KISI-KISI UJIAN HUKUM PIDANA Pengertian Hukum Pidana adalah
Menurut Mezger – Sudarto Yaitu :
Aturan hukum yang mengikat kepada suatu perbutaan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana.
Unsur-unsur Hukum Pidana
Menentukan perbuatan yang dilarang disertai dengan sanksi
Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar dapat
dikenakan sanksi pidana
Menentukan cara bagaiman sanksi itu dapat dikenakan
Pengaturan Hukum Pidana – KUHP Buku I : Ketentuan Umum
(ps 1-psl103 ) Pasal 103 Ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku I juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain.
Buku II : Kejahatan (psl 104-488) Buku II : Pelanggaran (psl 489-569) Hukum Pidana Materil adalah
Adalah hukum pidana yang berisikan peraturan tentang :
Perbuatan yang dapat diancam dengan hukuman. Mis: mengambil milik orang
lain atau dengan sengaja merampas nyawa orang lain.
Siapa yang dapat dihukum
Hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap orang yang melanggar
Hukum Pidana materiil merupakan perbuatan yang bertentang dengan UU, dgn kata lain Hukum yang mengatur tentang apa, siapa, bagaimana dan apa hukumannya.
Hukum Pidana Formil adalah
Sejumlah peraturan yang mengatur cara bagaimana negara mempergunakan haknya dan tindakan apa yang dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan hukum pidana materil dan bagaimana untuk melakukan hukuman itu.
Dan apa hubungannya :
( Kalau sudah tahu apa salah yang dilakukan sipelaku pidana apa hukumanya maka bagaimana cara proses hukumannya).
Asas-asas dalam Hukum Pidana adalah :
a. Asas Legalitas atau Nullum delictum Nulla Poena Sine Prae Lege Peonale (Psl 1 ayat 1 KUHP )
Yaitu : dalam menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam peraturan bukan hanya macam pidana yang diancamkan. Orang yang melakukan perbuatan yang dilarang tadi telah mengetahui pidana apa yang
dijatuhkan kepadanya jika nanti ia melakukan perbuatan itu. b. Asas Territorialitet ( Psl 2 ayat 3 KUHP)
c. Asas Nasional Pasif (psl 4 KUHP)
Ketentuan Pidana dalam UU Indonesia berlaku bagi siapa saja yang
melakukan perbuatan yang dapat dihukum diluar negeri, seperti pemalsuan uang, pemalsuan surat-surat berharga dll.
d. Asas Nasional aktif /asas Personalitet (psl 5 KUHP )
Ketentuan pidana dalam UU di Indonesia berlaku bagi org indonesia meskipun melakukan tindak pidana di luar negeri.
e. Asas Universal ( psl 4 ayat 4 KUHP )
UU pidana Indonesia jg diperlukan terhadap perbuatan-perbuatan kejahatan yg bersifat merugikan keselamatan internasional yang terjadi dalam daerah yang tidak bertuan seperti lautan terbuka atau daerah kutub.
Sanksi- sanksi dalam Hukum Pidana adalah :
a. Mati b. Penjata
c. Kurungan d. Denda
Jenis penafsiran:
1. Penafsiran autentik : berdasarkan uu
2. penafsiran dramatikal : digunakan dalam bahasa sehari” 3. penafsiran sistematis (pasal 338-53) : berdasarkan dengan
membunyikan pasal yang 1 dengan yang lain
4. penafsiran histories : berdasarkan sejarah
5. penafsiran theology: didasarkan oleh pembuat uu 6. penasiran ekstensif : mempersempit kata dari uu
7. penafsiran analogi : dengan mencari kesamaan dalam kata” 8. penafsiran kontrario: penafsiran lingkaran
9. penafsiran reskritif: memperluas maksud dari kata”
Apa jenis-jenis Delik adalah :
a. Delik Kejahatan adalah tindak pidana yang tergolong berat dan merugikan terhadap orang lain atau pihak lain. Ex. Penipuan, penganiayaan dll
b. Delik Pelanggaran adalah tindak pidana yang tergolong ringan dan belum tentu menimbulkan kerugian bagi orang lain. ex. Pelangaran aturan lalu lintas. Tujuan hukum pidana
-untuk melindungi kepentingan orang-perorang, kepentingan masyarakat dan negara dengan berimbang yang serasi dari tindakan jahat seseorang dengan tindakan
penguasa yang sewenang-wenang.
menurut Wirjono Projodikoro : tujuan hukum pidanan adalah untuk memenuhi rasa keadilan.
