• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Ambon dengan Jabatan Struktura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "4.1 Deskripsi Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga sebagai Prediktor Kecemasan Menjelang Pensiun Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Ambon dengan Jabatan Struktura"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan lebih terperinci tentang karakteristik responden, hasil uji deskriminasi aitem dan reliabilitas alat ukur, uji asumsi klasik, uji normalitas, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian

Kota Ambon merupakan salah satu kota dari 11 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Maluku. Kota Ambon adalah ibukota Provinsi Maluku yang terletak dipusat Pemerintahan Provinsi Maluku. Pemerintah Kota Ambon terdiri dari 8 Bagian, 22 Dinas, 6 Badan, 5 Kecamatan, dan 20 Kelurahan berdasarkan perubahan struktur organisasi Pemerintah Kota Ambon yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Ambon. Beberapa bagian, dinas, dan badan berada dalam satu lokasi yaitu pada Balai Kota yang terletak di Jalan Sultan Hairun, Nomor 1 berdekatan dengan kantor Gubernur Provinsi Maluku, dan sebagian lagi berada diluar Balai Kota. Kantor kecamatan dan kelurahan berada ditengah pemukiman masyarakat.

(2)

2 4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel 4.1

Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase

Laki-laki 74 64,35%

Perempuan 41 35,65%

Total 115 100%

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah responden yang berpartisipasi dalam pengisian skala psikologi berjumlah 74 (64,35%) responden laki-laki lebih banyak dari jumlah responden perempuan yang berjumlah 41 orang (35,65%).

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Esselon

Karakteristik responden berdasarkan Esselon dapat dilihat pada Tabel 4.2, sebagai berikut :

Tabel 4.2

Persentase Responden Berdasarkan Esselon

Esselon Jenis Kelamin Jumlah

(3)

3

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.3, sebagai berikut :

Tabel 4.3

Persentase Responden Berdasarkan Usia

Usia Jenis Kelamin Jumlah Presentasi

Laki-laki Perempuan berusia 56 sampai dengan 60 tahun.

4.3 Prosedur Penelitian 4.3.1 Pengambilan Data Awal

(4)

4 4.3.2 Persiapan Penelitian

Setelah semua data dan informasi awal terkumpul, penulis mengurus persyaratan administrasi berupa ijin tryout (uji coba) dan ijin penelitian dari Program Pasca Sarjana Magister Sains Psikologi, kemudian surat ijin tryout disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon dan surat ijin penelitian disampaikan kepada penjabat Walikota Ambon (waktu itu). Surat ijin tryout kemudian diproses dan kepada penulis diberikan surat rekomendasi untuk melakukan tryout (uji coba) alat ukur kepada kepala-kepala sekolah SD dan SMP di lingkup Pemerintah Kota Ambon yang telah didata sebelumnya. Sebelum dilakukan uji coba, penulis melakukan pra uji coba kepada 20 PNS untuk memeriksa apakah kalimat yang digunakan dalam pernyataan-pernyataan yang ada sudah dimengerti oleh pembaca dan dipahami sebagaimana yang dikehendaki oleh penulis. Hasil pra uji coba mengharuskan penulis untuk meramu kembali beberapa pernyataan yang ternyata sulit dimengerti oleh pembaca, setelah itu diberikan kembali kepada 20 PNS yang sama dan hasilnya semua pernyataan dipahami dan dimengerti sesuai dengan maksud penulis. Uji coba skala psikologi dilakukan kepada 77 kepala sekolah SD dan SMP di lingkup Pemerintah Kota Ambon. Uji coba dilakukan penulis kepada kepala sekolah dengan pertimbangan, beban kerja serta tugas pokok dan fungsi kepala sekolah hampir sama dengan pejabat struktural esselon.

4.3.3 Pelaksanaan Penelitian

(5)

5

Ambon. Tujuan dari diadakannya uji coba agar skala psikologi yang nanti digunakan telah memiliki daya diskriminasi yang baik dan bebas dari aitem yang gugur. Uji coba skala psikologi dilakukan dengan cara penulis mendatangi setiap kepala sekolah di sekolah masing-masing sesuai dengan data yang telah didapatkan penulis sebelumnya dari Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian Kota Ambon dengan membawa skala psikologi. Setiap skala psikologi yang diberikan penulis, tidak langsung diambil tetapi penulis memberikan kesempatan kepada responden uji coba selama 3 hari dan penulis akan mengambil kembali skala secara langsung. Ada 10 kepala sekolah yang langsung mengisi skala saat itu juga karena merasa memiliki waktu yang senggang untuk mengisinya. Skala yang diambil kembali oleh penulis berjumlah 60, dan 17 skala yang dikembalikan dalam keadaan kosong atau tidak terisi.

