BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran memiliki arti yang sama sekali berbeda dengan penjualan.
Beberapa ahli di bidang pemasaran telah mengemukakan pendapat mereka
mengenai pengertian pemasaran, antara lain :
a. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh
individu ataupun kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan
mereka, dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai
dengan pihak lain (Kotler dan Amstrong: 2001).
b. Menurut The American Marketing Association dalam Kotler dan keller (2008:5) merumuskan pemasaran merupakan kegiatan usaha yang
mengarahkan aliran barang dan jasa dari produsen kepada konsumen atau
pemakai.
c. Pemasaran adalah fungsi manajemen yang mengorganisasi seluruh
kegiatan perusahaan menjadi permintaan yang efektif terhadap suatu
barang dan jasa kepada konsumen akhir atau pemakai, sehingga
perusahaan dapat mencapai laba atau tujuan lain yang telah ditetapkan
(William J.Stanton : 1990)
pada usaha untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan seseorang untuk mencapai
kepuasan melalui proses pertukaran nilai atas barang atau jasa yang telah
diperoleh konsumen.
2.2 Konsep Bersaing dan Proses Pemasaran
Kegiatan pemasaran hendaknya dilakukan berdasarkan filosofi yang telah
dipikirkan secara matang tentang pemasaran yang efektif, efisien dan bertanggung
jawab sosial, upaya yang dilakukan agar tercapai tingkat pertukaran antara produk
dan nilai yang diinginkan produsen dan konsumen, maka seiring dengan
perkembangan zaman terdapat lima konsep bersaing di dalam pemasaran (Kotler,
2002:19), yaitu :
a. Konsep Produksi
Konsep ini menegaskan bahwa konsumen lebih menyukai produk yang tersedia
luas dan harga yang terjangkau. Konsep ini dapat dijalankan apabila permintaan
produk melebihi penawarannya dan dimana biaya produk tersebut sangat tinggi.
Kelemahan konsep pemasaran ini adalah pelayanan tidak ramah dan buruk. Hal
inilah yang menjadi tugas manajemen untuk meningkatkan efisiensi produksi
yang tinggi dan cakupan distribusi yang luas.
b. Konsep Produk
Menurut konsep ini, konsumen lebih menyukai produk yang memiliki kualitas,
kinerja, dan fitur inovatiff yang tinggi. Dalam konsep ini, manajemen sering
terfokus pada produk dan kurang memperhatikan kebutuhan dan keinginan
marketing myopia atau kebutaan manajemen dalam memenuhi kepuasan konsumen.
c. Konsep Penjualan
Konsep ini sering digunakan pada “Produk yang tidak dicari” atau tidak terpikir
untuk dibeli serta digunakan pada industri yang mengalami kelebihan kapasitas
produksi. Hal ini dikarenakan dalam konsep ini konsumen tidak akan membeli
cukup banyak produk tanpa usaha penjualan dan promosi besar-besaran.
d. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran menyatakan bahwa pecapaian tujuan organisasi tergantung
pada seberapa besar kemampuan perusahaan memahami kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran dan memenuhinya secara lebih efektif dan efisien dibandingkan
dengan pesaing. Konsep berwawasan pemasaran bersandar pada empat pilar
utama, yaitu :
1) Pasar sasaran,
2) Kebutuhan pelanggan,
3) Pemasaran yang terkoordinir serta 4) Keuntungan.
e. Konsep Pemasaran Sosial
Untuk mencapai tujuannya, sebuah perusahaan harus memahami kebutuhan dan
keinginan konsumen dan memenuhinya secara lebih efektif. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan melalui pemuasan kebutuhan konsumen.
Menurut Suharno dan Yudi Sutarso (2010:4) Proses pemasaran terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama dalam kegiatan pemasaran adalah memahami pasar dan mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan. Aspek ini penting dilakukan untuk menentukan penawaran produk apakah yang tepat dan memberikan nilai kepada pasar.
b. Merancang strategi pemasaran yang berorientasi pelanggan
Strategi pemasaran adalah kerangka kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas tekhnis dalam pemasaran dimana didasarkan kepada semangat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
c. Mempersiapkan rencana dan program pemasaran terintegrasi
Program pemasaran terintegrasi merupakan seluruh aktivitas yang disusun dan dijalankan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yang biasanya adalah terdiri dari empat elemen yaitu kegiatan terkait dengan produk, menentukan harga, distribusi dan promosi.
d. Membangun hubungan dengan pelanggan.
Membangun relasi dengan pelanggan adalah langkah paling penting dalam kegiatan pemasaran. Model kerelasian pelanggan telah popular dikembangkan yaitu hubungan pelanggan (Customer Relationship Management) atau CRM.
e. Mendapat nilai dari pelanggan
Gambar 2.1 Proses Pemasaran
Sumber: Kotler 2002
2.3 Pengertian Startegi Pemasaran 2.3.1 Pengertian Strategi
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas
alokasi sumber daya (Chandler 1962).
Menurut Kotler (2002: 91), strategi adalah suatu rencana permainan untuk
mencapai sasaran. Setiap bisnis harus merancang strategi untuk mencapai
tujuannya, yang terdiri dari strategi pemasaran dan strategi teknologi serta strategi
penetapan sumber yang cocok.
Menurut stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr (Fandi, 2008 : 3), konsep strategi
dapat didefenisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu: Memahami
Kebutuhan
Merancang Strategi Pemasaran
Menyusun Program Pemasaran Membangun
Hubungan Menciptakan
a. Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do), strategi dapat di defenisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya.
b. Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventualy does), strategi didefenisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap bertahan dan
berkembang dalam dunia bisnis. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui
usaha mempertahankan dan meningkatkan keuntungan perusahaan, dimana dalam
hal tersebut hanya dapat dicapai apabila perusahaaan melakukan strategi yang
mantab untuk dapat mengunakan kesempatan serta peluang yang ada. Dengan
demikian posisi atau kedudukan perusahaan di pasar dapat dipertahankan
sekaligus ditingkatkan.
