persyaratan teknis bangunan tidak sesuai dengan ketentuan dalam rencana dan peraturan bangunan setempat, yaitu persyaratan teknis yang ditetapkan dalam rencana tapak kawasan dan perpetakan yang menyangkut tata letak dan tata bangunan beserta sarana lingkungan dan utilitas umum.

Dalam penyusunan peraturan zonasi, definisi dan klasifikasi penggunaan lahan yang jelas secara hukum sangat diperlukan untuk menjadi landasan utama dan sebagai acuan untuk menentukan apakah suatu permohonan pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang atau tidak. Klasifikasi penggunaan lahan yang jelas akan mempermudah menentukan apakah ijin dapat diberikan atau ditolak.

Mekanisme insentif dan disinsentif mengandung suatu pengaturan dan pengendalian pembangunan yang akomodatif terhadap setiap perubahan yang menunjang pembangunan/perkembangan kota /perkotaan /kawasan. Insentif dan disinsentif diharapkan disusun oleh masing-masing daerah sebagai perangkat pengendaliannya. Contoh mekanisme insentif dan disinsetif dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis Insentif dan Disinsentif

Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2012

Kelompok Perangkat/Mekanisme Insentif dan Disinsentif

Objek

Guna Lahan Pelayanan Umum Prasarana

Pengaturan/regulasi/ kebijaksanaan

Pengaturan hukum pemilikan lahan oleh private Pengaturan sertifikasi tanah

AMDAL

TDR

Pengaturan perizinan

Izin prinsip; izin usaha/tetap

Izin lokasi

Planning permit Izin gangguan

IMB

Izin penghunian bangunan (IPB)

Kekuasaan hukum untuk mengendalikan pelayanan umum oleh swasta

Three in one policy

AMDAL

Linkage

Development exaction

Ekonomi/Keuangan Pajak lahan/PBB

Pajak pengembangan lahan

Pajak balik nama/jual beli lahan

Retribusi perubahan guna lahan

User charge atas pelayanan umum

Subsidi untuk pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah atau swasta

User charge/tool for plan

Initial cost for land consolidation

Pemilikan/Pengadaan langsung oleh pemerintah

Penguasaan lahan oleh pemerintah

(16)

Ringkasan Eksekutif

| 16

Pengenaan sanksi dapat berbentuk vonis yang akan dikenakan kepada pelanggar dapat berupa sanksi administrasi, dan sanksi pidana yang akan disesuaikan dengan bentuk pelanggaran, motif pelanggaran dan waktu terjadinya pelanggaran (lihat Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Diagram Sanksi

Sumber : UUPR 26/2007

4.2 Prosedur Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang dan Pembangunan

4.4.1 Konsep Prosedur Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Dan Pembangunan

Prosedur dan pelaksanaan peraturan zonasi di sekitar jalan tol

Samarinda-Bontang diterapkan pada Pembangunan baru, Peremajaan lingkungan, dan

Perbaikan lingkungan. Pada kawasan yang telah terbangun terdapat beberapa alternative

pelaksanaan peraturan zonasi yaitu dikenakan secara langsung; dikenakan pada saat akan

melakukan rehabilitasi/ pembangunan kembali; atau diberi jangka waktu untuk

menyesuaikan dengan rencana.

Untuk lebih jelas mengenai prosedur pelaksanaan peraturan Zonasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2 Prosedur Pelaksanaan Peraturan Zonasi

PERATURAN ZONASI

Ketentuan diberlakukan secara langsung Sudah

Terbangun?

Akan direhabilitasi/ pembangunan kembali

oleh pemilik?

Ketentuan diberlakukan

Pemberian tenggang waktu untuk menyesuaikan dengan ketentuan yang

ditetapkan (mis. 5 tahun) Do Nothing

Sudah mengikuti ketentuan?

