BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Uraian Teoritis
2.1.1 Entreprenuerial Networking
Pandangan Brehm dan Rahm yang dimuat Rajbianto (2010) menekankan pada social network berpdendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama
diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Cohen dan Prusak dalam Rajbianto(2010) berpendapat bahwa modal sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia, rasa percaya, saling mengerti dan kesamaan nilai dan prilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama.
membantu pengusaha (Frazier dan Niehm, 2004).Networking meningkatkan pengusaha melalui berbagai jenis dari sumber-sumber yang tidak berasal dari kepemilikan sebelumnya dan membantu untuk mencapai tujuan perusahaan (Ripolles dan Blesa,2005).
Networking terdiri atas keluarga dan teman yang menuju pada perpindahan dalam
lingkaran yang sama sebagai pengusaha, sumber daya ini tdak mungkin ditawarkan di luar jangkauan pengusaha (Anderson et al., 2005).Penelitian sebelumnya mengenalkan bahwa networking adalah sebuah sumber daya yang sangat diperlukan dari informasi untuk pengusaha dan UMKM (Barnir dan Smith, 2002; Brush et al., 2001; Grave dan Salaff, 2003). Penelitian tentang kewirausahaan menjelaskan bahwa networking(social network) berpengaruh terhadap peluang, pengenalan, entrepreneurial direction, pembuatan keputusan kepada seorang pengusaha dan pertumbuhan bisnis sebagai kriteria kesuksesan bisnis (Arenius, 2006).
Definisi entrepreneurial networking adalah segala hubungan yang membantu dalam pembentukan sebuah usaha baru sebagai bagian dari jaringan (Dodd dan Patra, 2002:117). Dougherty dan Bowman (1995) menekankan pentingnya networkingyang berasal dari hubungan individu. Mereka menyelidiki bagaimana
yang rumit dari hubungan antar individu dan antar kelompok disebut entrepreneurial networking. Sedangkan Hoang dan Antoncic (2003) dan Slotted
(2010) menginditifikasikan bahwa sebuah unit usaha baru berhubungan antara individu dan organisasi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial networking adalah hubungan yang mengikat yang terbentuk di level antar
perseorangan dan antar organisasi.
2.1.1.1Dimensi Entrepreneurial Networking a. Building Personal Relationship
Digunakan untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan personal maupun perusahaan (Taormina dan Kin lao, 2007). Di dalam bisnis, membangun hubungan yang baik antar individu maupun dengan organisasi sering dilihat sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan (Neergard et al, 2005). Hoang and Antoncic (2003) mengatakan bahwa kunci utama dari building personal relationship untuk proses kewirausahaan adalah meningkatkan informasi dan saran yang diterima. Pengusaha sering mengandalkan building personal relationship untuk informasi bisnis, saran yang berhubungan dengan bisnis dan pemecahan masalah. Selanjutnya, pengusaha mencoba untuk memperluas atau mengembangkan bisnis dan mengurangi resiko yang tidak terduga.
a. Having a Favorable Attitude
Having a favorable attitude terhadap entrepreneurial networking
Ajzen (1975)” Theory of reasoned action” dan Ajzen (1991) “ Theory of planned behavior” keduanya teori adalah teori motivasi. Ringkasan dari
teori tersebut adalah satu keyakinan mempengaruhi satu perilaku, satu perilaku mempengaruhi satu tujuan perilaku dan satu tujuan perilaku mempengaruhi perilaku.
2.1.2 Lingkungan Bisnis Eksternal
Lingkungan eksternal merujuk pada faktor-faktor dan kekuatan yang berada di luar organisasi namun mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam konsep ini bisnis sebagai suatu sistem organisasi yang menjadi satu kesatuan dengan sistem lain yaitu lingkungan yang melingkupinya. Lingkungan eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar organisasi itu sendiri yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi (Supriyono,2000).
Lingkungan eksternal didefenisikan oleh Duncan dalam Ronie Ferdianto dan Zulaikha (2000) sebagai keterkaitan faktor fisik dan sosial di luar organisasi yang menjadi pertimbangan sebuah organisasi dalam mengambil keputusan.Lingkungan eksternal meliputi variable-variabel di luar organisasi yang dapat berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan sosial ataupun faktor-faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja (industri) organisasi. Lingkungan eksternal mempunyai dua komponen: lingkungan spesifik dan lingkungan generik.