Tujuan pengembangan strategi adalah agar suatu perusahaan mampu untuk
bersaing dalam setiap keadaan, terutama pada masa sekarang dimanatingkat
persaingan menjadi sangat ketat. Untuk itu perusahaan harus memiliki keunggulan
bersaing.
Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe
strategi (Rangkuti, 2009:6), yaitu :
a. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, serta akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi keuangan, dan sebagainya.
b. Strategi Investasi
berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali, dan sebagainya.
c. Strategi Bisnis
Strategi ini berorientasi pada fungsi- fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi organisasi dan strategi yang berhubungan dengan keuangan.
2.3.2 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan oleh
unit bisnis dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Di
dalamnya tercantum keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk
pasar, bauran pemasaran, dan tingkat pemasaran yang diperlukan.
Menurut Suharno dan Sutarso (2010: 8) strategi pemasaran adalah
kerangka kerja jangka panjang yang memandu seluruh aktivitas teknis dalam
pemasaran dimana didasarkan kepada semangat untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Menurut Bennett dalam Tjiptono (2008: 6) strategi pemasaran merupakan
pernyataan (baik secara implisit maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu
merek atau lini produk mencapai tujuannya.
Menurut Tull dan Kahle dalam Tjiptono (2008: 6) mendefenisikan strategi
pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui
pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani
Menurut Tjiptono (2008: 6) pada dasarnya strategi pemasaran memberikan
arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar,
identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasaran. dalam peranan stategisnya, pemasaran mencakup setiap usaha
untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam
rangka mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok.
Pertama, bisnis apa yang digeluti perusaahaan saat ini dan jenis bisnis apa yang
akan dimasuki pada masa mendatang. Kedua, bagaimana bisnis yang telah dipilih
tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas
dasar perspektif produk, harga, promosi, dan distribusi.
Strategi pemasaran baru akan dapat ditetapkan apabila seluruh komponen
atau variabel penunjangnya. Variabel penunjang tersebut seperti penetapan harga
produk, melakukan promosi, menetapkan saluran distribusi yang akan digunakan
telah ditentukan.
2.3.3 Pengembangan Strategi Pemasaran
Dalam perkembangannya, strategi pemasaran mengalami perkembangan
pada aspek-aspek di dalamnya. Ada empat konsep yang mendasari pengembangan
strategi pemasaran, antara lain :
Seluruh konsep yang mendasari pengembangan strategi pemasaran tersebut diatas
akan dijelaskan pengertiannya sebagai berikut :
a. Segmentation (Segmentasi Pasar)
Segmentasi pasar (segmentation) adalah membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, ataupun
tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran
terpisah. Dasar-dasar di dalam melakukan segmentasi pasar antara lain :
1) Segmentasi Geografis
Secara harafiah, geo adalah bumi, daerah atau wilayah. Sedangkan yang
dimaksud dengan segmentasi geografis merupakan kegiatan membagi-bagi pasar
ke dalam unit-unit geografis seperti wilayah, kota, provinsi, desa, negara dan
sebagainya. Perusahaan dapat memusatkan untuk beroperasi dalam satu wilayah
geografi maupun ke dalam seluruh wilayah dengan tetap memusatkan
perhatiannya pada segmen lokal dalam memenuhi kebutuhan wilayah tersebut.
2) Segmentasi Demografis
Menurut pengertiannya demografi adalah wilayah atau daerah, sedangkan
segmentasi geografis adalah kegiatan membagi-bagi pasar ke dalam unit-unit
demografis seperti usia, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan, ras, agama,
kewarganegaraan, dan sebagainya. Kebanyakan perusahaan melakukan
segmentasi pasar berdasarkan variable demografis.
3) Segmentasi Psikografis
Segmentasi psikografis merupakan kegiatan membagi-bagi pasar ke
sosial. Orang-orang dalam kelopok demografi yang sama dapat menunjukkan
bentuk psikografis yang sangat berbeda, dikarenakan psikografis erat kaitannya
dengan persepsi diri seseorang.
Menurut Kotler dalam Tjiptono (2002: 65), di dalam pemasaran terdapat tiga
tahapan yang harus dilalui dalam memilih strategi segmentasi pasar, yaitu :
a) Mass Marketing (Pemasaran Massal), yaitu produsen akan memproduksi, mendistribusikan, serta mempromosikan satu jenis produknya secara masal kepada semua konsumen.
b) Product Differentiated Marketing (Pemasaran Produk yang Terdiferensiasi), dalam pemasaran ini perusahaan akan memproduksi dua produk atau lebih yang memperlihatkan perbedaan bentuk, gaya, kualitas dan ukuran.
c) Target Marketing (Pemasaran Sasaran), Perusahaan akan membedakan segmen-segmen pasar, memilih satu atau lebih dari segmen-segmen tersebut kemudian mengembangkan produk-produk dan bauran pemasaran yang disesuaikan dengan masing-masing segmen.
Berdasarkan uraian tersebut kegiatan melakukan segmentasi terhadap
pasar dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk dapat menyesuaikan
bauran pemasaran untuk memenuhi kebutuhan populasi segmen pasar tertentu,
dan membantu pemasar mengidentifikasi kebutuhan dan preferensi konsumen.
b. Targeting (Penentuan Posisi Pasar)
Target adalah sasaran atau tujuan, sedangkan yang dimaksud dengan
targeting adalah suatu kegiatan menentukan segmen pasar mana yang akan dituju oleh perusahaan.
Menurut Assauri (2008), terdapat tiga alternatif strategi yang dapat
a. Strategi pemasaran yang tidak membeda-bedakan pasar
(Undifferiented marketing).
