BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat
Obat merupakan komponen pelayanan kesehatan yang sangat mempengaruhi
kesembuhan penyakit, serta pencegahan dari keparahan penyakit dan komplikasi
yang mungkin timbul. Di sisi lain, kesalahan pemberian obat sering berujung pada
kondisi serius hingga menyebabkan kematian. Apabila ditinjau dari sudut pandang
manajemen, pemakaian obat meliputi 30% hingga 60% biaya pelayanan
kesehatan.
Pengolahan logistik obat membutuhkan akurasi yang tinggi karena harga
bebrapa item obat sangat mahal, perputaran obat sangat bervariasi antara satu item
obat dengan item yang lain, serta secara umum obat merupakan produk yang
mudah rusak (perishable). Ada obat-obat tertentu yang harus selalu tersedia di
rumah sakit dan esensial bagi pelayanan kepada pasien. Beberapa kenyataan
tersebut menuntut sistem informasi klinis, asuhan kefarmasian, maupun
manajerial yang prima.
Dunia medis dan kefarmasian juga berkembang pesat dan kompleks
dengan dihasilkannya berbagai penemuan obat dan teknologi kedokteran sampai
tingkat molekuler. Pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien juga
mendapatkan momentumnya dalam satu dasa warsa terakhir. Farmasi sebagai
berupaya meningkatkan peranannya yang lebih signifikan kepada masyarakat,
untuk menjamin ketersedian masyarakat, untuk menjamin ketersediaan obat dan
yang berkualitas, memastikan bahwa pasien mendapatkan obat yang dapat,
dengan dosis yang sesuai, diminum dengan cara yang benar, memberikan hasil
terapi yang maksimal, dan mendapatkan efek samping yang minimal.
Pelaksanaan dispending yang benar, yang mengacu pada siklus dispensing
yang benar, sangat perlu dipahami oleh semua farmasi untuk menjamin efikasi
dan keamanan obat bagi pasien. Teknologi informasi dan komunikasi dapat sangat
membantu untuk efisiensi dan pencegahan kesalahan akibat human error pada
proses dispending dan pengelolaan obat.
Di lain pihak, makin baiknya tingkat pendidikan masyarakat dan
mudahnya akses informasi melalui media membuat masyarakat lebih melek
informasi dan makin sadar akan hak-haknya sebagai konsumen, termasuk
konsumen produk dan jasa bidang kesehatan. Walaupun demikian, masih banyak
masyarakat yang menjadi korban malpraktek atau tidak memperoleh hak-haknya
secara sebenarnya.
Karena itu, Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat sangat
berkontribusi dalam memberikan hak atas informasi bagi konsumen obat.
Kesehatan merupakan modal utama setiap umat manusia dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Ketika kesehatan mulai terganggu, maka upaya pengobatan
penyakit dan banyaknya macam obat yang beredar di pasaran, menyebabkan
sulitnya dokter, farmasi maupun masyarakat dalam mencarai informasi obat
dengan cepat. Kecepatan akan pemenuhan informasi obat tentunya akan sangat
berpengaruh pada cepatnya upaya pengobatan, yang selanjutnya akan berujung
pada cepatnya proses penyembuhan. (Kusumadewi, 2011).
2.2. Sejarah Obat Tradisional
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia
yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya
namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri
farmasi secara regular. Sekitar 1000 jenis tanaman telah diidentifikasi dari aspek
botani sistematik tumbuhan dengan baik. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa
68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang
mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari
80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan
mereka. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan obat memiliki arti
penting yakni secara mendasar mendukung kehidupan maupun potensi
perdagangan.
Berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi obat di Indonesia
mengandung beraneka ragam jenis senyawa kimia alami. Berdasarkan
penggunaan tradisional dan berbagai penelitian ilmiah, tanaman tersebut memiliki
agen anti penyakit infeksi sampai penyakit degeneratif seperti imunodefisiensi,
hepatitis, arthritis, stroke, osteoporosis bahkan kanker.
