• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN DAN FUNGSI DAN KURIKULUM.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN DAN FUNGSI DAN KURIKULUM.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pergerakan arus informasi di era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar sesuai kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Semua sistem kehidupan, baik mikro maupun makro, perlu mengadakan pembaharuan dan pengembangan agar dapat mengimbangi kemajuan global. Tidak terkecuali sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional harus selalu dikembangkan agar dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat, baik lokal, regional maupun nasional.

Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan bagi anak-anak bangsanya, pemerintah mulai menyusun kurikulum. Dalam hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik dan diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh Indonesia.

Namun, memperhatikan kondisi pendidikan beberapa tahun belakangan ini, penyelenggara pendidikan tampaknya menghadapi kesulitan dalam menerapkan kurikulum yang berlaku. Berbagai kasus menunjukkan kurangnya pemahaman para penyelenggara pendidikan terutama yang berkaitan dengan peran dan fungsi pendidikan. Kekurang pahaman penyelenggara pendidikan tentang peran dan fungsi kurikulum dapat berakibat fatal terhadap hasil belajar siswa.

(2)

B. Rumusan Masalah

1. Seperti Apakah Dasar Kurikulum itu? 2. Bagaimanakah Ciri-ciri Kurikulum itu?

3. Apa maksud dari Kurikulum itu sebagai Pengukur dalam Berbagai Aspek?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar Mahasiswa Mengetahui Dasar Kurikulum. 2. Agar Mahasiswa Bisa Memahami Ciri-ciri Kurikulum.

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata curir atau curere yang berarti jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish (dunia olahraga). Selanjutnya, istilah kurikulum ini digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Menurut Beuchamp (1968,6) kurikulum sebagai suatu rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahkan yang aka di sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengjaran1. B. Dasar Kurikulum

Kurikulum di suatu sekolah, meliputi kurikulum tingkat Institusi (biasanya dikenal dengan sebutan Buku I) dan kurikulum tingkat mata pelajaran (dikenal dengan Buku II) yang disebut juga GBPP ( Garis-garis Besar Program Pengajaran) atau Syllabus Mata Pelajaran, yang merupakan pengembangan dari kurikulum tingkat institusi (lembaga) tadi.

Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda dan peran pendidikanlah yang mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga anak didik dapat hidup dalam bermasyarakat yang senantiasa beraneka ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut2.Pengembangan kurikulum PAI adalah kegiatan menjabarkan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Mata Pelajaran PAI ke dalam Program Pengajaran Tahunan, Program Pengajaran Catur Wulan, Program Pengajaran Mingguan dan Program Pengajaran Tatap Muka (berupa Satuan Pelajaran dan Rencana Pengajaran ) untuk nantinya dijadikan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran peserta didik.

1 . Putri Siti Nadhiroh, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,

http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum/ , September 27, 2015.

(4)

Ada beberapa dasar ( azas ) dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1. Azas Filosofis

Filsafat yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara atau yang umum di anut oleh suatu bangsa/ negara, seperti sekuler, agamis, aties, dll akan menentukan bentuk tujuan umum pendidikan, yang tentunya akan menjadi arah bagi pelaksanaan pendidikan suatu negara itu, dan dalam pengembangan kurikulum itu harus diperhatikan hal ini, kalau tidak maka pendidikan dan out putnya tidak akan diterima secara umum di negara itu.

2. Azas Sosiologis

Kehidupan sosial kemasyarakatan yang berbeda-beda juga harus menjadi azas utama dalam pengembangan kurikulum, agar out put dan lembaga itu bisa hidup dan diterima di lingkungan masyarakat itu. Masyarakat industri, agraris, modern atau tradisional, masyarakat daerah pegunungan atau di daerah lembah, dsb punya kebutuhan dan kehidupan yang berbeda-beda yang harus diakomulasikan ke dalam muatan kurikulum agar proses dan hasil pendidikan dapat bermanfaat dan diterima oleh masyarakat ( sesuai dengan kebutuhan mereka ). Karena memegang azas inilah maka kurikulum hendaknya setiap saat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan hidup masyarakat.

3. Azas Organisatoris

Azas organisatoris perlu mendapat perhatian, sebab akan menentukan bagaimana penyusunan dan penyajian muatan kurikulum itu sendiri, baik mengenai urut-urutannya atau pun keluasan cakupannya.

4. Azas Psikologis

(5)

Azas psikologi yang dijadikan acuan dasar penyusunan sebuah kurikulum ini, akan mempengaruhi sampai kepada bagaimana seharusnya melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan sebuah kurikulum.