Berhenti Penertiban

Pengenaan denda progresif/

disinsentif Pembongkaran T

Y

Y

Y T

T

Pencabutan ijin

Sesuai Ketentuan ? Berhenti Y

T

4.4.2 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang

Perubahan pemanfaatan ruang dapat diajukan oleh Masyarakat yang terdiri dari kelompok masyarakat termasuk perorangan, badan hukum, maupun badan usaha; Pemerintah Kota/Kabupaten; Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota/Kabupaten.

Untuk lebih jelas mengenai prosedur teknis dan prosedur admnistrasi perubahan pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3.

(17)

Ringkasan Eksekutif

| 17

Tabel 4. 2 Contoh Prosedur Perubahan Pemanfaatan Lahan Kecil

No. Masukan Instansi Kewenangan Instansi

1. Permohonan perubahan pemanfaatan lahan khususnya yang berhubungan dengan perubahan intensitas < 10% dari ketentuan yang ada dalam rencana atau perubahan teknis lainnya yang dilengkapi dengan:

a. Surat ijin lokasi (kawasan besar).

b. Surat keterangan serba guna dari kec/kelurahan. c. Surat keterangan pemilikan

lahan.

d. Gambar rencana bangunan. e. Akte pelunasan PBB

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail /rinci

Pemeriksaan kelengkapan persyaratan pengajuan permohonan.

2. Pengambilan Keputusan Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Pengecekkan perubahan terhadap rencana detail/rinci yang telah ditetapkan dan mengambil keputusan untuk suatu permohonan perubahan. Untuk permohonan yang dinilai tidak memenuhi kriteria untuk diijinkan, permohonan langsung ditolak, sedangkan untuk permohonan yang diijinkan, instansi yang berwenang akan mengeluarkan ijin perubahan pemanfaatan lahan.

3. Penentuan tarif retribusi yang harus dibayar pemohon

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Menentukan besarnya tarif yang harus dibayar oleh pemohon. Melimpahkan berkas tagihan retribusi yang harus dibayar pemohon kepada instansi yang mengelola

keuangan/pendapatan daerah . 4. Pemohon yang tidak setuju

dengan besarnya tarif mengajukan evaluasi tarif

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Mengevaluasi besarnya tarif retribusi yang harus dibayar pemohon.

5. Pembayaran retribusi oleh pemohon

instansi yang mengelola keuangan/pendapatan daerah

Mengelola retribusi yang dibayar oleh pemohon.

6. Penerbitan ijin perubahan pemanfaatan lahan

Instansi yang berwenang dalam penetapan kebijakan tata ruang pada tingkatan detail/rinci

Mengeluarkan ijin perubahan pemanfaatan lahan yang baru. Namun ijin perubahan pemanfaatan lahan belum akan keluar sebelum tarif perubahan disepakati dan dibayar oleh pemohon.

7. Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan

Instansi yang berwenang dalam penetapan ketentuan teknis bangunan dan penggunaan bangunan

Mengeluarkan Ijin Mendirikan Bangunan yang baru,

Gambar 4.3 Prosedur Teknis Perubahan Pemanfaatan Ruang

Permohonan ijin pembangunan

Pemeriksaan kelengkapan persyaratan administrasi

Proses pelengkapan

Lengkap? Sesuai RTRW? Prosedur biasa

Pemeriksaan

(18)

Ringkasan Eksekutif

| 18

4.4.3 Konsep Prosedur Pengenaan /Penerapan Insentif Dan Disinsentif

Proses penilaian /penetapan suatu kegiatan dapat diberikan insentif dan disinsentif, yang diberikan dalam rencana tata ruang maupun pada saat ijin permohonan diajukan kepada pemerintah daerah. Prosedur pengenaan insentif dan disinsentif tersebut dilakukan dengan cara:

1. Hanya pemerintah daerah yang berhak memberikan insentif dan disinsentif.

2. Pemerintah daerah menetapkan kegiatan /pemanfaatan ruang yang akan diberikan insentif atau disinsetif pada suatu kawasan /wilayah tertentu, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan berdasarkan kriterian pengenaan insentif atau disinsentif yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya

3. Pemerintah menetapkan jenis insentif dan disinsentif pada jenis kegiatan /pemanfaatan ruang pada kawasan /wilayah tersebut di atas.