Di sisi lain pengobatan dengan senyawa tungggal (single entity) atau
senyawa isolate murni maupun sintesis belum memberikan kesembuhan optimal
dan paripurna. Maka masyarakat berupaya untuk mencari obat alternatif, terutama
dari herbal.Minum jamu untuk mendukung kesehatan dan penggunaan bahan obat
alam terutama tumbuhan telah melekat di dalam kehidupan masyarakat Indonesia
dari generasi ke generasi hingga kini. Apresiasi yang lebih tinggi terhadap bahan
alami semakin meningkat seiring dengan berbagai fakta bahwa bahan-bahan
sintetis termasuk obat sintetis memiliki efek samping yang tidak bisa dianggap
remeh.
Gaya hidup masyarakat modern “sadar alami” menjadikan jamu dan obat
herbal untuk agen promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit serta
untuk mendukung vitalitas atau mendukung kinerja harian. Beberapa anggota
masyarakat menggunakannya sebagai agen kuratif (penyembuh) namun belum
didukung penelitian ilmiah yang memadai misal untuk antikanker, antirematik,
anti asam urat atau sebagai penyembuh dengan indikasi masih belum spesifik
seperti mengobati pasca kelahiran, mengobati demam, mengobati masuk angin,
dan lain-lain. Khususnya di Indonesia, fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa
obat herbal memiliki peran penting di dalam bidang kesehatan masyarakat dalam
hal aspek pengobatan sebagai agen preventif, promotif bahkan kuratif. Untuk itu
farmakokinetika zat khasiat, penatapan mutu dan keamanan bahan baku ekstrak
yang digunakan di dalam penunjang kesehatan.
Fakta bahwa obat berbasis tumbuhan telah melekat di dalam kehidupan
masyarakat, Indonesia Negara terkaya biodiversitasnya, kecendrungan orang
kembali ke alam meneguhkan peran penting tumbuhan sebagai sumber obat
bahkan berpotensi nilai ekonomi tinngi. Namun isu besar yang menjadi pemikiran
pemerintah saat ini adalah bagaimana menjamin obat yang berbasis herbal di atas
memiliki mutu yang terukur, mampu mendukung derajat kesehatan dan terjamin
keamanan terbebas dari bahan dan mikroba berbahaya serta bagaimana
menaikkan nilai ekonomi sehingga menjadi Negara produsen yang bermartabat.
Di kalangan perguruan tinggi bidang farmasi, kedokteran dan kimia,
pembelajaran dan fitoterafi dan upaya standardisasi sudah dilakukan puluhan
tahun namun output yang dihasilkan berupa dokumen lintas departemen masih
belum memadai. Walau demikian semenjak tahun 2000 pemerintah RI melalui
depkes-BPOM mulai mengintensifkan pembuatan standar dan acuan standardisasi
bahan obat alam. Hingga kini telah diterbitkan monografi ekstrak tumbuhan obat
tahun 2004 dan 2006 dan farmakope herbal yang akan diterbitkan tahun
mendatang.
Meskipun pembuatan Materia Medika Indonesia sudah dimulai sejak
sekitar tahun 1980-an, namun lebih banyak menitik beratkan pada aspek botani
dan sangat kurang dalam parameter kimiawi, mikrobiologi dan fisis sebagai
dibakukan standardisasinya baru mencapai kurang dari 60 buah (bandingkan
dengan ribuan tanaman obat dan berpotensi obat Indonesia yang belum tersentuh
secara ilmiah). Lima tahun terakhir perguruan tinggi yang berbasis kimia dan
farmasi telah intensif mulai memberikan materi pembelajaran standardisasi bahan
obat alam yang awalnya mungkin hanya mata kuliah pilihan kemudian menjadi
mata kuliah wajib.
Begitu pula ratusan industri farmasi besar dan menengah mulai
memperhatikan parameter spesifik seperti aspek senyawa apa yang bertanggung
jawab terhadap khasiat. Dengan demikian prospek dan pekerjaan standardisasi
bahan obat alam merupakan isu besar dan tantangan besar hingga 20 tahun
mendatang.