(6)

6

keadaan kosong dan ada responden yang memiliki karakteristik tidak sesuai dengan yang penulis maksudkan.

4.4 Hasil Daya Diskriminasi Aitem dan Uji Reliabilitas 4.4.1 Daya Diskriminasi Aitem

Seleksi aitem dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0. Pengujian daya diskriminasi alat ukur dilakukan dengan menggunakan teknik

corrected item-total correlation untuk setiap aitem. Hasil seleksi aitem skala kecemasan menjelang pensiun diperoleh 26 aitem yang memiliki nilai ≥ 0,30 dengan rentang nilai yang bergerak dari 0,354-0,609. Hasil seleksi aitem skala penyesuaian diri diperoleh 18 aitem yang memiliki

nilai ≥ 0,30 dengan rentang nilai yang bergerak dari 0,334-0,710.

Sementara itu hasil seleksi aitem skala dukungan sosial keluarga diperoleh 25 aitem yang memiliki nilai ≥ 0,30 dengan rentang nilai yang bergerak dari 0,304-0,709. Dengan demikian aitem-aitem pada ketiga skala psikologi memenuhi syarat dan dapat digunakan dalam penelitian. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

4.4.2 Uji Reliabilitas

4.4.2.1Skala Kecemasan Menjelang Pensiun

(7)

7 4.4.2.2Skala Penyesuaian Diri

Uji reliabilitas skala penyesuaian diri dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Berdasarkan hasil perhitungan seleksi aitem pada proses uji coba didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,771 dengan jumlah 25 aitem dan jumlah subjek sebanyak 60 orang. Sesuai dengan

blue print maka pada penelitian didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,776 dengan jumlah 18 aitem dan jumlah subjek sebanyak 115 orang.

4.4.2.3Skala Dukungan Sosial Keluarga

Uji reliabilitas skala dukungan sosial keluarga dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Berdasarkan hasil perhitungan seleksi aitem pada proses uji coba didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,876 dengan jumlah 30 aitem dan jumlah subjek sebanyak 60 orang. Sesuai dengan

blue print maka pada penelitian didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,805 dengan jumlah 25 aitem dan jumlah subjek sebanyak 115 orang.

4.5 Kategorisasi Skor

Kategorisasi skor peubah peneltian bertujuan agar data penelitian dapat dilihat dengan lebih baik untuk pengujian statistik selanjutnya. Deskripsi peubah penelitian yaitu Kecemasan Menjelang Pensiun (KMP), Penyesuaian Diri (PD) dan Dukungan Sosial Keluarga (DSK) dilihat berdasarkan jenis kelamin responden.

4.5.1 Kategorisasi Skor Kecemasan Menjelang Pensiun

(8)

8

77 hingga tertinggi 127 yang dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Berikut ini adalah gambaran tinggi rendahnya kecemasan menjelang pensiun yang disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Variabel Kecemasan Menjelang Pensiun

Kategori Interval N Presentase

ST 110 ≤ x < 130 2 1,73%

Rendah. Keterangan ini juga berlaku untuk tabel 4.5 dan 4.6.

Berdasarkan Tabel 4.4 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 110 sampai dengan 130, skor tinggi bergerak dari 89 sampai dengan 110, skor sedang bergerak dari 68 sampai dengan 89, skor rendah bergerak dari 47 sampai dengan 68, dan skor sangat rendah bergerak dari 26 sampai dengan 47. Hal ini menunjukan bahwa 86,08% responden memiliki kecemasan menjelang pensiun dengan kategori sedang, 1,73% responden memiliki kecemasan menghadapi pensiun dengan kategori tinggi.

4.5.2 Kategorisasi Skor Penyesuaian Diri

(9)

9

tertinggi 90 yang dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR).

Berikut ini adalah gambaran tinggi rendahnya penyesuaian diri yang disajikan pada Tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Variabel Penyesuaian Diri

Kategori Interval N Presentase

ST 74 ≤ x < 90 75 65,21%

Berdasarkan Tabel 4.5 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 74 sampai dengan 90, skor tinggi bergerak dari 60 sampai dengan 74, skor sedang bergerak dari 46 sampai dengan 60, skor rendah bergerak dari 32 sampai dengan 46, dan skor sangat rendah bergerak dari 18 sampai dengan 32. Hal ini menunjukan bahwa 34,78% responden memiliki penyesuaian diri dengan kategori tinggi, 65,21% responden memiliki penyesuaian diri dengan kategori sangat tinggi.