4. Pemerintah memberlakukan /menerapkan insentif dan disinsentif tersebut pada saat permohonan pembangunan diajukan baik oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun badan hukum.

Adapun yang dimaksud dengan insentif adalah merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;

b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

c. Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan /atau pemerintah daerah.

Sedangkan yang dimaksud dengan disinsentif adalah merupakan perangkat untuk mencegah,membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan /atau

b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

4.4.4 Konsep Prosedur Peran Serta Masyarakat

Bentuk peran serta masyarakat dalam menjalankan peraturan zonasi terdiri dari peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi dan peran serta masyarakat

dalam pengendalian pelaksanaan peraturan zonasi. Bentuk peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi dapat berupa:

a. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan Peraturan Zonasi.

b. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang dan program pembangunan termasuk pelaksanaan Peraturan Zonasi.

c. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang yang sesuai dengan Peraturan Zonasi.

d. Bantuan teknik dan pengolahan dalam pemanfaatan ruang; dan /atau

e. Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Sedangkan bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian pelaksanaan peraturan zonasi adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala kota, kecamatan dan kawasan, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan dimaksud dan /atau sumberdaya tanah, air, udara dan sumberdaya lainnya.

b. Memberikan masukan /laporan tentang masalah yang berkaitan dengan perubahan /penyimpangan pemanfaatan ruang dari peraturan zonasi yang telah disepakati

c. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban

pemanfaatan ruang.

Tata cara peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi ini disesuaikan dengan sifat jangka waktu pelaksanaan proses peran serta masyarakat yang terdiri dari:

a. Bersifat periodik, jangka menengah, dapat dibuat panitia khusus yang sifatnya ad-hoc atau tidak permanen. Panitia khusus ini dibentuk untuk lingkup perencanaan RTRW Kota /Kabupaten, RDTR maupun RTRK /RTBL.

b. Bersifat sepanjang waktu atau sewaktu-waktu karena berbasis pada kasus-kasus yang terjadi dapat dibentuk komite perencanaan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi khusus di bidang perencanaan kota dan bersifat independen serta mempunyai kewenangan legal formal untuk menindaklanjuti persoalan-persoalan penataan ruang.

(19)

Ringkasan Eksekutif

| 19

Gambar 4.4 Proses Peran Serta Masyarakat dalam Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Zonasi

Sumber: Panduan Konsep Dasar Penyusunan Peraturan Zonasi

Gambar 4. 5 Proses Peran Serta Masyarakat dalam Penertiban Pelaksanaan Peraturan Zonasi

Sumber: Panduan Konsep Dasar Penyusunan Peraturan Zonasi

5.1 Pemanfaatan Ruang Kawasan Tol Samarinda – Bontang

Secara umum pola pemanfaatan ruang dibagi kedalam dua pemanfaatan utama yaitu pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola pemanfaatan ruang yang dikembangkan di sekitar jalan tol Samarinda-Bontang dengan melihat rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/kota di Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang di wilayah kecamatan perencanaan yang dibatasi di wilayah sekitar 300 m dikedua sisinya sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam deliniasi kawasan yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai pola ruang wilayah kecamatan perencanaan di kedua sisi sekitar jalan tol Samarinda-Bontang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

Untuk lebih jelas lihat Tabel 5.1 tentang kriteria pengembangan Kawasan Lindung.

Penyimpangan Peraturan Zonasi

Pemikiran, pertimbangan, dan usulan sanksi

Pemberian sanksi:

Administrasi.