A Lingkungan Spesifik.
pencapaian sasaran organisasi. Lingkungan spesifik sebuah organisasi bersifat khas bagi organisasi itu sendiri. Kekuatan utama yang membentuk lingkungan spesifik adalah pelanggan, pemasok, pesaing, dan kelompok kepentingan dalam masyarakat.\
a. Pelanggan (costumer)
Pelanggan adalah masyarakat yang secara langsung memanfaatkan, menggunakan, dan mengajukan permintaan atas barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi. Sebuah organisasi ada untuk melayani kebutuhan para pelanggan yang menggunakan output organisasi tersebut. Para pelanggan merupakan salah satu sumber ketidakpastiaan bagi organisasi, karena selera mereka dapat berubah atau dapat merasa tidak puas dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
a. Pemasok (supplier)
Pemasok adalah pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis dari sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan produksi barang jadi dari berbagai jenis bahan baku. Pemasok dalam hal ini akan menyiapkan bahan mentah maupun bahan baku yang akan diolah oleh perusahaan menjadi barang-barang ekonomi. Karenanya perlu diperhatikan kualitas dan ketersediaan bahan mentah maupun bahan baku agar produk yang dihasilkan juga berkualitas dan berdaya saing tinggi. b. Pesaing (competitor)
maka pesaing merupakan tantangan sekaligus ancaman yang dihadapi organisasi dalam meraih pelanggan.
B Lingkungan Umum atau Lingkungan Generik
Lingkungan generik adalah kondisi eksternal yang lebih luas yang dapat mempengaruhi kinerja sebuah organisasi. Lingkungan generik meliputi kondisi-kondisi ekonomi, politik/hukum, sosial-budaya, demografis, teknologi, dan global secara luas. Lingkungan umum tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan saja, tetapi juga akan mempengaruhi berbagai unsur yang termasuk dalam lingkungan khusus.
2.1.2.1 Dimensi Lingkungan Eksternal
Dalam lingkungan eksternal banyak dipengaruhi oleh beberapa dimensi-dimensi yang mempengaruhinya. Menurut Ferdianto dan Zulaikha (2000) memberikan dimensi lingkungan eksternal ke dalam tiga bagian :
a. Kompleksitas lingkungan eksternal
Dimensi ini mengacu pada banyaknya jumlah dan heterogenitas dari elemen-elemen lingkungan yang harus dihadapi dan dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusan.
b. Dinamika lingkungan eksternal
yang dapat mempengaruhi kinerja usaha sehingga harus dikenali oleh para pembuat keputusan.
c. Daya dukung lingkungan eksternal
Dimensi ini mengacu pada jumlah sumber daya yang disediakan oleh lingkungan eksternal dalam mendukung pertumbuhan eksternal dalam mendukung pertumbuhan organisai dan memberikan “organizational slack”. Setiap organisasi, baik itu besar maupun kecil, senantiasa mencari
lingkungan yang mencari dukungan dan pertumbuhan dan stabilitas, karena pertumbuhan dan stabilitas memungkinkan organisasi menciptakan sumber daya yang berlebih menurut Dess dan Origer dalam Dicky (2002). 2.1.3Kinerja Usaha
Suatu organisasi atau usaha dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi atau usaha tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut maka usaha harus melalui proses yang meliputi aktivitas-aktivitas positif demi tercapainya tujuan usaha yang diinginkan dimana kinerja dalam tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha.
Rue & Byars dalam Riyanti (2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan organisasi . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha adalah serangkaian capaian hasil kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Ivancevich (Ranto, 2007:19).
Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha merupakan sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi perusahaan. Penurunan kinerja usaha tentu menjadi masalah dan merupakan tantangan bagi orientasi strategi usaha untuk dapat terus mempertahankan kinerja usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi agar dapat bertahan dalam industri.
2.1.3.1 Dimensi Kinerja Usaha a. Kuantitatif
Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi kuantitatif menjelaskan berupa capaian-capaian keuangan, produksi (jumlah barang terjual), pemasaran (jumlah pelanggan), jumlah tenaga kerja. Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di dalam bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Menurut Wiklund (1999) melihat pertumbuhan terutama dipicu oleh naiknya permintaan akan produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, yang berarti naiknya penjualan. Indikator untuk melihat kinerja perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya capaian-capaian pangsa pasar, keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja (Ratno dan Sri, 2010).
b. Kualitatif
perilaku individual dalam organisasi, dan efektifitas. Dimensi Kualitatif menjadi penting karena focus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat kuat (Ratno dan Sri, 2010).