Dengan strategi ini, perusahaan menganggap pasar sebagai suatu keseluruhan,sehingga perusahaan hanya memperhatikan kebutuhan konsumen secara umum. Strategi ini bertujuan untuk melakukan penjualan secara massal, sehingga menurunkan biaya. Salah satu keuntungan strategi ini adalah kemampuan perusahaan untuk menekan biaya sehingga lebih ekonomis. Sebaliknya, kelamahannya adalah apabila banyak perusahaan lain menjalankan strategi yang sama, maka akan terjadi persaingan yang tajam untuk menguasai pasar tersebut (hyper competition), dan mengabaikan segmen pasar yang kecil lainnya. Akibatnya, strategi ini dapat menyebabkan kurang menguntungkannya usaha-usaha pemasaran perusahaan, karena banyak dan tajamnya persaingan.
b. Strategi yang membeda-bedakan pasar (Differentied marketing)
Strategi ini perusahaan hanya melayani kebutuhan beberapa kelompok konsumen tertentu dengan jenis produk tertentu pula. Jadi perusahaan atau produsen menghasilkan dan memasarkan produk yang berbeda-beda untuk tiap segmen pasar. Perusahaan yang menggunakan strategi ini bertujuan untuk mempertebal kepercayaan konsumen tertentu terhadap produk yang dihasilkan dan dipasarkan, sehingga pembeliannya dilakukan berulang kali. Kelemahan strategi ini adalah terdapat kecenderungan biaya akan lebih tinggi karena kenaikan biaya produksi untuk modifikasi produk, biaya administrasi, biaya promosi dan biaya investasi.
c. Strategi pemasaran yang terkonsentrasi (Concentred Marketing)
Dengan strategi ini, perusahaan mengkhusukan pemasaran produknya dalam beberapa segmen pasar, dengan pertimbangan keterbatasan sumberdaya perusahaan. Keuntungan penggunaan strategi ini, perusahaan diharapkan akan memperoleh kedudukan atau posisi yang kuat dalam segmen pasar tertentu yang dipilih. Kelemahan strategi pemasaran ini adalah perusahaan akan menghadapi risiko yang besar apabila hanya tergantung pada satua atau beberapa segmen pasar saja.
c. Positioning (Strategi Memasuki Pasar)
Positioning merupakan kegiatan mengembangkan bauran pemasaran secara spesifik untuk mempengaruhi keseluruhan persepsi pelanggan-pelanggan
positioning adalah persepsi pelanggan terhadap produk yang dihasilkan dan bukan hanya sekedar produk fisik. Keberhasilan positioning sangat ditentukan oleh kemampuan sebuah perusahaan untuk mendeferensiasikan atau memberikan nilai
superior kepada pelanggan. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh
perusahaan dalam melakukan positioning antara lain: 1) Menentukan pasar yang relevan, 2) Menganalisa para pesaing,
3) Merencanakan positioning perusahaan yang paling tepat.
d. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Bauran Pemasaran (Marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler dan
Armstrong, 2001). Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat
dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Secara umum,
bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang
mengintegrasikan produk, harga, promosi dan distribusi, dimana kegiatan tersebut
diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang maksimal atas produk
yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para konsumen. Bauran
pemasaran tersebut terdiri dari 4p (product, place, price, promotion).
Perusahaan harus menyesuaikan bauran pemasaran yang akan dipiih
dengan karakteristi pasar sasarannya. Hal ini dilakukan agar strategi pemasaran
ditentukan sebelumnya. Variabel dalam marketing mix tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Product (Produk)
Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada konsumen di pasar sasarannya (Kotler dan Armstrong 2001).
Produk juga merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan perusahaan untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen di
pasar sasaran sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang
bersangkutan. Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling dasar.
Produk tersebut harus memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan dengan
produk jasa lainnya. Bauran produk tersebut berupa produk turunan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dewasa ini pengembangan produk dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang akan menambah elemen pada produk itu sendiri. Hal
tersebut dilakukan guna meningkatkan daya jual terhadap produk tersebut,
elemen-elemen produk terdiri dari keanekaragaman jenis, kualitas, desain, merk,
kemasan, ukuran, pelayanan, dan jaminan (garansi).
2) Price (Harga)
Harga merupakan jumlah uang (kemungkinan ditambah dengan beberapa
barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk
dan pelayanan yang menyertainya (Stanton : 1996). Satu-satunya variabel dalam
bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan atau laba adalah harga,
dilakukan oleh perusahaan pasti mempunyai suatu tujuan. Beberapa tujuan
penetapan harga tersebut antara lain :
a) Mencapai laba maksimum
b) Mencapai volume penjualan tertentu c) Penguasaan pasar
d) Mencapai target pengembalian investasi
Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat harga akan suatu
produk perusahaan antara lain :
a) Keadaan perekonomian b) Penawaran dan permintaan c) Elastisitas permintaan d) Persaingan
e) Biaya
f) Peraturan pemerintah
3) Place (Saluran Distribusi)
Tempat (Place) termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk yang ditawarkan kepada konsumen sasaran. Tempat juga merupakanberbagai
kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan
tersedia bagi pasar sasaran. Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang
digunakan untuk memberikan jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran
tentang tata cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan
dimana hal tersebut akan dilakukan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai
kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu dengan lainnya yang terlibat
dalam proses penyediaan sebuah produk/pelayanan untuk digunakan atau
dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan
Berbasiskan teori sebagai salah satu variabel marketing mix, place (distribusi) mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantuperusahaan
memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang
dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat
yang tepat. Dasar pemilihan tempat bagi suatu perusahaan ada empat, diantaranya
adalah pertimbangan pasar, barang, segi perusahaan dan lembaga perantara.
4) Promotion (promosi)
Promosi merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan
membujuk konsumen untuk membelinya. Promosi juga merupakan salah satu
variabel bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan
komunikasi dengan pasarnya dan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan suatu program pemasaran.
Menurut Kotler dan Armstrong (2001), bauran promosi dibagi menjadi
lima yaitu : personal selling, mass selling, promosi penjualan, publicrelation, direct marketing.
a) Personal selling, penjualan dilakukan melalui komunikasi langsung (tatap muka) dengan para konsumen.
b) Mass selling, merupakan promosi atau publikasi melalui media massa baik elektronik maupun cetak.
c) Promosi penjualan merupakan bentuk persuasi langsung kepada konsumen dengan memberikan insentif kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan stimulasi pembelian oleh para pelanggan.
d) Public relation merupakan upaya menyeluruh yang dilakukan oleh perusahaan dengan menjalin hubungan kepada pelanggan. Hal ini dilakukan untuk membangun persepsi dan loyalitas pelanggan.