Perdata. Menerima Sanksi

Menentukan bentuk Sanksi Pelaku

Pembangunan

Lembaga Pengambil Keputusan dalam Penataan Ruang Masyarakat dan Lembaga Pemberi Rekomendasi Pelaku

Pembangunan

Lembaga Pengambil Keputusan dalam Penataan Ruang

Masyarakat

Pemanfaatan Pemantauan Pelaksanaan

Informasi dan laporan perubahan/penyi

mpa-ngan pemanfaatan Penelitian

(evaluasi) terhadap laporan

penyimpangan

Lembaga Pengambil Keputusan dan

Rekomendasi dalam Penataan

(20)

Ringkasan Eksekutif

| 20

Tabel 5.1 Kriteria Pengembangan Kawasan Lindung

ZONA TUJUAN PEMBENTUKAN KRITERIA

 Memelihara dan mewujudkan

kelestarian fungsi hutan lindung dan memberikan perlindungan kawasan dibawahnya serta mencegah timbulnya kerusakan hutan

 Meningkatkan fungsi hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa

 Terjaga dan terwujudnya kelestarian fungsi hutan lindung dan melindungi kawasan dibawahnya serta tidak adanya kerusakan hutan

 Meningkatnya fungsi hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa Kawasan

perlindungan setempat

Meresapkan air hujan sehingga dapat menjadi tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air

terserapnya air hujan sehingga menjadi tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air Sumber : hasil Analisis Tahun 2012

Untuk kawasan budidaya pengembangan yang akan dikembangkan berupa pemanfaatan lahan perumahan; pertanian yang meliputi perkebunan, perikanan; hutan produksi, dan pertambangan serta ruang terbuka hijau. Pengembangan kawasan budidaya ini diatur berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini (lihat Tabel 5.2) :

Tabel 5.2 Kriteria Pengembangan Kawasan Budidaya

ZONA TUJUAN PEMBENTUKAN KRITERIA

Permukiman  Menyediakan lahan untuk

pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi di seluruh wilayah kabupaten/kota di sekitar jalan tol;

 Mengakomodasi perumahan dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat;

 Merefleksikan pola-pola

pengembangan yang diingini masyarakat pada lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang

 kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk perumahan yang aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha;

 didukung oleh aksesibilitas yang baik serta ketersediaan prasarana dan sarana penunjang seperti rumah sakit, sekolah, pasar, fasilitas sosial dan fasilitas umum, dsb;

 penyediaan lahan untuk pembuatan jalan kendaraan dengan pergerakan lambat yang menunjang kegiatan perumahan.

Pertanian  Zona yang ditujukan untuk menghasilkan bahan pangan, perkebunan, perikanan untuk keperluan masyarakat, industry dan ekspor

 Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;

 Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

 kegiatan pertanian tanaman, perkebunan serta perikanan harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya;

 Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan;

 secara ekonomi mudah dikembangkan

ZONA TUJUAN PEMBENTUKAN KRITERIA

Hutan produksi

 Zona yang ditujukan untuk menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan masyarakat, industri, dan ekspor.

 Zona yang ditujukan untuk mencegah erosi dan banjir, menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah serta sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati

 Zona yang dapat menampung air hujan di dalam tanah, Mencegah intrusi air laut yang asin, serta menjadi pengatur tata air tanah.

 Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapang, jenis tanah, curah hujan sesuai dengan jenis kawasan hutan produksi

 Keadaan fisik areal hutan dimungkinkan untuk dilakukan eksploitasi secara ekonomis

 Lokasinya secara ekonomi mudah dikembangkan sebagai hutan produksi

 Hutan Produksi dapat berupa areal kosong/tidak bertegakan hutan, namun dapat dikembangkan sebagai hutan produksi

 Penetapan sebagai hutan produksi tidak merugikan segi ekologi/ lingkungan hidup

Pertambangan  Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi; bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;

 Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;

 Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat;

 Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL;

 Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;

 Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor.

RTH  Zona yang ditujukan untuk

mempertahankan/ melindungi lahan untuk rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan untuk dinikmati nilai-nilai keindahan visualnya;

 Preservasi dan perlindungan lahan yang secara lingkungan hidup rawan / sensitif;

 Diberlakukan pada lahan yang penggunaan utamanya adalah taman atau ruang terbuka, atau lahan perorangan yang pembangunannya harus dibatasi untuk menerapkan kebijakan ruang terbuka, serta melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik.

