• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelas SM MPX 1 Semester V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelas SM MPX 1 Semester V"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Kelas SM-MPX 1 / Semester V

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya 2015-2016

SE.MS.CP.M

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...……...2

DAFTAR ISI………...……3

BAGIAN I : 1.1Isu dan Fenomena Penting……….……….5

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 Hipotesis ...6

1.4 Tujuan Penelitian……….….……...….7

1.5 Manfaat Penelitian………..………..……7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...8

BAGIAN II : 2.1 Tinjauan Teori ...9

2.2 Konsep atau Konstruk Penelitian ...17

2.3 Variabel Penelitian………..………...…...…..23

2.4 Proses kerangka Berpikir...30

2.5 Model Analisis………..……….33

(3)

3.1 Hasil Analisis Penelitian………...38

3.2 Hasil Pembahasan Penelitian……….41

3.4 Kesimpulan Penelitian………..45

3.5 Rekomendasi atau Saran Penelitian………..47

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Analisis Jurnal Perilaku Konsumen tentang “Relevansi dan Pengukuran Religiusitas terhadap Perilaku Konsumen ” Analisa Jurnal ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Perilaku Konsumen. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth :

1. Dr. Heru Suprihadi SE.MS.CP.M selaku Dosen pembimbing Perilaku Konsumen

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan jurnal ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari Dosen mata kuliah Perilaku Konsumen guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan dating.

Surabaya,22 Oktober 2015

Hormat kami,

(5)

BAGIAN I

Penelitan Perilaku Konsumen

Relevansi dan Pengukuran Religiusitas terhadap Perilaku Konsumen

Safiek Mokhlis - 2009

1.1 Isu-isu atau fenomena-fenomena penting :

1 Agama memiliki peran dalam mempengaruhi kesadaran belanjan dan kesadaran harga dalam proses keputusan belanja

2 Agama berkaitan erat dengan pembentukan prilaku konsumen dalam kehidupannya karena adanya sebuah nilai yang menjadi pegangan hidup dan aturan yaitu mengenai baik dan buruk suatu hal,adanya pembatasan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu ,seks pranikah yang dilarang,masalah pernikahan,eritual pernikahan dan norma sebagai pembeda antara agama sebagai kepercayaan saja dan agama sebagai faktor derteminasi utama dalam menentukan siapa mereka.

3 Agama diklaim sebagai suatu pedoman hidup karena ada di dalam hidup kita

(6)

1.2Rumusan Masalah penelitian

1. Apakah kesadaran belanja dan kesadaran harga dipengaruhi oleh agama/religiusitas?

2. Apakah prilaku konsumen dalam orientasi belanja di dibentuk oleh agama atau religiusitas?

3. Jika iya kesadaran belanja dan kesadaran harga konsumen memang dipengaruhi agama,maka sampai sejauh mana agama/religiusitas berperan besar dalam mempengaruhi proses keputusan tujuan belanja konsumen dalam model/pola prilaku konsumen

1.4 Hipotesis Penelitian

(7)

2 Terhadap nilai agama di sebut kepercayaan atau iman, telah memberikan dampak besar secara budaya dan sosial, agama sering kali di asosiasikan sebagai sebuah pelatihan penting dalam peran kehidupan masyarakat dalam transisi kehidupan pengalaman hidup orang-orang dan norma adalah sub budaya yang mencerminkan determinasi kenapa norma tersebut diterapkan sehinggan gambaran prilaku masyarakat tercemin dengan jelas.

1.5 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya peran faktor agama terhadap perilaku konsumen. Pada dasarnya perilaku dan sikap makhluk sosial dipengaruhi oleh aspek budaya , setidaknya adanya Religiusitas atau aspek agama yang timbul dan berakar dari lingkungan hidup mereka. Adanya dampak agama pada perilaku konsumsi dapat dikaitkan dalam literatur pemasaran.

1.6 Manfaat penelitian

(8)

bertujuan untuk menguji pengaruh religiusitas pada satu aspek dari perilaku konsumen - orientasi belanja. Temuan menunjukkan bahwa tiga faktor orientasi belanja, yaitu kualitas kesadaran, belanja impulsif dan kesadaran harga yang terkait dengan religiusitas.

1.7 Ruang lingkup penelitian

1. Perilaku konsumen

2. Afiliasi keagamaan

Adanya agama sebagai unsur budaya telah menerima literatur dalam pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh religiusitas tingkat seseorang dalam beragama yang dapat mempengaruhi pola budaya dalam menentukan pola perilaku konsumsi seseorang sebagai penentu orientasi belanja terhadap perilaku konsumen. Terdapat 3 faktor orientasi belanja yaitu, adanya keinginan belanja, kesadaran harga yang terkait dengan religiusitas dan orientasi belanja.

Umumnya adanya nilai-nilai budaya sebagai faktor penting dalam menentukan perilaku konsumsi seseorang. Ketertarikan konsumen terhadap masalah religius yang berhubungan empiris dengan semakin baiknya perilaku konsumen terhadap kesadaran spiritualnya.

(9)

dalam pembelajaran, berasumsi dasar, faktor kebiasaan dan pemikiran yang tradisional.

(10)

2.1

Tinjauan Teori dalam Penelitian

1.1 Menurut Ilmuwan mengidentifikasi sedikitnya ada 3 istilah : (1) kekuatan supernatural yang harus dikendalikan; (2)sebuah perasaan yang timbul dalam individu yang memikirkan kekuasaan tersebut; dan (3) tindakan ritual yang dilakukan sehubungan dengan kekuasaan (Wulff, 1997).