2.3. Standarisasi Obat Tradisional
Objek standarisasi adalah ekstrak tumbuhan yakni material yang diperoleh dengan
cara mencari bahan tumbuhan dengan pelarut tertentu. Kecuali dinyatakan lain
pelarut yang diperbolehkan adalah etanol. Pelarut organik lain selain metanol
memiliki potensi toksisitas yang lebih tinggi. Etanol memiliki kemampuan
mencari polaritas yang lebar mulai senyawa non polar sampai dengan polar.
Sedangkan pencari air cukup sulit diuapkan pada suhu rendah sehingga berpotensi
terdegradasinya komponen aktif atau terbentuknya senyawa lain karena
pemanasan. Ekstraksi dengan non pelarut seperti superkritikal gas diperkenankan
namun yang menjadi masalah adalah aplikasi di Indonesia untuk industri masih
Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak
kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanaya kadar air
lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30%. Ekstrak
kering memungkinkan langsung dilakukan penyerbukan dan lebih mudah
memperhitungkan kadar serta melakukan formulasi. Untuk industri yang tidak
mampu membuat serbuk sebaiknya kadar air dibuat antara 10-30% dan tidak
terlalu kental. Dengan konsistensi terlalu kental justru sangat sulit diserbukkan.
2.3.1. Manfaat Standarisasi Obat Tradisional
Tanaman obat dan rempah Indonesia mempunyai potensi besar sebagai produk
unggulan. Belum tingginya upaya lintas sektoral dan terpadu antara
swasta-pemerintah-perguruan tinggi untuk mengangkat secara sistematis natural product
Indonesia mengakibatkan banyak produk ekspor herbal yang berdaya tawar
rendah. Hingga kini Cina dan India adalah raja produk herbal di dunia, bahkan
Singapura yang merupakan Negara mungil adalah salah satu pengolah dan penjual
produk alam yang cukup besar dan Negara inilah yang menerapkan standar bagi
eksportir sehingga banyak sekali bahan mentah Indonesia yang diekspor dengan
harga cukup murah namun melalui pabrikasi dan proses di Negara bersangkutan
tersebut dijual dengan nilai yang jauh lebih tinggi.
Standardisasi adalah upaya penting untuk menaikkan nilai ekonomi
produk alam Indonesia. Dampak positif standardisasi sebenarnya menguntungkan
semua pihak yakni konsumen, pemerintah bahkan produsen sendiri. Agar bisa
produk dan jika digunakan sebagai bahan baku industri maka ekstrak tanaman
harus memiliki zat aktif atau senyawa marker pada kadar tertentu. Selain itu untuk
memastikan keamanan, ekstrak tidak boleh mengandung zat-zat yang berbahaya.
Bagi produsen akan menguntungkan dari aspek stabilitas produk, karena zat-zat
tertentu bisa mempercepat kerusakan produk yang beredar di pasaran, misalnya
kadar air yang terlalu tinggi (>10%) akan menurunkan stabilitas ekstrak. Produk
yang bermutu dengan khasiat yang konsisten dan aman akan menaikkan
kepercayaan konsumen dan klien.
2.3.2. Penetapan Standarisasi Obat Tradisional
Pemerintah adalah pemegang mandat politik untuk menjamin mutu pelayanan dan
barang yang beredar di masyarakat serta mencegah bahaya apapun terhadap bahan
yang dikonsumsi publik. Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dan Badan
POM menetapkan standar dan parameter mutu dan keamanan bahan apapun
termasuk bahan obat herbal yang dikonsumsi oleh masyarakat.
Standar itu merupakan acuan yang digunakan oleh institusi di luar
pemerintah yang memiliki kepentingan dengan obat herbal: produsen, industry,
eksportir, lembaga penelitian, dan lain-lain. Mereka harus menepati mutu produk
yang telah ditetapkan. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Standardisasi, sedangkan evaluasi dan
penilaian produk, baik jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), maupun Fitofarmaka
menjadi tugas dan tanggungjawab Direktorat Penilaian Obat Tradisional,
pengekspor berbahan baku ekstrak wajib menaati ketentuan pengujian, parameter
hasil dan metode yang digunakan termasuk instrumentasi terutama sekali
parameter keamanan. Untuk itu mereka harus melakukan proses standardisasi
ekstrak jika produk herbal beredar di masyarakat sebagai obat herbal terstandar
dan fitofarmaka.