2.3.4 Lingkungan Pemasaran
Keberhasilan pemasaran sangat ditentukan oleh banyak aspek, baik di
luar/eksternal maupun di dalam/internal perusahaan, Berdasarkan pendapat yang
dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap lingkungan
pemasaran yang terdiri dari lingkungan internal dan eksternal menjadi
pertimbangan dalam perumusan strategi pemasaran agar strategi yang dirumuskan
menjadi tepat sasaran
2.3.4.1Lingkungan Internal
Menurut Laksana (2008: 26) lingkungan internal yaitu lingkungan yang
dapat dikendalikan oleh perusahaan, faktor-faktor yang dapat dikendalikan
meliputi unsur-unsur dalam marketing mix yaitu produk, price, promotion, dan
place, juga faktor lainnya seperti faktor pemasaran, keuangan, operasi perusahaan,
penelitian dan pengembangan serta masalah sumber daya manusia.
2.3.4.2 Lingkungaan Eksternal
Menurut Laksana (2008: 26) lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang
tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, meliputi lingkungan makro dan
lingkungan mikro.
1. Lingkungan makro
Menurut Suharno dan Sutarso (2010: 43-44) lingkunan makro bersifat lebih luas
dan sulit diidentifikasi siapa mereka. Pemasar hanya bisa melihat dampaknya
pada kegiatan pemasaran. lingkungan makro terdiri dari kekuatan demografi,
ekonomi, alam, teknologi, politik dan sosial budaya.
Menurut Laksana (2008: 26) lingkungan mikro meliputi faktor-faktor dari para
pemasok (supplier), pesaing, perantara yaitu perusahaan yang membantu promosi,
penjualan dan pendistribusian produk, serta publik (masyarakat umum).
2.3.5 Peranan Dan Pentingnya Strategi Pemasaran
Dewasa ini pimpinan dan tenaga pemasaran sangat menekankan
pentingnya peranan strategi pemasaran dalam suatu perusahaan. Selain
merincikan strategi dalam setiap rencananya, mereka mengadakan penalaran yang
lebih mantab dalam menetapkan pilihannya terhadap suatu strategi.
Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk tetap dapat hidup dan
berkembang, tujuan tersebut hanya dapat tercapai melalui usaha mempertahankan
dan meningkatkan keuntungan/laba perusahaan. Usaha ini hanya dapat dilakukan
apabila perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualannya,
melalui usaha mencari dan membina langganan, serta usaha menguasai pasar.
Tujuan ini hanya dapat dilakukan apabila bagian pemasaran melakukan strategi
yang mantab untuk dapat menggunakan kesempatan atau eluang yang ada dalam
pemasaran, sehingga kedudukan atau posisi perusahaan di pasar dapat
dipertahankan sekaligus ditingkatkan.
Seperti diketahui, keadaan dunia usaha bersifat dinamis, yang diwarnai
dengan adanya perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu strategi
pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan usaha
tersebut.dengan demikian strategi pemasaran harus dapat memberikan gambaran
yang jelas dan terarah tentang apa yang akan dilakukan perusahaan dalam
menggukankan setiap kesempatan atau peluang pasar.
Strategi pemasaran merupakan suatu rangkaian tujuan dan sasaran, serta
kebijakan yang memberi arah kepada usuaha- usaha pemasaran perusahaan dari
waktu ke waktu dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang
selalu berubah ( Assauri, 2008). Oleh karena itu penentuan strategi pemasaran
harus didasarkan atas analisis keunggulan dan kelemahan perusahaan, serta
analisis kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya.
Disamping itu strategi pemasaran yang telah ditetapkan dan dijalankan harus
dinilai kembali apakah masih sesuai dengan keadaan atau kondisi saat ini. Hasil
penilaian digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah strategi yang
dijalankan perlu diubah.
2.4 Analisis SWOT
Evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
disebut SWOT. Menurut Rangkuti (2009:19) analisis SWOT merupakan
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
dapat menjadi acuan untuk menentukan strategi apa yang tepat untuk
diaplikasikan untuk mengembangkan usaha tersebut.
a. Kekuatan
Kekuatan merupakan sumberdaya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh
atau tersedia bagi perusahaan yang membuat perusahaan relatif lebih unggul
dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang
dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumberdaya dan kompetensi yang tersedia
bagi perusahaan.
b. Kelemahan
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih
sumberdaya atau kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang
menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif.
c. Peluang
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan
suatu perusahaan. Tren utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi
atas segmentasi pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan dalam kondisi
persaingan, perubahan tekhnologi, dan membaiknya hubungan dengan pembeli
atau pemasok dapat menjadi peluang bagi perusahaan.
Ancaman merupakan situasi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam
mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan. Masuknya pesaing baru,
pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar- menawar dari
pembeli atau pemasok utama, perubahan tekhologi, dan direvisinya atau
pembaharuan peraturan dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan suatu
perusahaan.
Menurut Kotler (2002: 89), kekuatan dan kelemahan sebagai faktor
internal lingkungan organisasi harus dievaluasi secara periodik yang tujuannya
untuk mengenali kemampuan dan keahlian dalam memanfaatkan peluang terbesar
yang menguntungkan perusahaan dan memiliki strategi dalam menghadapi
ancaman pesaing dan meminimalkan ancaman lainnya.
2.5 Analisis Lingkungan Perusahaan
Analisis keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan. Lingkungan perusahaan mengalami perubahan yang cukup drastis
dan dinamis yang mengakibatkan persaingan yang ketat antara perusahaan. Untuk
dapat berkembang atau setidak-tidaknya dapat bertahan pada kondisi lingkungan
yang selalu berubah, pihak manajemen dituntut untuk dapat membuat
perencanaan yang matang baik rencana jangka pendek maupun rencana jangka
panjang untuk mencapai tujuan perusahaan. Analisis lingkungan secara sistematis
pencegahan dini untuk menghindari ancaman atau mengembangkan strategi yang
dapat mengubah ancaman menjadi keuntungan bagi perusahaan. Analisis ini juga
bertujuan agar manajer perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat
meramalkan perubahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat mengantisipasi
perubahan tersebut. Lingkungan perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu
lingkungan internal perusahaan dan lingkungan eksternal perusahaan.