Sebutan ini telah melanggar persetujuan ilmiah sosial dengan demikian "sulit untuk membuat [mengenai agama] generalisasi yang berlaku secara universal" (Peterson, 2001, hal. 6). Akibatnya, teori yang berbeda dan definisi agama sering digunakan dalam literatur. Antara lain, agama telah didefinisikan sebagai:

"Sebuah keyakinan pada Tuhan disertai dengan komitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip yang diyakini ditetapkan oleh Allah".

(McDaniel & Burnett, 1990, hal. 110) "Satu set bersama sosial keyakinan, ide dan tindakan yang berhubungan dengan kenyataan yang tidak dapat diverifikasi secara empiris namun

diyakini mempengaruhi jalannya peristiwa alam dan manusia ".

(Terpstra & David, 1991, hal. 73) "Sistem terorganisir keyakinan, praktek, ritual dan simbol-simbol yang dirancang (a) untuk memfasilitasi kedekatan dengan sakral atau

(11)

kebenaran / realitas), dan (b) untuk mendorong pemahaman tentang hubungan seseorang dan

tanggung jawab kepada orang lain di hidup bersama dalam komunitas ".

(Koenig, McCullough & Larson, 2000, hal. 18) "Sebuah pengaturan sosial yang dirancang untuk menyediakan bersama, cara kolektif berurusan dengan yang tidak diketahui dan un-diketahui

aspek kehidupan manusia, dengan misteri kehidupan, kematian dan dilema yang berbeda yang muncul dalam proses pembuatan keputusan moral ".

(Johnson, 2000, p. 259) "Sebuah subsistem budaya yang mengacu pada suatu sistem terpadu dari keyakinan dan praktik relatif terhadap realitas tertinggi sakral atau dewa". (Arnould, Harga & Zikhan, 2004, hal. 517-518)

"Sebuah sistem keyakinan tentang dunia supranatural dan spiritual, tentang Tuhan, dan tentang bagaimana manusia, sebagai makhluk Tuhan, seharusnya berperilaku di bumi ini".

(Sheth & Mittal, 2004, hal. 65) Sebuah pengawasan dari berbagai definisi mengungkapkan inkonsistensi yang mendasari pemahaman dan persepsi

(12)

penggunaan biasa istilah; (2) arti bingung kiri untuk istilah dari sejarahnya; dan (3) perbedaan jelas dalam tujuan ilmiah dan pendekatan untuk definisi agama. Dengan demikian, karena agama mungkin tidak didefinisikan secara umum, "harus didefinisikan untuk setiap pengaturan penelitian" (Wilkes, Burnett & Howell, 1986, hal. 48).

Mengukur Religiusitas

Religiusitas telah dikonseptualisasikan sebagai konstruk unidimensional dengan kehadiran di gereja dan denominasi menjadi ukuran utama (Bergan, 2001).

(13)

menyamakan hadir lebih besar dari ibadah di jemaat dan peningkatan komitmen keagamaan. Seseorang dapat menghadiri shalat berjamaah karena beberapa alasan, misalnya, untuk menghindari isolasi sosial, untuk menyenangkan rekan-rekan mereka, atau dapat menjadi bentuk tindakan bergengsi untuk mendominasi atas orang lain. Jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka yang tinggi dalam praktek keagamaan yang tinggi religiusitas karena praktek ini bisa menjadi tindakan rutin lebih dari renungan.

(14)

dirancang oleh peneliti sesuai tujuan penelitian mereka. Dengan demikian, isi dan jumlah dimensi agama bervariasi dan tergantung pada sifat penelitian, tujuan dan konteks.

Wilkes dkk. (1986) berpendapat bahwa penggunaan pengukuran multi-item religiusitas memberikan pemahaman yang lebih baik dari sifat sejati dan "mungkin mencapai validitas tinggi pada biaya tidak praktis belaka untuk hampir semua riset konsumen" (hal. 49). Dalam studi mereka, dimensi religiusitas konstruk dinilai dengan empat item: frekuensi kehadiran di gereja, kepercayaan nilai-nilai agama, pentingnya nilai-nilai agama dan keagamaan yang dirasakan sendiri.

McDaniel dan Burnett (1990) memulai suatu pendekatan alternatif untuk mengukur religiusitas untuk penelitian konsumen dengan komitmen keagamaan operasionalisasi dalam hal langkah-langkah kognitif dan perilaku religiusitas. Dimensi kognitif, didefinisikan sebagai "sejauh mana seorang individu memegang keyakinan agama" (. McDaniel & Burnett, 1990, p 103), terdiri dari tiga item dijumlahkan dirancang untuk mengevaluasi pentingnya agama: religiusitas diri berasal dan dua agama pertanyaan berorientasi diselingi dalam daftar pertanyaan AIO terkait. Dimensi perilaku dinilai sebagai dua faktor yang terpisah: (1) frekuensi gereja / sinagog kehadiran dan (2) jumlah sumbangan moneter diberikan kepada organisasi keagamaan.