 Disesuaikan skalanya

 merupakan lahan cadangan untuk perkembangan selanjutnya

 Total kawasan ini minimal 30% dari total luas kawasan

(21)

Ringkasan Eksekutif

| 21

5.1.1 Klasifikasi Zonasi

Tujuan dari penyusunan klasifikasi zonasi adalah untuk menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu wilayah perkotaan serta menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya. Dasar pertimbangan klasifikasi zona ini disusun sesuai dengan kondisi daerah dan rencana pengembangannya dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada pada pedoman penyusunan

Zoning Regulation yang disusun berdasarkan:

a. Kajian literatur studi-studi yang pernah dilakukan, ketentuan normatif (peraturan-perundangan), dan kajian perbandingan dari berbagai contoh; 2. Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku

(standar Dept. PU);

3. Menambahkan/melengkapi klasifikasi zonasi pada pedoman yang dirujuk dengan mempertimbangkan:

a. Hirarki klasifikasi zonasi yang dipilih sebagai dasar pengaturan (untuk kawasan budidaya di wilayah sekitar jalan tol yang merujuk pada RTRW Kabupaten/Kota dianjurkan sekurang-kurangnya hirarki 3)

b. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan Zonasinya (kajian/ pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan ke dalam klasifikasi zona.

c. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya. d. Jenis zonasi yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan

Zonasinya.

e. Hirarki, merujuk pada RTRW Kabupaten/Kota di sekitar jalan tol Samarinda-Bontang.

4. Menghapuskan zonasi yang tidak terdapat di daerah dari Lampiran yang dirujuk.

Selain pertimbangan yang telah dijabarkan diatas terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan sekitar jalan Tol Samarinda-Bontang. Dalam penentuan klasifikasi zona juga didasarkan pada ketentuan peraturan perundangan-undangan yang ada yang mengatur mengenai klasifikasi kawasan. Peraturan tersebut antara lain meliputi :

 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

 Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;  Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk

Penataan Ruang Wilayah, beserta revisi yang telah terhadapnya.

Klasifikasi zona (peruntukan lahan) di kawasan sekitar jalan Tol Samarinda-Bontang disusun berdasarkan hasil identifikasi tata guna lahan di kawasan sekitar jalan Tol Samarinda-Bontang. Klasifikasi zona tersusun atas tiga hierarki utama, yaitu:

Zona Dasar adalah zona berdasarkan peruntukan dasar bagi lahan yang masih mempunyai sifat asli peruntukannya, zona dasar ini berada pada hierarki 1 dan 2;

Zona Spesifik adalah zona dasar yang telah dikembangkan sifat asli peruntukannya sehingga menjadi lebih bervariasi peruntukannya serta mempunyai keleluasaan dan keterbatasan dalam pengembangannya, zona spesifik ini berada pada hierarki 3;

Zona Prospektif adalah zona spesifik yang dimungkinkan akan berkembang dan prospektif dikembangkan pada zona yang telah ditetapkan serta sudah mempunyai peraturan-peraturan teknis untuk keleluasaan dan pembatasan pemanfaatan ruangnya, zona prospektif ini berada pada hierarki 4 dan 5.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai diatas serta mengacu pada pertimbangan-pertimbangan yang ada maka disusunlah klasifikasi pemanfaatan zona seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.3.

5.1.2 Daftar Kegiatan

Daftar kegiatan adalah suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang ada, mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang ditetapkan.

Pemanfaatan ruang dalam peraturan zonasi ini mengacu pada sistem kegiatan yang berkembang dalam sebuah penggunaan lahan.Pemanfaatan ruang adalah semua aktifitas dan atau fungsi yang mungkin terjadi dalam sebuah penggunaan lahan hirarki 3 yang dijabarkan hingga kedalaman hirarki 4 dan hirarki 5. Pemanfaatan ini didapatkan dari RTRW Kabupaten dan Kota yang berada di sekitar jalan tol Samarinda-Bontang serta dari data survey mengenai semua penggunaan lahan yang ada di kawasan perencanaan kawasan sekitar jalan tol Samarinda-Bontang ditambah dengan kegiatan yang mungkin atau prospektif dikembangkan pada zona yang ditetapkan.

