• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan Laporan Minapolitan Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendahuluan Laporan Minapolitan Di Indonesia"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULU

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-undang No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Undang- undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka terjadilah perubahan gradual

dalam konsep pembangunan nasional. Perubahan paradigma

pembangunan ini setidaknya terlihat dari aspek perencanaan, aspek pengelolaan sumber daya, dan aspek kelembagaannya. Dalam aspek perencanaan, telah terjadi perubahan pendekatan dari top-down menjadi bottom-up. Hal ini

berarti bahwa pembangunan nasional harus tetap dalam kerangka

Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan dan memanfaatkan potensi sumber daya secara optimal. Dengan demikian, daerah akan memutuskan pola dan bentuk kawasan yang akan dikembangkan dengan produk unggulan potensi

pembangunan dari sentralistik ke desentralistik tersebut di

atas, akan memberikan implikasi bahwa Pemerintah Daerah harus

(2)

PENDAHULU AN

Laporan Akhir

Masterplan Pengembangan Kawasan Minapolitan Kambitin

BAB 1 -2

Pemerintah Pusat yang

semula bersifat sektoral secara bertahap beralih ke Pemerintah

Daerah, khususnya Kabupaten/Kota, sehingga kelembagaan lokal dalam pembangunan ekonomi daerah akan semakin penting dan diakui keberadaannya.

Dalam rangka memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada khususnya yang

terkait dengan pengembangan perikanan dalam

(3)

pendekatan melalui produk yaitu perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya (Minapolitan). Konsepsi mengenai pengembangan kawasan perikanan budidaya dalam penataan ruang lebih diarahkan kepada bagaimana memberikan arahan pengelolaan tata ruang suatu wilayah perikanan, khususnya kawasan sentra produksi perikanan nasional dan daerah. Perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya (minapolitan) merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan lahan / potensi yang ada dalarn mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan dan penataan ruang perikanan dipedesaan. Pengelolaan ruang perikanan budidaya adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan perikanan dan usaha-usaha berbasis perikanan lainnya dalarn skala nasional, sedangkan pengelolaan ruang kawasan sentra produksi perikanan nasional dan daerah.

Perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya (minapolitan) merupakan

suatu upaya untuk memanfaatkan lahan/potensi yang ada dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan dan penataan ruang perikanan dipedesaan. Pengelolaan ruang perikanan budidaya adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan perikanan dan usaha-usaha berbasis perikanan lainnya dalam skala nasional, sedangkan pengelolaan ruang kawasan sentra produksi perikanan nasional dan daerah merupakan arah kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang bagi peruntukan perikanan secara umum. pengembangan kawasan perikanan budidaya (Minapolitan);

(4)

perikanan budidaya;

(5)

4. Tersusunnya struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan sentra perikanan budidaya

1.2.2. Sasaran

1. Berkembangnya kawasan perikanan budidaya

2. Terumuskannya kebijakan perencanaan tata ruang kawasan sentra perikanan budidaya;

3. Tersusunnya konsep perencanaan ruang kawasan sentra perikanan budidaya yang diwujudkan dalam struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan Minapolitan;

4. Tersusunnya kerangka dasar dalam penyusunan sistem jaringan infrastuktur yang

mendukung pengembangan kawasan sentra perikanan budidaya.

1.3. Pedoman Umum Kawasan Minapolitan

Konsep kawasan adalah wilayah yang berbasis pada

keanekaragarnan fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sarna lain secara fungsional dalarn mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kawasan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh clan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.

Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi

perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan, evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra perikanan.

(6)
(7)

perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang dinamis.