C. Ciri-ciri Kurikulum

Kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2. Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya.

3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.

4. Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Adapun di Indonesia memiliki ciri kurikulum tersendiri mulai dari awal hingga saat ini, Perkembangan Kurikulum tersebut diantaranya :

1. Rencana pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer plan”. Dalam bahasa belanda , artinya rencana pelajaran, lebih populer ketimbang Curriculum (Bahasa ingris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan pancasila.

(6)

pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran.Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap keseniaan dan pendidikan jasmani.

2. Rencana pelajaran terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut rencana pelajaran terurai 1952. “silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata djuzak ahmad, direktur pendidikan dasar depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, diusia 16 tahun Djuzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.

Dipenghujung era presiden Soekarno, muncul rencana pendidikan 1964 atau kurikulm 1964.Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

3. Kurikulum 1968

Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama. Tujuannya pada pembentukan manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.

(7)

4. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengeruh konsep dibidang manajemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs Mudjito, Ak, Msi, direktur pembinaan TK dan SD Depdiknas.

Metode, materi, dan tujuan pelajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pendidikan”, yaitu rencana in etiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach meski mengutamakan pendekatan proses tapi paktor tujuan tetap penting. Kurikuylum ini juga sering disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan.Posisi siswa ditempatkan sebagai sabjek belajar dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusiakn hingga melaporkan. Model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA).

Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, disana sini ada tempelan gambar dan yang menyolok guru tak lagi model berceramah.

6. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan abtara kurikulum 1975 dan 1984 antara pendekatan proses.

(8)

padat.Kejatuhan rezim Suharto pada 1998 diikuti kehadiran suplemen kurikulum 1999.Tapi perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi.

7. Kurikulum 2004

Bahasa kerennya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.Sayangnya kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa yakni ujian.Uijian akhir nasional masih berupa pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diuji cobakan di sejumlah sekolah kota-kota di pulau Jawa dan kota besar di luar pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Gugu-gurupun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum (sumber: Depdiknas.co.id)

8. KTSP 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan muncullah kurikulum tingkat satuan pendidikan.Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar (KD), setandar kompetensi lulusan( SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk satuan pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran seperti silabus dan system penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah kabupaten/kota.

9. Kurikulum 2013

(9)

1. Mewujudkan pendidikan berkarakter Pendidkan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum pendidikan sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana mencetak peserta didik yang memiliki karakter yang baik, bermoral dan mmemiliki budi pekerti yang baik. Namun pada implementasi kkurikulum ini masih terdapat berbagai kekuragan sehingga menuaiberbagai kritik. sehingga kurikulum berbasis kompetensi ini direvisi guna menciptakan sistem pendidikan yang berkelanjutan dan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.

2. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. NAmun pada kenyataan yang terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal seaan terabaikan dan tergerus oleh tingginya pengaruh buudaya modern. Budaya yang cenderung membawa masyarakat untuk melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang dimilikinya dari dalam jiwa. Hal itulah yang mendoronggg bagaimana penanaman budaya lokal dalam pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini akan diterapkan dalam konsep sintem pendidikan kurikulum 2013. Sistem yang dapat lebih mengentalkan budaya lokal yang selamaa ini dilupakan dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan sistem pendidkan kurikulum 2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali menjadi inspirasi dan implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dihrapkan budaya lokal dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak punah ditelan zaman.

(10)

cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan kreativitas serta inovasi peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan tepat.

D. Kurikulum Sebagai Pengukur diberbagai Aspek 1. Peranan Kurikulum

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan sebagai mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis secara sederhana, paling tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok, yaitu: Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan evaluative.

a. Peranan Konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat diajadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan niali-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada anak didik selaku generasi penerus.

Dengan demikian kurikulum bisa dikatakan konservatif karena mentransmisikan dan menafsirkan warisan social kepada anak didik atau generasi muda. Pada hakekatnya, pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani antara siswa selaku peserta didik dengan orang dewasa didalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Dalam hal ini kurikulum menjadi sangat penting, serta turut membantu dalam proses tersebut. b. Peranan kreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi setiap saat. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

(11)

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa niali-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada anak didik perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selai itu perkembangan yang terjadi masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena itu peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untul menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini kurikulum harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntunan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.

2. Fungsi Kurikulum

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis dalam bukunya Principle of secondary Education (1981)3.

a. Fungsi Penyesuaian (the adjust fine of adaptive function)

Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social4.