(22)

Ringkasan Eksekutif

| 22

Tabel 5.3 Klasifikasi Zona pada Kawasan sekitar Jalan Tol Samarinda-Bontang

Zona Dasar Zona Spesifik Zona Prospektif

Zona Hirarki 1 Zona Hirarki 2 Zona Hirarki 3 Zona Hirarki 4 Zona Hirarki 5

L Kawasan Lindung LB Kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawahannya

LB-1 Hutan lindung

LB-2 Resapan Air/ Resapan Dangkal LS Kawasan perlindungan setempat LS-1 Sempadan Sungai

LS-2 Kawasan sekitar danau/waduk

B Kawasan Budidaya BP Kawasan Permukiman BPK Permukiman Perkotaan BPK I Perumahan BPK I-1 Perumahan Tunggal

BPK I-2 Perumahan Kopel

BPK I-3 Perumahan Deret

BPK I-4 Rumah Kampung

BPK II Komersial BPK II-1 Komersial Tunggal

BPK II-2 Komersial Deret

BPK III Fasilitas Pelayanan BPK III-1 Pendidikan

BPK III-2 Kesehatan

BPK III-3 Peribadatan

BPK III-4 Olahraga

BPK III-5 Sarana Utilitas (Persampahan: TPS, Listrik: Gardu, Komunikasi: Telpon Umum, Air Bersih: MCK)

BPD Permukiman Perdesaan BPD I Perumahan Perdesaan BPD I-1 Perumahan Rakyat

BPD I-2 Villa

BPD I-3 Perumahan perdesaan

kepadatan rendah

BPD II Komersial BPD II-1 Komersial tunggal

BPD II-2 Komersial deret

BPD III Fasilitas Pelayanan BPD III-1 Pendidikan

BPD III-2 Kesehatan

BPD III-3 Peribadatan

BPD III-4 Olahraga

BPD III-5 Sarana Utilitas (Persampahan: TPS, Listrik: Gardu, Komunikasi: Telpon Umum, Air Bersih: PDAM)

BH Kawasan Hutan BH-1 Kawasan hutan yang dapat

dikonversi

BH-2 Kawasan hutan rakyat

BT Kawasan Pertanian BT-1 Kawasan pertanian lahan basah

BT-2 Kawasan pertanian lahan kering BT-3 Kawasan tanaman tahunan/

perkebunan BT-4 Kawasan perikanan

BB Kawasan Pertambangan BB-1 Golongan bahan galian strategis

(A)

BR RTH BR-1 RTH

(23)

Ringkasan Eksekutif

| 23

Tabel 5.4. Daftar Kegiatan di Sekitar Jalan Tol Samarinda-Bontang

Kategori Sub Kategori

Permukiman - Rumah Tunggal

- Rumah Kopel - Rumah Deret

- Rumah Kampung (Tradisional) - Asrama

2. Jenis Barang yang Diperdagangkan - Bahan bangunan dan perkakas - Makanan dan Minuman - Peralatan Rumah - Tangga

- Barang kelontong dan kebutuhan sehari-hari - Alat-alat dan bahan farmasi

- Pakaian dan aksesoris - Peralatan dan pasokan pertanian - Tanaman

- Kendaraan bermotor Jasa Umum

- SPBU

- Penyediaan ruang pertemuan - Travel dan pengiriman barang - Pemasaran property - Perkantoran/ bisnis lainnya Hiburan/Rekreasi Fasilitas Pelayanan Pendidikan

- TK - SD/MI - SLTP/MTS

- SMU/MA/SMAK

Kategori Sub Kategori

- Akademi/Perguruan Tinggi - Tempat bermain lingkungan - Tempat bermainlokal - Taman

- Lapangan olahraga - Gedung olahraga Bina Sosial

- Gedung pertemuan lingkungan - Gedung serba guna - Gedung pertemuankota - Balai pertemuan dan pameran - Pusat informasi

- Pusat Transmisi/Pemancar Jaringan

Hutan - Hutan Produksi yang dapat dikonversi

- Hutan Rakyat

Pertambangan - Pertambangan strategis (A)

RTH - Jalur hijau dan pulau jalan

- Pekarangan/ tegalan/ semak belukar/ tanah kosong - Sempadan/penyangga

(24)

Ringkasan Eksekutif

| 24

5.1.3 Penetapan /Deliniasi Blok Peruntukkan

Blok peruntukan adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota).