2.5.1Lingkungan Internal Perusahaan
Analisis lingkungan internal segala sesuatu yang dimiliki organisasi
berupa kekuatan dan kelemahan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk
mengamati kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Kekuatan
merupakan potensi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang muncul dari luar. Sedangkan
kelemahan adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki oleh
perusahaan yang harus terus diperbaiki agar perusahaan mampu bersaing di pasar.
Setiap organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda
karena itu penting bagi sebuah organisasi untuk mengetahui dengan jelas apa
kekuatan dan kelemahan yang ada dalam organisasi agar dapat memanfaatkan
peluang dan menghindari ancaman yang ada di luar organisasi. Selain mengetahui
peluang yang menarik di lingkungannya, organisasi perlu juga memiliki keahlian
tertentu supaya berhasil memanfaatkan peluang tersebut (Kotler, 2002: 88).
Menurut David (2009), faktor-faktor internal yang dianalisis pada
1) Aspek manajemen sumberdaya manusia
Sumberdaya manusia perusahaan berhubungan dengan sistem manajemen, hubungan staf karyawan dan tingkat produktivitas tenaga kerja. Serangkaian sumberdaya dan karyawan yang dapat memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan adalah struktur organisasi dan suasana yang efektif; sejarah perusahaan dalam mencapai tujuan; pengalaman kerja dan prestasi manajemen puncak yang seimbang; kebijakan hubungan kerja yang efisien dan efektif; karyawan berkualitas tinggi; informasi manajemen dan sistem komputer yang efektif.
2) Aspek pemasaran
Pemasaran diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa yang meliputi pelanggan, menjual produk, menetapkan harga, dan analisis peluang.
3) Sumberdaya keuangan
Sumberdaya keuangan digunakan untuk melihat pertumbuhan penjualan dan struktur modal terhadap perolehan laba penjualan. David (2009) menambahkan bahwa kondisi keuangan sering dianggap suatu ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik investor.
4) Aspek produksi dan operasi
Fungsi produksi/operasi merupakan kegiatan mengubah masukan (input) menjadi barang/jasa (output). disarankan bahwa manajemen produksi/operasi haruslah terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan yaitu :
proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu.
5) Fungsi Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Terdiri dari aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kompetitif perusahaan, biasanya diarahkan pada produk-produk baru.
6) Sistem Informasi Manajemen
2.5.2Lingkungan Eksternal Perusahaan
Lingkungan eksternal perusahaan menjelaskan tentang peluang dan
ancaman besar yang dihadapi oleh suatu perusahaan di masa kini ataupun masa
yang akan datang, sehingga manajer dapat merumuskan strategi yang tepat guna
mengambil keuntungan dari berbagai peluang dan meminimalkan dampak dari
ancaman yang muncul. Proses yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan
analisis lingkungan eksternal adalah dengan melakukan pemindaian (scanning),
pengawasan (monitoring), peramalan (forecasting) dan penilaian (assessing).
Analisis lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi dua kategori diantaranya
adalah lingkungan jauh dan lingkungan industri.
Lingkungan jauh merupakan lingkungan yang secara tidak
langsungmempengaruhi keputusan strategi perusahaan dalam jangka panjang dan
bersifat uncontrollable. Sedangkan lingkungan industri merupakan analisa terhadap kelompok yang terkait (stake holder). Perusahaan harus melakukan penilaian secara hati-hati terhadap tekanan-tekanan dari potensi masuknya pesaing
baru, daya saing pemasok, daya saing pembeli, potensi pengembangan produk
penganti maupun persaingan antarperusahaan saingan dari stake holder. Karena semakinbesar kekuatan dari tiap-tiap elemen tersebut maka kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan harga atau laba semakin terbatas.
2.5.2.1Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh adalah lingkungan eksternal organisasi yang menyusun
faktor operasi perusahaan. Lingkungan jauh terdiri ekonomi, teknologi, politik
serta kebudayaan.
a) Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli konsumen dan pola pengeluarannya. Pasar memerlukan daya beli selain jumlah orang. Daya beli total tergantung pada pendapatan sekarang, harga- harga, tabungan dan utang. Pemasar harus menyadari kecenderungan utama dalam pendapatan dan pengeluaran konsumen yang berubah-ubah (Kotler, 2002).
b) Lingkungan Teknologi
Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat baik di bidang bisnis maupun bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Sebenarnya terknologi tidak hanya mencakup penemuan terbaru saja tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Teknologi memberikan gambaran yang luas meliputi mendesain, menghasilkan dan mendistribusikan. Teknologi mungkin adalah kekuatan yang paling dramatis yang membentuk lingkungan pemasaran. (Kotler dan Amstrong, 2001).
c) Lingkungan Politik
Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan dalam lingkungan politik. Lingkungan ini terdiri dari undang-undang, lembaga pemerintah dan golongan yang berpengaruh yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi dan individu dalam masyarakat (Kotler, 2002).
d) Lingkungan Sosial Budaya dan Demografi
Faktor sosial yang berpengaruh adalah kepercayaan, nilai sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan eksternal yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik (David, 2009).
2.5.2.2Lingkungan Industri
Kekuatan dalam bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor,
yaitu ancaman terhadap masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk
substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, dan kekuatan tawar menawar
A. Ancaman Pendatang Baru.
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan
sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi
bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumberdaya
produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi
perusahaan yang sudah ada. Besarnya ancaman masuk bergantung pada hambatan
masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Terdapat
enam sumber utama hambatan masuk, yaitu:
Skala Ekonomi
Skala ekonomi adalah bertambahnya jumlah barang yang diproduksi dalam satu periode sehingga menurunkan biaya satuan per unit. Skala ekonomi ini menghalangi masuknya pendatang baru dengan cara memaksanya masuk dalam skala besar dengan konsekuensi menghadapi reaksi keras dari pesaing yang ada.