Perlu dikemukakan di sini bahwa ada 3 kategori obat herbal yang beredar
di Indonesia yakni: jamu, suatu bahan pengobatan tradisional namun sudah
terdaftar di institusi pemerintah yang tanpa dilakukan standardisasi dan belum
diteliti khasiat atau farmakologinya, baik secara pra klinik maupun klinik. Obat
herbal terstandar, jika bahan baku telah distandardisasi dan khasiatnya telah
dibuktikan secara klinik pada pasien manusia. Direktorat penilaian pada Badan
POM yang akan memeriksa kesesuaian hasil ajuan dari subjek standardisasi
diatas.
Idealnya ekstrak yang ditetapkan parameter mutu dan keamanannya adalah
ekstrak yang berasal tanaman yang telah diteliti dan ditetapkan efek farmakologis
dan toksisitas kliniknya (baik akut, subkronis, maupun kronis), yakni telah teruji
pada pasien sehingga output yang dihasilkan adalah produk dengan nilai ekonomi
dan berdaya guna tinggi. Namun untuk mendapatkan ekstrak tanaman yang teruji
secara klinik sudah merupakan problem besar tersendiri terkait dengan besarnya
Di sisi lain masyarakat turun temurun atau mengikuti tren atau
mengadsorpsi kebiasaan baru mengonsumsi obat herbal tertentu yang notabene
banyak diantaranya belum mengalami penelitian farmakologi maupun
toksikologinya. Demikian jamu yang beredar di pasaran, hendaknya minimal
bahan baku ekstraknya telah ditetapkan aspek parameter non spesifiknya.
Sudah menjadi tugas pemerintah untuk menetapkan parameter mutu dan
menjaga keamanan masyarakat pemakai obat herbal sehingga dengan sendirinya
bahan obat herbal apapun yang telah dikonsumsi public secara missal tetap pada
batas-batas aman meskipun bahan atau produk terkonsumsi belum mengalami uji
farmakologi praklinik maupun klinik.
2.3.3. Acuan Standarisasi Obat Tradisional
Parameter terkait ketentuan mutu dan keamanan obat herbal dibuat dalam
dokumen resmi pemerintah seperti Materia Medika Indonesia, Monografi Ekstrak,
Farmakope Herbal yang merupakan standar resmi pemerintah. Panduan bisa
diperluas jika diperlukan yakni dari WHO: Quality Control Methods for
Medicinal Plan Materials. Jadi standardisasi bahan obat herbal ditujukan untuk
menjamin mutu yang artinya bisa menjamin efikasi efek farmakologinya secara
konsisten dan menjamin keamanan pada konsumen. Pemerintah melalui BPOM
yang menentukan parameter-parameternya. Sedangkan produsen, distributor,
eksportir dan importer memiliki kewajiban memenuhi criteria parameter dan
keamanan yang telah digariskan dalam dokumen resmi tersebut, seperti
lain-lain. Pekerjaan parameter nonspesifik meliputi aspek penetapan sisa air.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aspek penetapan sisa air.
Tujuan : Menetapkan residu air setelah proses pengentalan atau
pengeringan.
Parameter : Range kadar air tergantung jenis ekstrak yang diinginkan ekstrak
kering kadar air <10%, ekstrak kental 5-30%, ekstrak cair >30%.
Atau menyesuaikan kebutuhan pengeringan serta perhitungan
dosis formulasi tetapi jika tidak dinyatakan lain, maka ekstrak
adalah ekstrak kental.
Problem : Untuk menetapkan parameter non spesifik titik krusial terpenting
adalah homogenitas sampel. Seringkali keterulang (simpangan
deviasi) beberapa pengukuran rendah karena cara Sampling yang
tidak representatif. Sebagaimana diungkapkan di depan, bahwa
karakteristik ekstrak adalah sering terjadi separasi selama
penyimpanan.
Kadar air menetukan stabilitas ekstrak dan bentuk sediaan selanjutnya.
Biasanya kadar air yang cukup berisiko adalah lebih dari 10%.