Penetapan Deliniasi blok peruntukkan disusun berdasarkan rencana struktur dan rencana pemanfaatan ruang yang hendak dikembangkan dan kondisi fisik dan guna lahan eksisting serta kaidah-kaidah kartografi. Berdasarkan hasil analisis yang meliputi pengembangan struktur ruang kawasan, kondisi di lapangan dan RTRW Kabupaten dan Kota serta panjang jalan tol maka pembagian blok peruntukkan pada kawasan sekitar jalan tol Samarinda-Bontang dibagi atas 3 (tiga) blok peruntukkan dan 90 (Sembilan puluh) sub blok dengan total blok pemanfaatan seluas kurang lebih 5.205,17 Ha.

Zonasi pada masing-masing blok tersebut dapat dilihat dengan lebih detil lagi pada uraian berikut (Lihat Tabel 5.5 dan Gambar 5.1).

1.

Blok A, dengan luas kurang lebih1,732.83Ha, terdiri dari 31 Subblok;

2.

Blok B, dengan luas kurang lebih 1,799.69Ha, terdiri dari 30 Subblok;

3.

Blok C, dengan luas kurang lebih 1,672.65Ha, terdiri dari 29 Subblok.

Tabel 5.5 Rencana Zonasi Blok Sekitar Jalan Tol Samarinda-Bontang

No Blok Zona Kode Luas (Ha) Persentase

Zona Permukiman Permukiman Perdesaan

BPD 55.31 3.19

Permukiman Perkotaan BPK 15.19 0.88

Zona Hutan Hutan Rakyat BH-2 86.66 5.00

Zona Pertanian Pertanian Lahan Basah BT-1 19.96 1.15

Pertanian Lahan Kering BT-2 101.94 5.88

Kawasan Perkebunan BT-3 792.65 45.74

Perikanan BT-4 0.34 0.02

No Blok Zona Kode Luas (Ha) Persentase (%)

Zona Pertambangan Pertambangan BB-1 2.30 0.13

Zona RTH RTH BR-1 573.04 33.07

Jumlah A 1,732.83 100.00

2 B

Zona Pertanian Pertanian Lahan Basah BT-1 17.64 0.98

Pertanian Lahan Kering BT-2 408.03 22.67

Kawasan Perkebunan BT-3 1,276.36 70.92

Perikanan BT-4 0.22 0.01

Zona Permukiman Permukiman Perdesaan

BPD 80.72 4.49

Permukiman Perkotaan BPK 16.71 0.93

Jumlah B 1,799.69 100.00

Zona Permukiman Permukiman Perdesaan

BPD 200.23 11.97

Permukiman Perkotaan BPK 30.72 1.84

Zona Hutan Hutan Produksi yg dpt Dikonversi

BH-1 165.43 9.89

Zona Pertanian Pertanian Lahan Basah BT-1 8.77 0.52

Pertanian Lahan Kering BT-2 187.76 11.23

Kawasan Perkebunan BT-3 366.60 21.92

Jumlah C 1,672.65 100.00

TOTAL (A+B+C) 5,205.17

Sumber : hasil Analisis Tahun 2012

5.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Sekitar Tol Samarinda – Bontang 5.2.1 Teks Zonasi (Zoning Text)

5.1.1.1 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan

(25)

Ringkasan Eksekutif

| 25

Tabel 5.6 Deskripsi Indikator Pemanfaatan Ruang

Simbol Deskripsi

I

Pemanfaatan diizinkan, karena sesuai dengan peruntukan tanahnya, yang berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah kabupaten.