Sebagai makhluk Allah, anak didik perlu diarahkan melalui program pendidikan agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.Sebagai khalifah fil ardhi, anak didik diharapkan mampu mengimplementasi nilai-nilai pendidikan yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada-Nya.

3 . Ibid . Hal 211

4 . Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan

(12)

b. Fungsi Pengintegrasian (the integrating function)

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.Dalam hal ini, orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak didik agar mempunyai pribadi yang integral. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat, pribadi yang integrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c. Fungsi Perbedaan (thedifferentiating function)

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu anak didik.Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda dan peran pendidikanlah yang mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga anak didik dapat hidup dalam bermasyarakat yang senantiasa beraneka ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut.

Jadi fungsi kurikulum sebagai pembeda dapat dimulai dengan memprogram kurikulum pendidikan yang relevan dan mengaplikasikannya dalam proses belajar-mengajar yang mendorong perbedaan anak didik tersebut dapat berpikir kreatif, kritis dan berorientasi kedepan.

d. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)

Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memepersiapakan anak didik agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkau yang lebih jauh, baik itu melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi maupun untukl belajar di masyarakat seandainya ia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

e. Fungsi Pemilihan (the selective function)

(13)

f. Fungsi Diagnostik (the diacnostic function)

Salah satu aspek pelayanana pendidikan adalah membantu dan mengarahkan anak didik agar mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.

Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya.Apabila anak didik sudah mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahannya5.

Kurikulum merupakan cara atau sarana bagi pendidik, baik disekolah maupun masyarakat pada umumnya sangatlah tau atau faham tentang bagaimana ilmu dapat diserap oleh anak didik mereka, untuk itulah disini penyusun menyimpulkan bahwa Kurikulum amatlah bermanfaat secara global, diantaranya yaitu:

1. Peranan Kurikulum bagi Guru / Pendidik

Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:

 Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para anak didik.

 Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

 Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancarkan pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua dan masyarakat.

 Ikut memberikan kritik dan saran yang konstruktis demi penyempurnaan program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.

5 . Ulfah Khusnaini, Makalah Pengertian Peranan dan Fungsi

Kurikulum dalam Ilmu Pendidikan,

(14)

Atau dapat pula dikatakan bahwa guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku tetapi juga sebagai pengembang kurikulum dalam rangka pelaksanaan kurikulum tersebut.

2. Peranan Kurikulum bagi Sekolah

Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan mempunyai peranan sebagai berikut a. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

b. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari – hari di sekolah tersebut, peranan ini meliputi :

· Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan · Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan

· Orang yang bertanggungjawab dan melaksanakan program pendidikan

3. Peranan Kurikulum bagi Masyarakat

a. Kurikulum turut membantu mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses social.

b. Kurikulum turut membantu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks.

c. Kurikulum turut aktif berpartisipasidalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis.

(15)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

1. Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata curir atau curere yang berarti jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish (dunia olahraga). Selanjutnya, istilah kurikulum ini digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Dan diantara Dasar atau azasnya yaitu Azas Filosofis, Sosiologis, Organisatoris dan Psikologis.

2. Kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.

2) Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya.

3) Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah.

4) Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.

5) Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

 Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007.

 Tim pengembang MKDP Kurikulum dan

Pembelajaran.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

 Siti Nadhiroh, Putri ,Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,

http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum/ , September 27, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Parameter pengujian yang dilakukan antara lain: kapasitas dispersi sejalan dengan pembentukan biosurfaktan selama 7 hari inkubasi; tingkat emulsifikasi dengan mengukur

Dengan ini guru harus memiliki kemampuan membaca potensi yang dimiliki peserta didik agar tujuan pendidikan dalam mengembangkan potensi peserta didik bisa

Untuk pengeluaran total rumah tangga (PGTK) dan umur suami (US) berhubungan positif dengan curahan waktu kerja suamipada usahatani selain kelapa, artinya semakin tinggi

Cover ini dibuat dari plat besi dengan tebal 3mm, lebar profil 2cm sebagai rangka dan plat dengan tebal 0,8mm sebagai cover. Cara pengerjaannya, memotong plat besi

Anak mengontrol Gerakan tangan yang menggunakan otot halus melalui kegiatan membuat bentuk geometri dan bus dari plastisin, kegiatan meronce.. Anak mengkreasikan sesuatu

Tinjuan pustaka memuat penelitian yang terkait landasan teori, kerangka pemikiran, dan atau hipotesis (jika ada). Dalam penyajian hendaknya ditujukan bahwa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas tersebut dapat dibedakan menjadi dua katagori, yaitu: Faktor-faktor yang kurang mendukung terhadap pengelolaan