(15)

untuk mencapai tujuan egois atau sebagai tujuan itu sendiri menggunakan Allport dan Ross (1967) intrinsik-ekstrinsik Skala Orientasi Keagamaan (ROS). Sementara ROS telah terbukti memiliki kehandalan diterima dan telah menunjukkan beberapa indikasi penerapan untuk pemasaran secara umum dan riset konsumen khususnya (Delener & Schiffman, 1988; Delener, 1990a,

1990b, 1994; Essoo & Dibb, 2004), salah satu kelemahan yang serius dari persediaan adalah bahwa mereka secara khusus dirancang untuk digunakan dengan mata pelajaran Kristen atau Yahudi-Kristen. Dengan demikian, adaptasi langsung dari skala tidak selalu layak dan valid untuk mengukur tingkat religiusitas selain agama Yahudi-Kristen, meskipun skala telah digunakan dalam satu studi yang melibatkan subyek Muslim dan Hindu di Mauritius (Essoo & Dibb, 2004) . Genia (1993), sebagai hasil dari evaluasi psikometri nya dari ROS, merekomendasikan bahwa item frekuensi ibadah kehadiran mengukur dijatuhkan, karena "menyajikan masalah teoritis maupun metodologis" (hal. 287). Dalam mengukur religiusitas Islam, misalnya, item ini hanya berlaku untuk laki-laki karena mereka diwajibkan untuk menghadiri ibadah berjamaah di masjid setidaknya sekali seminggu pada hari Jumat. Item intrinsik pada skala juga telah terbukti tidak memiliki konsistensi internal dan menjadi nilai dipertanyakan untuk selain agama Kristen (misalnya Genia, 1993).

(16)

dan perilaku pembelian berulang, LaBarbera dan Stern (1990) menggunakan dua ukuran yang berbeda dari intensitas keagamaan; satu untuk orang Yahudi Ortodoks dan yang lainnya untuk orang-orang Yahudi non-Ortodoks. Michell dan Al-Mossawi (1995), dalam percobaan mereka untuk menguji pengaruh mediasi religiusitas pada efektivitas iklan antara Kristen dan Muslim Inggris, juga digunakan dua set yang berbeda dari tindakan religiusitas.

Demikian pula, dalam penelitian lintas-budaya mereka perilaku konsumen di Jepang dan Amerika Serikat, Sood dan Nasu (1995) mengembangkan dua ukuran yang berbeda dari religiusitas. Pengukuran didasarkan pada tanggapan terhadap sembilan pertanyaan yang berkaitan dengan keyakinan dalam praktek keagamaan atau kegiatan, konsekuensi moral dan pengalaman dimensi atau diri-rating religiusitas seseorang. Dari review di atas, beberapa kesimpulan umum dapat ditarik: religiusitas adalah konsep yang berbeda yang dapat diukur dari berbagai perspektif. Sementara ada beberapa ketidaksepakatan dalam literatur mengenai jumlah yang tepat dari dimensi untuk mempekerjakan dalam mengukur, sebagian besar peneliti setuju bahwa religiusitas bersifat multidimensi. Selain itu, hampir semua studi empiris berusaha untuk menentukan dimensi religiusitas telah dari perspektif Kristen dan dikembangkan dengan mata pelajaran Kristen.

(17)

Konsep dalam mendefinisikan agama

Dalam jurnal ini peneliti mengambil berbagai definisi tentang agama dan religiusitas dari beberapa ahli dan menghasilkan kesimpulan bahwa agama dalam pemahaman konstruk berfikir adalah berbeda beda dikarekan sudut pandang dan kepentingan riset peneliti sebelumnya,tapi dalam jurnal ini terdapat point yaitu agama selalu berhubungan dengan konflik dan beberaapa masalah tidak terselesaikan,membingungkan karena berbagai multi tafsir sejarah menjadi hal yang berbeda di setiap universitas dikarenakan kepentingan penelitian,sehingga di pahami dalam jurnal ini bahwa agama atau religiusitas adalah sebuah sistim hidup kerpercayaan yang ada di dalam masyarakat dimana agama berbicara tentang penyebahan terhadap suatu hal yang sangat besar dan berkuasa namun tidak tampak,beribadah adalah bentuk pepatuhan mereka,menjalankan kewajiban dan larangan adalah untuk membentuk proses keputusan moral dalam hidup mereka.

Tingkat religiutsitas sebagai patokan pola prilaku

(18)

untuk mencari tahu konklusi prilaku konsumen namun masih belum valid,namun semakin sering hadir dalam perkumpulan sebuah ibadah nasrani dalam mengeskresikan kepercayaan mereka ternyata meningkatkan komitment terhadap agama dan religiusistas itu sendiri.sekalipun oran datang dengan tujuan yang berbeda seperti untuk menghindari di kucilkan dari lingkungan sosial,atau menyenangkan kerabat dekat atau mungkin untuk kebutuhan prestis dan mendominasi terhadap orang lain dalam agama.disini peneliti menyatakan bahwa hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan bahwa tingkat agama dan religiusitas mereka tinggi,karena ibadah tersebut sifatnya adalah kegiatan rutin yang terpola daripada bentuk pengabdian sebenrnya terhadap kepercayaan agama itu sendiri. (subtansinya ibadah tidak dapat menjadi patokan bahwa orang tersebut menjalankan dan mengabdi keapda agamanya dan bisa dikatakan religius,sehingga belum cukup untuk menghasilkan sebuah hasil akhir bahwa agama berpengaruh dalam membentuk prilaku konsumen).