2. Penjara (sementara waktu atau seumur hidup) 3. Kurungan
4. Denda (UU No. 1/1960, dikonversi: dikali 15) 5. Tutupan (UU No.20/1946)
b. Hukuman Tambahan:
1. Pencabutan beberapa hak tertentu 2. Perampasan barang tertentu 3. pengumuman keputusan hakim
perbuatan pidana adalah “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut”,
tindak pidana dengan arti “suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana”. indak pidana dengan arti “suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana”.
jenis delik
Pembagian Tindak Pidana (Jenis Delik Delik) )a) DelikMateriil & DelikFormil 1. delik formal , adalah kejahatan itu selesai kalau perbuatan sebagai mana di rurmuskan dalam peraturan pidana itu telah dilakukan
2. delik materil, yang dilarang oleh UU ialah akibatnyab) DelikKomisi& DelikOmisi 1. delicta commissionis, pelanggaran terhadap larangan yang diadakan oleh UU 2. delicta ommissionis, pelanggaran terhadap keharusan yang diadakan oleh UU c) DelikDolus& DelikCulpa
1. delik yang dilakukan dengan sengaja (dolus) 2. delik yang dilakukan dengan kelalaian (culpa) d) DelikTunggal & DelikBerangkai
1. kejahatan yang berdiri sendiri 2. kejahatan yang dijalankan terus
e) DelikSederhana& DelikBerkualifikasi; DelikBerprivilege 1. kejahatan bersahaja
2. kejahatan tersusun
f) DelikSelesai& Delikygditeruskan
g) DelikBiasa& DelikAduan 1. delik pengaduan
2. delik commune (tdk membutuhkan pengaduan) h) DelikPolitik& DelikKomun(umum)& DelikPropia 1. delik politik
Kejahatan yang ditujukan pada keamanan Negara atau kepala Negara langsung atau tidak langsung
2. delik umum (commune delict)
Kejahatan yang dapat dilakukan oleh setiap orang 3. delik khusus
kejahatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu
Batas berlakunya hukum pidana meurut tempat ini dikenal ada 4(empat) macam asas yaitu sebagai berikut:
1.Asas teritorial /wilayah
Dasar hukumnya : diatur dalam pasal 2 tang menyatakan sebagai
berikut :”aturan pidana dalam perundang-udangan berlaku terhadap setiap orang yang melakukan tindak pidana didalam wilayah indonesia.
2.Asas personaliti (personaliteit-beginsel)
Berlakunya hukum pidana menurut asas ini adalah bergantung atau mengikuti
subyekhukum atau orangnya,yakni warga negara dimana pun keberadaannya.jadi UU pidana indonesia berlaku terhadap warga negaranya dimanapun diluar wilayah indonesia.
3.Asas perlindungan atau asas nasional pasif.
Berlakunya hukum pidana menurut asas ini berdasarkan kepentigan hukum yag dilidumgi dari suatu negara yang dilanggar diluar wilayah indonesia. Kepentingan hukum yang dilindungi ini bukan berdasarkan pada kepentingan hukum pribadi,tetapi pada kepentigan hukum negara dan bangsa atau kepentingan nasional dari negara indonesia.Asas ini bertumpu pada kepentingan nasional diatas kepentingan individu/pribadi.
Dasar hukumya :
#. diatur dalam pasal 4 ke 1 : kejahatan terhadap keamanan negara.
#. diatur dalam pasal 4 ke 2 : kejahatan terhadap mata uang / materai/ merk yang dikeluarkan oleh pemerintah.
#. Pasal 8 jg masuk kedalam ketentuan mengenai asas perlindungan disampig masuk pula dalam asas persoaliteit (memperluas berlakunya pasal 3 KUHP yang berkaitan degan extradisi)
4.Asas universal atau asas persamaan.
Asas ini bertumpu pada kepenttigan hukum penduduk duia atau bangsa-bangsa dunia.berdasarkan kepentigan hukum yang lebih luas
,bahwa asas ini berlakunya hukum pidana tidak dibatasi oleh tempat /wilayah dan bagi orang tertentu,tetapi berlaku bagi siapapun.