4.5.3 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial Keluarga

(10)

10 Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Variabel Dukungan Sosial Keluarga

Kategori Interval N Presentase

ST 105 ≤ x < 125 18 15,65%

Berdasarkan Tabel 4.6 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi bergerak dari 105 sampai dengan 125, skor tinggi bergerak dari 85 sampai dengan 105, skor sedang bergerak dari 65 sampai dengan 85, skor rendah bergerak dari 45 sampai dengan 65, dan skor sangat rendah bergerak dari 25 sampai dengan 45. Hal ini menunjukan bahwa 73,04% responden memiliki dukungan sosial keluarga dengan kategori tinggi, 15,65% responden memiliki dukungan sosial keluarga dengan kategori sangat tinggi.

4.6 Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi normal atau tidak. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas, heterokedasitas dan linearitas.

4.6.1 Uji Normalitas

(11)

11 Gambar 4.1

Histogram

Dengan melihat tampilan histogram diatas maka dapat disimpulkan bahwa histogram memberikan pola terdistribusi normal, karena membentuk lonceng serta tidak menceng ke kanan atau ke kiri.

(12)

12

Dari P-P Plot Test diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya searah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal.

Hasil uji normalitas dapat disajikan dalam tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7

Uji Kolmogorov Smirnov Contoh Tunggal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

KMP PD DSK

N 115 115 115

Normal Parametersa Mean 107.63 73.58 92.98

Std. Deviation 9.537 5.801 8.472

Kolmogorov-Smirnov Z 1.045 .945 1.026

Asymp. Sig. (2-tailed) .224 .334 .243

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov pada Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai koefisien kecemasan menjelang pensiun sebesar 1,045 dengan signifikansi sebesar 0,224 (p > 0,05) yang berarti bahwa data kecemasan menjelang pensiun terdistribusi normal. Koefisien penyesuaian diri sebesar 0,945 dengan signifikansi sebesar 0,334 (p > 0,05) yang berarti bahwa data penyesuaian diri terdistribusi normal. Selanjutnya, koefisien dukungan sosial keluarga sebesar 1,026 dengan signifikansi sebesar 0,243 (p > 0,05) yang berarti bahwa data dukungan sosial keluarga terdistribusi normal.

Secara keseluruhan, dengan menggunakan metode grafik histogram,

(13)

13

terdistribusi normal. Dengan demikian data dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas dan regresi layak digunakan untuk memprediksi kecemasan menjelang pensiun berdasarkan penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga.

4.6.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, sebab jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolinieritas. Pengujian akan dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor

(VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10

Dari Tabel 4.8 terlihat kedua variabel bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance 0,572 ≥ 0,10 dan nilai VIF 1,750 ≤ 10. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinieritas pada variabel yang digunakan.

(14)

14 Tabel 4.9

Hasil Uji Zero Order Correlation Matrix

Correlations

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.9 menunjukan bahwa besaran koefisien korelasi antar variabel bebas penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga adalah 0,756 dan 0,369 (p < 0,90) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas diatas variabel terikat (kecemasan menjelang pensiun).

4.6.3 Uji Heteroskedastisitas

(15)

15

scatterplot menyebar secara acak diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas (Santoso, 2000).

Gambar 4.3

Diagram Pencar Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot diatas menunjukan titik-titik terpencar dengan tidak membentuk pola-pola tertentu disekitar garis diagonal, tetapi titik-titik tersebut menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kecemasan menjelang pensiun berdasarkan penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga.

4.6.4 Uji Lineritas

(16)

16 Tabel 4.10

Hasil Uji Linearitas Kecemasan Menjelang Pensiun

dengan Penyesuaian Diri

Linearity 5927.661 1 5927.661 152.329 .000

Deviation from

Linearity 666.392 16 41.649 1.070 .394

Within Groups 3774.608 97 38.913

Total 10368.661 114

Berdasarkan Tabel 4.10, dapat dilihat bahwa nilai F = 152,329 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan terdapat linearitas antara kecemasan menghadapi pensiun dengan penyesuaian diri.

Tabel 4.11

Hasil Uji Linearitas Kecemasan Menjelang Pensiun

(17)

17 4.7 Uji Hipotesis

Hipotesis : Terdapat Pengaruh secara simultan antara penyesuaian diri dengan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun PNS Pemerintah Kota Ambon yang menduduki jabatan struktural esselon II, III dan IV.