2.4. Penggunaan Air
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan
komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi
yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian terkandung air
dalam jumlah tertentu. Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah
yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun maupun nabati. Air
berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai
media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer dan sebagainya
2.4.1. Kimia Air
Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen
dengan dua atom hidrogen. Hidrogen dan oksigen mempunyai daya padu yang
sangat besar antar keduanya. Keunikan air terjadi berkat ikatan pemadu kedua
unsurnya. Perangkaian jarak atom-atomnya mirip kunci yang masuk lubangnya,
kecocokannya begitu sempurna, sehingga air tergolong senyawa alam yang paling
mantap. Semua atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh ikatan yang
kuat, yang hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya
energi listrik atau zat kimia seperti logam kalium.
Sebuah atom oksigen mempunyai sebuah inti dengan delapan proton; kulit
elektron bagian dalam berisi dua elektron dan sebuah kulit elektron luar hanya
berisi enam elektron, jadi masih belum penuh atau masih kekurangan dua
elektron. Sedang sebuah atom hidrogen mempunyai kulit elektron luar hanya
berisi enam elektron, jadi masih belum penuh atau masih kekurangan dua
elektron. Sedang sebuah atom hidrogen mempunyai kulit elektron tunggal di
kekurangan satu elektron. Kulit yang belum terisi penuh tersebut tidak mantap dan
elektron-elektronnya cepat bergabung dengan electron lain untuk memenuhi ruang
dalam suatu kulit. Kulit yang terisi penuh merupakan bentuk yang mantap, dan
setelah hal itu terjadi, maka akan dilawannya setiap usaha pemisahan.
2.4.2. Ikatan Kovalen dan Ikatan Antarmolekul Air
Dalam sebuah molekul air dua buah atom hidrogen berikatan dengan sebuah atom
oksigen melalui dua ikatan kovalen, yang masing-masing mempunyai energi
sebesar 110,2 kkal per mol. Ikatan kovalen tersebut merupakan dasar bagi sifat air
yang penting, misalnya kebolehan air sebagai pelarut. Bila dua atom hidrogen
bersenyawa dengan sebuah atom oksigen, maka molekul tersebut menghasilkan
molekul yang berat sebelah, dengan kedua atom hidrogen melekat di satu atom
oksigen dengan sudut 104,5o antara keduanya. Posisi tersebut mirip dengan dua
dua telinga pada kepala kelinci. Akibat perbedaan elektronegativitas anatar
hidrogen dan oksigen, sisi hidrogen molekul air bermuatan positif sedang pada
sisi oksigen bermuatan negatif.
Sebuah molekul air dapat digambarkan sebagai menempati pusat dari
sebuah tetrahedron, suatu benda ruang dengan 4 sisi yang masing-masing sisinya
merupakan segi tiga sama sisi, sebuah molekul air dengan kutub-kutub positif dan
negatif secara permanen menjadi dwikutub (dipolar), seperti halnya sebatang
magnet yang mempunyai kutub berbeda pad kedua ujungnya. Karena itu molekul
air dapat ditarik oleh senyawa lain yang bermuatan positif atau yang bermuatan
kutub negatif molekul air lainnya menyebabkan terjadinya penggabungan
molekul-molekul air melalui ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan kovalen. Ikatan-ikatan
hidrogen mengikat molekul-miolekul air lain di sebelahnya dan sifat inilah yang
bertanggungjawab terhadap sifat mengalirnya air. Molekul air yang satu dengan
molekul air yang lain bergabung dengan suatu ikatan hidrogen antara atom H
denagn atom O dari molekul air yang lain.
Kemampuan molekul air membentuk ikatan hidrogen menyebabkan air
mempunyai sifat-sifat yang unik. Ikatan hidrogen yang terjadi antara
molekul-molekul yang berdampingan mengakibatkan air pada tekanan atmosfer bersifat
mengalir (flow) pada suhu 0-100o C. kelompok-kelompok kecil molekul air
bergabung dengan suatu pola tertentu, tetapi kelompok-kelompok tersebut
bergerak bebas dan menyebabkan terjadinya pertukaran ikatan hidrogen. Ikatan
hidrogen ini tidak hanya mengikat molekul-molekul air satu sama lain, tetapi
dapat juga menyebabkan pembentukan hidrat antara air dengan senyawa-senyawa
lain yang mempunyai kutub O atau N, seperti senyawa metanol atau karbohidrat
yang mempunyai gugus OH. (Winarno, 2004)
2.5. Metode Destilasi Toluena
Penetapan kadar air ditetapkan dengan cara destilasi toluena. Toluena yang
digunakan dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, setelah dikocok didiamkan,
ekstrak yang ditimbang dengan seksama dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan toluena yang telah dijenuhkan dengan air.