Adapun kriteria yang dijadikan acuan dalam perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya (Minapolitan) adalah: 1.3.1. Kriteria

Umum:

 Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus

memanfaatkan potensi yang sesuai untuk peningkatan

kegiatan produksi dan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup

 Wilayah yang susdah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya

dengan indikasi geografis dilarah untuk dialih fungsikan

 Kagiatan Perikanan skala besar atau intensif harus memiliki

Amdal

 Kegiatan perikanan skala besar harus diupayakan

menyerap tenaga kerja setempat

 Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan

berdasarkan kesesuaian lahan dan RTRW 1.3.2. Kriteria

Khusus

 Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan

pertumbuhan daerah

 Memiliki sector unggulan yang mampu mendorong kegiatan

ekonomi sector lain dalam kawasan itu sendiri maupun kawasan sekitarnya

 Memiliki keterkaitan ke depan (daerah pemasaran

produk-produk yang dihasilkan) maupun ke belakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah pendukung

 Memiliki kemampuan untuk memelihara sumberdaya alam

sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat

(8)

Lebih Ianjut, selain tujuan-tujuan tersebut diatas, dipandang dari segi kepentingan daerah, pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk mencapai hal-hal berikut:

(9)

b. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat sekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanan;

c. Meningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kawasan; d. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan

berusaha dan pendapatan Negara serta pendapatan masyarakat; e. Mendorong clan mempercepat pengembangan wilayah demi

mencapai kemajuan serta kemandirian daerah.

Suatu kawasan sentra perikanan budidaya yang sudah berkembang harus nmemiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut di dominasi oleh kegiatan perikanan budidaya dalam suatu sistem yang utuh dan terintegrasi mulai dari:

a. Subsistem minabisnis hulu (up stream minabusiness) yang mencakup: penelitian dan pengembangan, sarana perikanan, pemodalan, dan lain-lain;

b. Subsistem usaha perikanan budidaya (on farm minabusiness) yang mencakup usaha: pembenihan ikan, pembesaran ikan daD penyediaan sarana perikanan budidaya;

c. Subsistem minabinis hilir (down stream minabusiness) yang meliputi: industri- industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor,

d. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi minabisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah. 2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang bersifat timbale batik dan saling membutuhkan, dimana kawasan perikanan budidaya di pedesaan mengembangkan usaha budi daya (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan antara lain: modal, teknologi, informasi, peralatan perikanan dan lain sebagainya;

(10)
(11)

ekspor), perdagangan minabisnis hulu (sarana perikanan dan permodalan), minawisata dan jasa pelayanan;

4. Infrastruktur yang ada dikawasan diusahakan tidak jauh berbeda dengan di kota.

DESA KOTA KECIL KOTA BESAR/OUTLET

Gambar 1.1. Kedudukan Kawasan Minapolitan Dalam Keterkaitan Kota - Desa - Pasar

(12)

1.4. Konsep Penataan Ruang Kawasan Minapolitan berbasis Manusia Petani Sebagai

Sentrum

Tata Ruang Minapolitan hendaknya justru menyambung dan memperkuat jalinan- jalinan yang telah terbentuk. Tatanan baru harus memperkuat dan mengembangkan kebanggan lokal yang telah dimiliki. Esensinya adalah bagaimana membawa agenda urbanism ke wilayah pikir dan fisik ruang perdesaan, terdapat 8 proposisi dalam rumusan minapolitan ;

a. Merubah daerah pedesaan dengan memperkenalkan unsur-unsur gaya hidup kota

b. Memperluas hubungan sosial di pedesaan sampai keluar batas-batas desa, sehingga terbentuk suatu ruang sosio-ekonomi dan politik yang lebih luas, atau agropolitan disctrict.

c. Memperkecil keretakan sosial (social dislocation) dalam proses pembangunan, memelihara kesatuan keluarga, memperteguh rasa aman, dan memberi kepuasan pribadi dan sosial dalam membangun suatu masyarakat baru.

d. Memadukan kegiatan-kegiatan perikanan dan non perikanan didalam lingkungan masyarakat yang sama dalam kerangka memperbanyak kesempatan kerja yang produktif

e. Pengembangan sumberdaya manusia dan alam untuk peningkatan hasil perikanan, pengendalian tata air, pekerjaan umum, jasa-jasa, dan industri yang berkaitan dengan perikanan.

f. Merangkai minapolitan district menjadi jaringan regional.

g. Menyusun suatu pemerintahan dan perencanaan yang mampu memberikan wewenang kepada minapolitan district untuk mengambil keputusannya sendiri.

h. Menyediakan sumber-sumber keuangan untuk

membangun minapolitan.

(13)

diperlukan untuk menyangga atau mendukung pola dan struktur ruang yang dimaksud.