(19)

prilaku,sikap,kepercayaan,perasaan dan pengalaman hidup mereka.namun di sini peneliti menjelaskan bahwa para sarjana agama tidak sependapat dengan para peneliti dan sosiologis bahwa apakah cukup memadai bahwa tindakan individu digunakan sebagai indikator religiusitas,sehingga tindakan peneliti tersebut bersifat subyektif yang dirancang untuk sesuai dengan penenilitian mereka obyek mereka ,bahwa isi dari agama dan religiusitas tergantung tujuan riset dan kealamiahan serta konteks tersebut,.dalam jurnal ini peneliti menunjukan pandanagan bahwa ada pertentang antara para peneliti dengan para sarjana agama,bahwa sarajana agama menentang pandagan para peneliti terkait pemahaman faktor intrinsik dan ekstrinsik serta dasar argument bahwa tindakan individu,kerpercayaan,sikap,perasaan dan pengalaman dapat digunakan untuk mengukur apa itu yang disebut agama yang di turunkan dalam bentuk kongkrit yaitu religiusitas/tingkat iman,sedangkan para penilit menyatakan faktor tersebut cukup untuk menjadikan acuhan untuk mengukur tingkat iman/religiusitas.

Konsep lain adalah menyatakan kevalidan tinggi untuk mengetahui prilaku konsumen lewat keseringan ke gereja dalam tingkat kehadiran,percaya diri terhadap nilai agamanya,pentingnya nilai agama dan penerapan nilai agama itu sendiri.di dukungan mc daniel dan burnet bahwa prilaku konsumen dimensinya digolongkan dalam tingkat instensitas ke gereja dan berapa dana sumbangan untuk diberikan di organisasi agamanya.

(20)

penelitian perilaku konsumen terdapat pendekatan alternatif dengan menumbuhkan komitmen dalam beragama Pendekata lain untuk mengukur religiusitas/atau tingkat iman dalam meneliti prilaku kostumer kedalam konsep konstruk pemikiran lebih operasional yaitu untuk islam menilai item kedalam ibadah mereka yaitu shola jum’at yang di lakukan setiap hari jum’at seminggu sekali dalam berkumpul di rumah ibadah untuk beribadah ,faktor intrinsik tersebut telah menunjukan konsistensi internal yang kurang terhadap agama mereka dan tingkat religiusitas orang islam,hal ini juga berlaku untuk mempertanyakan dan mengukur nilai pada agama kristen.

Di agama lain peneliti membahas agama yahudi membahas intensitas dan prilaku pembelian ulang berdasarkan efektifitasan iklan,sedangkan untuk di jepang dan amerika berdasarkan sood dan nasu (1995) ibadah,konsekuensi moral dan pengalaman adalah faktor utama.

Religiusitas dan agama memberi dampak pada prilaku konsumen atau pasar

(21)

rekan-rekan santai agama mereka dalam empat jenis pembelanja: yang menuntut, praktis, bijaksana dan inovatif pembelanja. Dalam kasus konsumen Muslim, temuan mereka menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam perilaku belanja konsumen antara konsumen Muslim yang taat dan santai agama, kecuali untuk jenis pembelanja trendi. Taat Katolik ditemukan berbeda dari rekan-rekan santai agama mereka dalam empat jenis pembelanja: yang menuntut, praktis, trendi dan inovatif. Temuan empiris Ulasan di atas memberikan beberapa bukti menarik dari hubungan sebab akibat antara agama dan perilaku konsumen, baik dari segi aspek perilaku kognitif dan konatif. Hal ini penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa sebagian besar penelitian sebelumnya tentang topik ini telah dilakukan di kalangan penduduk Amerika yang didominasi Yahudi, Katolik atau Protestan. Dengan demikian, sedikit dapat dikatakan tentang kekokohan temuan sebelumnya dalam konteks agama lain dan pengaturan budaya.

(22)

agama, positif dan signifikan terkait dengan penjualan personil keramahan / bantuan dan ketersediaan kredit.

Sood dan Nasu (1995) melakukan perbandingan lintas budaya dari efek religiusitas terhadap perilaku pembelian umum untuk sampel konsumen Jepang dan Amerika. Mereka menyarankan bahwa tidak ada perbedaan dalam perilaku belanja konsumen antara individu Jepang yang taat dan santai agama dan ini dapat dikaitkan ini dengan fakta bahwa agama bukan merupakan elemen penting dalam budaya Jepang secara keseluruhan. Di sisi lain, Protestan yang taat di Amerika Serikat yang ditemukan menjadi ekonomi, membeli produk yang lebih dijual, berbelanja di toko-toko dengan harga lebih rendah, yang terbuka untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, percaya bahwa ada sedikit hubungan antara harga dan kualitas, merawat untuk tidak percaya klaim iklan sementara lebih memilih iklan yang halus dan informatif.

(23)

kecuali untuk beberapa temuan adapun responden yang melakukan keputusan belanja dengan pendasaran praktis dan bijaksana tidak terlalu dominan,sehingga dalam sudut pandang ini,masih belum ditemukan kuat tentang pembuktian bahwa agama memang mampu menjelaskan pola prilaku berbedapara konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan prilaku belanja.

2.3 Variabel-variabel dan indikator penelitian

Variable

Variable dalam studi jurnal ini di pahami adalah factor baik tataran konsep,operasional dan kongkrit yang dapat di ukur baik satuan nominal,internal ataupun ordinal atau kuantitafi deskriptif, mengenai prilaku atau hal terkait yang dipergunakan untuk menguji apakah hipotesis dan menemukan jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian jurnal ini untuk mendapatkan hasil pemahaman apakah benar agamasebagai factor pembentuk prilaku konsumen dalam pembeliandan orientasi belanja berbeda-beda.

Religiusitas afiliasi

(24)

Religiusitas komitment

Adalah variable yang di masukan dalam jurnal ini seberapa jauh untuk mengetahui komitment pemeluk tiap agama taat dan fanatic dalam menerapkan ajaran agamanya dan apakah komitment yang kuat atau lemah memberikan perbedaan besar dalam menjelaskan perbedaan prilaku dalam keputusan pembelian dan orientasi belanja. Religiusitas komitment sendiri dalam jurnal ini dibagi kedalam intrapersonal religiusitas dan interpersonal religiusitas.

Religiusistas Adalah

1 Intrapersonal religiusitas

(25)
(26)

diri kita yang berbeda beda (multiple selves).

2 Interpersonal religiusitas

adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Ini juga merupakan bidang studi.komunikasi dikembangkan dan dapat ditingkatkan atau diperbaiki dengan pengetahuan dan praktek peningkatan. Selama komunikasi interpersonal ada pengiriman pesan dan menerima pesan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode langsung dan tidak langsung. interpersonal yang sukses adalah ketika pengirim pesan dan penerima pesan memahami pesan.

(27)

dari seluruh banyak paradigma penelitian yang berbeda dan tradisi teoritis.

(28)

Sehingga dengan acuhan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa interpersonal religiusitas adalah variable yang memuat dan melibatkan responden secara pribadi sebagai penganut agama taat atau dan berinteraksi dengan penganut agama lain atau lebih spesifik dalam konteks jurnal ini adalah berinteraksi dengan orang lain dalam aktivitas konsumerisme,baik untuk pola prilaku belanja,keputusan dalam belanja, orientasi belanja. Variable ini ada dan muncul sebagai salah satu variable utama untuk melakukan uji hipotesis terhadap 6 faktor sub dari orientasi belanja,apakah responden dengan variable interpersonal religiusitas yang baik menghasilkan pola prilaku belanjadan orientasi belanja yang berbeda dalam pengujian hipotesis

Jenis-jenis agama (religiusitas afiliasi)

1 Islam

2 Hindu

3 Budha

4 kristen

(29)

Adalah pola prilaku kosumen terhadap pembelian barang,baik harga,merek,kualitas,impulsive pembelian,atau lifestyle disini prilaku konsumen sebagai variable dependent yang nanti dalam jurnal ini akan di benturkan dengan religiusitas sebagai variable intervening,apakah benar prilaku konsumen terhadap orientasi belanja di pengaruhi oleh agama.

Orientasi belanja (variable consumen behavior)

1 kesadaran merek

adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi belanja sebagai variable depending sebagai salah satu faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data angket kedalam software spps oleh peneliti

2 kenikmatan belanja

adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi belanja sebagai variable depending sebagai salah satu faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data angket kedalam software spps oleh peneliti

3 kesadaran fashion

(30)

4 kesadaran kualitas

adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi belanja sebagai variable depending sebagai salah satu faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data angket kedalam software spps oleh peneliti

5 spontanitas belanja/belanja dadakan

adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi belanja sebagai variable depending sebagai salah satu faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data angket kedalam software spps oleh peneliti

6 kesadaran harga

adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi belanja sebagai variable depending sebagai salah satu faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data angket kedalam software spps oleh peneliti

2.4

Proses Kerangka Berpikir

Menetapkan variabel yang diteliti

(31)

Interpersonal religiusitas menekankan pada prinsip ketaatan ibadah dan komitment terhadap agama itu sendiri sedangkan intrapersonal menekankan pada aplikasi nilai agama dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain atau kejadian kehidupan sehari- hari yang di alami responden,utamanya di fungsikan untuk mengetahui bagaimana respon terhadap masalah prilaku konsumen dan orientasi belanja mereka.

Sedangkan variable independentnya yaitu orientasi belanja dan di detailkan menjadi variable operasional dan terukur dan kongkrit meliputi: kesadaran harga, kesadaran merek, kesadaran kualitas,kenyamanan dalam belanja. impulsif belanja/pembelian tanpa berpikir panjang, kesadaran fashion,sub variable operasional ini sebagai pendetailan atas prilaku konsumen agar dapat dinilai secara kuantitatif deskriptif,

Religiusitas afiliasi sebagai variable dependent yaitu jenis agama yang di ambil seperti agama mayoritas yaitu islam,Kristen,hindu,budha sebagai sub variable penggolangan jenis data yang akan di uji kebeneran hipotesis dan rumusan masalah dalam jurnal yang telah dibuat.

Membaca buku dan hasil penelitian

(32)

mengintervening prilaku konsumen masyarakat,baik secara pemahaman tentang agama itu sendiri ataupun prilaku konsumen,dimana dalam proses refrensi yang di ambil peneliti mengemukakan bahwa penenilitan sebelumnya belum cukup mampu untuk menjelaskan secara nyata bahwa agama memberikan intervensi terhadap pola pembelian konsumen dan orientasi belanjannya,dikarenakan wilayah yang di ambil/ sample responden pada konteks lintas budaya yang berbeda,disini yang dimaksudkan adalah peneliti memahami bahwa hasil sebelumnya yang dilakukan di amerika dan jepang kurang dapat mewakili dikarenakan kompelksitas budaya Negara yang bersangkutan dan prilaku taat beragama di Negara sample kurang memenuhi standart obyektifitas.namun dalam proses pengambilan berbagai hasil penenlitian sebelumnya sebagau acuan,peneliti meyakini agama apakah benar sebagai factor intervening pembentuka pola prilaku konsumen dan orientasi belanja jika di uji di Negara mereka yaitu Malaysia.

Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian

1. Teori di diskripsikan dengan mengambil berbagai pendapat para ahli dan peneliti

(33)

dan intrapersonal

3. Prilaku konsumen di pahami dan didetailkan menjadi item spesifik yang di uji seperti yang dibahas pada pembahasan sebelumnya

4. Mendiskripksikan hasil penelitian sebelumnya belum mampu memenuhi standart obyektifitas dan hasil yang memuaskan dikarekan factor pengambilan sample yang kurang mengcover hasil yang dikehendaki

5. Ending dalam penelitian jurnal ini yang dikehendaki adalah uji hipotesis dapat akurat

2.5 Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian

1. Melakukan kritik terhadap hasil penelitian sebelumnya terhadap teori yang bersifat subyektif sehingga menggunakan teori dan realitas yang umum berada di masyarakat seperti taat agama tidak hanya dipandang hanya dalam sudut pandang ibadah karena ibadah sifatnya rutinitas belum mencerminkan sepenuhnya,sehingga teori tentang religiusitas menambahkan komitment dan interpersonal serta intrapersonal yang artinya aplikasi agama dalam bentuk nyata baik kepada tuhan dan sesama manusia

(34)

yang kurang mendalam seperti variable independent yang di ambil kurang mendetail yaitu sub variable operasional agama beserta kriteria sehingga kesulitan dalam mendapatkan hasil yang didapat,sehingga dengan hasil penelitian sebelumnya peneliti pada jurnal ini melakukan pendalaman terhadap variable agama/religiusitas.

Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian

1. Melakukan analisis komparatif hasil penelit terdahulu dangena metode dan teori yang akan digunakan pada jurnal ini,atau melakukan remodel metode sehingga terlihat hasil secara kedalamnya variable dalam penenelitian meskipun hasil tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa data dari responden yang di ambil dalam jurnal ini tidak menunjukan signifikansi bahwa agama adalah factor utama dalam mempengaruhi pola prilaku konsumen dan orientasi belanja terutama pada subvariable fashion,impulsive,dan kesadaran merek dimana baik hasil penentian terdahulu dan sekarang keputusan terhadap merek,harga,dan kualitas bukan atas pertimbangan agama.

(35)

signifikan,sehingga kerangka berfikir dalam analisis komparatif adalah lebih menekankan atas pendalaman metode,pemilihan variabledan perbaikan teori sebagai pijaka dalam melakukan uji hipotesis

Sintesa kesimpulan

1. Menghasilkan kesimpulan bahwa topic ini menarik sekali sehingga dengan motivasi studi empiris kuantitatif menghasilkan tujuan untuk menguji dan memperkaya pemahaman apakah agama sebagai variable independent mampu melakukan intervening terhadap variable dependent yaitu variable orientasi belanja.

Kerangka berpikir

1. Motivasi pembuktian empiris apakah agama mempengaruhi orientasi belanja dan pola prilaku konsumen

2. Membaca dan melihat refrensi hasil penelitian terdahulu

3. Melakukan kritik dan membangun ulang metode,memperdalam dan mendetailkan variable independent agama menjadi lebih operasional dan lebih kongkrit

(36)

5. Menggunakan metode kuantitatif dan software spps

6. Menggunakan questionare dan intervieng terhadap sample

7. Mengolah data dan menyimpulkan data spps

8. Kesimpulan akhir

Hipotesis

Agama memiliki pengaruh terhadap pola prilaku konsumen namun seberapa kuat?

Kerangka berpikir menerangkan

Mengapa penelitian dilakukan?

Untuk uji kebenaran hipotesis apakah benar agama memberikan pengaruh dan intervening terhadap pola prilaku consume pada setiap pemeluk agama?

Bagaimana proses penelitian dilakukan ?.

Proses penenlitian dari melihat refrensi,kea rah studi empiris pengujian dengan angket dan interview,pengolahandata spps lalu menyimpulkan

(37)

Hasil yang diperoleh ada kebeneran ditemukan pengaruh atau tidak agama terhadap pola prilaku konsumen tiap pemeluk agam yang berbeda.

Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?

Untuk penambahan wawasan dan uji hipotesis

5. Model analisis atau alat pengujian yang dipergunakan

1 Empiris Kuantitatif deskriptif

2 Analisis deskriptif terhadap hasil data kuantitatif

3 Questionare kepada responden

4 Interview untuk melakukan validasi data

5 Pengolahan data kuantitatif menggunakan software spss,untuk menghasilkan data nominal yang dapat dianalisis deskriptif

BAGIAN 3

(38)

Data Penelitian

1. Responden angket di ambil di 5 pemukiman di kuala lumpur Malaysia di ambil secara acak

2. 2026 angket membutuhkan data analisis mendalam kemungkinan interview berapa sample

3. 55.3% di dominasi gender perempuan

4. Islam 45.6%, budha 25.2%, hindhu 15%, Kristen 14.2%,

5. 43.8% diploma/vocational/d3, 43.8% S1, 10.6% S2.

6. 48.6% mayoritas termasuk kategori pendapatan menengah kisaran 1500-3500 dalam satuan ringgit Malaysia

7. Mayoritas responden masih muda dan menjalani pendidikan lanjutan di kampus dan berpenghasilan menengah

Investigasi pengukuran hasil pada table 1

1. Faktor intrapersonal religiusitas dan factor interpersonal religiusitas memiliki koefisen 0.85 dan 0.68

2. Menunjukan indikasi konsistensi internal dan handal

(39)

mengindikasikan konsiten dan handal

Efek afiliasi religiusitas

Hasil table annova menunjukan perbedaan agama tidak menunjukan signifikansi hasil dalam item variable orientasi belanja diantara konsumen yang berbeda agama

Efek intrapersonal religiusitas

1. Terdapat perbedaan cukup signifikan terhadap kesadaran kualitas, impulse belanjan, dan kesadaran harga pada tiap pemeluk agama yang berbeda namun tidak terdapat signifikansi hasil dalam factor kesadaran merek yang artinya data responden ini tidak terlalu terpengaruh oleh merek/brand awareness

2. Untuk kesadaran kualitas signifikasi baik hasil data rendah dan tinggi,baik untuk group responden agama yang mayoritas dan minoritas

3. Untuk kelompok yang tinggi factor intrapersonal religiusitasnya tidak terlalu terpengaruh oleh belanja yang sifatnya impulsive daripada kelompok lainya

(40)

Efek interpersonal religiusitas

1. Terdapat signifikansi dalam 5 kelompok agama baik kesadaran merek dan kesadaran fashion.brand consciousness (F = 3.333, p < 0.05), fashion consciousness (F = 3.193, p <0.05).

2. untuk kesadaran merek , impuls belanja, dan kesadaran harga F ratio menunjukan bahwa kesadaran harga dalam sudut pandang interpersonal religiusitas terkait harga sangat tinggi sekali dampaknya dalam keputusan belanja,menunjukan indikasi kuat perbedaan dalam tingkat harga diantara para responden yang berbeda agamanya namun tidak ada perbedaan signifikan terhadap kenyamanan belanja.

3. Ditemukan perbedaan pada setiap group untuk kesadaran merek,tingkat signifikansi antara rendah dan rata-rata menengah yaitu (p=0.038) subyek dengan kelompok medium banyak terlihat hasil lebih banyak terpengaruh oleh kesadaran merek daripada kelompok yang low namun tidak terlalu banyak berbeda dengan kelompok yang termasuk kategori high.

(41)

terdapat banyak signifikansi

5. Untuk kesadaran kualitas signifikansi ditemukan pada hasil kelompok low dan medium,kelompok hasil high dan medium memiliki kesadaran lebih tinggi daripad kelompok hasil low

6. Untuk impulsive belanja ditemukan signifikansi,di hasil kelompok high cukup signifkian terhadap impulsive belanja

7. Untuk kesadaran harga signifikansi ditemukan di hasil kelompok yang low dan medium,untuk hasil low dan high juga,menjelaskan bahwa subyek hasil high menunjukan kesadaran harga sangat tinggi dariapda kelompok low dan kelompok medium tidak mendapatkan cukup signifikansi hasil jika dibandingkan dengan hasi kelompok high

3.2 Hasil Pembahasan Penelitian

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan ada di orientasi belanja antara konsumen dengan berbagai tingkat religiusitas. Kedua dimensi religiusitas (intrapersonal dan interpersonal) mungkin signifikan dalam memprediksi aspek-aspek tertentu dari orientasi belanja. Lebih khusus, tiga faktor orientasi belanja, yaitu harga sadar, kualitas belanja sadar dan impulsif,

(42)

rentan untuk mencari penawaran), mencari kualitas dalam produk ketika mereka berbelanja dan kurang mungkin untuk melakukan pembelian impulsif keputusan. Namun, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan di seluruh kelompok berkaitan dengan belanja orientasi, menunjukkan kurangnya kekuatan penjelas dari afiliasi agama dalam menjelaskan variasi dalam aspek perilaku konsumen.

Yang berarti dapat diketahui bahwa dari hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan hasil bahwa agama tidak memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan pola prilaku konsumen dan orientasi belanja sudah terpatahkan,karena orang dengan tingkat religiusisitas tinggi dalam orientasi belanja mempengaruhi,meskipun dalam penemuan jurnal ini masih sebatas kesadaran harga,kualitas kesadaran dan impulsive.

(43)

kesepakatan konsensus yang ukuran (apakah ukuran kategoris denominasi agama atau ukuran multidimensi religiusitas) adalah yang paling efisien dalam menjelaskan variasi dalam aspek perilaku konsumen. Tampaknya perbedaan antara perilaku konsumen pada umumnya jauh lebih terbuka untuk religiusitas dari sekedar untuk afiliasi keagamaan. Ini berarti bahwa religiusitas dapat berfungsi sebagai prediktor berpotensi kuat dan penentu perilaku konsumen.

(44)

dari proses pengambilan keputusan konsumen berkisar pada konsep kognitif dan perilaku (Solomon, 2002;. Arnould et al 2004)

(45)

mempertahankan dukungan psikometri baik akan menghemat waktu dalam protokol penelitian dengan memotong jumlah item hampir setengah (misalnya dibandingkan dengan 20-item Keagamaan Skala Orientasi dikembangkan oleh Allport dan Ross). Lebih penting lagi, versi pendek dari skala religiusitas mungkin lebih dan bahkan praktis karena kadang-kadang sulit dalam mendapatkan partisipasi responden agama karena sifat sensitif dari topik yang sedang diteliti.

Akhirnya, temuan yang dilaporkan dalam makalah ini memberikan bukti empiris mengenai pengaruh agama pada perilaku konsumen dalam budaya non-Barat. Sebuah tinjauan literatur yang relevan menunjukkan bahwa mayoritas studi sebelumnya menangani hubungan antara kedua konstruk telah biasanya dilakukan dengan budaya Yahudi-Kristen Barat di mana orang-orang Yahudi, Protestan dan Katolik yang dominan dalam masyarakat tersebut; negara-negara lain dengan sosial budaya yang berbeda

3.3 Kesimpulan dalam Penelitian

1. Agama sebagai variable independt maupun intervening menjelaskan bahwa agama dalam jurnal ini memberikan dampak signifikan terhadap prilaku konsumen dan orientasi belanjanya

(46)

table annova

3. tidak semua sub item orientasi belanja terpengaruhi faktor agama,menjelaskan bahwa kurang mendalamnya variable terukur dan jenisnya dalam menentukan standart variable apa saja yang terdapat di dalam afliliasi religiusitas,interpersonal dan intrapersonal religiusitas

4. sesuai dengan hipotesis bahwa agama benar memiliki pengaruh dalam menjelaskan prilaku konsumen danorientasi belanja,menjadikan penambahan keterbatasan pengetahuan yang dahulu ditolak bahwa agama adalah faktor inrelevant dalam membentuk prilaku konsumen,ternyata relevant dan kuat serta dapat di andalkan dalam menjelaskan pola prilakukonsumen dan orientasi belanjanya

5. memberikan bukti empiris terhadap uji hipotesis,kedudukan variable agama sangat kuat dalam mempengaruhi hanya saja kurang mendalamnya variable terukur menjadi hasil kurang maksimal

6. penggunanan software spss RCI-10 menjelaskan kecocokan dalam pengolahan data agama dalam dimensi kuantitatif dan lebih operasional

(47)

peneliti barat dalam penelitian sebelumnya yang menyatakan agama tidak menjadi faktor pengaruh kini menjadi variable yang harus diperhitungkan.

3.4 Rekomendasi dan Saran

1. lebih memperdalam definisi variable agama terutama yang dimaksud dengan intrapersonal religiusitas dan interpersonal religiusitas

2. mendetailkan kedua faktor religiusitas tersebut secara kuat,baik kriteria, dan sub item di dalamnya sehingga jelas secara konsep hingga tataran operasional yang terukur misalkan intrapersonal religiusitas yang menjelaskan tingkat taat beragama yang artinya hubungan dengan tuhan baik kognitif dan prilaku, lebih diperdalam dan diperjelas missal kategori taat beragama tinggi dinilai dari sub item ideology kuat dan yang taat beragamanya rendah tingkat ideology rendah,sehingga pembatasa dan pembeda jelas sekali.intinya pada penguatan standart kriteria

3. pengambilan sample dengan standart ketat namun tetap obyektif,seperti dikatakan religious kuat maka golongan ini harus kuat missal dipesantren atau organisasi islam yang fundamental,untuk masyarakat yang religiusitas tingkat sedang dan rendah dapat di ambil dimasyarakat umum

(48)

tinggi misalkan Indonesia,tingkat keberagaman sangat tinggi serta hasil yang didapatkan nanti sangat menarik

5. membuata variable agama detail baik tataran konsep hingga tataran operasional yang mudah dipahami

3.5 Kendala-kendala dalam Penelitian

1. mendefinisikan religiusitas dan menentukan variablenya

2. menentukan kriteria dan variable dalam memperdalamnya

3. mendapatkan data yang akurat dan obyektif tanpa termasuki unsur subyektifitas dalam memilih,dan menentukan kriteria responden

4. melakukan validasi data,karena jumlah yang di ambil 3000 data

5. melakukan uji validasi data dan interview jika diperlukan akan memakan waktu dan biaya banyak

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun ada juga yang mampu menunjukkan empat dari lima indikator secara tepat akan tetapi dia menunjukkan indikator utama, maka siswa tersebut dapat dikatakan tidak mampu

Penelitian ini mampu mengajarkan kepada peserta didik bahwa salah satu abentuk dari keadilan Hak Asasi Manusia adalah kesetaraan gender yang diwujudkan dalam

Kewenangan Menteri untuk mengusulkan Penghapusan Secara Bersyarat atau Mutlak atas Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan nilai sampai dengan

Melaksanakan pengendalian dengan cara mengamati terus menerus proses produksi dan proyek untuk menjamin agar sesuai jadwal dan mutu yang telah ditetapkan.. Mengumpulkan data

Peneliti dan guru kelas berkolaborasi dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran). Tugas guru dalam pelaksanaan penelitian adalah melaksanakan pembelajaran

Altman berusaha mengkombinasikan beberapa rasio keuangan menjadi suatu model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminan yang dapat digunakan untuk

Klasifikasi Kelembagaan Pelatihan Pertanian Swadaya didasarkan pada pelaksanaan peran Kelembagaan Pelatihan Pertanian Swadaya, dalam ruang lingkup penumbuhkembangan

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Prameswari (2015) yang berlokasi di Estuari Perancak, dimana sulitnya membedakan vegetasi mangrove