Alat dipasang dan toluena dituangkan kedalam tabung penerima melalui
pendingin. Labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluene mulai
mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4 tetes/detik. Setelah semua
toluena mendidih, pendingin dicuci dengan toluena sambil dibersihkan dengan
sikat kecil dan sulingan dilanjutkan selama 5 menit. Dibiarkan tabung penerima
mendingin sampai temperatur kamar. Setelah lapisan air dan toluena memisah
sempurna, volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam persen terhadap berat
ekstrak semula. Pekerjaan diulangi tiga kali.
Sebaiknya deviasi hasil antarpekerjaan tidak lebih dari 25%. Kerugian
yang diakibatkan oleh pencemaran mikrobiologi memiliki konsekuensi baik
material dan hukum yang berat apalagi jika obat herbal masuk ke wilayah hukum
Negara lain. Jadi ibaratkan lebih baik kurang berefek namun tidak membahayakan
konsumen daripada terdeteksinya beberapa bakteri atau jamur berbahaya didalam
sampel. Untuk itu ekstraksi bahan baku, penyimpanan ekstrak dan packaging
produk perlu dilakukan hingga keberadaan bakteri dan jamur minimal.
Proses penyimpanan ekstrak juga menetukan sterilitas. Jangan menyimpan
ekstrak di dalam freezer meskipun memiliki suhu sangat rendah namun justru
memicu tumbuhnya E.coli karena proses tidak hanya sekali dan harus menutup
titik-titik air yang mengandung bakteri atau jamur. Justru penyimpanan pada
tempat kering suhu 250 C di dalam kotak yang dasarnya dilapisi kapur tohon bisa
mengurangi masalah ini. (Saifudin, 2011)
2.6. Jamu sebagai Obat Tradisional
Jamu adalah ramuan tradisional yang sudah dikenal luas oleh masyarakat sejak
zaman dahulu. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan mengonsumsi jamu
sebagai contoh untuk mencegah berbagai jenis penyakit, mengobati berbagai jenis
penyakit, menigkatkan kecantikan wanita disamping juga menjaga kelangsingan
tubuh. Dewasa ini jamu makin popular saja dimasyarakat mengingat selain
harganya yang terjangkau, jamu juga dipercaya lebih aman dibanding obat-obatan
kimia. Namun benarkah demikian?
Meskipun banyak masyarakat mengonsumsi jamu namun tidak banyak
masyarakat yang paham cara mengonsumsi jamu. Kebanyakan dari masyarakat
masih asal-asalan dalam memanfaatkan jamu sehingga terkesan over dosis. Perlu
diketahui bahwa meskipun jamu bahan alami namun di dalamnya juga
mengandung bahan kimia walaupun bahan kimia dalam jamu formulasinya tidak
sekeras bahan kimia dalam obat.
Kecendrungan masyarakat untuk kembali ke alam dalam memelihara
kesehatan tubuh dengan memanfaatkan obat bahan alam yang tersedia melimpah
di tanah air ini membuat industri di bidang obat tradisional berusaha
meningkatkan kapasitas produksinya. Berkembangnya pasar bagi peredaran obat
tradisional yang berasal dari Negara lain. Kecendrungan kembali ke alam ini
didasari alasan umum bahwa obat bahan alam merupakan bahan aman digunakan
dan mudah didapat.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) selaku badan yang
memiliki otoritas di dalam pengawasan obat dan makanan di Indonesia, terus
berupaya untuk memenuhi keinginan masyarakat dengan meningkatkan perannya
didalam melindungi masyarakat dari peredaran obat tradisional yang tidak
memenuhi syarat mutu dan keamanan.