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda dua variabel. Dua variabel yang dimaksud adalah dua variabel independen yaitu penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga.

4.7.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil uji statistik secara simultan untuk variabel bebas 𝑋1 (Penyesuaian diri) dan 𝑋2 (Dukungan Sosial Keluarga) diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.12

Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi Nilai F

ANOVAb

Berdasarkan Tabel 4.12, dapat dilihat nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 83,862

(18)

18 4.7.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Hasil uji statistik secara parsial untuk variabel bebas 𝑋1 (Penyesuaian diri) dan 𝑋2 (Dukungan Sosial Keluarga) terhadap variabel terikat Y (Kecemasan Menjelang Pensiun) diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13

Hasil Uji Signifikansi Parsial Nilai t

Coefficientsa

Berdasarkan Tabel 4.13 terlihat bahwa penyesuaian diri berpengaruh secara parsial terhadap kecemasan menjelang pensiun. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung penyesuaian diri sebesar 11,389 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Dukungan sosial keluarga juga berpengaruh secara parsial terhadap kecemasan menjelang pensiun. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung Dukungan Sosial Keluarga sebesar -2,794 dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (p < 0,05). Lebih lanjut berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat disusun persamaan regresi linear sebagai berikut :

𝒀 = 𝟐𝟏, 𝟕𝟗𝟕 + 𝟏, 𝟒𝟖𝟏 𝑿𝟏− 𝟎, 𝟐𝟒𝟗 𝑿𝟐

Interpretasi dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut :

(19)

19

2. Koefisien regresi penyesuaian diri sebesar 1,481 dengan signifikansi 0,000 memberikan pemahaman bahwa setiap penaikkan satu satuan penyesuaian diri berdampak terjadi penurunan kecemasan menjelang pensiun sebesar 1,481 satuan juga.

3. Koefisien regresi dukungan sosial keluarga sebesar -0,249 dengan signifikansi 0,006 memberikan pemahaman bahwa setiap pengurangan satu satuan dukungan sosial keluarga berdampak terjadi peningkatan kecemasan menjelang pensiun sebesar -0,249 satuan juga.

4.7.3 Uji Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)

Analisis koefisiensi determinasi (𝑅2) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi penyesuian diri dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun.

Gambaran nilai koefisien determinasi (𝑅2) dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 4.14

Hasil Uji Koefisien Determinasi Ringkasan Model

(20)

20

kontribusi pengaruh penyesuaian diri dan dukungan sosial keluarga terhadap kecemasan menjelang pensiun adalah sebesar 60% sedangkan sisanya 40% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

Gambaran ringkasan hasil pengujian hipotesis disajikan dalam Tabel 4.15 dibawah ini :

Tabel 4.15

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

𝒀 = 𝟐𝟏, 𝟕𝟗𝟕 + 𝟏, 𝟒𝟖𝟏 𝑿𝟏− 𝟎, 𝟐𝟒𝟗 𝑿𝟐

R = 0,774

(21)

21 4.9 Pembahasan Hasil

Hasil analisis data menunjukan bahwa Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Kecemasan Menjelang Pensiun. Hasil uji statistik menunjukan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 sebesar 83,862 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000

(22)

22

sosial dan akan mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi menjelang pensiun.

Masa pensiun yang dijalani dengan nyaman adalah masa pensiun yang bebas dari kebosanan, perasaan depresi, dan kecemasan (Papalia dkk., 2007; Suardiman, 2011). Untuk tercapainya penyesuaian diri yang baik dibutuhkan suatu dukungan sosial yang merupakan pemberian kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat melalui pengetahuan bahwa individu merasa dicintai, diperhatikan dan dihargai oleh individu lain sehingga individu akan menghadapi pensiun yang bebas dari kecemasan (Suardiman, 2011). PNS yang telah siap pensiun memiliki persepsi yang akurat terhadap realita yang akan dijalani setelah pensiun, berarti bahwa responden mampu melihat realitas yang sudah terjadi dan mampu belajar dari setiap kejadian yang ada sehingga akan mampu menyesuaikan diri ketika waktu pensiun tiba. Schneiders (1964), menjelaskan bahwa penyesuaian diri merupakan perubahan yang terjadi dalam diri individu dan lingkungan sekitar untuk mencapai hubungan yang memuaskan dengan individu lain dan lingkungan sekitar. Individu yang akan menjalani masa pensiun membutuhkan penyesuaian diri supaya ketika pensiun dapat dijalani dengan tenang dan nyaman. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap datangnya masa pensiun akan cenderung melakukan persiapan dan perencanaan yang baik, sehingga dapat mengatasi atau setidaknya dapat mengurangi kecemasan yang muncul (Lydiani, 2013).

(23)

23

menjadi berkurang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Cohen, dkk (1983) menyebutkan bahwa seseorang yang tengah mengalami kesulitan membutuhkan orang lain untuk dapat menolongnya membangkitkan kembali semangat serta rasa percaya dirinya dalam menghadapi kesulitan yang sedang dihadapi. Seseorang yang akan menghadapi masa pensiun membutuhkan orang lain yang dapat membuatnya merasa dicintai, diperhatikan, serta tidak merasa sendirian dalam menyesuaikan diri menghadapi masa pensiun dan akan menjalaninya tanpa rasa cemas yang berlebihan.

Dukungan sosial keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi seseorang yang mengalami masa transisi kehidupannya (Hurlock, 1996). Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya status yang disandang dan waktu luang. Status yang sebelumnya adalah PNS dengan jabatan struktural esselon II, III dan IV akan mengalami perubahan status menjadi pensiunan. Hal ini menjadi sangat tidak menyenangkan bagi sebagian orang. Begitu juga, waktu luang yang menjadi lebih banyak karena aktivitas tidak sebanyak waktu masih bekerja. Perubahan-perubahan seperti ini membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang disekitar seperti keluarga bahkan atasan atau rekan kerja supaya individu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang akan terjadi tersebut dan tentunya untuk menghindari kecemasan yang berlebihan.

(24)

24

masalah administrasi terkait dengan pengurusan berkas untuk penerbitan Surat Keputusan (SK) Pensiun. Menjadi sangat bermanfaat apabila instansi mampu memberikan informasi kepada PNS yang akan pensiun terkait dengan bagaimana mempersiapkan diri secara matang baik psikologis maupun keuangan untuk menghadapi pensiun, sehingga penyesuian-penyesuaian dapat dilakukan dengan lebih baik dan PNS dapat menghadapi pensiun dengan tenang tanpa cemas yang berlebihan.

(25)

25

penyesuaian diri yang tinggi berarti individu dapat mencapai kepuasan dalam memenuhi kebutuhan, mampu mengatasi kecemasan, depresi, frustasi dan konflik (Ghufron & Risnawita, 2012).

(26)

26

tinggi. Hal ini menunjukan bahwa setiap responden telah mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki kelompok yang memiliki minat yang sama. Pemberian dukungan ini berkaitan dengan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh responden. Dukungan yang diberikan dapat berupa bantuan langsung berupa materi maupun non materi yang dapat memberikan keuntungan emosinal atau berpengaruh pada perilaku penerimanya (Gottlieb, dalam Smet, 1994). Selanjutnya, aspek dukungan sosial ini berupa nasehat, saran dan informasi yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan ini juga dapat berupa feedback (umpan balik) atas sesuatu yang telah dilakukan individu. Informasi baik berupa saran dan nasehat terkait pensiun telah didapatkan responden bukan saja terkait persiapan pensiun tapi juga hal-hal lain yang menjadi sangat penting bagi responden sehingga dukungan sosial memberikan pengaruh pada tingkat kecemasan menjelang pensiun.

(27)

27

4.10 Kekuatan dan Keterbatasan dalam penelitian 4.10.1 Kekuatan

a. Berhasil membuktikan pengaruh penyesuaian diri dan dukungan sosial secara simultan terhadap kecemasan menjelang pensiun.

b. Penyesuaian diri dan dukungan sosial secara bersama memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kecemasan menjelang pensiun yaitu lebih dari 50%.

4.10.2 Keterbatasan

a. Subjek masih terbatas hanya pada PNS dengan jabatan struktural esselon II, III dan IV. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan bisa dilakukan kepada semua PNS termasuk guru yang berusia 55-60 tahun di lingkup Pemerintah Kota Ambon. b. Data demografi seperti jabatan struktural yang diduduki masih

Gambar

Tabel 4.1 Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Persentase Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kecemasan Menjelang Pensiun
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Penyesuaian Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Schema matching result in label matching terminology by using on-line dictionary and WordNet v2.1 (English language) have value is higher than minimum value of reference [1]. The

Berdasarkan Evaluasi Dokumen Kualifikasi Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa untuk paket Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

In order to enhance the students’ listening skills, the author decided to concentrate on the use of authentic videos as audio visual aids to help the students learn to listen

Apabila pada saat pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data maka perusahaan tersebut akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan jika

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

[r]

[r]

Demikian Pengumuman ini dibuat untuk dimaklumi.. Pokja Pengadaan