T

Pemanfaatan diizinkan secara terbatas atau dibatasi. Pembatasan dapat dengan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya baik yang tercakup dalam ketentuan ini maupun ditentukan kemudian oleh pemerintah kabupaten.

B

Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat. Izin ini diperlukan untuk penggunaan-penggunaan yang memiliki potensi dampak penting pembangunan di sekitarnya pada area yang luas. Izin penggunaan bersyarat ini berupa AMDAL, RKL, dan RPL.

- Pemanfaatan yang tidak diizinkan

5.2.2 Peta Zonasi (Zoning Map)

Peta zonasi adalah peta yang berisi kode zonasi di atas blok dan subblok yang telah dideliniasi sebelumnya. Pada sub bab sebelumnya telah diuraikan mengenai pembagian blok, dimana kawasan sekitar jalan tol Samarinda-Bontang terdapat 3 blok yaitu:

1. Blok A, terdiri dari 31 Subblok;

2. Blok B, terdiri dari 30 Subblok;

3. Blok C, terdiri dari 29 Subblok.

Untuk lebih jelasnya mengenai peta zonasi masing-masing subblok dapat dilihat pada Lampiran 2.

(26)

Ringkasan Eksekutif

| 26

Tabel 5.7 Ketentuan Pemanfaatan Ruang di Sekitar Kawasan Jalan Tol Samarinda - Bontang

NO ZONA/SUB ZONA

Zona Perlindungan Dibawahnya

Zona Perlindungan

Setempat Zona Permukiman Zona Hutan Zona Pertanian

Zona

8 Peralatan dan pasokan

pertanian - - - - B B - - - - - - - -

9 Tanaman - - - - - B - - - - - - - -

10 Kendaraan bermotor - - - - - - - - - - - - - -

11 Travel dan pengiriman

barang - - - - T T - - - - - - - -

12 Perkantoran/ bisnis

(27)

Ringkasan Eksekutif

| 27

NO ZONA/SUB ZONA

Zona Perlindungan Dibawahnya

Zona Perlindungan

Setempat Zona Permukiman Zona Hutan Zona Pertanian

Zona

1 Gedung pertemuan

(28)

Ringkasan Eksekutif

| 28

NO ZONA/SUB ZONA

Zona Perlindungan Dibawahnya

Zona Perlindungan

Setempat Zona Permukiman Zona Hutan Zona Pertanian

Zona

1 Hutan Produksi yang

dapat dikonversi - - - - - - I T - - - - - -

1 Pertambangan strategis

(A) B B B B B B B B B B B B I B

Gambar

Gambar 1. 1
Gambar 2. 1  Konsepsi Deliniasi
Tabel 2. 1                                                                                                                                   tepi sungai atau muara sungai
Gambar 2. 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui metode kooperatif tipe BIDAK pada siswa kelas VII SMPN 2 Ngadirojo Pacitan” merupakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pelayanan pengobatan sesuai aturan perundangan yang dilakukan oleh dokter PPK-I (dokter keluarga

Pelestarian bahasa Minang ragam keseharian dapat dilakukan dengan cara penggunaan dan pengajaran yang sistematis dan pelestarian bahasa Minang ragam khusus dapat

Diagnosis ini dapat juga ditegakkan pada penderita yang belum kronik, tetapi episode serangannya lebih dari 7 hari atau dengan serangan nyeri kepala lebih dari 15

Dalam melatih peserta didik untuk selalu menghayati nila-nilai Pendidikan Agama Islam biasanya dilakukan dengan cara yang simpati, memotivasi, dengan lemah lembut,

Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, sekolah mengupayakan pemenuhan kebutuhan dan harapan siswa, guru dan orang tua siswa; kedua, dalam mewujudkan mutu pendidikan,

Religious Culture pesantren tidak hanya di dapat dalam proses belajar mengajar di kelas saja, melainkan juga dalam totalitas kegiatan dan kehidupan santri selama 24

Menurut Widodo (2015: 244), “Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik