BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bronkoskopi merupakan tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan
visualisasi saluran napas melalui bronkoskop. Bronkoskopi berfungsi sebagai
prosedur diagnostik dan terapi berbagai penyakit dan kelainan saluran napas. Saat
ini bronkoskopi telah berkembang dengan pesatnya. Berkat perkembangan ini,
seorang ahli Paru yang terlatih dapat melakukan berbagai tindakan intervensi
untuk tujuan diagnostik dan terapi. Kompleksitas prosedur membutuhkan
pelatihan dan standar prosedur yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan.
Keberhasilan dalam prosedur ini tergantung pada keterampilan dokter,
keterampilan para asisten pendukung dan kecukupan fasilitas dan sumber daya
yang dibutuhkan.1
Meski telah diperkenalkan lebih dari 30 tahun lalu, pelaksanaan
Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL) masih belum terstandarisasi. Smyth dkk
melakukan survei di beberapa rumah sakit di Inggris tentang prosedur penggunaan
BSOL yang difokuskan terutama pada para dokter, tenteng prosedur persiapan
pasien sebelum tindakan, pemantauan selama prosedur dilakukan, terapi
obat-obatan yang digunakan dan metode pengambilan bahan untuk pemeriksaan. Dari
hasil survei yang dilakukan menyatakan bahwa prosedur penggunaan BSOL di
beberapa rumah sakit masih sangat bervariasi.2,3
Tindakan pembiusan harus dilakukan sebelum prosedur BSOL
kenyamanan pasien dan keselamatan selama tindakan dilakukan serta untuk
memfasilitasi prosedur tindakan yang dilakukan.4,5 Keberhasilan pelaksanaan
BSOL dengan menggunakan pembiusan secara lokal harus memenuhi tiga kriteria
yaitu: penggunaan zat anastesi lokal harus menghasilkan anastesi yang memadai,
prosedur pembiusan harus aman dan teknik pembiusan harus mudah dilakukan.6
Menurut American College of Chest Physicians (ACCP), BSOL dapat dilakukan
dengan anastesi lokal dan harus dilakukan pemantauan selama prosedur
berlangsung. Dalam hal teknik pelaksanaan secara spesifik adalah bervariasi
dimasing-masing rumah sakit. ACCP merekomendasikan cara pelaksanaan
anastesi lokal sesuai dengan kebiasaan cara yang dilakukan operator di
masing-masing rumah sakit.7
Pemberian obat anastesi lokal untuk BSOL dapat dicapai dalam beberapa
cara yaitu anastesi lokal melalui trakea, dengan cara spray/semprotan, cara
kumur-kumur, nebulisasi zat anastesi, atau instilasi obat anastesi secara langsung
melalui bronkoskop yang disebut cara spray as you go.8,9,10 Berbagai obat anastesi
seperti lidokain 2-10%, benzokain 20%, tetrakain 1% dan kokain 4% dapat
digunakan sebagai obat anastesi lokal. Benzokain relatif pendek masa kerjanya,
tetrakain memiliki efek samping yang berpotensi beracun dan kokain memiliki
efek adiktif.11 Lidokain memiliki profil keamanan yang lebih baik dan toksisitas
jaringan yang rendah karena itu paling sering digunakan dan lebih disukai oleh
para praktisi sebagai obat anastesi lokal.2,3 Lidokain dapat menganastesi mukosa
jika diberikan secara lokal.12
Teknik anastesi lokal dengan lidokain 2% secara kumur-kumur efektif
sampai kesaluran pernapasan. Teknik pemberian lidokain dengan nebulisasi dapat
ditoleransi dengan baik dan berhubungan dengan kadar lidokain dalam plasma
lebih rendah dibandingkan jika diberikan secara langsung ke dalam saluran
napas.10
Penelitian yang dilakukan oleh Stolz dkk membandingkan dua kelompok
pasien yang dilakukan BSOL dengan anastesi lokal. Kelompok I mengunakan
anastesi lokal dengan 4% lidokain sebanyak 4 ml secara nebulisasi dan kelompok
II mendapat plasebo. Stolz dkk menggunakan Visual Analoque Scale (VAS)
sebagai penanda tingkat kenyamanan pasien yang dilakukan prosedur BSOL
dimana 0 adalah tidak terdapat ketidaknyamanan dan tidak terjadi batuk dan 10
adalah sangat tidak nyaman dengan frekuensi batuk yang sering.Hasil penelitian
Stolz dkk menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kenyamanan pada kedua
kelompok.2
Penelitian yang dilakukan oleh Daelim Jee and So Young Park yaitu
membandingkan refleks respon terhadap tiga kelompok pasien post operasi yang
terpasang pipa endotrakeal, dimana pasien-pasien tersebut akan dilakukan
pencabutan pipa endotrakeal. Sebelum pencabutan, dilakukan anastesi lokal
dengan lidokain dan dinilai refleks batuk masing-masing pasien. Pasien-pasien
tersebut di bagi atas 3 kelompok. Pada kelompok I (kelompok plasebo) tidak
diberikan anastesi lidokain, kelompok II diberikan lidokain 2% secara
spray/semprotan dengan dosis 1 mg/kgBB, 5 menit sebelum pencabutan dilakukan
dan kelompok III diberikan lidokain secara intravena dengan dosis 1 mg/kgBB, 3
menit sebelum tindakan pencabutan dilakukan. Dari penelitian ini, mereka
spray/semprotan terjadi penurunan refleks batuk dibandingkan kelompok yang
mendapat plasebo sedangkan pada kelompok yang mendapat lidokain secara
intravena tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kelompok yang mendapat
lidokain secara spray/semprotan.11 Chan dan Lau mengemukakan bahwa
penggunaan lidokain pada kelompok pasien dengan cara spray/semprotan
sebelum tindakan pemasangan pipa nasogastrik dapat mengurangi
ketidaknyamanan pasien jika di bandingkan kelompok yang mendapat plasebo.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa nasogastrik pada
kelompok yang mendapat lidokain secara spray/semprotan adalah lebih singkat
dibandingkan kelompok plasebo.13
Sethi dkk melakukan penelitian terhadap 3 kelompok pasien yang
dilakukan intubasi fiberoptik. Kelompok A mendapat anastesi lokal secara injeksi
transtrakeal, Kelompok B secara spray as you go dan Kelompok C secara
nebulisasi. Setiap sampel di nilai VAS, jumlah batuk yang terjadi, total dosis
lidokain yang digunakan, dan di amati keadaan vital selama prosedur berlangsung.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pada kelompok yang di anastesi lokal
secara spray as you go memiliki nilai VAS dan jumlah batuk yang rendah
dibandingkan kelompok lainnya.14
Spray/semprotan lidokain juga dapat digunakan sebagai salah satu cara
menganastesi saluran napas. Spray/semprotan lidokain mempunyai efektifitas
yang hampir sama dengan cara nebulisasi.9 Keane dan McNicholas
membandingkan dua cara pemberian lidokain untuk anastesi lokal saluran napas
pada pasien-pasien yang dilakukan prosedur BSOL. Pasien-pasien dikelompokkan
nebulisasi dan spray/semprotan. Frekuensi batuk yang terjadi saat instilasi
bronkoskop direkam sebagai penanda keberhasilan cara pembiusan. Frekuensi
batuk yang terjadi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kedua cara
tersebut dan disimpulkan kedua cara tersebut sama efektifnya untuk membius
saluran napas. Ini menunjukkan bahwa cara pemberian lidokain secara nebulisasi
maupun spray/semprotan memiliki khasiat yang sama.9 Pemberian anastesi
lidokain dengan cara nebulisasi membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan
cara pemberian yang lainnya, tapi lebih disukai oleh pasien dan cara ini terbukti
meminimalkan kadar lidokain yang terserap secara sistemik.9,15
MacDougall dkk membandingkan teknik nebulisasi lidokain menggunakan
alat Enk dan secara spray as you go. Mereka menilai VAS dan frekuensi batuk
yang terjadi selama prosedur BSOL berlangsung sebagai penanda kenyamanan
pasien dan operator dalam melakukan prosedur BSOL. Nilai VAS dan frekuensi
batuk pada kedua cara tersebut tidak memiliki perbedaan yang bermakna dan
disimpulkan cara pemberian nebulisasi lidokain dengan alat Enk maupun secara
spray as you go memiliki efektifitas yang sama untuk membius saluran napas.16
Hasmoni dkk membandingkan penggunaan lidokain 1% dan lidokain 2% untuk
anastesi saluran napas pada pasien yang akan dilakukan prosedur BSOL. Jumlah
batuk yang terjadi saat instilasi bronkoskop berlangsung dan nilai VAS digunakan
sebagai penanda kenyamanan pasien. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah batuk dan nilai VAS pada pasien yang
mendapatkan lidokain 1% dan lidokain 2%.17
Fu dkk membandingkan penggunaan lidokain 2% dan lidokain 4% untuk
BSOL. Mereka menilai kenyamanan pasien, frekuensi batuk, dan kadar lidokain
dalam plasma pada kedua kelompok tersebut. Pada kedua kelompok tidak ada
perbedaan yang bermakna dalam hal kenyamanan pasien dan frekuensi batuk,
tetapi terdapat perbedaan yang bermakna dimana pada kelompok yang
menggunakan lidokain 4% sebagai anastesi lokal, memiliki kadar lidokain plasma
yang lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan lidokain 2%.18
Beberapa penelitian telah menggunakan nilai VAS dan jumlah frekuensi
batuk yang terjadi saat instilasi bronkoskop sebagai penanda kenyamanan pasien
yang dilakukan prosedur BSOL. Prosedur BSOL dengan anastesi lokal kerap
dikerjakan di ruang Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan. Selama ini pengerjaan anastesi lokal
selalu dengan teknik spray/semprotan lidokain dan dilanjutkan dengan
menginstilasikan lidokain melalui bronkoskop secara spray as you go dan saat ini
belum ada data tentang cara penggunaan teknik anastesi lokal lainnya yang
dilakukan untuk BSOL di RSUP HAM Medan
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, kenyamanan pasien saat dilakukan tindakan
BSOL dengan anastesi lokal sangat membantu operator dalam mengerjakan
berbagai prosedur yang dilakukan dan diharapkan tindakan diagnostik maupun
terapi dalam BSOL dapat tercapai. Hal inilah yang mendasari penulis untuk
menilai teknik anastesi lokal yang digunakan sehingga keberhasilan prosedur
1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM
Untuk membandingkan kenyamanan pasien-pasien yang dilakukan
prosedur BSOL di ruang IDT RSUP HAM Medan dengan anastesi lokal secara
nebulisasi atau secara spray/semprotan lidokain yang dilanjutkan dengan cara
spray as you go.
1.3.2. TUJUAN KHUSUS
1. Mendiskripsikan karakteristik pasien yang dilakukan prosedur BSOL
di ruang IDT RSUP HAM Medan
2. Untuk menilai kenyamanan pasien yang dilakukan prosedur BSOL
dengan anastesi lokal, baik dengan cara nebulisasi yang dilanjutkan
spray as you go maupun cara spray/semprotan yang dilanjutkan spray
as you go dengan menggunakan nilai VAS dan jumlah batuk yang
terjadi saat prosedur dilaksanakan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini diharapkan memperlihatkan gambaran kenyamanan
pasien yang dilakukan BSOL di ruang IDT RSUP HAM Medan.
2. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengalaman tentang
cara pemberian anastesi lokal pada pasien yang dilakukan prosedur
BSOL di ruang IDT RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan untuk mencapai hasil