Disamping itu Badan POM juga berperan dalam membina industri
maupun importer/distributor secara komprehensif mulai dari pembuatan,
peredaran serta distribusi, agar masyarakat terhindar dari penggunaan obat
tradisional yang berisiko bagi pemeliharaan kesehatan. Pengawasan yang
dilakukan oleh Badan POM dimulai sebelum produk beredar yaitu dengan
evaluasi produk pada saat pendaftaran, inspeksi sarana produksi sampai kepada
pengawasan produk di peredaran.
2.6.1. Definisi Jamu
Definisi jamu atau obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Kurangnya pengetahuan produsen akan
bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis
penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang bereaksi cepat
pada tubuh.
Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya obat tradisional yang
dikonsumsinya, apalagi memperhatikan adanya kontra indikasi penggunaan
beberapa bahan kimia bagi penderita penyakit tertentu maupun interaksi bahan
obat yang terjadi apabila penggunaan beberapa bahan kimia bagi penderita
penyakit tertentu maupun interaksi bahan obat yang terjadi apabila pengguna obat
tradisional sedang mengkonsumsi obat lain, tentunya sangat membahayakan.
Untuk itulah Badan POM secara berkesinambungan melakukan
pengawasan yang antara lain dilakukan melalui inspeksi pada sarana distribusi
serta pengawasan produk di peredaran dengan cara sampling dan pengujian
laboratorium terhadap produk yang beredar.
2.6.2. Penggolongan Jamu
Pada dasarnya jamu dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Jamu
Inilah jamu tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Di pasaran, kita
bisa menjumpainya dalam bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga
dalam bentuk segar rebusan (jamu godhok) sebagaimana di jajakan para penjual
jamu gendong. Demi alasan kepraktisan, kini jamu juga di produksi dalam kapsul
dan dalam bentuk pil siap minum. Pada umumnya jamu dalam kelompok ini di
Khasiat dan keamananya dikenal secara empiris (berdasarkan pengalaman
turun-temurun).
2. Herbal terstandar
Sedikit berbeda dari jamu, herbal terstandar umumnya sudah mengalami
pemrosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah di ekstrak
tersebut sudah di teliti khasiat dan keamanannya melalui uji para klinis (terhadap
hewan) di laboratorium.
Disebut herbal terstandar, karena dalam proses pengujiannya telah
diterapkan standar kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas serta uji
toksisitas (untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan racun dalam herbal
tersebut).
3. Fitofarmaka
Merupakan jamu dengan kasta tertinggi karena khasiat, keamanan serta standar
proses pembuatan dan bahannya telah di uji secara klinis, jamu berstatus sebagai
fitofarmaka juga di jual di apotek dan sering diresepkan oleh dokter.
2.6.3. Kelebihan dan Kekurangan Jamu
Jamu memang memiliki kelebihan dibandingkan dengan obat-obatan kimia atau
yang kita kenal dengan obat apotik. Namun demikian jamu juga memiliki
kekurangan. Karena itu sebelum mengonsumsi jamu hendaknya kita memahami
segala kelebihan dan kekurangan jamu dengan baik. Kelebihan jamu diantaranya
adalah relatif murah sehingga bisa terjangkau oleh segenap lapisan masyarakat
yang kreatif bisa memanfaatkannya. Tentu saja harganya akan semakin murah
bahkan gratis misalnya berbagai jenis herbal seperti jahe dan kencur dengan
mudah dapat kita tanam di halaman rumah demikian juga daun papaya, buah
belimbing, tanaman kumis kucing, tanaman ekor kucing ataupun jengger ayam
sangat mudah kita budidayakan di pekarangan rumah kita.
Kelebihan lainnya adalah kandungan bahan kimia di dalam jamu
formulasinya lebih ringan dibandingkan dengan obat apotik karenanya jamu boleh
di konsumsi lebih sering jika dibandingkan obat-obatan kimia namun bukan
berarti jamu boleh di konsumsi sesuka hati atau dengan kata lain di konsumsi
setiap hari dengan takaran yang tidak di perhitungkan karena walupun dalam
kadar yang ringan jamu juga mengandung bahan kimia alami.