Deferensiasi Produk
Perusahaan yang melakukan deferensiasi produk memiliki identifikasi merk dan loyalitas pelanggan yang disebabkan oleh periklanan, pelayanan pelanggan, perbedaan produk di masa lampau atau sekedar perusahaan pertama yang memasuki industri. Deferensiasi produk memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan.
Kebutuhan Modal
Kebutuhan untuk menanamkan investasi sumber daya keuangan yang besar menciptakan hambatan masuk khususnya jika modal yang diperlukan untuk periklanan tidak dapat kembali.
Biaya Beralih Pemasok
Akses ke Saluran Distribusi
Hambatan yang masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhanpendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Bilamana saluran distribusi untuk produk tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang mapan maka perusahaan baru harus membujuk saluran tersebut agar menerima produknya melalui cara -cara penurunan harga, kerjasama periklanan dan sebagainya.
Kebijakan Pemerintah
Pemerintah dapat membatasi bahkan menutup masuknya industri dengan melakukan pengendalian dan pengawasan, seperti perjanjian lisensi dan batasan-batasan akses ke bahan baku. Pemerintah juga memainkan peranan secara tidak langsung seperti standar polusi udara dan peraturan keamanan.
Hambatan Biaya Terlepas Dari Skala
Perusahaan yang telah mapan memiliki keunggulan biaya yang tidak dimiliki oleh pendatang baru, seperti keunggulan lokasi yang strategis, teknologi rahasia, penguasaan yang menguntungkan terhadap bahan baku, subsidi pemerintah dan keunggulan kurva belajar.
B. Ancaman Produk Substitusi.
Semua perusahaan dalam suatu industri dengan produk substitusi,
meskipun karakteristik berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi dan
jasa yang sama. Ancaman produk substitusi kuat jika konsumen dihadapkan pada
harga yang lebih murah dan kualitas sama atau lebih baik dibandingkan dengan
produk dari industri tersebut.
C. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Suppliers).
Pemasok dapat mempengaruhi industri melalui kemampuan menaikkan
harga jual atau menurunkan kualitas produk atau pelayanan. Hubungan antara
perusahaan dengan pemasok sangat penting untuk keberlanjutan usaha dalam
dukungan bahan baku.
Untuk melihat seberapa jauh para pembeli dengan kekuatan yang mereka
miliki mampu mempengaruhi industri untuk menurunkan harga produk, serta
meningkatkan mutu dan pelayanan.
E. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri.
Tingkat persaingan industri meliputi : jumlah kompetitor, karakteristik
produk, biaya tetap yang besar, kapasitas dan hambatan keluar.
Gambar 2.2 Model lima kekuatan Porter
Sumber : Porter 1993
2.6 Peternakan Organik
2.6.1 Definisi Pangan Organik dan Ternak Organik
Pangan organik adalah pangan berkaitan dengan cara-cara produksi pertanian
organik. Suatu bahan pangan disebut sebagai pangan organik hanya apabila
pangan tersebut berasal dari suatu lahan pertanian organik. Pertanian organik Pemasok Para Pesaing Industri
Pendatang Baru Potensial
Pembeli
yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang
berkelanjutan (OKPO, 2007).
Pertanian organik juga melakukan pengendalian gulma serta hama dan
penyakit melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak,
seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan pengairan, pengolahan lahan dan
penanaman, serta penggunaan bahan-bahan hayati. Kesuburan tanah dijaga dan
ditingkatkan melalui suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah,
keadaan fisik, serta keadaan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan
suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan ternak serta untuk
menjaga sumberdaya tanah.
Produksi pada pertanian organik harus berkesinambungan dengan
menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi
penyuburan tanah. Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang
adanya hubungan yang seimbang antara inang atau predator, peningkatan populasi
serangga yang menguntungkan, pengendalian biologis dan kultural, serta
pembuangan secara mekanis pada hama maupun bagian tumbuhan yang
terinfeksi.
Sedangkan peternakan organik merupakan pengelolaan peternakan
berdasarkan prinsip pertanian organik. Dasar budidaya ternak organik adalah
pengembangan hubungan secara harmonis antara lahan, tumbuhan, ternak, serta
penghargaan terhadap kebutuhan fisiologis dan kebiasaan hidup ternak. Hal ini
organik yang berkualitas baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem
budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya. Hal tersebut
juga dipenuhi dengan menerapkan cara-cara pengelolaan ternak yang dapat
mengurangi stres, mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan
penyakit, serta usaha penghindaran penggunaan obat hewan kolompok sediaan
farmasetika atau jenis kemoterapetika (termasuk antibiotika).
2.6.2 Pedoman Teknis Peternakan Organik
Pada dasarnya prinsip peternakan organik sama halnya dengan prinsip
pertanian organik sesuai dengan program dan standar yang ditentukan oleh
International Federation of Organic Agriculture Movements/ IFOAM (2005) yaitu :
a. Prinsip Kesehatan
Pertanian dan peternakan organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai salah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
b. Prinsip Ekologi
Pertanian dan peternakan organik harus didasarkan pada sistem dan ekologis kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
c. Prinsip Keadilan
Membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
d. Prinsip Perlindungan
Berikut ini adalah pedoman teknis peternakan organik menurut Otoritas
Kompeten Pangan Organik tahun 2007:
1. Lahan dan Penyiapan Lahan, Kandang, Bangunan kantor dan Tenaga kerja
a. Unit usaha atau peternak harus memiliki catatan riwayat penggunaan lahan minimal dua tahun sebelum lahan tersebut diperuntukan untuk sistem peternakan organik, kecuali bagi lahan yang ada dihutan bebas, bekas hutan, dan lahan bukaan baru.
b. Unit usaha atau peternak mempunyai peta lokasi lahan yang berbatasan dengan lahan yang akan digunakan untuk peternakan organik.