2.1.4 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM
Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebihh digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6).
Sementara menurut Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa usaha kecil adalah milik Warga Negara Indonesia baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan mempunyai omzet atau nilai output penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri sendiri.
1. Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. beberapa kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. Beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM adalah sebagai berikut:
A. Daya Tahan
penghasilan keluarga. Oleh karena itu pengusaha kecil sangat adaptif dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha.
B. Padat Karya
Pada umumnya UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha yang bersifat padat karya. Dalam proses produksinya, usaha kecil lebih memanfaatkan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki dari pada penggunaan mesin-mesin sebagai alat produksi.
C. Keahlian Khusus
UMKM di Indonesia banyak membuat produk sederhana yang membutuhkan keahlian khusus namun tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal. Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki secara turun-menurun. Selain itu, produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia mumpanyai kandungan teknologi yang sederhana dan murah.
D. Jenis Produk
Produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia pada umumnya bernuansa kultur ,yang pada dasarnya merupakan keahlian tersendiri dari masyarakat di masing-masing daerah. Contohnya seperti kerajinan tangan dari bambu atau rotan, dan ukir-ukiran kayu.
E. Keterkaitan Dengan Sektor Pertanian
UMKM di Indonesia pada umumnya masih bersifat agricultural based karena banyak komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skali kecil tanpa harus mengakibatkan biaya produksi yang tinggi.
Pada umumnya, pengusaha kecil menggatungkan diri pada uang (tabungan) sendiri atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal untuk kebutuhan modal kerja (Tambungan, 2002:166). Kelemahan-kelemahan UMKM tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha tersebut. Kendala yang umumnya dialami oleh UMKM adalah adanya keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan baku, pengetahuan yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM (pendidikan formal) yang rendah, manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya pembagian tugas yang jelas serta sering mengandalkan anggoa keluarha sebagai pekerja tidak dibayar (Tambunan,2002:169).
2. Krieteria UMKM
Adapun kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UKM berdasarkan aset dan omset adalah sebagai berikut:
- Usaha Mikro memiliki aset maksimal Rp. 50 juta dan omset maksimal Rp. 300 juta per tahun.
- Usaha Kecil memiliki aset maksimal > Rp. 50 juta-Rp. 500 juta dan omset maksimal > Rp. 300 juta-Rp. 2,5 Milyar per tahun.
- Usaha Menengah memiliki aset maksimal > Rp. 500 juta- Rp. 10 Milyar dan omset maksimal > Rp 2,5 Milyar- Rp. 50 Milyar per tahun. 2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Penelitian
Analysis of External Environment’s
Moderating Role on Entrepreneurial Orientation and
Business Performance Relationship among Italian’s
SME
1. Stretegic Networking 2. External
Environmental 3. Business
Performance
Lingkungan bisnis eksternal
berpengaruh secara terbatas pada hubungan antara strategic networking dan kinerja usaha
Tri Handayani (2013)
Pengaruh Lingkungan
Makro Terhadap Kinerja Usaha
1. Lingkungan Makro
2. Kinerja usaha
Analisis deskriptif
Bahwa linkgungan makro mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja usaha H, Mussthaq
ahma dan Shaziaa Naimat
(2011)
Networking and Women
Entrepreneur Beyond Pattriachal Tradition
1. Networking 2. Capability 3. Opportunity 4.Participation
Analisis Statistik
Entrepreneurial networking dengan positif
dihubungkan dengan wirausaha wanita dalam kesertaan di UMKM
Kim Klyver dan Sharon Grant (2010)
Gender Differences in Entrepreneurial Networking and Participation networking adalah ramalan dari Entrepreneurial Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja UMKM di Sulawesi Selatan positif dan
signifikan terhadap kinera bisnis dengan dan faktor internal
Ratno Purnomo
(2010)
Pengaruh Kepribadian, Self Efficacy, dan Locus of Control Terhadap
Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil dan Menengah
1. Kepribadian 2. Self Efficacy 3. Locus of
agreeableness dan self-efficacy memiliki pengaruh positif dan