Selain berbagai kelebihan di atas jamu juga memiliki kekurangan
diantaranya efek yang di dapatkan tidak akan dirasakan seketika sehingga jika kita
menginginkan kesembuhan dalam waktu yang cepat bukan jamu solusinya.
Kelemahan lainnya adalah belum banyak penelitian tentang jamu termasuk
tentang segi keamanan jamu sehingga hal tersebut masih menjadi tanda tanya
besar bagi konsumen. Karena itu sebagian besar jamu belum memiliki keamanan
dari badan kesehatan Negara dalam hal ini depkes ataupun Badan POM. Selain itu
karena penelitian tentang jamu belum banyak dilakukan maka dosis tepat suatu
2.6.4. Manfaat Jamu
Pada awalnya jamu adalah ramuan warisan nenek moyang yang di gunakan secara
turun-temurun. Pengguna jamu juga kalangan terbatas dalam arti belum banyak
orang yang percaya dengan manfaat atau khasiat jamu. Namun kini orang makin
percaya dengan khasiat dan manfaat jamu sehingga jamu menjadi kian popular di
masyarakat karena itu hampir semua lapisan masyarakat mengenal jamu bahkan
sebagian besar dari mereka telah mengonsumsi jamu.
Adapun manfaat jamu antaralain adalah sebagai berikut.
1. Menjaga kebugaran tubuh
Berbagai jenis memiliki fungsi untuk menjaga kebugaran tubuh termasuk menjaga
vitalitas, menghilangkan rasa tidak enak di badan yang mengganggu kebugaran
tubuh misalkan lemah, letih, lesu serta capek-capek.
2. Menjaga kecantikan
Selain menjaga kebugaran tubuh, beberapa jenis jamu juga berfungsi menjaga
dan meningkatkan kecaktikan. Beberapa hal yang termasuk disini diantaranya
adalah menyuburkan rambut, melembutkan kulit, memutihkan kulit,
menghilangkan bau badan serta bau mulut dan lain sebagainya.
3. Mencegah penyakit
Beberapa jenis jamu berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat
mencegah gangguan kesehatan ringan misalkan influenza, mabuk perjalanan dan
4. Mengobati penyakit
Manfaat jamu yang paling di kenal di masyarakat adalah untuk mengobati
penyakit. Sehubungan dengan mahalnya biaya pengobatan, jamu mulai dilirik
sebagai pengganti obat. Berbagai jenis jamu mulai dipercaya untuk mengobati
berbagai jenis penyakit misalnya asam urat, asma, batu ginjal, bronkitis, demam
berdarah, diabetes mellitus, disentri, eksem, hipertensi, influenza, kanker,
gangguan kolestrol, lepra, lever, luka, malaria, muntaber, peradangan, rematik,
TBC, tifus, tumor dan usus buntu.
2.6.5. Bahaya Jamu
Dibalik manfaatnya yang besar seperti halnya obat jamu juga berbahaya jika
digunakan secara sembarangan misalnya digunakan secara terus menerus,
digunakan dengan jumlah yang berlebihan maupun konsumen salah memilih jamu
yang di konsumsi misalnya mengonsumsi jamu-jamu palsu ataupun jamu yang di
campur zat-zat berbahaya sehingga tidak bermanfaat bagi tubuh bahkan akan
menimbulkan efek negatif pada tubuh kita.
2.6.6. Tips Mengkonsumsi Jamu
Tidak ada salahnya anda mengkonsumsi jamu, namun namun agar jamu yang
anda konsumsi bermanfaat bagi tubuh dan tidak mengganggu kesehatan kita.
Berikut ini tips yang harus dilakukan:
2. Membiasakan diri untuk bersikap teliti dan hati-hati seperti cermati
kemasannya, perhatikan bentuk, waspadai rayuan iklan dan jangan terlena.
3. Waspadai produsen nakal.
4. Jangan terlalu sering mengonsumsinya.
5. Perhatikan reaksi tubuh anda.
6. Waspadai jamu terlalu manjur.
7. Waspadai jamu dewa.
8. Jangan mencampur jamu dengan obat atau jamu lainnya.
9. Awas wanita hamil.