1) Tata Sosial Minapolitan, yang pada hakekatnya memberikan perlindungan kepada tata

(14)

aktor-aktor yang berasal dari luar region. Tata sosial ini juga berkaitan erat dengan tata kepemilikan lahan pertanian/ perikanan, tata produksi, dan tata pemasaran. Tata agropolitan hendaknya tidak menciptakan tata sosial baru yang asik bagi masyarakat lokal, sehingga membuka kemungkinan terpentalnya masyarakat lokal dari wilayahnya sendiri. 2) Tata Ekonomi Minapolitan, memberikan perlindungan dan

ketentuan mengenai skala ekonomi dan kegiatan-kegiatan ekonomi yang harus dikembangkan, yang boleh dikembangakan, dan yang tidak boleh dikembangkan (agar tata ekonomi masyarakat lokal tidak rusak).

3) Tata Fisik - Spasial Minapolitan, merupakan upaya penguatan dan pengembangan tata

ruang dan infrastruktur yang diperlukan untuk menganyam serta memperkuat tata sosial, tata ekonomi, dan tata sumberdaya pertanian/ perikanan yang ada. Tatanan ruang dan fisik ini juga berkaitan dengan tata kepemilikan lahan pertanian dan mekanisme pengawasan pembangunan.

4) Tata Sumberdaya Pertanian / Perikanan Agropolitan/ Minapolitan, memberikan ketentuan dan perlindungan mengenai sebaran ruang dari tiap-tiap komoditas pertanian/ perikanan serta ketentuan teknis-ekologis yang disyaratkan.

5) Tata Institusi Minapolitan, memberikan perlindungan dan ketentuan mengenai

penguatan-penguatan mekanisme hubungan institusional (horisontal

dan vertikal) antara lembaga-lembaga adat, organisasi

kemasyarakatan, lembaga-lembaga pemerintah, dan para pemanku kepentingan yang lain, dengan fokus perhatian pada tata kegiatan agropolitan (tata produksi-tata pemasaran) yang berpihak dan mengarah pada perlindungan dan penguatan petani lokal.

(15)
(16)

1.5. Tahapan Penyusunan Master Plan Kawasan Minapolitan Budidaya Perikanan

Proses dan Mekanisme penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perikanan meliputi tahapan- tahapan berikut:

1.5.1. Inventarisasi

Inventarisasi dalam penyusunan rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya (minapolitan) terdiri dari 3 kegiatan;

a. Persiapan

Dalam tahapan persiapan dilakukan beberapa kegiatan yang akan menunjang kelancaran penyusunan rencana kawasan perikanan budidaya, yaitu :

1. Menyusun kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR) termasuk di dalamnya agenda pelaksanaan dan tenaga ahli yang diperlukan;

2. Membentuk tim pelaksanayang terdiri dari tim pengarah, tim teknis dan tim supervisi;

3. Menyiapkan kelengkapan administrasi; 4. Menyiapkan pengadaan jasa konsultansi;

5. Menyusun program kerja dan tim ahli apabila akan dilakukan secara swakelola;

6. Persiapan teknis, antara lain meliputi perumusan substansi secara garis besar, penyiapan checklist data dan kuesioner, penyiapan metode pendekatan dan peralatan yang diperlukan;

7. Perkiraan biaya penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan. b. Penyesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana pengembangan kawasan merupakan turunan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dalam hat pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan dimana kegiatan ini hanya dapat dilaksanakan di kawasan yang memiliki peruntukan sebagai kawasan budidaya:

1. Kelengkapan data;

2. Metodologi yang digunakan;

(17)
(18)

7. Aspek legalitas;

8. Prosespenyusunan rencana.

c. Pengumpulan Data dan Informasi

Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal wilayah dan kecenderungan perkembangannya. Data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah secara umum mencakup:

1. Data dan peta kebijaksanaan pembangunan; 2. Data dan peta kondisi social ekonomi;

3. Data dan peta sumber daya alarn; 4. Data sumber daya manusia;

5. Data dan peta infrastruktur; 6. Data danpeta penggunaan lahan; 7. Data pembiayaan pembangunan; 8. Data kelembagaan

1.5.2. Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan penyusunan rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya terbagi ke dalam 3 tahapan yaitu:

a. Analisis

Pembangunan Kawasan tidak lain adalah usaha untuk

mengembangkan dan meningkatkan saling ketergantungan dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system), manusia atau masyarakat (social system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya alam (ecosystem) yang ada didalarnnya. Kawasan menurut Tom Edward MN (1999) adalah unit geografis dengan batas-batas tertentu yang bagian-bagiannya saling tergantung satu saran lain secara fungsional yang dikembangkan dalarn bentuk pembangunan ekonomi, sosial, budaya, maupun hankarn secara berimbang dan berkesinambungan.

(19)

1. Analisis kebijakan clan strategi pengembangan kabupaten kota; 2. Analisis regional;

3. Analisis ekonomi clan sektor unggulan; 4. Analisis sumber daya alarn;

5. Analisis sumber daya manusia; 6. Analisis infrastruktur;

7. Analisis penggunaan lahan;

8. Analisis pembiayaan pembangunan; 9. Analisis kelembagaan.

b. Perumusan Konsep Pengembangan Kawasan

Perumusan konsep pengembangan kawasan perikanan budidaya diawali dengan identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Identifikasi potensi clan masalah pemanfaatan ruang tidak hanya mencakup perhatian pada masa sekarang namunjuga potensi clan masalah yang akan terjadi di masa depan. Identifikasi dari potensi clan masalah tersebut membutuhkan terjalinnya komunikasi antara perencana dengan masyarakat yang akan dipengaruhi oleh rencana.

Langkah berikutnya adalah perumusan tujuan pemanfaatan ruang kawasan perikanan. Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang harus mencerminkan visi dari masyarakat setempat. Selanjutnya, dilakukan perumusan strategi dan kebijakan tata ruang. Rumusan konsep rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya yang dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:10.000 mencakup:

1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang;

2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung clan Kawasan Budidaya;

3. Rencana Sistem Prasarana Transportasi, Telekomunikasi, Energi, Pengairan, dan Pengelolaan Lingkungan;

4. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, dan Sumber daya alarn Lainnya;

(20)

c.

Kelembagaa n

Bentuk-bentuk kelembagaan yang terlibat dalam proses penyusunan rencana pengembangan kawasan perikanan dapat berbeda antara satu kawasan dengan kawasan lainnya sesuai dengan ciri, kondisi, dan kebutuhan Kawasan serta seiring dengan penerapan Otonomi Daerah. Walaupun demikian, kelembagaan penataan ruang yang melibatkan berbagai pihak tersebut secara umum dapat dikelompokkan sebagai lembaga formal pemerintahan, lembaga fungsional, dan organisasi kemasyarakatan.

1. Lembaga Formal Pemerintahan Unit yang diberikan tanggung jawab utama atas penataan ruang di daerah pada umumnya adalah lembaga yang ditunjuk oleh Bupati yang biasanya berada di Bappeda, Dinas yang menanggani Perikanan, Dinas PU/Kimpraswil atau Dinas Tata Ruang. 2. Lembaga Fungsional Dalam penyusunan rencana pengembangan kawasan, perlu dibentuk

tim adhoc yang mempunyai tugas memberikan araban terhadap pihak yang menyusun rencana pengembangan kawasan clan sekaligus sebagai penanggungjawab substansi rencana. Tim ini umumnya melibatkan unsur-unsur dari pemerintah yang terdiri Bappeda, Dinas PU / Kimpraswil / Tata Ruang, BPN, BKPMD, perguruan tinggi, dan instansi terkait lainnya.

(21)
(22)

1.5.3. Finalisasi

Finalisasi Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan Kambitin terdiri dari 3 kegiatan yaitu:

1. Legalisasi Rencana Pengembangan Kawasan

Penetapan rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya (Minapolitan) oleh Kepala Daerah. Langkah awal dari proses penetapan

rencana pengembangan kawasan perikanan dimulai dengan

mempresentasikan konsep akhir masterplan pengembangan kawasan minapolitan oleh tim penyusun untuk dibahas sebagai ketetapan Kepala Daerah. Selanjutnya, konsep rencana tata ruang yang telah disempurnakan ditetapkan sebagai suatu Ketetapan Kepala Daerah:

2. Pelaporan

Pelaporan penyusunan rencana pengembangan kawasan perikanan secara bertahap terdiri dari:

a. Laporan Pendahuluan;

b. Laporan Antara (Draft Akhir);

c. Laporan Akhir Pengembangan Kawasan Minapolitan Kambitin

1.6. SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR MASTERPLAN

PENGEMBANGAN MINAPOLTAN BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar dan penjelasan terhadap pelaksanaan kegiatan atau adanya pekerjaan ini, meliputi :

1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Dan Sasaran

1.3. Pedoman Umum Kawasan Minapolitan

1.4. Konsep Penataan Ruang Kawasan Minapolitan Berbasis Manusia Petani Sebagai

Sentru m

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN DAN KAWASAN PENGEMBANGAN

(23)

Pengembangan Kawasan, yang meliputi : 2.1. Kabupaten Tabalong

(24)

BAB 3 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN KAMBITIN

Bab ini menjelaskan kebijakan pemerintah daerah dalam hal

pembangunan wilayah dan pengembangan kawasan Minapolitan, meliputi :

3.1. Visi dan Misi Daerah Kabupaten Tabalong 3.2. Strategi Pembangunan Daerah

3.3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 3.4. Arahan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan

3.5. Rencana Pengembangan Buntago

3.6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong 3.7. Kebijakan Bidang Perikanan

3.8. Kebijakan Bidang Pengairan

BAB 4 GAMBARAN PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN

Bab ini menjelaskan komoditas dan sektor unggulan di wilayah kawasan pengembangan

Minapolitan Kambitin, yang meliputi : 4.1. Kegiatan Budidaya Perikanan

4.2. Kegiatan Mina Padi Dan Mina Unggas 4.3. Kegiatan Sektor Ikutan

4.4. Agribisnis

BAB 5 PERMINTAAN DAN PASAR KOMODITAS

Bab ini menjelaskan permintaan konsumen dan rantai pemasaran komoditas perikanan di wilayah Kabupaten Tabalong dan khususnya wilayah Kambitin.

BAB 6 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Bab ini menjelaskan perencanaan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung peningkatan pengembangan kawasan Minapolitan Kambitin, meliputi :

6.1. SumberDaya Manusia

6.2. Peningkatan SDM Bidang Pembenihan 6.3. Teknologi Budidaya

(25)

6.5. Manajemen Usaha Dan Pemasaran

(26)

Bab ini menjelaskan strategi pengembangan wilayah dan pemetaan kawasan untuk tata ruang wilayah pengembangan kawasan Minapolitan Kambitin, meliputi :

7.1. Sistem Pusat Kegiatan Kawasan

7.2. Sistem Zonasi Pengembangan Kawasan Lindung Dan Budidaya

7.3. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan

7.4. Arahan Pemanfaatan Lahan Budidaya

7.5. Pengelolaan Dan Pemanfaatan SumberDaya Air

BAB 8 INFRASTRUKTUR DAN PRASARANA SARANA KAWASAN

Bab ini menjelaskan perencanaan pengembangan dan peningkatan infrastruktur dan prasarana sarana kawasan pengembangan Minapolitan Kambitin, meliputi :

Gambar

Gambar 1.1. Kedudukan Kawasan Minapolitan Dalam Keterkaitan Kota - Desa - Pasar

Referensi

Dokumen terkait

Indomobil Sukses Internasional Tbk Lampiran 8: Model ARMA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Lampiran 9: Correlogram ARMA. Lampiran 10:

(6) Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf f, merupakan usaha yang menyediakan pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh EPS, DPR, struktur modal, profitabilitas, inflasi, suku bunga dan kurs terhadap return saham perusahaan

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

Kita ketahui bahwa dua buah vektor dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut vektor resultan. Secara logika kita dapat menganggap setiap vektor

pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan, diantaranya perubahan kelas dalam mengajar dikarenakan status guru yang bersangkutan. Keterbatasan ini menyebabkan praktikan

Kelompok ini pada bulan Januari 2017 mengalami deflasi sebesar 0,58 persen dengan andil inflasi sebesar -0,04 persen atau terjadi penurunan indeks dari 119,33 pada bulan Desember

Obyek penelitian adalah variabel yang diteliti yang terdapat dalam tema penelitian Pengaruh Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial Terhadap Pajak