signifikann pada kinerja UMKM
Dwi Rajibianto
(2010)
Pengaruh Modal Sosial Untuk
Penguatan Industri Kecil Genteng Soka di Desa
Modal sosial Kualitatif Modal sosial yang diterapkan oleh para pengrajin genteng soka di Desa
Kebulusan sangat berpengaruh terhadap Eksternal dan Lingkungan Kinerja Usaha
1. Lingkungan Eksternal 2. Lingkungan
Internal 3. Orientasi
Kewirausahaa n
4. Kinerja Usaha
Analisis bahwa lingkungan eksternal
dan lingkungan internal memiliki pengaruh
positif terhadap orientasi
wirausaha Rj Taormina
dan Kin Mei Personality and Environmental Influence
1. Social Networking 2. Optimism 3. Achievment
Striving 4. Perceived
importance
environment 5. Demographic 6. Motivation to start business Kevin Hindle
dan Kim Klyver (2006)
Exploring The RelationShip Between Media Coverage and Participation in Entrepreneurshi p: Initial Global Evidence and Research Implication
1. Networking
2. Alertness
7. Opportunity
search
Sejumlah orang yang mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk memulai segala bisnis
berhubungan secara signifikan dengan seluruh variable dependen
Nanik
1. Lingkungan 2. Eksternal 3. Orientasi 4. Strategik 5. Kinerja
Perusahaan
Statistik Deskriptif
Pengaruh yang sebenarnya dimiliki antara lingkungan eksternal dan kinerja perusahaan adalah
pengaruh yang langsung tanpa melalui orientasi strategic
MM Crossan, Lande Hw, From Intuition to Institution
1. Intuiting 2. Interpreting 3. Integrating 4. instutionalizin
g
Kualitatif Mengidentifikasi perusahaan secara keseluruhan yang mendasari
hubungan fenomena dan pembelajaran organisasi yang penting dari
pertengahan proses hingga akhir Kimio Kase
dan James
Entrepreneurial Networking in
Entrepreneurial Networking
Analisis Deskriptif
Yan Shu Liu (1996)
Japan
Management
keahlian tekhnikal, entrepreneurial networking adalah akar dari kekuatan bersaing di
perusahaan multinational Jepang
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka berpikir mengenai bagaimana suatu teori berhubungan diantara berbagai faktor yang telah diidentifikasikan penting terhadap masalah penelitian (Noor, 2011 : 76). Faktor yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas tiga variabel yaitu entrepreneurial networking, lingkungan bisnis eksternal dan kinerja usaha UMKM.
Entrepreneurial networkingyang merupakan modal sosial yang di perlukan bagi
para pelaku usaha ataupun pemilik usaha. Modalsosial yang diterapkan oleh para pelaku usaha UMKM sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha(Rajibianto ,2010). Entrepreneurial networking berkontribusi untuk tujuan entrepreneurial pengusaha. Menurut Grave dan Salaff (2003), jaringan memilki beberapa kegunaan untuk para pengusaha.Kegunaan pertama ialah seberapa besar jaringan. Pengusaha dapat memperluas jaringan utnuk mendapatkan informasi penting sebaik-baiknya.Hal tersebut mempengaruhi kinerja usaha untuk pengembangan bisnis di masa yang akan dating dengan memanfaatkan informasi yang didapat dari networking yang dimiliki pemilik..
pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan usaha UKM.Pengaruh yangsebenarnya dimiliki antara lingkungan eksternal dan kinerja perusahaan adalah pengaruh yang langsung tanpa melalui orientasi strategik (Wahyuni, 2005). Kinerja usaha adalah ukuran keberhasilan dalam pembuatan strategi pendayagunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan ataupun UMKM secara efektif dan efisien demi keberlanjutan usaha (Wulandari, 2009). Lingkungan bisnis eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar organisasi itu sendiri yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi misalnya para pelanggan, pemasok, pesaing, masyarakat, pemerintah dan pihak luar lainya (Supriyono, 2000).
Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial networking yang dijalankan pengusaha dan pemahaman dalam menghadapi lingkungan bisnis eksternal mempengaruhi kinerja usaha UMKM. Dengan demikian masing-masing variabel tersebut (entrepreneurial networking dan lingkungan bisnis eksternal) memiliki pengaruh pada kinerja usaha. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Wulandari (2009:7), Kimio & James (1996:3), Wahyuni (2005:21), Supriyono (2000), Wisardja (2000) diolah oleh penulis
Entrepreneurial Networking
Lingkungan Bisnis Eksternal
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pernyataan.Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka konseptual yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. (Sugiyono, 2009:96).
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah :
• Entrepreneurial networking dan lingkungan bisnis eksternal berpengaruh