Dasar hukumnya:
a. Diatur dalam pasal 4 ke 2 : kejahatan terhadap mata uang. b. Diatur dalam pasal 4 ke 4 : bajak laut (piracy)
batas mid
Alasan penghapus pidana ( strafuitsluitingsground ) diartikan sebagai keadaan khusus ( yang harus dikemukakan, tetapi tidak perlu dibuktikan oleh terdakwa ) yang jika dipenuhi menyebabkan – meskipun terhadap semua unsur tertulis dari rumusan delik telah dipenuhi – tidak dapat dijatuhkan pidana ( Nico Keijer, 1990 : 1 ). Alasan penghapus pidana dikenal baik dalam KUHP, doktrin mapun yurisprudensi.
Dalam ilmu hukum pidana alasan penghapus pidana dibedakan dalam ( Sudarto, 87 : 138 ) :
1.alasan penghapus pidana umum
adalah alasan penghapus pidana yang berlaku umum untuk setiap tindak pidana dan disebut dalam pasal 44, 48 – 51 KUHP
2.alasan penghapus pidana khusus
adalah alasan penghapus pidana yang berlaku hanya untuk tindak pidana tertentu. Misalnya pasal 122, 221 ayat (2), 261, 310, dan 367 ayat (1) KUHP
ALASAN PEMAAF
Digunakan bila tindak pidana yang didakwakan telah terbukti dan tidak ada alasan pembenar. Alasan pemaaf terdiri dari :
1)Alasan pemaaf dalam KUHP a)Tidak mampu bertanggungjawab
Yakni mereka yang cacat jiwanya, baik disebabkan oleh gangguan psikis maupun gangguan fisik. Walaupun hakim tidak menjatuhkan pidana Karena jiwanya cacat, namun hakim dapat menetapkan terdakwa dirawat di rumah sakit.
b)daya paksa
daya paksa ini merupakan daya paksa psikis yang berasal dari luar dari si pelaku dan daya paksa tersebut lebih kuat dari padanya. Asas subsidiaritas dan proporsionalitas harus diperhatikan dan dipenuhi.
c)Pembelaan terpaksa yang melampaui batas
goncangan jiwa yang hebat yang disebabkan oleh serangan atau ancaman serangan yang melawan hukum. Harus ada hubungan kausal antara serangan atau ancaman serangan dengan kegoncangan jiwa.
d)Menjalankan perintah jabatan yang tidak sah
Perintah berasal dari penguasa yang tidak berwenang, namun pelaku menganggap bahwa perintah tersebut berasal dari penguasa yang berwenang. Pelaku dapat dimaafkan jika pelaku melaksanakan perintah tersebut dengan itikad baik, mengira bahwa perintah tersebut sah dan masih berada dalam lingkingan pekerjaannya. 2)Alasan pembenar di luar KUHP
a)Hak mendidik orang tua
Dalam mendidik anak dan murid mungkin saja orang tua, wali, atau guru melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum, namun apabila perbuatan tersebut dilakukan dalam keadaan tertentu dan dilaksanakan secara mendidik dan terbatas, maka perbuatan tersebut dapat dibenarkan.
b)Hak jabatan dokter ( gigi )
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang dokter akan melakukan suatu perbuatan yang dalam keadaan lain merupakan tindak pidana, perbuatan tersebut dibenarkan apabila dilakukan untuk mengobati penyakit dan bukan untuk menganiaya.
c)Izin dari orang yang dirugikan
Suatu perbuatan yang melanggar ketentuan hukum tertentu hilang sifat melawan hukumnya bila ada izin dari orang yang dirugikan.
d)Mewakili urusan orang lain
Suatu perbuatan yang melawan hukum dapat dibenarkan bila dilakukan untuk
mewakili urusan orang lain dalam rangka melindungi kepentingan hukum yang lebih besar.
e)Tidak adanya siat melawan hukum materiil
Alasan pembenar ini mengalami perkembangan yang pesat dalam ilmu hukum pidana baik melalui doktrin maupun yurisprudensi. Dalam doktrin alasan pembenar ini sejalan dengan ajaran sifat melawan hukum materiil, yang kemudian banyak
digunakan oleh para hakim dalam memutuskan suatu perkara. Ajaran sifat melawan hukum yang berfungsi sebagai alasan pembenar adalah ajaran sifat melawan hukum negatif.