c. Lahan bekas peternakan bukan organik harus mengalami periode konversi paling sedikit dua tahun sebelum penebaran ternak. Dalam hal seluruhlahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh dikerjakan secara bertahap. Areal yang dalam proses konversi dan areal yang telah dikonversi untuk produksi ternak organik tidak boleh diubah (kembali seperti semula atau sebaliknya) antara metode produksi ternak organik dan konvensional.
d. Tidak menyiapkan lahan dengan cara pembakaran, termasuk pembakaran sampah.
e. Kandang pemeliharaan ternak harus ditata supaya aliran air, saluran pembuangan limbah tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan penyakit.
f. Kandang isolasi diletakan paling belakang dan terpisah dari kandang lainnya untuk menghindari penularan penyakit melalui udara, air, peralatan dan petugas kandang.
g. Bangunan kantor dan tempat tinggal karyawan harus terpisah dari areal perkandangan dan dipagar.
h. Tenaga kerja yang dipekerjakan hendaknya berbadan sehat dan mendapat pelatihan teknis budidaya ternak dan penanganan panen, pasca panen, distribusi dan pemasaran hasil peternakan organik.
2. Bibit ternak
a. Bibit ternak berasal dari ternak yang dipelihara secara organik atau sesuai dengan cara -cara yang sesuai dengan SNI .
b. Tidak menggunakan bibit ternak yang berasal dari hasil rekayasa genetika yang dibuktikan dengan sertifikat .
c. Dalam hal tidak tersedia bibit seperti yang disyaratkan tersebut maka pada tahap awal dapat menggunakan bibit tanpa perlakuan.
3. Sumber Air
b. Air yang tidak berasal dari mata air langsung harus telah mengalami perlakuan untuk mengurangi cemaran sehingga memenuhi persyaratan baku dan terdokumentasi.
c. Tidak dizinkan mengeksploitasi air secara berlebihan dan menurunkan sumberdaya air.
4. Manajemen Kesuburan Tanah
a. Kesuburan dan aktivitas biologis tanah harus dipelihara atau ditingkatkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam SNI No 01-67292006.
b. Tidak menggunakan kotoran manusia. 5. Pencegahan Penyakit dan Pemeliharaan Ternak
a. Meminimalkan stres, mencegah terjadinya penyakit, tidak menggunakan obat kimia untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, tidak menggunakan hormon pemacu pertumbuhan, tidak menggunakan pakan ternak yang mengandung obat kimia dan hormon pemacu pertumbuhan sintetis, menjaga kesehatan dan kesejahteraan hewan, serta tidak menggunakan pestisida, herbisida, dan produk hasil rekayasa genetika. b. Tidak melakukan proses pembakaran dalam pengendalian gulma.
c. Menerapkan sistem pengendalian penyakit yang terpadu sehingga dapat menekan kerugian akibat penyakit.
d. Memelihara ternak secara ekstensif pada lahan organik. Ternak yang dipelihara bukan secara ekstensif harus mempertahankan kebersihan kandang, ternak, peralatan dan orang yang menangani ternak serta kesehatan ternak dan orang yang menangani ternak.
e. Memelihara spesies ternak yang dapat hidup pada pola organik.
f. Untuk menangani ternak yang sedang sakit dapat diberikan tindakan fisioterapi, akupuntur, probiotik, dan herbal organik. Dalam keadaan terpaksa dapat menggunakan obat obat kimia seperti antibiotik,obat cacing dan lain lain harus memperhatikan dosis, cara pemberian, waktu henti obat dan dalam pengawasan dokter hewan.
g. Ternak yang sedang sakit dan dalam proses pengobatan dipelihara secara terpisah dari ternak yang sehat dan dibawah pengawasan dokter hewan. Kotoran hewan yang sakit tidak boleh mencemari lingkungan lahan organik.
i. Jika terdapat kasus yang membahayakan atau ancaman yang serius terhadap tanaman dimana tindakan pencegahan di atas tidak efektif, maka dapat digunakan bahan lain sebagaimana dicantumkan dalam Lampiranpada SNI.
6. Pakan Ternak
a. Menggunakan bahan baku pakan ternak organik, tidak menggunakan bahan baku yang berasal dari rekayasa genetik.
b. Susu yang diminum oleh ternak muda harus berasal dari susu induk organik
c. Ternak yang dipelihara secara ekstensif dan intensif atau semi intensif harus mengkonsumsi pakan dari lahan organik.
d. Air minum yang digunakan untuk minum, membersihkan ternak dan lingkungan harus berasal dari air organik.
e. Bahan pakan tambahan seperti mineral dan vitamin diperoleh secara alami dan berasal dari sumber sumber organik dan dalam proses produksinya tidak menggunakan pelarut kimia.
f. Probiotik, enzim dan mikroorganisme diperbolehkan untuk digunakan. 7. Penanganan Panen, Pasca Panen, Penyimpanan, Transportasi dan Pemasaran
a. Pencucian peralatan,ternak produk ternak organik segar dilakukan dengan menggunakan air standar baku yang diizinkan untuk sistem pangan organik.
b. Tidak mencampur produk organik dengan produk non- organik dalam penanganan pasca panen termasuk dalam pengolahan, penyimpanan dan transportasi dan pemasaran.
c. Tidak menggunakan bahan kimia sintetis dalam proses penanganan pasca panen, penyimpanan, dan pengangkutan.
d. Peralatan pada waktu dan pasca panen harus bebas dari kontaminasi bahan kimia sintetis.
e. Tidak menggunakan bahan pembungkus yang menimbulkan kontaminasi produk.
f. Dalam pengemasan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali atau menggunakan bahan yang mudah mengalami dekomposisi. Menggunakan kemasan untuk makanan organik.
g. Selalu menjaga integritas produk organik selama penanganan, penyimpanan dan transportasi serta dalam pemasaran.
8. Dokumentasi dan Rekaman
a. Untuk setiap butir yang relevan perlu tersedia ”Standar Prosedur Operasional” (SPO) ya ng terdokumentasikan.
2.6.3 Ayam Kampung Organik
Ayam kampung merupakan ayam yang sudah mengalami proses
domestikasi atau penjinakan yang telah dilakukan oleh manusia sejak lama.
Ayam- ayam tersebut mengalami seleksi alam dan menyebar atau bermigrasi
bersama manusia, kemudian dibudidayakan secara turun- temurun sampai
sekarang.
Diperkirakan, ayam kampung merupakan keturunan dari ayam hutan
merah (Gallus bankiva), ayam hutan cyelon (Gallus Lavayeti), ayam hutan abu- abu (Gallus Sonerate), dan ayam hutan hijau (Gallus Varius). Akibat proses budidaya dan perkawinan antarketurunan secara alam atau liar, serta pengaruh
lingkungan yang berbeda- beda maka terbentuklah berbagai macam tipe ayam
dengan beragam tampilan fisik dan varietas. Ayam hasil domestikasi tersebut
kebanyakan dipelihara di daerah pedesaan atau di kampung sehingga dikenal
dengan sebutan ayam kampung. Ada juga yang menyebutnya dengan ayam buras
(bukan ras) yang bertujuan untuk membedakan dengan ayam yang telah
mengalami rekayasa genetika (Nuroso, 2010)
Ayam kampung organik merupakan hasil pemeliharan atau
pembudidayaan ayam kampung berdasarkan prinsip- prinsip organik. Ayam dapat
dikatakan organik jika dari tahap DOC (day old chicken)/ anak ayam umur sehari sudah mendapatkan asupan pakan organik yang diperoleh dengan menerapkan
prinsip bioteknologi pada proses fermentasi kompisisi pakan bukan pakan yang
pabrik . Dalam pemeliharaan secara organik, ayam tidak mendapatkan lagi
kimia lainnya tetapi digantikan menjadi probiotik ( bakteri yang baik untuk
pencernaan) dan ramuan herbal sebagai pendamping pakan. Probiotik untuk ayam
organik berguna untuk menambah daya tahan tubuhayam dari serangan penyakit.
Probiotik diperoleh juga melalui pemanfaatan bioteknologi dalam menghasilkan
bakteri baik untuk pencernaan menggunakan jasa mikroorganisme.
Ayam kampung yang dipelihara secara organik -- hanya mengkonsumsi
pakan dalam jumlah banyak yang diolah secara bioteknologi/ fermentasi –
menghasilkan tekstur daging yang lembut, kenyal dan tahan lama. Warna daging
tidak pucat dan darah tidak menempel dibagian tulang sehingga tidak
menimbulkan bau amis. Di bagian permukaan dan bawah kulit tidak terlalu
banyak mengandung lemak sehingga tidak menimbulkan lendir dan aman dari zat-
zat kimia berbahaya. Secara garis besar kandungan gizi pada daging ayam organik
tidak berbeda pada kandungan gizi daging ayam lainnya akan tetapi kandungan
gizi pada daging ayam organik lebih alami dan terbebas dari residu zat- zat kimia
yang terkandung didalam daging yang didapatkan selama pemeliharaan.
2.6.4 Kebijakan Pemerintah Terhadap Perkembangan Bahan Pangan Organik
1) Peraturan Menteri Nomor 381/KPTS/OT.140/10/2005 Tentang Pedoman
Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
Peraturan ini bertujuan untuk mewujudkan jaminan pangan asal hewan yang
aman, sehat, utuh, dan halal. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa setiap
Kontrol Veteriner (NKV). Salah satu syarat teknis untuk mendapatkan NKV
adalah perusahaan harus memiliki bangunan, prasarana, sarana usaha yang
memenuhi persyaratan teknis higiene-sanitasi. 2) SNI 01-6729-2002 (Sistem Pangan Organik)
Peraturan ini menetapkan keharusan adanya standar pertanian organik. Standar ini
menetapkan prinsip-prinsip produksi organik di lahan pertanian, penyiapan,
penyimpanan, pengangkutan, pelabelalan, dan pemasaran, serta menyediakan
ketetapan tentang bahan-bahan masukan yang diperbolehkan untuk penyuburan
dan pemeliharaan tanah, pengendalian hama dan penyakit, serta bahan adiktif dan
bahan pembantu pengolahan pangan. Dalam hal pelabelan, penggunaan sertifikasi
yazng menunjukkan bahwa cara produksi organik telah digunakan oleh suatu
perusahaan hanya boleh dilakukan kepad produk-produk yang dihasilkan oleh
operator yang mendapat supervisi dari otoritas atau lembaga sertifikasi seperti
Otoritas Kompeten Pangan Organik (OKPO) atau yang sudah diakreditasi oleh
Kantor Akreditasi Nasional (KAN).
3) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 ini menyebutkan bahwa
keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
melindungi pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan serta membahayakan kesehatan manusia.
Kemanan pangan dalam pedoman teknis pengembangan mutu dan keamanan
akan menyebabkan bahaya bagi konsumen jika disiapkan dan/atau dimakan sesuai
dengan tujuan penggunaan.
4) Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Dalam undang-undang ini Pemerintah Pusat memberikan wewenang kepada
Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati, atau Walikota) untuk melaksanakan
pemberdayaan UMKM dengan penumbuhan iklim usaha yang kondusif dan
pengembangan usaha sehingga usaha UMKM mampu tumbuh dan berkembang
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Penumbuhan iklim usaha dimaksud
adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah melalui penetapan berbagai peraturan
perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar
UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan
dukungan berusaha seluas-luasnya. Pengembangan adalah upaya melalui
pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing UMKM.
Dalam undang-undang ini juga pemerintah berkomitmen untuk memudahkan
UMKM dalam hal pembiayaan. Kemudahan pembiayaan yang dimaksud adalah
penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerin Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat
melaluik bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk
mengembangkan dan memperkuat permodalan UMKM. Selain itu, pemerintah
uga memberikan jaminan pinjaman untuk UMKM oleh lembaga penjamin kredit
sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh peinjaman dalam
Pemerintah juga membantu pengembangan UMKM dengan mengusahakan
kemitraan. Kemitraan yang dimaksud adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha,
baik langsung maupun tidak tidak langsung, atas dasr prinsip saling memerlukan,